Anda di halaman 1dari 30

MATERI PAJAK

DAERAH
Farakhan Muhammad
Dasar Hukum Pajak daerah

 Undang-undang (UU) Nomor 28 Tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
 Dicabut dengan :
a. UU No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah

 Diubah dengan :
 UU 34 2000 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 1997
TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

 Mencabut :
a. UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Peraturan Pajak daerah

 Peraturan Pemerintah (PP) No. 55 Tahun 2016


 Ketentuan Umum Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

 Mencabut :
a. PP No. 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut
Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh
Wajib Pajak
PENGERTIAN PAJAK DAERAH

 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak,


adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 -Pasal 1 ayat 10 UU 28 2009
5 Poin Pajak Daerah

1. Kontribusi Wajib Kepada Daerah


2. Bersifat Memaksa
3. Diatur Oleh Undang- Undang
4. Tidak Mendapatkan Imbalan Secara langsung
5. Digunakan sebesar-besar nya untuk
kemakmuran rakyat
Jenis Pajak Kabupaten/Kota
Pasal 2 ayat 2 UU PDRD
1. Pajak Hotel; Pasal 2 ayat 3) Daerah dilarang
2. Pajak Restoran; memungut pajak selain jenis Pajak
3. Pajak Hiburan; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
4. Pajak Reklame;
ayat (2).
5. Pajak Penerangan Jalan;

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;


Pasal 2 ayat (4) Jenis Pajak sebagaimana
Pajak Parkir;
7.
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
8. Pajak Air Tanah; dapat tidak dipungut apabila potensinya
9. Pajak Sarang Burung Walet; kurang memadai dan/atau disesuaikan
10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dengan kebijakan Daerah yang
11. Bea Perolehan atas hak tanah dan Bangunan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pajak Hotel

 Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait


lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). (Pasal 1 ayat 21 UU PDRD)
 Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel
(Pasal 1 ayat 20 UU PDRD)
 Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran,
termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan
dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. (Pasal 32 ayat 1 UU PDRD)
 Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada
orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. (Pasal 33 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
(Pasal 33 ayat 2 UU PDRD)
Pajak Restoran

 Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan


dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,
warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. (Pasal 1 ayat 23 UU
PDRD)
 Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
(Pasal 1 ayat 22 UU PDRD)
 Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran.
(Pasal 37 ayat 1 UU PDRD)
 Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli
makanan dan/atau minuman dari Restoran (Pasal 38 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan
Restoran (Pasal 38 ayat 2 UU PDRD)
Pajak Hiburan

 Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut bayaran. (Pasal 1 ayat 25 UU PDRD)
 Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. (Pasal 1 ayat 24 UU PDRD)
 Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran.
(Pasal 42 ayat 1 UU PDRD)
 Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan.
(Pasal 43 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.
(Pasal 43 ayat 2 UU PDRD)
Pajak Reklame

 Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya
dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau
untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat
dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. (Pasal 1 ayat 27 UU
PDRD)
 Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame
(Pasal 1 ayat 26 UU PDRD)
 Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. (Pasal 47 ayat 1 UU PDRD)
 Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame.
(Pasal 48 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame.
(Pasal 48 ayat 2 UU PDRD)
Pajak Penerangan Jalan

 Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. (Pasal 1 ayat 28 UU
PDRD)
 Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain (Pasal 52 ayat 1 UU
PDRD)
 Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat
menggunakan tenaga listrik. (Pasal 53 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan tenaga listrik.
(Pasal 53 ayat 2 UU PDRD)
 DPP: Nilai jual tenaga listrik
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

 Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana
dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.
(Pasal 1 ayat 30 UU PDRD)
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral
bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi
untuk dimanfaatkan. (Pasal 1 ayat 29 UU PDRD)
 Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral
Bukan Logam dan Batuan (Pasal 57 ayat 1 UU PDRD)
 Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang
dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. Batuan (Pasal 58 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan. (Pasal 58 ayat 2 UU PDRD)
 DPP: harga dasar dikali kubikasi (nilai jual minerba) dikali tarif
Pajak Parkir

 Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
(Pasal 1 ayat 32 UU PDRD)
 Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. (Pasal 1 ayat 31 UU PDRD)
 Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. (Pasal 62 ayat 1 UU PDRD)
 Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan
bermotor.
(Pasal 63 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat Parkir.
(Pasal 63 ayat 2 UU PDRD)
Pajak Air Tanah

 Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
(Pasal 1 ayat 34 UU PDRD)
 Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
(Pasal 1 ayat 33 UU PDRD)
 Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah
(Pasal 67 ayat 1 UU PDRD)
 Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. (Pasal 68 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. (Pasal 68 ayat 2 UU PDRD)
Pajak Sarang Burung Walet

 Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap
haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. (Pasal 1 ayat 36 UU
PDRD)
 Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet. (Pasal 1 ayat 35 UU PDRD)
 Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang
Burung Walet. (Pasal 72 ayat 1 UU PDRD)
 Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet. (Pasal 73 ayat 1 UU PDRD)
 Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet. (Pasal 73 ayat 2 UU PDRD)
 DPP: harga dasar sarang burung wallet dikali kilogram dikali tarif
Daftar Tarif
Maksimal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pajak
Pajak
Pajak Pajak Sarang
Pajak Pajak Pajak Pener Pajak Pajak
Restora Air Burun
Hotel Hiburan Reklame angan MBLB Parkir
n Tanah g
Jalan
Walet

10 10 75 25 10 25 10
30% 20%
% % % % % % %
Official Assesment

 Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan


wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat
perpajakan sebagai pemungut pajak.
 Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan
pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
 Jenis Pajak kabupaten/kota yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala
Daerah terdiri atas:
a. Pajak reklame;
b. Pajak air tanah; dan
c. PBB-P2.
(Pasal 3 ayat 3 PP 55 2016)
Self Assesment

 Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan


besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.
 Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar,
dan melaporkan besaran pajaknya
 Jenis Pajak kabupaten/kota yang dibayar sendiri berdasarkan penghitungan oleh Wajib
Pajak terdiri atas:
 a. Pajak hotel;
b. Pajak restoran;
c. Pajak hiburan;
e. Pajak mineral bukan logam dan batuan;
f. Pajak parkir;
g. Pajak sarang burung walet; dan
h. BPHTB.
(Pasal 3 ayat 4 PP 55 2016)
Masa Pajak

 Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu
lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan
kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang
(Pasal 1 ayat 46 UU PDRD)
Tahun Pajak

 Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender,
kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun kalender (Pasal 1 ayat 47 UU PDRD)
Pemungutan

 Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data


objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau
retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi
kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.
(Pasal 1 ayat 49 UU PDRD)
3 Jenis Sanksi Administrasi

 Bunga: atas keterlambatan pembayaran (2% maksimal 24 bulan)


Contoh: wp telat membayarkan pajak setelah jatuh tempo, dikenakan sanksi
berupa bunga 2% per bulan dari pokok pajak maksimal 24 bulan
 Denda : atas keterlambatan pelaporan ( jumlah nominal )
contoh: Notaris terlambat melaporkan ajb bphtb
Dikenakan sanksi berupa denda Rp.250.000
 Kenaikan : atas data baru yang didapatkan dari hasil pemeriksaan (25%
dari pokok pajak dan 100% dari selisih yang belum dibayarkan)
Contoh: Ketika diterbitkan SKPDKB dikenakan 25 % dari pokok pajak . Dan
Ketika ditemukan selisih dari LHP dikenakan 100% dari jumlah pajak yang
belum dibayarkan
Jenis Jenis Ketetapan

SKPD
SKPDKB
SKPDKBT
SKPDN
SKPDLB
SKPD

Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang


selanjutnya disingkat SKPD, adalah
surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok
pajak yang terutang. (Pasal 1 ayat 53
UU PDRD)
SKPDKB

 SuratKetetapan Pajak Daerah Kurang Bayar,


yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administratif, dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
(Pasal 1 ayat 55 UU PDRD)
SKPDKBT

Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang


Bayar Tambahan, yang selanjutnya
disingkat SKPDKBT, adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan (Pasal 1 ayat 56 UU PDRD)
SKPDN

Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil,


yang selanjutnya disingkat SKPDN,
adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak. (Pasal 1 ayat 57 UU PDRD)
SKPDLB

 SuratKetetapan Pajak Daerah Lebih Bayar,


yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
 (Pasal 1 ayat 58 UU PDRD)
Proses Bisnis Pajak Daerah

• pendaftaran untuk mendata wajib pajak


PENDAFTARAN

• pendataan untuk mendata OBJEK Pajak


PENDATAAN

• Proses mengeluarkan surat ketetapan yang menjadi dasar perhitungan


PENETAPAN Pajak terutang serta sebagai dasar hukum proses pemungutan pajak.

• penyetoran didefinisikan sebagai fungsi pembayaran dalam perpajakan


PENYETORAN

• pelaporan fungsi pencatatan transaksi perpajakan untuk stakeholder


PELAPORAN baik internal maupun eksternal

• penagihan : aktivitas penindaklanjuti ketetapan yang belum di


PENAGIHAN bayarkan
BAGAN SISDUR PENGELOLAAN
PAJAK ANGSURAN

ya 6

LUNAS
4A
5
diterima PENYETORAN
tidak
PENAGIHAN

OFFICIAL
Benar
ASSESMENT 7 8 9
BANDING PEMBUKUAN &
ditolak KEBERATAN RESTITUSI
KE BPSP PELAPORAN
PENDATAAN PENETAPAN
11
2A 3A
Tidak
10

PEMBETULAN/
PEMBATALAN
PENDAFTARAN

1
SELF
ASSESMENT tidak

ditolak
MELAPORKAN &
PENYETORAN PEMERIKSAAN PENETAPAN
MENGHITUNG

3B 4B 5B benar
2B

diterima

Anda mungkin juga menyukai