Anda di halaman 1dari 57

PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN
(PBB)
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(PBB)

ADALAH

PAJAK KEBENDAAN ATAS


BUMI DAN/ATAU BANGUNAN

DIKENAKAN TERHADAP
SUBJEK PAJAK

ORANG PRIBADI ATAU BADAN


SECARA NYATA:
• MEMPUNYAI HAK DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS BUMI,
DAN/ATAU
• MEMILIKI, MENGUASAI, DAN/ATAU MEMPEROLEH MANFAAT ATAS
BANGUNAN
OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)

BUMI BANGUNAN

ADALAH : ADALAH :
PERMUKAAN BUMI YG MELIPUTI TANAH KONSTRUKSI TEKNIK
DANPERAIRAN PEDALAMAN YG DITANAM ATAU
SERTA LAUT WILAYAH DILEKATKAN SECARA
INDONESIA, DAN TUBUH BUMI YG TETAP PADA TANAH
ADA DIBAWAHNYA DAN/ATAU PERAIRAN
Pasal 1 angka 1 Pasal 1 angka 2
OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (1)

BANGUNAN

 TERMASUK DALAM PENGERTIAN BANGUNAN ADALAH (Penjelasan


Pasal 1 angka 2) :
Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
Jalan tol;
Kolam renang;
Pagar mewah;
Tempat olah raga;
Galangan kapal, dermaga;
Taman mewah;
Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
FAKTOR YANG MENENTUKAN
KLASIFIKASI OBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2)

BUMI/TANAH BANGUNAN
- Letak - Bahan bangunan
- Peruntukan - Rekayasa
- Pemanfaatan - Letak
- Kondisi lingkungan - Kondisi lingkungan
- Dan lain-lain - Dan lain-lain
OBJEK PAJAK
YANG TIDAK DIKENAKAN PBB
Pasal 3 ayat (1)

ADALAH OBJEK PAJAK YANG :

§ Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang


ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang
nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
§ Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu;
§ Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak;
§ Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik;
§ Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
OBJEK PAJAK
YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
Pasal 3 Ayat (2)

PENGENAAN PAJAKNYA DIATUR


LEBIH LANJUT DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

ORANG ATAU BADAN

Memperoleh Memperoleh
manfaat manfaat
atas bangunan atas bumi

Memiliki, Mempunyai
menguasai suatu hak
bangunan atas bumi

Pasal 4 ayat (2)

Dikenakan
SUBJEK kewajiban WAJIB
PAJAK membayar PAJAK
pajak
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
TIDAK KENA PAJAK
(NJOPTKP)
Pasal 3 Ayat (3)

NJOPTKP

Berbeda untuk masing-masing daerah, maks Rp 12 juta

 Per Wajib Pajak;


 Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan;
 Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek
pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu Objek
pajak yang nilainya terbesar.
DASAR PENGENAAN
Pasal 6 Ayat (1), (2)

NJOP
(Nilai Jual Objek Pajak)

Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli


yang terjadi secara wajar

Bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual


Objek Pajak ditentukan melalui :
- perbandingan harga dengan Objek lain yang sejenis;atau
- nilai perolehan baru; atau
- Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya
PENENTUAN NJOP

PENILAIAN OBJEK PBB

 PENDEKATAN PENILAIAN

 Pendekatan Data Pasar


(Market Data Approach)
 Pendekatan Biaya
(Cost Approach)
 Pendekatan Pendapatan
(Income Approach)

 CARA PENILAIAN

 Penilaian Massal
 Penilaian Individual
PENDEKATAN PENILAIAN

 Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)


 NJOP dihitung dengan cara membandingkan Objek pajak yang sejenis
dengan Objek lain yang telah diketahui harga pasarnya.
 Pendekatan ini pada umumnya digunakan untuk menentukan NJOP tanah,
namun dapat juga dipakai untuk menentukan NJOP bangunan.

 Pendekatan Biaya (Cost Approach)


 Pendekatan ini digunakan untuk menentukan nilai tanah atau bangunan
terutama untuk menentukan NJOP bangunan dengan menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru yang sejenis
dikurangi dengan penyusutan phisiknya.

 Pendekatan Pendapatan (Income Approach)


 Pendekatan ini digunakan untuk menentukan NJOP yang tidak dapat
dilakukan berdasarkan pendekatan data pasar atau pendekatan biaya, tetapi
ditentukan berdasarkan hasil bersih objek pajak tersebut
 Pendekatan ini terutama digunakan untuk menentukan NJOP galian tambang
atau objek perairan
CARA PENILAIAN

 Penilaian Massal (Mass Appraissal)


 NJOP bumi dihitung berdasarkan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang terdapat pada setiap
Zona Nilai Tanah (ZNT).
 NJOP bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB)
dikurangi penyusutan phisik.
 Perhitungan penilaian massal dilakukan dengan menggunakan program komputer
(Computer Assisted Valuation / CAV).

 Penilaian Individual (Individual Appraissal)


Diterapkan untuk Objek tertentu yang bernilai tinggi atau keberadaannya mempunyai sifat
khusus, antara lain :
 Jalan tol
 Pelabuhan laut/sungai/udara
 Lapangan golf
 Industri semen/pupuk
 PLTA, PLTU, PLTG
 Pertambangan
 Tempat rekreasi
 Dan lain-lain sejenisnya
 Objek pajak tertentu, seperti rumah mewah, pompa bensin, jalan tol, lap. golf, Objek
rekreasi, usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
DASAR PENGHITUNGAN
Pasal 6 ayat (3) dan (4)

NILAI JUAL KENA PAJAK

SERENDAH-RENDAHNYA 20 %
DAN
SETINGGI-TINGGINYA 100 %

PERSENTASE NJKP
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK
(PP No. 25 TAHUN 2002)

NILAI JUAL KENA PAJAK

1. OBJEK PAJAK PERKEBUNAN,


KEHUTANAN, DAN PERTAMBANGAN;
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
2. OBJEK PAJAK LAINNYA BILA NJOP Rp. 1 KURANG DARI Rp. 1 MILYAR
MILYAR ATAU LEBIH

40% X NJOP 20% X NJOP


TARIF
Pasal 5

TARIF TUNGGAL

0,5 %
CARA MENGHITUNG

PBB = TARIF x NJKP

= 0,5% x 20% x NJOP


= 0,5% x 40% x NJOP

NJOP = (NJOP BUMI + NJOP BANGUNAN) NJOPTKP


TAHUN PAJAK, SAAT, DAN TEMPAT
YANG MENENTUKAN PAJAK TERUTANG
Pasal 8 ayat (1), (2), (3)

Tahun Pajak
Adalah jangka waktu satu tahun takwim, yaitu dari tanggal 1 Januari
s/d 31 Desember.

Saat yang menentukan pajak terutang


Adalah menurut keadaan Objek pajak pada tanggal 1 Januari.

Tempat Pajak Terutang :


 untuk daerah Jakarta, di wilayah DKI Jakarta;
 untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten/Kota;
yang meliputi letak Objek pajak.
PENGENAAN PBB TERHADAP OBJEK PAJAK
YANG DINILAI SECARA INDIVIDUAL
KMK No. 523/KMK.04/1998

OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS DAPAT DITENTUKAN


BERDASARKAN PENILAIAN SECARA INDIVIDUAL
KEP. DIRJEN PAJAK NO. KEP. 16/PJ.6/1998

Objek Pajak yang bersifat khusus adalah sebagai berikut :


 Jalan tol
 Pelabuhan laut/sungai/udara
 Lapangan golf
 Industri semen/pupuk
 PLTA, PLTU, PLTG
 Pertambangan
 Tempat rekreasi
 Dan lain-lain sejenisnya
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN
KEP DJP NO.16/PJ.6/1998

Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu pembangunan
dan/atau penanaman dan/atau penggalian jenis sumber daya alam atau budidaya
tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan dan alat, mulai
dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau menghasilkan

SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya
perkebunan per hektar yang dihitung berdasarkan :
- koomponen tenaga kerja;
- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan
Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk
suatu jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari
satu kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar
standar investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu
tahun.
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERKEBUNAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 3
 Areal kebun :

NJOP = NJOP tanah + Jumlah Investasi Tanaman


Perkebunan sesuai dengan SIT menurut umur tanaman
 Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan perkebunan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 4
A.Untuk HPH, HPHH, IPK, serta ijin sah lain selain HPHTI
 Areal produktif :

NJOP = 8,5 x Hasil bersih setahun sebelum tahun pajak


berjalanproduktif, emplasemen dan areal lainnya
 Areal belum/tidak

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR KEHUTANAN
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

B.Untuk HPHTI Pasal 5


 Areal hutan :
NJOP = NJOP tanah + jumlah biaya pembangunan
hutan tanaman industri menurut umur tanaman

 Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan tanaman


industri

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 6
 Areal produktif :

NJOP = 9,5 x Hasil penjualan minyak dan gas bumi


dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 7
 Areal produktif :

NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas bumi/ listrik


dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
DAN GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 8
 Areal produktif :

NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang dalam satu


tahun sebelum tahun pajak berjalan
 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 9
 Areal produktif :
NJOP = Angka kapitalisasi tertentu X hasil bersih galian
tambang dalam setahun sebelum tahun pajak berjalan
 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik

Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan
Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang diatur
dalam kontrak yang berlaku
(Pasal 10)
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN LAUT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 11
 Areal penangkapan ikan :
NJOP = 10 x Hasil bersih ikan dalam satu tahun
sebelum tahun pajak berjalan
 Areal pembudidayaan ikan

NJOP = 8 x Hasil bersih ikan dalam satu tahun sebelum


tahun pajak berjalan
 Areal emplasemen dan areal lainnya

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN DARAT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 12
 Areal pembudidayaan ikan darat :
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya + Standar biaya investasi tambak menurut
jenisnya
 Areal emplasemen dan areal lainnya

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 13
 Areal tanah :
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya
 Areal perairan untuk kepentingan pelabuhan, industri, lapangan golf
serta tempat rekreasi
NJOP = Nilai jual yang ditentukan berdasarkan korelasi
garis lurus kesamping dengan klasifikasi NJOP
permukaan bumi berupa tanah sekitarnya
 Areal perairan untuk kepentingan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

NJOP = 10 X (10 % dari hasil bersih dalam satu tahun


sebelum tahun pajak berjalan)
 Objek Pajak berupa bangunan

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru


setiap jenis bangunan - penyusutan fisik
BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN
BANGUNAN (BPHTB)
Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun
2009
DEFINISI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN (BPHTB)

1. BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah
dan atau bangunan
2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau
bangunan oleh orang pribadi atau
3. Hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di
atasnya
Objek Pajak

Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, meliputi:


1. Pemindahan Hak
2. Pemberian Hak Baru
Pemindahan Hak

• Jual beli
• Tukar menukar
• Hibah
• Hibah Wasiat
• Waris
• Pemasukan dalam Perseroan atau badan hukum lainnya
• Pemisahan hak yang menyebabkan peralihan
• Penunjukan pembeli dalam lelang
• Penggabungan, peleburan, dan pemekaran usaha
• Hadiah
Perbedaan Waris dan Hibah Wasiat

• Perolehan hak karena waris adalah perolehan hak atas


tanah dan atau bangunan oleh ahli waris dari pewaris,
yang berlaku setelah pewaris meninggal dunia.

• Perolehan hak karena hibah wasiat adalah perolehan hak


atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau
badan dari pemberi hibah wasiat, yang berlaku setelah
pemberi hibah wasiat meninggal dunia
Pemberian Hak Baru

• Kelanjutan pelepasan hak


• Di luar pelepasan hak
JENIS-JENIS HAK ATAS TANAH

Hak milik
Hak guna usaha
Hak guna bangunan
Hak pakai
Hak milik atas satuan rumah
susun
Hak pengelolaan
BUKAN OBJEK BPHTB

• Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas


timbal balik.
• Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan/untuk
kepentingan umum
• Badan atau perwakilan organisasi internasional
• Apabila tidak ada perubahan nama atas kepemilikan
tersebut
• Orang pribadi atau badan karena wakaf
• Orang pribadi atau badan untuk kepentingan ibadah
Subjek Pajak
orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan/atau bangunan
TARIF PAJAK DAN DASAR PENGENAAN (DPP)

Dasar Pengenaan Pajak adalah: Nilai Perolehan


Tarif pajak adalah Objek Pajak (NPOP)
 Jual beli menggunakan harga transaksi
sebesar 5% (Lima
 Tukar menukar menggunakan nilai pasar
persen)  Hibah wasiat menggunakan nilai pasar
 Waris menggunakan nilai pasar
 Setoran modal menggunakan nilai pasar
 Lelang menggunakan harga transaksi
 Hadiah menggunakan nilai pasar.
NPOP

Harga Transaksi Harga Pasar

• Tukar menukar
1.Jual beli • Hibah wasiat
2.Penunjukan pembeli dalam lelang • Waris
• Hibah
• Pemasukan ke PT
• Pemisahan hak
• Peralihan hak karena putusan hakim
• dll
NJOP PBB SEBAGAI DPP

1. Dasar Pengenaan Pajak harus selalu lebih besar

2. NPOP dalam bentuk harga transaksi atau harga pasar yang tidak
diketahui atau lebih rendah dari NJOP PBB yang menjadi DPP
adalah NJOP PBB
Jika Nilai Perolehan dari A sampai L di atas tidak diketahui atau lebih
rendah dari NJOP yang digunakan untuk penetapan NJOP PBB dalam
PBB, maka nilai perolehan objek pajak yang digunakan sama dengan
NJOP PBB pada tahun harga perolehan
NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
(NPOPTKP)

1. Ditetapkan secara regional paling banyak Rp. 60 juta untuk setiap Wajib Pajak

2. Dapat bervariasi antardaerah (kabupaten/kota), karena ditetapkan dengan


peraturan daerah

3. Untuk perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang
pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah
wasiat, termasuk suami/istri, ditetapkan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
Saat BPHTB Terhutang

1. Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta untuk transaksi


jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, hadiah
2. Sejak tanggal yang besangkutan mendaftarkan peralihan haknya
ke kantor bidang pertanahan
PELUNASAN BPHTB: Pada Saat Terjadinya Peralihan Hak

BPHTB yang terutang dibayar ke kas negara melalui Bank/Kantor Pos Persepsi
BPHTB, yaitu Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank
Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (SSB).  
Lain-lain

Pemberian pengurangan BPHTB:


• Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh hak baru melalui program
pemerintah di bidang pertanahan dan tidak mempunyai kemampuan secara
ekonomis (75%)
• Wajib Pajak Badan yang memperoleh hak baru selain Hak Pengelolaan dan telah
menguasai tanah dan atau bangunan secara fisik lebih dari 20 (dua puluh) tahun
yang dibuktikan dengan surat pernyataan Wajib Pajak dan keterangan dari
Pejabat Pemerintah Daerah setempat (50%)

47
Pemberian pengurangan BPHTB (cont.)

• Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan
Rumah Sederhana (RS), dan Rumah Susun Sederhana serta Rumah Sangat
Sederhana (RSS) yang diperoleh langsung dari pengembangan dan dibayar
secara angsuran (25%)
• Wajib Pajak orang pribadi yang menerima hibah dan orang pribadi yang
mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat ke atas atau satu derajat ke bawah (50%)

48
Pemberian Pengurangan BPHTB karena Sebab-sebab
Tertentu :
• Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian dari hasil ganti
rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya di bawah Nilai Jual Objek Pajak (50%)
• Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti atas tanah yang
dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan umum (50%)
• Wajib Pajak Badan yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter yang
berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasional sehingga Wajib Pajak
harus melakukan restrukturisasi usaha dan atau utang usaha sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah (75%)

49
Pemberian Pengurangan BPHTB karena Sebab-sebab
Tertentu :
• Wajib Pajak Bank Mandiri yang memperoleh hak atas tanah yang
berasal dari Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Pembangunan
Indonesia, dan Bank Ekspor Impor dalam rangkaian proses
penggabungan usaha (merger) (100%)
• Wajib Pajak Badan yang melakukan Penggabungan Usaha (merger)
atau Peleburan Usaha (konsolidasi) dengan atau tanpa terlebih dahulu
mengadakan likuidasi dan telah memperoleh keputusan persetujuan
penggunaan Nilai Buku dalam rangka penggabungan atau peleburan
usaha dari Direktur Jenderal Pajak (50%)

50
Pemberian Pengurangan BPHTB karena Sebab-sebab
Tertentu :
• Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan yang
tidak berfungsi lagi seperti semula disebabkan bencana alam atau
sebab-sebab lainnya seperti kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa
bumi, gunung meletus, dan huru- hara yang terjadi dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan sejak penandatanganan akta; (50%)
• Wajib Pajak orang pribadi Veteran, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara
Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI), Pensiunan
PNS, Purnawirawan TNI, Purnawirawan POLRI atau janda/duda-nya
yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan rumah dinas
Pemerintah; (75%)

51
Pemberian Pengurangan BPHTB karena Sebab-sebab
Tertentu :
• Wajib Pajak Badan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) yang
memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan dalam rangka
pengadaan perumahan bagi anggota KORPRI/PNS; (100%)
• Wajib Pajak Badan anak perusahaan dari perusahaan asuransi dan
reasuransi yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan yang
berasal dari perusahaan induknya selaku pemegang saham tunggal
sebagai kelanjutan dari pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi; (100%)

52
Pemberian Pengurangan BPHTB karena Sebab-sebab
Tertentu :

• Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan


sosial atau pendidikan yang semata- mata tidak untuk
mencari keuntungan antara lain untuk panti asuhan, panti
jompo, rumah yatim piatu, sekolah yang tidak ditujukan
mencari keuntungan, rumah sakit swasta milik institusi
pelayanan sosial masyarakat. (50%)

53
CONTOH PENGHITUNGAN BPHTB

Pada tanggal 1 Maret 2010, Joko membeli sebuah rumah seluas 200 M2 yang
berada diatas sebidang tanah hak milik seluas 500 M2 di Kota Bogor dengan harga
perolehan sebesar Rp500.000.000,. Berdasarkan data SPPT PBB atas objek
tersebut ternyata NJOPnya sebesar Rp.600.000.000,- (tanah dan bangunan). Bila
NPOPTKP ditentukan sebesar Rp50.000.000,-maka berapa BPHTB yang harus
dipenuhi oleh Joko?
Contoh Perhitungan BPHTB

Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan
dengan nilai pasar yang dinilai oleh perusahaan penilai sebesar Rp.
300.000.000,- . Terhadap tanah dan bangunan tersebut telah diterbitkan Surat
Pemeberitahuan Pajak Terutang(SPPT)  Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun
ahli waris mendaftarkan warisannya ke Kantor Pertanahan setempat dengan
Nilai Jual Objek Pajak sebesar Rp. 325.000.000,-. Apabila di Kabupaten/Kota
letak tanah dan bangunan tersebut berada, Kantor Pelayanan Pajak Pratama
setampat menatapkan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak dalam hal
perolehan karena waris dan hibah wasiat sebesar Rp. 300.000.000,-, berapakah
BPHTB yang harus dibayar.
• Bapak Sumarno membeli sebidang tanah yang terletak di Ka
bupaten Tangerang dengan Nilai Perolehan Objek Pajak (NP
OP) sebesar Rp50.000.000,- Apabila NPOPTKP ditetapkan un
tuk Kabupaten Tangerang sebesar Rp60.000.000,- .
Hitunglah BPHTB yang menjadi kewajiban Bapak Sumarno ts
b adalah :
• Seorang anak menerima warisan dari orang tuanya sebida
ng tanah dan bangunan dengan nilai pasar pada waktu pe
ndaftaran hak sebesar Rp250 juta. Terhadap tanah dan ba
ngunan tersebut telah dikenakan PBB dengan NJOP sebes
ar Rp325 juta. Apabila NPOPTKP karena waris untuk daer
ah tersebut ditentukan sebesar Rp250 juta .Hitunglah
BPHTB yang terutang.

Anda mungkin juga menyukai