Anda di halaman 1dari 5

Pajak sarang burung wallet

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 21 TAHUN 2011


PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 14 TAHUN 2011

DASAR PENGENAAN, TARIF, DAN TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK Pasal 5


1. Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet.
2. Nilai Jual Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku
dengan volume Sarang Burung Walet.
3. Jika harga pasaran umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diketahui atau sulit
diperoleh, digunakan nilai pasar yaitu harga rata-rata Sarang Burung Walet yang berlaku
di daerah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai harga rata-rata Sarang Burung Walet sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan secara periodik dengan Peraturan Bupati.

Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10% (sepuluhpersen).

Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD,
SKPDKB, dan/atau SKPDKBT. harus disampaikan kepada Bupati paling lama 15 (lima belas) hari
setelah berakhimya masa pajak.

WILAYAH PEMUNGUTAN PAJAK Pasal 8 Pajak Sarang Burung Walet yang terutang
dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet
dalam wilayah Kabupaten Bangli.
Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut di Kabupaten Buleleng.

SANKSI ADMINISTRASI
dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan terhitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

KETENTUAN PIDANA
Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Perda dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Pajak mineral bukan logam dan batuan
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2011
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2018
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017
1. Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah nilai jual hasil
pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan.
2. Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikan
volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai patokan masingmasing jenis Mineral
Bukan Logam dan Batuan.
3. Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah harga standar mineral bukan
logam dan batuan yang ditetapkan oleh Gubernur.

Objek Pajak adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi:
asbes; batu tulis; batu setengah permata; batu kapur; batu apung; batu permata; bentonit;
dolomit; feldspar; garam batu (halite); grafit; granit/andesit; dips; kalsit; kaolin; leusit;. magnesit;
mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir dan kerikil; pasir kuarsa; perlit; phospat; talk; tanah
serap (fullers earth) tanah diatome; tanah liat; tawas ( alum ); tras; yarosif; zeolit; basal; trakkit;
dan. Mineral Bukan Logam Dan Batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Dikecualikan dari objek pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah :
a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata-nyata tidak
dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan
rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/ telepon
penanaman pipa air/gas; dan
b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang merupakan ikutan dari
kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial.

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN


a. Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah, Bendahara Penerima Badan Pendapatan atau
tempat lain yang ditentukan oleh Bupati.
b. Apabila pembayaran pajak dilakukan di Bendahara Penerima Badan Pendapatan, hasil
penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambatlambatnya 1 (satu) hari kerja
berikutnya.
c. Setiap pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan SSPD dan
dicatat dalam buku penerimaan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, ukuran SSPD dan buku penerimaan Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur dengan Peraturan Bupati.
Tarif pajak sebesar 25 % (dua puluh lima persen).
Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan
menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT. harus disampaikan kepada Bupati
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak, dengan dilampirkan
keterangan dan/atau dokomen pendukungnya.

Pajak terutang dipungut di wilayah Daerah Kabupaten Badung.


SANKSI ADMINISTRATIF
1. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf a angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administratif berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
2. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh
lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
3. Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100%
(seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut
4. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak
melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR


PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2006
PERDABALI NO. 1 TAHUN 2011

Obyek Pemgungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor di darat, termasuk bahan bakar
yang digunakan untuk kendaraan bermotor diatas air.
Kendaraan Bermotor Diatas Air sebagimana dimaksud pada ayat (1), adalah kendaraan bermotor yang
ada di sungai, danau dan laut, termasuk alat transportasi berbendera asing untuk pelayaran samudra
yang membeli bahan bakar minyak / bahan bakar gas di wilayah perairan Indonesia.

PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS TARIF PAJAK BAHAN


BAKARKENDARAAN BERMOTOR.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2011
- Tarif pajak sebesar 5 % (lima persen).
- Tarif PBBKB untuk bahan bakar kendaraan umum ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh
persen) lebih rendah dari tarif PBBKB untuk kendaraan pribadi.
- Dasar Pengenaan Pajak Bahan Bakar pada sekto industri rata-rata sebesar 17,17% (tujuh belas
koma tujuh belas persen) dari jumlah pembelian bahan bakar minyak / bahan bakar gas.
- Dasar Pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk usaha pertambangan, usaha
kehutanan dan usaha perkebunan rata-rata sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari jumlah
pembelian bahan bakar minyak / bahan bakar gas.
- Kontraktor jalan dan usaha transportasi, dipungut Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
sebanyak 5% (lima persen) dari jumlah pembelian bahan bakar minyak / bahan bakar gas.

Besarnya Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud merupakan hasil perkalian
tarif dan Dasar Pengenaan.

Penetapan Pajak dan Pajak Terutang


- Penyedia BBKB wajib mengisi dan menyampaikan SPTPD setiap bulan kepada Gubernur atau
Kepala Dinas paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya atas penjualan Bahan Bakar Minyak
(BBM) dan dilampiri dengan rekapitulasi.
- SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat data volume penjualan bahan bakar,
jumlah PBBKB yang telah disetor, termasuk koreksi atas data laporan bulan sebelumnya disertai
dengan data pendukung lainnya.
- Penyedia Bahan Bakar, wajib menyampaikan data subjek PBBKB kepada Gubernur.
- Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Gubernur

PBB
PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012
- Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, untuk sektor
perdesaan dan sektor perkotaan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan .
- Termasuk dalam pengertian Bangunan meliputi : a. jalan lingkungan yang terletak dalam suatu
kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasenya, yang merupakan suatu kesatuan
dengan kompleks bangunan tersebut; b. jalan tol; c. kolam renang; d. pagar mewah; e. tempat
olah raga; f. galangan kapal, dermaga; g. taman mewah; h. tempat penampungan/kilang minyak,
air dan gas, pipa minyak;dan i. menara.
- Objek pajak yang tidak dikenakan adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
objek pajak yang :
a. digunakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah untuk
penyelenggaraan pemerintahan;
b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan;
c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
d. merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan tanah negara
yang belum dibebani suatu hak;
e. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik; dan
f. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
- Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 15.000.000,00 (Lima
belas juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. DENPASAR
- Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp 26.000.000,00 (dua
puluh enam juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. BADUNG

DASAR PENGENAAN, TARIF, DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK


- Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah NJOP.
- Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali
untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan
wilayahnya.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan Walikota.
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan sebagai berikut :
a. untuk NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,1 %
(nol koma satu persen) per tahun.
b. untuk NJOP diatas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma
dua persen) per tahun.

Anda mungkin juga menyukai