Anda di halaman 1dari 41

PAJAK

BUMI DAN BANGUNAN


PEDESAAN DAN PERKOTAAN
(PBB-P2)
Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah
sesuai dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
adalah:

Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah


Memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan
pungutan baru (menambah jenis pajak daerah dan retribusi
daerah),
Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan
dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah,
Memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan
tarif pajak daerah, dan
Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran
dan pengaturan pada daerah.
DASAR HUKUM
PBB Pedesaan dan Perkotaan

UU No. 28 Tahun 2009


Tentang Pajak Daerah
Dan Retribusi Daerah
(UU PDRD)
PAJAK DAERAH
Pasal 2 UU PDRD

Kabupaten/Kota
Propinsi
UU No.28/2009

Terdiri dari:
1.Pajak Hotel
Terdiri dari : 2.Pajak Reklame
3.Pajak Restoran
1.Pajak Kendaraan Bermotor
4.Pajak Hiburan
2.Bea Balik Nama Kendaraan 5.Pajak Penerangan Jalan
Bermotor 6.Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
3.Pajak Bahan Bakar Kendaraan 7.Pajak Parkir
Bermotor 8.Pajak Air Tanah
9.Pajak Walet
4.Pajak Air Permukaan 10.Pajak PBB Perumahan & Pedesaan
5.Pajak Rokok 11.Pajak BPHTB
PAJAK
BUMI DAN BANGUNAN
(PBB)

ADALAH

PAJAK KEBENDAAN ATAS


BUMI DAN / ATAU BANGUNAN

DIKENAKAN TERHADAP
SUBJEK PAJAK

ORANG PRIBADI ATAU BADAN


SECARA NYATA :
• MEMPUNYAI HAK DAN / ATAU MEMPEROLEH
MANFAAT ATAS BUMI, DAN / ATAU
• MEMILIKI, MENGUASAI, DAN / ATAU
MEMPEROLEH MANFAAT ATAS BANGUNAN
Objek Pajak PBB
(Pasal 77 UU PDRD)

Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan


dan Perkotaan adalah :

Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki,


dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Orang
Pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
Objek PAJAK
(Pasal 77 UU PDRD)

Difinisi Bumi Difinisi Bangunan

ADALAH :
ADALAH :
PERMUKAAN BUMI YG MELIPUTI
TANAH DAN PERAIRAN
PEDALAMAN SERTA LAUT KONSTRUKSI TEKNIK YG
WILAYAH INDONESIA, DITANAM ATAU DILEKATKAN
SECARA TETAP PADA
DAN TUBUH BUMI YG ADA
TANAH DAN / ATAU
DIBAWAHNYA
PERAIRAN
Objek PAJAK
(Pasal 77 ayat 2 UU PDRD)

BANGUNAN

♦ TERMASUK DALAM PENGERTIAN BANGUNAN


ADALAH :
 Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks
bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya,
dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan
kompleks bangunan tersebut ;
 Jalan tol ;
 Kolam renang ;
 Pagar mewah ;
 Tempat olah raga ;
 Galangan kapal, dermaga ;
 Taman mewah ;
 Tempat penampungan/kilang minyak, air dan
gas, pipa minyak ;
 Menara (Tower).
FAKTOR YANG MENENTUKAN
KLASIFIKASI OBJEK PAJAK

BUMI / TANAH BANGUNAN


- Letak - Bahan bangunan
- Peruntukan - Rekayasa
- Pemanfaatan - Letak
- Kondisi lingkungan - Kondisi lingkungan
- Dan lain-lain - Dan lain-lain
Objek PAJAK
YANG TIDAK DIKENAKAN PBB
UU PDRD Pasal 77 ayat 3

ADALAH Objek PAJAK YANG :

§ Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum


di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan ;
§ Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis dengan itu ;
§ Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa,
dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak ;
§ Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik ;
§ Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
SUBJEK PAJAK
Pasal 78 ayat 1UU PDRD

ORANG ATAU BADAN

Memperoleh Memperoleh
manfaat manfaat
atas bangunan atas bumi

Memiliki, Mempunyai
menguasai suatu hak
bangunan atas bumi

Dikenakan
SUBJEK Kewajiban WAJIB
PAJAK Membayar PAJAK
Pajak
SUBJEK PAJAK
Pasal 78 ayat 1 UU PDRD

Dispenda akan menetapkan


Subjek Pajak

Objek Pajak yang belum


jelas Wajib Pajaknya
NILAI JUAL Objek PAJAK
TIDAK KENA PAJAK
( NJOPTKP )
UU PDRD Pasal 77 ayat 4

NJOPTKP

Paling Rendah
Rp. 10,000,000,00
( Sesuai dengan PERDA )

♦ Per Wajib Pajak ;


♦ Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan ;
♦ Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai
beberapa Objek pajak, yang diberikan
NJOPTKP hanya salah satu Objek pajak
yang nilainya terbesar.
DASAR PENGENAAN
Pasal 79 ayat 1 UU PDRD

NJOP
(Nilai Jual Objek Pajak)

Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli


yang terjadi secara wajar

Bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek


Pajak ditentukan melalui :
- Perbandingan harga dengan Objek lain yang sejenis; atau
- Nilai perolehan baru; atau
- Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak


tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan
wilayahnya dan penetapan NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah
 MATRIK UU PBB UU PDRD
Orang atau Badan yang secara nyata Sama
mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau (Pasal 78 ayat 1 & 2)
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau
Subjek memiliki, menguasa dan/atau memanfaatkan
atas bangunan
(Pasal 4 Ayat 1)
Bumi dan/atau bangunan Bumi dan/atau bangunan, kecuali kawasan yang
(Pasal 2) digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
Objek perhutanan, dan pertambangan (Pasal 77 Ayat 1)

Sebesar 0,5% Paling Tinggi 0,3%


Tarif (Pasal 5) (pasal 80)
20% s.d. 100% (PP 25 Tahun 2002 ditetapkan Tidak Dipergunakan
NJKP sebesar 20% atau 40%) (Pasal 6)

Setinggi-tingginya Rp12 Juta Paling Rendah Rp10 Juta


NJOPTKP (Pasal 3 Ayat 3) (Pasal 77 Ayat 4)
Tarif x NJKP x (NJOP-NJOPTKP) Max: 0,3% x (NJOP-NJOPTKP)
PBB 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP) atau (Pasal 81)
Terutang 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP) (Pasal 7)

Keterangan:
DJP masih bertanggung jawab melaksanakan PBB P2 sampai 31 Desember 2013 sepanjang
tidak dilaksanakan oleh Kab/Kota berdasarkan Perda. Namun mulai tahun 2014 pengelolaan
PBB menjadi tanggung jawab Kab/Kota.
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK

NILAI JUAL KENA PAJAK

OBJEK PAJAK LAINNYA YANG


OBJEK PAJAK LAINNYA YANG
NJOP-NYA LEBIH DARI
Rp. 1.000.000.000,00 ( satu NJOP-NYA KURANG DARI ATAU
SAMA DENGAN Rp.
milliar rupiah ). 1.000.000.000,00 ( satu milliar
rupiah ).

0,1 % X (NJOP-NJOPTKP) 0,2 % X (NJOP-NJOPTKP)


TARIF
Pasal 80 ayat 1 UU PDRD

TARIF
TARIF TUNGGAL
TUNGGAL(DJP)
(DJP)
Pemda
PemdaSesuai
SesuaiDengan
DenganPerda
Perda

DJP Pemda
0,3 % (Max)
0,5 %
CARA MENGHITUNG
Sesuai UU PDRD dan Perda Daerah Setempat

PBB = TARIF x (NJOP –


NJOPTKP)

= 0,3 % (Max) x NJOP - NJOPTKP


= 0,3 % (Max) x NJOP - NJOPTKP
Khusus untuk kota Samarinda, berdasarkan Perda Kota Samarinda
Nomor 04 Tahun 2011 :
= 0,1 % x NJOP - NJOPTKP ( NJOP kurang atau sama dengan 1 M)
= 0,2 % x NJOP – NJOPTKP ( NJOP lebih dari 1 M)

NJOP = (NJOP BUMI + NJOP BANGUNAN)


NJOPTKP
Contoh Soal Penerapan Tarif PBB (sebelum pendaerahan)

Pada tanggal 5 Maret 2013, Pak Handoko membeli sebidang tanah dengan
luas 400 m dengan NJOP/M adalah Rp 750,000 di atas tanah tersebut berdiri
bangunan rumah seluas 250 m dengan NJOP/M adalah Rp 850,000. Tarif
untuk menghitung PBB adalah 0,5% (tergantung penetapan tarif oleh daerah
masing-masing) sedangkan NJOPTKP adalah 12,000,000.
Hitunglah PBB terutang yang harus di bayar oleh P. Handoko tahun 2013!
Jawab:
Bumi : 400 x Rp 750,000 = 300,000,000
Bangunan : 250 x Rp 850,000 = 212,500,000

NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = 512,500,000


NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 12,000,000
NJOP untuk penghitungan PBB = 500,500,000 (dasar penentuan tarif)
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) = 20% x 500,500,000 = 100,100,000
PBB yang terhutang = 0,5% x 100,100,000= 500,500
Jadi PBB yang harus dibayar sebesar Rp 500,500.
Contoh Soal Penerapan Tarif PBB (sebelum pendaerahan)

Pada tanggal 5 April 2013, Pak Anton membeli sebidang tanah dengan luas 600
m dengan NJOP/M adalah Rp 950,000 di atas tanah tersebut berdiri bangunan
rumah seluas 450 m dengan NJOP/M adalah Rp 1,850,000. Tarif untuk
menghitung PBB adalah 0,5% (tergantung penetapan tarif oleh Pemda masing-
masing) sedangkan NJOPTKP adalah 12,000,000. (tergantung Perda oleh
Pemda masing-masing)
Hitunglah PBB terutang yang harus di bayar oleh P. Handoko tahun 2013!
Jawab:
Bumi : 600 x Rp 950,000 = 570,000,000
Bangunan : 450 x Rp 1,850,000 = 832,500,000

NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = 1,402,500,000


NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 12,000,000
NJOP untuk penghitungan PBB = 1,390,500,000 (dasar penentuan tarif)
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) = 40% x 1,390,500,000 = 556,200,000
PBB yang terhutang = 0,5% x 556,200,000 = 2,781,000
Jadi PBB yang harus dibayar sebesar Rp 2,781,000
Contoh Soal Penerapan Tarif PBB (setelah pendaerahan)

Pada tanggal 5 Maret 2013, Pak Handoko membeli sebidang tanah dengan
luas 400 m dengan NJOP/M adalah Rp 750,000 di atas tanah tersebut berdiri
bangunan rumah seluas 250 m dengan NJOP/M adalah Rp 850,000. Tarif
untuk menghitung PBB adalah 0,1% (tergantung penetapan tarif oleh daerah
masing-masing) sedangkan NJOPTKP adalah 12,000,000.
Hitunglah PBB terutang yang harus di bayar oleh P. Handoko tahun 2013!
Jawab:
Bumi : 400 x Rp 750,000 = 300,000,000
Bangunan : 250 x Rp 850,000 = 212,500,000

NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = 512,500,000


NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 12,000,000
NJOP untuk penghitungan PBB = 500,500,000 (dasar penentuan tarif)
PBB yang terhutang = 0,1% x 500,500,000= 500,500
Jadi PBB yang harus dibayar sebesar Rp 500,500.
Contoh Soal Penerapan Tarif PBB (setelah pendaerahan)

Pada tanggal 5 April 2013, Pak Anton membeli sebidang tanah dengan luas 600
m dengan NJOP/M adalah Rp 950,000 di atas tanah tersebut berdiri bangunan
rumah seluas 450 m dengan NJOP/M adalah Rp 1,850,000. Tarif untuk
menghitung PBB adalah 0,2% (tergantung penetapan tarif oleh Pemda masing-
masing) sedangkan NJOPTKP adalah 12,000,000. (tergantung Perda oleh
Pemda masing-masing)
Hitunglah PBB terutang yang harus di bayar oleh P. Handoko tahun 2013!
Jawab:
Bumi : 600 x Rp 950,000 = 570,000,000
Bangunan : 450 x Rp 1,850,000 = 832,500,000

NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = 1,402,500,000


NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 12,000,000
NJOP untuk penghitungan PBB = 1,390,500,000 (dasar penentuan tarif)
PBB yang terhutang = 0,2% x 1,390,500,000 = 2,781,000
Jadi PBB yang harus dibayar sebesar Rp 2,781,000
TAHUN PAJAK, SAAT, DAN
TEMPAT YANG MENENTUKAN
PAJAK TERUTANG

Tahun Pajak
Adalah jangka waktu satu tahun takwim,
yaitu dari tanggal 1 Januari s/d 31
Desember.

Saat yang menentukan pajak terutang


Adalah menurut keadaan Objek Pajak pada
tanggal 1 Januari.

Tempat Pajak Terutang :


♦ untuk daerah Samarinda, di wilayah Samarinda;
♦ untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten
atau Kota ;
yang meliputi letak Objek Pajak berada.
PENDATAAN
Pasal 83 ayat 1 UU PDRD

WAJIB PAJAK MENGISI SPOP

SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi


dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani
dan disampaikan kepada Kepala Daerah yang wilayah
kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya
SPOP oleh Subjek Pajak.
PENERBITAN KETETAPAN

SPOP

tidak disampaikan dalam disampaikan dalam


waktu 30 hari waktu 30 hari

Setelah ditegor secara


SPPT
tertulis

BERDASARKAN
SKP PEMERIKSAAN/DATA LAIN
SPOP TIDAK BENAR
TATA CARA PEMBAYARAN
DAN PENAGIHAN

DASAR PENAGIHAN

6 bulan SEJAK
SPPT
SPPT
D
TEMPAT
I PEMBAYARAN
1 bulan T - Bank,
SSKKPP E - Kantor Pos,
R - Tempat lain
I yg ditunjuk
1 bulan M
SSTTPP A

MENTERI KEUANGAN DAPAT MELIMPAHKAN


KEWENANGAN PENAGIHAN PAJAK KEPADA :
- GUBERNUR DAN/ATAU
- BUPATI/WALIKOTA
PENDAFTARAN, PENAGIHAN,
DAN SANKSI ADMINISTRASI

30 hr TIDAK
SPOP
SPOP
DIKEM- SKP
BALIKAN
+ denda 25 %
YA dari pokok
pajak

SPPT Ternyata SPOP tdk


benar (Ketetapan SKP
Kurang)
6 bulan + denda 25 %
dari selisih pajak
terutang
JATUH 1 bulan
TEMPO
Segera
1 bln JATUH stlh. 21 hr SURAT
STP TEGORAN
TEMPO PAKSA
7 hr
+ bunga 2 %
sebulan 2 X 24 JAM
Paling
(maks 24 bulan) cepat
PERMINTAAN JADWAL SURAT PERINTAH
10 hr
WAKTU & TEMPAT
KLN PELELANGAN
MELAKUKAN PE-
NYITAAN
KEBERATAN DAN BANDING


Keberatan diajukan atas :
 Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) ;
 Surat Ketetapan Pajak (SKP).
♦ Jangka waktu pengajuan keberatan adalah 3 (tiga) bulan setelah
SPPT atau SKP diterima oleh WP kecuali WP dalam keadaan di luar
kekuasaannya.
♦ Direktur Jenderal Pajak harus memberikan keputusan atas
keberatan WP paling lama 12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima.

Atas keberatan yang diajukan, Direktur Jenderal Pajak dapat
menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah
jumlah pajak terutang.
♦ Keberatan dapat diajukan dalam hal terjadi perbedaan persepsi
antara Wajib Pajak dan Fiskus.
♦ Wajib Pajak dapat mengajukan banding atas keberatan terhadap
keputusan Direktur Jenderal Pajak kepada Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak.
♦ Ketentuan banding PBB mengikuti ketentuan Pasal 27 UU
No. 6 Tahun 1983 tentang KUP sebagaiman telah diubah dengan
UU No. 9 Tahun 1994.

Pengajuan keberatan atau banding tidak menunda pembayaran
pajak.
PENGURANGAN

Pemerintah Daerah
dalam hal :
PAJAK - Kondisi tertentu Objek
pajak yang ada
TERUTANG hubungannya dengan
subjek pajak/sebab – sebab
tertentu lainnya.

-
Objek pajak terkena
bencana alam atau sebab
lain yang luar biasa.

Pemerintah Daerah
DENDA atas permintaan
ADMINISTRASI WAJIB PAJAK
karena hal-hal tertentu
ALUR PENERIMAAN PBB
Ketika Masih Menjadi Pajak Pusat DJP

Pelimpahan
TEMPAT BANK
PEMBAYARAN PERSEPSI/
KANTOR POS

Pembayaran
Pelimpahan
WAJIB
PAJAK
BANK/
Pembayaran OPERASIONAL III

PETUGAS Pembagian
PEMUNGUT

10 % 9% 16,2 % 64,8 %
PEM. BIAYA DATI I DATI II
PUSAT PEMUNGUTAN
PEMBAGIAN
HASIL PENERIMAAN PBB
( Ketika PBB P2 Dikelola DJP)

BIAYA DATI I
DA
10 SA .
PU EM

% T
PEMUNGUTAN TI
P

16 I
9% ,2 DATI II
%
DATI II
64,8 % PEM. PUSAT

BIAYA
PEMUNGUTAN

–-
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 83/KMK.04/1994 tanggal 19 Maret 1994, 10
% bagian pemerintah pusat dibagikan kepada
seluruh Daerah Tingkat II
–- SKB DJA-DJP
KEP. 56/A/44/1996
KEP. 50/PJ.6/1996
KEWAJIBAN PEJABAT YANG DALAM JABATAN/TUGAS
PEKERJAANNYA
BERKAITAN LANGSUNG DENGAN Objek PAJAK

KEWAJIBAN TERSEBUT BERLAKU


JUGA BAGI PEJABAT LAIN YANG ADA
HUBUNGAN DENGAN Objek PAJAK

KEWAJIBAN UNTUK MERAHASIAKAN


DITIADAKAN SEPANJANG MENYANGKUT
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PDRD

TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN DIKENAKAN


SANKSI MENURUT PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
KETENTUAN PIDANA

KARENA
KARENA ALPA
ALPA

SPOP TIDAK BENAR/ TIDAK


TIDAK MENGEMBALIKAN SPOP LENGKAP DAN/ATAU
KEPADA DITJEN PAJAK MELAMPIRKAN
KETERANGAN YANG TIDAK
BENAR

MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA

- PIDANA KURUNGAN SELAMA-LAMANYA


6 (ENAM) BULAN, ATAU
-
DENDA SETINGGI-TINGGINYA 2 (DUA)
KALI PAJAK TERUTANG
KETENTUAN PIDANA

DENGAN SENGAJA

SPOP
TIDAK TIDAK
MEMPER
TIDAK BENAR/ MENUN
LIHAT KAN TIDAK
MENGEMB TIDAK JUKKAN/
SURAT/ MEMPERLI
ALIKAN/M LENGKAP MENYAM
DOKU- HATKAN/
ENYAMPAI DAN/ATAU PAIKAN
MEN MEMIN
KAN SPOP MELAMPIR DATA/
PALSU JAMKAN
KEPADA KAN KETERA
ATAU SURAT/
DITJEN KETERA NGAN YANG
DIPALSU DOKUMEN
PAJAK NGAN DIPERLU
KAN LAINNYA
YANG KAN
TIDAK
BENAR

MENIMBULKAN KERUGIAN PADA NEGARA

- PIDANA PENJARA SELAMA-LAMANYA 2 (DUA) TAHUN, ATAU


- DENDA SETINGGI-TINGGINYA 5 (LIMA) KALI PAJAK TERUTANG
KETENTUAN PIDANA

Terhadap bukan wajib pajak yang bersangkutan, yang


dengan sengaja melakukan tindakan :
 tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau
dokumen lainnya ;
 tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan
keterangan yang diperlukan ;
dipidana dengan pidana kurungan selama - lamanya 1
(satu) tahun atau denda setinggi - tingginya Rp.
2.000.000,00 (dua juta rupiah).
Ancaman pidana dilipatkan dua, apabila seseorang melakukan
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu)
tahun terhitung sejak selesai menjalani pidana penjara/sejak
dibayarnya denda.

Tindak pidana tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10


(sepuluh) tahun sejak berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
PENGENAAN PBB TERHADAP Objek PAJAK
YANG DINILAI SECARA INDIVIDUAL
KMK No. 523/KMK.04/1998

OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS


DAPAT DITENTUKAN BERDASARKAN
PENILAIAN SECARA INDIVIDUAL

KEP. DIRJEN PAJAK NO. KEP.16/PJ.6/1998

Objek Pajak yang bersifat khusus adalah sebagai berikut :


Jalan tol
Pelabuhan laut/sungai/udara
Lapangan golf
Industri semen/pupuk
PLTA, PLTU, PLTG
Pertambangan
Tempat rekreasi
Dan lain-lain sejenisnya
Contoh Kasus:

a. Pada tanggal 10 Januari 2011, Pak Anton membeli sebidang tanah


yang terletak di Jl. A. Yani Balikpapan dengan luas 450 meter persegi
dengan harga per meter Rp 750.000,00. NJOPTKP yang berlaku
adalah sebesar Rp 10.000.000,00 tarif untuk menghitung PBB 0,1%.
Hitunglah PBB yang terutang pada tahun 2011 tersebut?

b. Tahun 2010 Pak Bambang membeli sebidang tanah seluas 600 meter
dan di atas tanah tersebut berdiri rumah dengan luas 350 meter. Harga
tanah tersebut sebesar Rp 740 juta dan harga bangunan per meter
adalah sebesar Rp 1,5 juta. Apabila diketahui NJOPTKP sebesar Rp
10 juta. Berapakah PBB terutang yg harus di bayar oleh Pak Bambang,
tarif PBB 0,1%.

c. Terkait dengan soal bagian b, terdapat bangunan kolam renang seluas


75 m/550.000, pos satpam 50 m/650.000, jalan mewah 25 m/500.000
dan taman mewah seluas 150 m/750.000. Dengan NJOPTKP 10 juta,
berapakah jumlah PBB terutang yg harus dilunasi oleh P.Bambang di
tahun 2010 tersebut apabila tarif PBB adalah 0,2%.
Kasus: A
Putri Ayu tahun 2012, memiliki obyek pajak berupa tanah di tiga tempat
yang berbeda, satu di Balikpapan, Samarinda dan Bontang. Masing-
masing daerah luasnya sama yaitu 300 m, harga per meter berturut-
turut adalah sbb: 750 ribu, 850 ribu dan 900 ribu. NJOPTKP yang
berlaku di daerah itu sama yaitu: 12 juta. Apabila tarif yang berlaku di
daerah setempat adalah 0,1%, hitunglah jumlah PBB terutang yang
harus dibayar oleh Putri Ayu tahun 2012.

Kasus: B
Mengulang soal di atas, memiliki obyek pajak berupa tanah di satu kota
yang sama, yaitu di Samarinda. Masing-masing tanah luasnya sama
yaitu 300 m, harga per meter berturut-turut adalah sbb: 750 ribu, 850
ribu dan 900 ribu. NJOPTKP yang berlaku di daerah itu sama yaitu: 10
juta. Apabila tarif yang berlaku di daerah setempat adalah 0,2%,
hitunglah jumlah PBB terutang yang harus dibayar oleh Putri Ayu tahun
2012.
Studi Kasus
Ada sebidang tanah kosong lokasi di Jalan Jenderal Sudirman No. 10B
Balikpapan, terdaftar di basis data KPP Pratama Balikpapan sejak tahun 2009
dengan rincian data sbb:
Nama Wajib Pajak : Nyonya Nyengir
Alamat Wajib Pajak : Jl Batuah No. 10 Samarinda
Luas Bumi : 1550 m2
 NJOP Bumi tahun 2011 : 573.000/m2
 Luas Bangunan : 0 m2
 NJOPTKP : 15.000.000
Pada tanggal 12 Januari tahun 2011 tanah tersebut dijual kepada Singodimejo,
dan oleh Singodimejo tanah tersebut didirikan bangunan, bangunan selesai pada
bulan Agustus 2011 dengan luas total : 700 m2, biaya yang dikeluarkan
Singodimejo untuk membangun bangunan tersebut adalah sebesar Rp.
2.200.000,-/m2.
Pertanyaan:
Menurut UU PBB, siapakan yang menjadi Wajib Pajak atas objek di Jalan
Sudirman No. 100A dan jelaskan alasannya!
Berapa PBB tahun 2011 yang seharusnya terutang?
Bangunan seluas 700 m2 kapan mulai terutang PBB?
Kasus: 1
Pada tanggal 2 Pebruari 2011 Pak Fatoni, menerima SPPT dari KPP
Pratama Balikpapan. Setelah diteliti dan dicocokan dengan sertipikat dan
IMB yang dimiliki ternyata terdapat perbedaan Luas tanah dan
Bangunan. Luas tanah dan bangunan dalam SPPT tahun 2011 adalah
Luas Tanah 15.000 m2 dan 5000 m2 sedangkan menurut sertipikat tanah
luasnya 10.000 m2 dan IMB luas bangunan 4500 m2. Upaya apa yang
harus dilakukan oleh Pak Fatoni agar luasan dalam SPPT sama dengan
sertipikat tanah dan IMB?, Ketentuan dan dokumen apa yang harus
dilampirkan agar upaya tersebut dapat diproses oleh KPP Pratama?

Kasus: 2
Kelanjutan soal di atas, apabila upaya yang dilakukan oleh Pak Fatoni
ternyata secara materi ditolak oleh Kanwil DJP Kaltim, Upaya hukum apa
lagi yang masih dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dan bagaimana
ketentuan serta persyaratannya yang harus di penuhi untuk dapat
mengajukan upaya hukum tersebut?
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai