Anda di halaman 1dari 33

PELATIHAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

‘MATERI PERPAJAKAN’

1 Apakah atas penyetoran modal untuk pembentukan BUMDes dilakukan


pemotongan dan/atau pemungutan pajak?

Jawab :
Tidak, karena bukan merupakan objek pajak.

Sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf c UU Pajak Penghasilan, yang dikecualikan dari
objek pajak adalah, antara lain : harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan ... sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

Penjelasan Pasal :

“Pada prinsipnya harta, termasuk setoran tunai, yang diterima oleh badan
merupakan tambahan kemampuan ekonomis bagi badan tersebut. Namun karena
harta tersebut diterima sebagai pengganti saham atau penyertaan modal, maka
berdasarkan ketentuan ini, harta yang diterima tersebut bukan merupakan Objek
Pajak.”
2 Apakah pada saat Instansi Pemerintah (Desa) memperoleh/menerima uang dari
sewa lahan desa kena pajak?

Jawab :
Tidak kena pajak, karena Pemerintah Desa tidak termasuk sebagai Subjek Pajak.
Atas hasil sewa lahan ini masuk PAD Desa, sesuai Pasal 11 dan 12 Permendagri
No. 20 Tahun 2018, dan bukan masuk sebagai PNBP (Penerimaan Negara Bukan
Pajak).

Dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor7 TAHUN 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 17 TAHUN 2000 dan penjelasannya, antara lain diatur bahwaUnit tertentu
dari badan Pemerintah yang memenuhi kriteria berikut tidak termasuk sebagai
Subjek Pajak yaitu :
a. dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
c. penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah
Pusat atau Daerah; dan
d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

Perhatikan bunyi Pasal 22 ayat (1) huruf a UU PPh :

1|Page
“Menteri Keuangan dapat menetapkan Instansi Pemerintah (Bendahara)
pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang”.
Juga perhatikan bunyi Pasal 23 UU PPh :
“ Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, ....”

Dengan demikan tidak ada PPh maupun PPN yang harus dipotong oleh Instansi
Pemerintah (Bendahara) Desa pada saat menerima uang.

3 Apakah atas belanja pasir, batu kapur dan tanah liat tidak kena pajak? Asumsi : Penjual tidak
menyerahkan fotokopi Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
kepada Instansi Pemerintah (Bendahara).

Jawab :
Belanja pasir tidak kena PPN. Tetapi tetap dimungkinkan kena PPh Pasal 22 apabila
belanjanya > Rp 2 juta, dengan tarif :
 1,5% apabila penjual ber-NPWP, atau
 3% apabila penjual tidak ber-NPWP.

Dasar Hukum :
 Sesuai Pasal 4A huruf a Undang-undang PPN bahwa jenis barang yang tidak dikenai
PPN, antara lain barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya, meliputi : asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu
kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu
(halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat,
opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap
(fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan
trakkit;
 PPh Pasal 22 Instansi Pemerintah (Bendahara)wan = 1,5% x Harga Pembelian tidak
termasuk PPN (Pasal 2 ayat (1) huruf b PMK-107/PMK.010/2015)
 Besarnya pungutan PPh Pasal 22 yang diterapkan terhadap WP yang tidak memiliki
NPWP lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap WP
yang dapat menunjukkan NPWP. (Pasal 22 ayat (3) UU Nomor 36 TAHUN 2008)
dan (Pasal 2 ayat (3) PMK-107/PMK.010/2015)
 Dalam belanja pasir ini tidak akan terjadi pemungutan PPh Pasal 23, karena pasir
adalah barang, bukan jasa.
4 Apakah atas pembelian batu split / batu belah dikenakan PPN oleh Instansi
Pemerintah?

Jawab :
Kena PPN.

 Ditegaskan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE -


23/PJ.3/1985 Tgl 25 Maret 1985 bahwa penyerahan hasil penggalian yang
sudah diolah lebih lanjut, seperti : batu yang sudah dipecah / dibentuk
dalam berbagai ukuran, … adalah Barang Kena Pajak dan atas
penyerahannya terhutang Pajak Pertambahan Nilai. Termasuk batu
belah/kerikil yang cara ambilnya dengan diledakkan supaya ukurannya
2|Page
menjadi kecil-kecil, maka kena PPN (Lihat surat penegasan Direktur
Jenderal Pajak Nomor S - 853/PJ.51/2003).
 Adapun batu split/ batu belah/kerikil yg tidak kena PPN adalah yang masih
dalam bentuk aslinya, belum diolah. Ini ditegaskan dalam surat Direktur
Jenderal Pajak Nomor S-2414/PJ.54/1998 Tentang Pengenaan PPN atas
Penjualan Bahan Galian Golongan C (Batu Alam).
 Jangan lupa, kenakan juga PPh Pasal 22 apabila belanjanya > Rp 2 juta.
Asumsi : Penjual tidak menyerahkan fotokopi Surat Keterangan yang diterbitkan oleh
KPP kepada Instansi Pemerintah (Bendahara).

 Bedakan perlakuan PPN atas batu split/ batu belah dengan batu kerikil
yang belum diolah. Karena batu kerikil yg belum diolah tidak kena PPN.
 Dalam belanja batu split/batu belah ini tidak akan terjadi pemungutan PPh
Pasal 23, karena pasir adalah barang, bukan jasa.

5 Benarkah kalau kita beli batu belah / pecah / split yg sudah dipalu/dikampak
langsung dari warga masyarakat (bukan dari toko) atau bukan dari suatu badan
usaha/perusahaan tidak kena pajak? Warga masyarakat sbg penjual telah
mengampak/memalu supaya ukurannya menjadi kecil.

Jawab :
 Tidak betul, Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa tetap harus
mengenakan pajak walaupun beli dari warga masyarakat. Tinggal lihat
berapa nilai belanjanya untuk pengenaan pajaknya.
 Tidak ada sama-sekali peraturan pajak yang menyatakan kalau Instansi
Pemerintah (Bendahara) beli batu belah / pecah / split langsung dari warga
masyarakat (bukan dari toko) tidak akan kena pajak.
6 Kalau Instansi Pemerintah (Bendahara) beli pasir dari toko, benarkah Instansi
Pemerintah (Bendahara) tetap harus memungut PPN atas pembelian pasir tadi,
karena beli darinya toko, bukan diambil langsung dari sumbernya (sungai) ?

Jawab :
 Instansi Pemerintah (Bendahara) tidak perlu memungut PPN kalau belanja
pasir, walaupun beli dari toko.
 Instansi Pemerintah (Bendahara) tetap harus memungut PPh Pasal 22
dengan tarif 1,5% (untuk toko yang ber-NPWP) kalau belanjanya > Rp 2
juta. Di sini pakai tarif 1,5% dan bukan 1,5/110 x belanja, karena dalam nilai
belanja tersebut tidak ada PPN. Asumsi : Penjual tidak menyerahkan fotokopi
Surat Keterangan yang diterbitkan oleh KPP kepada Instansi Pemerintah (Bendahara).

 Pasal 4A UU PPN menyatakan bahwa jenis barang yang tidak dikenai PPN,
antara lain barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya, meliputi : minyak mentah (crude oil), gas
3|Page
bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi
langsung oleh masyarakat; panas bumi; asbes, batu tulis, batu setengah
permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar
(feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa,
perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat,
tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;

Penegasan atas kasus ini ada di Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE -
23/PJ.3/1985 tentang Pengertian Menambang Dalam Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 (Seri PPN-38), bahwa :
1. Kegiatan menambang yang termasuk pengertian menghasilkan adalah kegiatan
pada tingkat pengolahan dan pemurnian dalam rangka usaha pertambangan.
2. Pertambangan minyak dan gas bumi dan pengusahaan sumber daya panas
bumitidak termasuk dalam pengertian menghasilkan, sehingga minyak
mentah (crude oil) dan gas bumi serta sumber daya panas bumi adalah bukan
Barang Kena Pajak, dan atas penyerahannya tidak terhutang Pajak
Pertambahan Nilai.
3. Hasil penggalian bahan tambang tersebut masih dalam bentuk aslinya dan
belum mengalami proses pengolahan apapun.

Dalam aturan ini, minyak mentah dan gas bumi yang diambil dari
dalam bumi ternyata tidak dikenai PPN, walaupun perlu teknologi tinggi
untuk mengeluarkan dan mengambilnya. Perlu dibuat sumur pengeboran,
perlu dipasangkan pipa untuk menyalurkan, perlu kilang untuk
penyimpanan, dan proses lainnya. Tapi ternyata, sepanjang masih berupa
minyak mentah dan gas bumi, maka tidak dikenai PPN.
7 Apakah atas Siltap (Penghasilan Tetap) dan tunjangan rutin yang diterima
perangkat desa / pegawai honorer menjadi objek PPh Pasal 21 ?
Bagaimana kalau diterimanya dirapel?

Jawab :
 Sepanjang Siltap tersebut tidak melebihi PTKP (Penghasilan Tidak
Kena Pajak), maka kena PPh Pasal 21-nya NIHIL atau Rp 0,-.
Tidak ada pengaruhnya apakah Siltap tersebut dapatnya rutin per
bulan atau dirapel.
Dengan tingginya PTKP, hampir dipastikan seluruh penerima Siltap
yang diterima perangkat desa / pegawai honorer kena pajaknya
nihil atau Rp 0,-

 PPN : tidak dikenakan, berdasarkan Permenkeu Nomor


83/PMK.03/2012, bahwa jasa tenaga kerja merupakan jasa yg tidak
dikenakan PPN.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 16/PJ/2016 Tgl 29


September 2016 :

4|Page
1. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk ..., serta pegawai yang
bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang
menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur. (Pasal 1 angka 10)
2. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi
Pegawai Tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan
imbalan dengan nama apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur.
3. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah
penghasilan bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur,
yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain
berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
4. Jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh penerima
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah seluruh jumlah
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang diterima atau
diperoleh dalam suatu periode atau pada saat dibayarkan. (Pasal 10 huruf a)

Berdasarkan Pasal 10 PER - 16/PJ/2016 Tgl 29 September 2016 Penghasilan Kena


Pajak bagi Pegawai Tetap, sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP sebulan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 adalah :

TK/0 = Rp 4.500.000
TK/1 = Rp 4.875.000
TK/2 = Rp 5.250.000
TK/3 = Rp 5.625.000
K/0 = Rp 4.875.000
K/1 = Rp 5.250.000
K/2 = Rp 5.625.000
K/3 = Rp 6.000.000
8 Apakah pemberian uang rapat desa dikenakan PPh Pasal 21 ?

Jawab : dikenakan PPh Pasal 21 karena merupakan peserta kegiatan.

Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. : PER-16/PJ/2016 Tentang Pedoman


Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan
Kegiatan Orang Pribadi:

a. Pasal 1 angka 13 : Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat


dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar,
lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan
lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut
b. Pasal 1 angka 23 : Imbalan kepada peserta kegiatan adalah penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan kepada
peserta kegiatan tertentu, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
5|Page
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan, dan penghasilan sejenis
lainnya.
c. Pasal 3 : Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang
pribadi yang merupakan peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan,
antara lain:
1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
4. peserta pendidikan dan pelatihan;
d. peserta kegiatan lainnya.
9 Apakah honorarium rapat kegiatan (misal : rapat kegiatan Pilkada/Pilkades/rapat
membahas pembangunan jalan desa) / uang rapat kegiatan / uang transport
kegiatan / kepanitiaan bagi penerima yang bukan PNS dikenakan PPh Pasal 21 ?

Jawab :
 Kena PPh Pasal 21, MAP : 411121 – KJS : 100. Disetor dengan nama dan
NPWP Instansi Pemerintah (Bendahara).
 Biasanya kena tarif 5% bagi yg punya NPWP atau 6% bagi yang tidak
punya NPWP, karena biasanya terima uangnya < Rp 50 juta/peserta.
 Tidak ada pengurang (misal biaya jabatan atau PTKP), tetapi langsung
dikenakan tarif.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 16/PJ/2016 :


 Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan diterapkan atas jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali
pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh
peserta kegiatan. (Pasal 16 ayat (2) huruf b)
 Penyelenggara kegiatan adalah orang pribadi atau badan sebagai penyelenggara
kegiatan yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun
kepada orang pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut. (Pasal 1)
 Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu,
termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,
pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.

10 Instansi Pemerintah (Bendahara) membuat Surat Perjanjian Kerja / kontrak dengan


rekanan/kontraktor/pemborong (Pihak Ketiga) untuk membuat proyek pengaspalan
jalan/ pemasangan rangka baja ringan / bikin jembatan / renovasi balai desa. Apakah
untuk menghitung PPh yang terhutang perlu diperinci dulu belanjanya?

Jawab :
Instansi Pemerintah (Bendahara) desa tidak perlu rincian untuk menghitung : PPh
Pasal 21 (upah), PPN pembelian barang, PPh Pasal 22 pembelian barang, PPh Pasal
23 sewa mesin molen/stum, dll. karena semua sudah menjadi urusan rekanan
pemborong.
Sesuai Pasal 1 PP Nomor 51 Tahun 2008 : Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang

6|Page
tercantum dalam satu kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan.

Atas pekerjaan jasa konstruksi ini langsung saja Instansi Pemerintah (Bendahara)
memungut/memotong :
1. PPh Final Jasa konstruksi, biasanya 4/110 x nilai kontrak atau 4% x DPP. Kode
akun pajak 411128 – kode jenis setoran 409, SSP an Instansi Pemerintah
(Bendahara).
2. PPN 10/110 x nilai kontrak atau 10% x DPP. Kode akun pajak 411211 – kode
jenis setoran 930, SSP an rekanan.

Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, tarif PPh final atas jasa konstruksi adalah :
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksana Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; Perencanaan
konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli
yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan
pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.  Pengawasan
konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli
yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan
pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai
dan diserahterimakan.

Dalam Pasal 1 PP Nomor 51 Tahun 2008 disebutkan bahwa :


 Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta
kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
 Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi
terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan,
pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).
Contoh Sertifikat Untuk kualifikasi usaha kecil :

7|Page
11 Pada saat Instansi Pemerintah Desa membuat idbilling untuk setor PPN dan PPh Pasal
22, apakah pakai Kode Jenis Pajak (KJS) : 900, 910, 920 atau 930 ?

Jawab : Pakai 930

 Sesuai penegasan dalam surat nomor S-6/PJ.13/2016 Perihal Penegasan ...


Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2015 bahwa “ Penggunaan
KJS atas jenis-jenis pajak ..., didasarkan pada jabatan Bendaharawan pada tingkat
administrasi pemerintahan. Dengan demikian, maka : ... Instansi Pemerintah
(Bendahara) Dana Desa yang mengelola keuangan yang bersumber dari APBDes,
APBD atau APBN akan menggunakan KJS 930.”
 Supaya kode 930 ini muncul, maka setelah masuk ke
https://djponline.pajak.go.id atau https://sse3.pajak.go.id , yang diklik NPWP
LAIN, bukan NPWP sendiri. Kalau kita klik NPWP sendiri, maka kode 930 tidak
muncul.
 Setoran PPN oleh Instansi Pemerintah Desa pakai NPWP Toko dan Kode
411211 – 930.
 Setoran PPh Pasal 22 oleh Instansi Pemerintah Desa pakai NPWP Toko dan
Kode 411122 - 930.
12 Upah tukang bangunan yang melakukan pembangunan gedung balai desa
/ gedung PAUD/ senderan / tembok penahan tebing apakah dipotong PPh
Pasal 21 ? Juga upah tukang lipat kartu suara pada Pilpres / Pilkada /
Pileg dipotong PPh Pasal 21 ?

Jawab :
Karena upah tukang / tenaga kerja lepas biasanya di bawah Rp 450 ribu/
tukang / hari dan dalam sebulan < Rp 4.500.000 (PTKP terendah), maka
biasanya kena PPh Pasal 21 dengan nilai Rp 0 atau nihil.

Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. : PER-16/PJ/2016Tentang Pedoman


Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan
8|Page
Kegiatan Orang Pribadi:

a. Pasal 1 angka 11 : Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai


yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan
bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit basil pekerjaan yang
dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi
kerja
b. Pasal 5 angka 1 : Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah penghasilan
Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara
bulanan, ...dst
c. Bagian Lampiran Contoh perhitungan.

13 Pembayaran honorarium, uang kehormatan, uang rapat, uang transport suatu


kegiatan/kepanitiaan, berapa tariff PPh Pasal 21-nya ?

Jawab :
Apabila terkait suatu kegiatan, kenakan PPh Pasal 21 dengan tarif :
 Kalau PNS lihat dulu golongannya, besarnya tarif PPh Pasal 21 final (Kode
411121 – 402) adalah :
o 0% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain, bagi PNS Golongan I dan
Golongan II, Anggota TNI/Polri Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan
Pensiunannya.
o 5% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain, bagi PNS Golongan III,
Anggota TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya
o 15% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain, bagi Pejabat Negara, PNS
Golongan IV, Anggota TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Menengah dan
Tinggi, dan Pensiunannya
 Kalau bukan PNS pakai tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak
dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan. (Biasanya 5% kalau punya
NPWP atau 6% kalau tidak punya NPWP) :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sd. Rp50.000.000,00 5%
di atas Rp50.000.000,00 sd. Rp250.000.000,00 15%
di atas Rp250.000.000,00 sd. Rp500.000.000,00 25 %
di atas Rp500.000.000,00 30%

Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a tersebut berlaku juga bagi penerima honor kegiatan
(kepanitiaan) Pilkada/Pilkades :
 uang kehormatan yang diterima oleh pimpinan dan anggota KPU, KPU Propinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota yang berstatus bukan sebagai Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil
(PNS), anggota TNI/POLRI, dan Pensiunannya.
 honorarium bagi anggota kepanitiaan, sehubungan dengan Pemilihan Umum atau
Pemilihan Kepala Daerah yang berstatus bukan sebagai Pejabat Negara, Pegawai Negeri
Sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, dan Pensiunannya.

Pejabat Negara sesuai Pasal 11 ayat (1) UU No 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian :

1. Presiden dan Wakil Presiden.


2. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan.
4. Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Muda, dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, serta ketua, Wakil Ketua,

9|Page
dan Hakim pada semua Badan Peradilan.
5. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung.
6. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan.
7. Menteri dan jabatan yang setingkat Menteri.
8. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh.
9. Gubernur dan Wakil Gubernur.
10.Bupati / Walikota dan Wakil Bupati / Wakil Walikota.
11.Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang- undang

Dasar Hukum :
 Pasal 17 PER-16/PJ/2016
 PP No. 80 Tahun 2010 Tentang Tarif Pemotongan dan Pengenaan PPh Pasal 21
atas Penghasilan Yang Menjadi Beban APBN atau APBD.
 SE-02/PJ.03/2007 Tgl 16 April 2007
 PER-16/PJ/2016 : imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
 UU No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk
mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau
kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam kegiatan tersebut.
14 Kode Jenis Pajak PPh Pasal 23 menggunakan MAP : 411124, pakai KJS 100 atau
104 ?

Jawab :
100 untuk sewa : mesin/alat/kendaraan/stoom/meja/kursi/alat music.
104 untuk jasa lain (pemeliharaan, instalasi, pembelian aplikasi / software, dll)

15 Instansi Pemerintah (Bendahara) hendak melakukan pemungutan PPh Pasal 22


sebesar 1,5% atas belanja barang kepada Toko/Penjual, atau pemungutan PPh Pasal
23 sebesar 2% atas sewa kendaraan.
Tetapi Toko/Penjual/pemilik kendaraan menolak dengan alasan peredaran bruto
usahanya <= Rp 4,8 Milyar setahun dan selama ini sudah menyetorkan pajak
sebesar:
a. 1% dari penjualan setiap bulan, sesuai diatur dalam PP No. 46 Tahun 2013.
b. 0,5% dari penjualan setiap bulan, sesuai diatur dalam PP No. 23 Tahun 2018.

Jawab :
Berlaku 1 Juli 2013 sd 30 Juni 2018 :
Instansi Pemerintah (Bendahara) cukup meminta foto kopi SKB (Surat Keterangan
Bebas) Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh kepada Toko/Penjual tadi, yang telah
dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan Pajak.
SKB tadi diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, berlaku sampai dengan
berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pengurusan SKB dilakukan oleh Toko/Penjual sendiri, bukan oleh Instansi
Pemerintah (Bendahara).
Instansi Pemerintah (Bendahara) tidak perlu minta bukti setoran pajak kepada
Toko/Penjual.

10 | P a g e
Berlaku mulai 1 Juli 2018 sd sekarang :

1) Instansi Pemerintah (Bendahara) sebagai Pemotong atau


Pemungut Pajak dalam kedudukan sebagai pembeli atau pengguna jasa melakukan pemotongan
atau pemungutan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) berdasarkan PP 23 TAHUN 2018 dengan
tarif sebesar 0,5% terhadap Wajib Pajak yang memiliki Surat Keterangan, dengan ketentuan
sebagai berikut : (Pasal 4 ayat 7 PMK-99/PMK.03/2018)
1. dilakukan untuk setiap transaksi penjualan atau
penyerahan jasa yang merupakan objek pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan
sesuai ketentuan yang mengatur mengenai pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan,
Kode 411128 – 423 ; dan
2. Wajib Pajak bersangkutan harus menyerahkan fotokopi
Surat Keterangan dimaksud kepada Pemotong atau Pemungut Pajak.
3. Catatan: Pemotong atau Pemungut Pajak tidak
melakukan pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 22 terhadap Wajib Pajak yang memiliki
Surat Keterangan yang melakukan transaksi: (Pasal 4 ayat 8 PMK-99/PMK.03/2018)
a. impor; atau
b. pembelian barang.

dan Wajib Pajak bersangkutan harus menyerahkan fotokopi Surat Keterangan dimaksud
kepada Pemotong atau Pemungut Pajak.

) Waktu Penyetoran: Pajak yang telah dipotong atau dipungut


disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan Surat
Setoran Pajak yang telah diisi atas nama Wajib Pajak yang dipotong atau dipungut serta
ditandatangani oleh Pemotong atau Pemungut Pajak. (Pasal 4 ayat 8 PMK-99/PMK.03/2018)

Dasar Hukum :
 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 jo PP No. 23 Tahun 2018
 Peraturan DJP No. : PER - 32/PJ/2013
 Peraturan Menteri Keuangan No : 99/PMK.03/2018
 PER-09/PJ/2020 Tanggal 30 April 2020 Tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara
Pengisian Surat Setoran Pajak 

16 Kita sudah membuat idbiling dan berhasil mendapat nomor idbilling, tetapi ternyata
salah data pada saat input di https://djponline.pajak.go.id atau pada
https://sse3.pajak.go.id. Apa yang harus kita lakukan ?

Jawab :
1. Apabila kita belum setorkan pajaknya, bikin lagi saja idbilling yang benar.
Idbilling yang lama/salah kita buang/sobek kalau terlanjur diprint, supaya
tidak kelupaan ikut terbawa ke teller bank/pos. Pakailah idbilling yg
baru/benar untuk dibawa ke teller bank/pos.
2. Apabila sudah terlanjur disetorkan ke Pos/Bank, kita harus membuat
permohonan pemindahbukuan, sebagaimana diatur dalam Permenkeu No.
242/PMK.03/2014
17 Pada saat membuat idbilling untuk setor PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 23, kenapa
tidak bisa muncul NPWP lain ?

Jawab :
Setoran PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 23 harus menggunakan NPWP Instansi
Pemerintah (Bendahara), bukan NPWP Toko/Penjual. Sehingga oleh system idbilling
dikunci supaya tidak bisa muncul pilihan NPWP lain.

11 | P a g e
Menu NPWP Lain akan muncul untuk setoran PPN dan PPh Pasal 22, nanti
menggunakan :
Kode 910 bagi Instansi yg menggunakan dana APBN
Kode 920 bagi Instansi yg menggunakan dana APBD
Kode 930 bagi Instansi Pemerintah Desa.

18 Bagaimana pajak atas belanja makan minum?

Jawab :
1. Tidak dikenakan PPN, tetapi Pemda biasanya meminta ada Pajak Daerah yang
disetor dengan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah), bukan dengan SSP.
2. PPh Pasal 22 dimungkinkan kena apabila belanja barang (nasi kotak, snack
kotak) dengan nilai di atas Rp 2 juta. Asumsi : Penjual tidak menyerahkan
fotokopi Surat Keterangan yang diterbitkan oleh KPP kepada Instansi Pemerintah
(Bendahara). Kalau penjual menyerahkan fotokopi Surat Keterangan, maka kenanya
Pph Final pasal 4 ayat (2), lihat soal nomor 15.
3. PPh Pasal 23 dikenakan apabila berupa jasa boga/catering (prasmanan),
dengan nilai berapapun. Asumsi : Penjual tidak menyerahkan fotokopi Surat
Keterangan yang diterbitkan oleh KPP kepada Instansi Pemerintah (Bendahara).

Dasar Hukum :
Sesuai Pasal 4A UU PPN bukan barang/jasa kena pajak antara lain :
 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi
di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan
oleh usaha jasa boga atau katering (mulai berlaku 01-04-2010). Ketentuan ini
dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda karena sudah
merupakan objek pengenaan Pajak Daerah.
 jasa boga atau katering (mulai berlaku 01-04-2010). Jasa penyediaan makanan
dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk
proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian, untuk disajikan di lokasi
yang diinginkan oleh pemesan (18/PMK.10/2015).

Pasal 1 ayat (3) PMK-141/PMK.03/2015, definisi jumlah bruto untuk jasa catering adalah


seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, .... Kalimat seluruh jumlah penghasilan menunjukkan bahwa tidak termasuk nilai
Pajak Daerah.

19 Kades yang mengakhiri masa tugas mendapatkan uang pesangon/purna tugas yg dibayar sekaligus pada
saat akhir masa jabatan, apakah dikenakan pajak ?
Jawab :
a. Uang pesangon merupakan objek pajak, sehingga dikenakan PPh pasal 21.
b. Namun besarnya tariff sesuai Pasal 4 PP No 68 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Tarif Uang Pesangon
0% sd Rp 50.000.000,-
5%  Rp 50.000.000 sd Rp 100.000.000
15%  Rp 100.000.000 sd Rp 500.000.000
25%  Rp 500.000.000

c. Sehingga biasanya kena tarif terendah, yaitu 0% atau hasilnya Rp 0.

Dasar Hukum :
1. Pasal 18 PER-16/PJ/2016, “Pengenaan PPh Pasal 21 bagi pegawai atas uang pesangon, uang
manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan secara sekaligus,
diatur berdasarkan ketentuan yang ditetapkan khusus mengenai hal dimaksud.”
12 | P a g e
2. PP No 68 Tahun 2009 Tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang
Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, Dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan
Sekaligus
20 BUMDes membeli barang dari masyarakat umum dan menjual barang kepada masyarakat umum, apakah
BUMDes harus memungut pajak?
Jawab :
a. Tidak ada pemungutan pajak, baik pada saat BUMDes membeli barang maupun pada saat
menjual barang.
b. BUMDes tidak boleh memungut pajak, karena untuk menjadi pemungut pajak harus melalui
penunjukan dari Menteri Keuangan.
c. Pajak penghasilan yang berlaku bagi BUMDes, apabila peredaran bruto tahun sebelumnya < Rp
4,8 Milyar adalah :
a) 1% dari peredaran usaha bruto bulanan yang berlaku sd 30 Juni 2018.
b) 0,5% dari peredaran usaha bruto bulanan yang berlaku mulai 1 Juli 2018, KJP 411128 – KJS
420.

Dasar Hukum :
 Pasal 1 angka 27 UU PPN menyatakan bahwa Pemungut PPN adalah Instansi Pemerintah
(Bendahara)wan Pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
 Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 34/PMK.010/2017 Tentang Pemungutan Pajak Penghasilan …
 PP No. 46 Tahun 2013 sebagaimana diubah dengan PP No. 23 Tahun 2018.

21 BUMDes menjual barang ke Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa, siapa yang menjadi pemungut
pajak?

Jawab :
a. Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa yang menjadi pemungut pajak, saat membeli dari
BUMDes.
b. BUMDes tidak boleh melakukan pemungutan pajak, baik saat membeli maupun saat menjual,
karena tidak ada dasar hukumnya untuk menjadi pemungut pajak. Penunjukan sebagai pemungut
pajak diatur dalam Permenkeu.

Dasar Hukum :
1. Pasal 1 angka 27 UU PPN : “Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah Instansi Pemerintah
(Bendahara)wan Pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha
Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada
Instansi Pemerintah (Bendahara) pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah tersebut.”
2. Pasal 22 UU PPh : “Menteri Keuangan dapat menetapkan Instansi Pemerintah (Bendahara)
pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang;
badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan .. atau
kegiatan usaha di bidang lain; dan …. “
22 Pemerintah Desa mengadakan acara hajat desa, menghadirkan hiburan artis dari Grup Kesenian. Biaya
yang dikeluarkan senilai Rp 4 juta, termasuk honor untuk seluruh anggota grup seni (penabuh alat
music), pemakaian alat musik yg dimiliki grup seni, dsb. Bagaimana pajaknya ?

Jawab :
a. Jasa di bidang hiburan tidak dikenakan PPN, tetapi dikenakan Pajak Daerah, disetor dengan
SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah). Silakan hubungi Bappenda / Dispenda / BKAD / BKD
setempat.
b. PPh Pasal 23 dikenakan dengan tarif 2% x DPP kalau Grup Kesenian tersebut ber-NPWP atau
4% x DPP apabila tidak ber-NPWP.

Dasar Hukum :

13 | P a g e
a. Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU PPh : “Badan adalah sekumpulan orang dan/atau
modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap.”
b. Pasal 4A ayat (3) huruf h UU PPN No 42 Tahun 2009 dan UU No 28 tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
c. Pasal 1 Permenkeu No 141/PMK.03/2015 : ” Jenis jasa lain .. terdiri dari : …Jasa selain
jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN atau APBD.”

23 Uang SPD (Surat Perjalanan Dinas) yang diberikan oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) instansi tempat
tugas, apakah tidak dipotong PPh Pasal 21?

Jawab : Tidak dipotong PPh Pasal 21.

Dasar Hukum :
Pasal 3 Permenkeu No. 262/PMK.03/2010 Tanggal 31 Desember 2010 : “Atas penghasilan …., dipotong
PPh Pasal 21 dan bersifat final, tidak termasuk biaya perjalanan dinas.”
24 Toko/penjual tidak memiliki NPWP. Apakah PPN yang dipungut oleh Instansi Pemerintah (Bendahara)
menjadi dua kali lipat?

Jawab :
PPN yang dipungut tetap (tidak menjadi dua kali lipat). Yang naik dua kali lipat apabila Toko/Penjual
tidak ber-NPWP itu adalah pungutan PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23.
Cara hitung PPN yang dipungut, yaitu :
a. 10/110 x belanja, atau
b. 10% x DPP, atau
c. 1/10 x DPP, atau
d. 1/11 x belanja, atau
e. belanja/11
Hasil hitungan di atas akan sama saja.

Misal :
Misal belanja Rp 110 juta termasuk PPN 10 juta, maka DPP-nya 100/110 x belanja
atau Rp 100 juta. DPP singkatan dari Dasar Pengenaan Pajak atau harga barang murni
di luar PPN yg 10%.

PPN yang dipungut oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) :


a. 10/110 x belanja atau
b. 10% x DPP atau
c. 1/10 x DPP atau
d. 1/11 x belanja atau
e. belanja /11.
Hasilnya akan sama. Kalau 1/10 dikalikannya dg DPP (Dasar Pengenaan Pajak =
Harga Barang di luar PPN).

PPh Pasal 22 nya juga akan sama hasilnya : 1,5% x DPP atau 1,5/110 x belanja.
Silakan dicoba.

Dasar Hukum cara hitung PPN :


Lampiran Permenkeu No. : 563/KMK.03/2003 Tentang Penunjukan ... Dan Kantor PerBendaharaan
Dan Kas Negara Untuk Memungut, Menyetor, Dan Melaporkan PPN dan PPnBM Beserta Tata Cara
Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporannya.

14 | P a g e
25 Kalau kita belanja pasir dan/atau batu kerikil, apakah PPh Pasal 22 yang dipungut 1,5 % x
belanja atau 1,5/110 x belanja?
Asumsi : Penjual tidak menyerahkan fotokopi Surat Keterangan yang diterbitkan oleh KPP
kepada Instansi Pemerintah (Bendahara). Kalau ada Surat Keterangan, maka kenanya PPh
Final Pasal 4 ayat (2) dengan tarif 0,5% x belanja.

Jawab :
 Karena pasir dan batu kerikil itu bukan barang kena PPN, maka tidak dikenakan PPN, dengan
kata lain tidak ada unsur PPN 10% dalam harga pasir atau kerikil tadi. Sehingga dalam hal
Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa membeli pasir dan/atau batu kerikil, harus pakai
hitungan 1,5 % x belanja.

26 Instansi Pemerintah (Bendahara) membayar tagihan kepada badan usaha yg bergerak sbg jasa biro
perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata.
Bagaimana tarif PPN-nya?
Bagaimana PPh Pasal 23-nya?

Jawab :
 PPN : Tarif PPN tetap 10% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Tetapi DPP-nya menggunakan nilai
lain, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No : 121/PMK.03/2015 tentang
Nilai Lain Sebagai DPP. Nilai Lain untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa
agen perjalanan wisata berupa paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan
sarana akomodasi, yang penyerahannya tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas
penyerahan jasa perantara penjualan adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau
jumlah yang seharusnya ditagih.
 PPh Pasal 23 : Sesuai Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan No. : 141/PMK.03/2015, imbalan
sehubungan dengan jasa lain ..., dipotong Pajak Penghasilan sebesar 2% (dua persen) dari
jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

Misal :
Jumlah tagihan kepada Biro Perjalanan Rp 10 juta.
DPP = 10 % x tagihan = 10% x Rp 10 juta = Rp 1 juta.

 PPN yang dipungut oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) = 10% x DPP =10% x Rp 1 juta = 1% x
Rp 10 juta = Rp 100 ribu. Disetor pakai NPWP dan Nama Rekanan, Kode Akun Pajak 411211 –
KJS 910, 920 atau 930. Pakai 910 untuk belanja dari APDN, 920 untuk belanja dari APBD, dan
930 untuk belanja oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa.
 PPh Pasal 23 yang dipungut apabila rekanan ber-NPWP = 2 % x (Rp 10 juta – Rp 100 ribu) = Rp
198 ribu. Disetor pakai NPWP dan Nama Instansi Pemerintah (Bendahara), Kode Akun Pajak
411124 – KJS 104.
27 Instansi Pemerintah (Bendahara) desa membuat SPK/kontrak dengan rekanan /
kontraktor / pemborong (Pihak Ketiga) untuk membuat proyek instalasi listrik /
penerangan jalan umum (PJU), apakah untuk menghitung PPh yang terhutang perlu
diperinci dulu belanjanya? Rekanan adalah bukan wajib pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan tidak mempunyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

Jawab :
Tidak perlu rincian untuk menghitung PPh Pasal 21 (upah), PPN pembelian barang
(tiang listrik / lampu / kabel tegangan tinggi, dll), PPh Pasal 22 pembelian barang, dll.
karena semua sudah menjadi urusan rekanan pemborong. Atas pekerjaan jasa
penerangan jalan umum ini langsung saja Instansi Pemerintah (Bendahara)
memungut/memotong :

1. Apabila rekanan adalah bukan wajib pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi
15 | P a g e
dan mempunyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi :

1. PPh Pasal 23, biasanya 2/110 x nilai kontrak atau 2% x DPP. Kode Akun Pajak
411124 – Kode Jenis Setoran 104 dan menggunakan NPWP Instansi
Pemerintah (Bendahara).
2. PPN 10/110 x nilai kontrak atau 10% x DPP. Disetor dengan Kode Akun Pajak
411211 – Kode Jenis Setoran 930 dan menggunakan NPWP Rekanan.

2. Apabila rekanan adalah wajib pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi, maka dikenakannya :
1. PPh Jasa konstruksi, biasanya 4/110 x nilai kontrak atau 4% x DPP. Kode Akun
Pajak 411128 – Kode Jenis Setoran 409 dan menggunakan NPWP Instansi
Pemerintah (Bendahara).
Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, tarif PPh final atas jasa
konstruksi adalah :
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksana Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha;

2. PPN 10/110 x nilai kontrak atau 10% x DPP. Disetor dengan Kode Akun Pajak
411211 – Kode Jenis Setoran 930 dan menggunakan NPWP Rekanan.

Dasar Hukum : Jenis jasa lain yang dikenakan PPh 23  berdasarkan Permenkeu No. :
141/PMK.03/2015 menjadi 60 jenis, berlaku mulai sejak 24 Agustus 2015, antara lain : Jasa
instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan atau TV kabel, selain
yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
28 Instansi Pemerintah (Bendahara) menggunakan dananya untuk membeli Al Quran guna disebarkan di
masjid/musholla. Benarkah tidak perlu memungut PPN?
Asumsi : Penjual tidak menyerahkan fotokopi Surat Keterangan yang diterbitkan oleh KPP
kepada Instansi Pemerintah (Bendahara). Kalau ada Surat Keterangan, maka kenanya PPh
Final Pasal 4 ayat (2) dengan tarif 0,5%.

Jawab :
 Benar, tidak ada pemungutan PPN. Dalam hal ini, buku pelajaran maupun kitab suci yang
dibebaskan PPN tidak hanya berupa cetakan berjilid tetapi juga publikasi elektronik. Dalam
Pasal 3 (1) PMK5/2020, buku pelajaran umum yang mendapatkan pembebasan PPN adalah
buku pendidikan yang sesuai Undangundang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan
dan buku umum yang mengandung unsur pendidikan.
 Adapun pemungutan PPh Pasal 22, mengikuti aturan umum yang berlaku, yaitu boleh
tidak dipungut apabila nilainya tidak melebihi Rp 2 juta, dan dipungut apabila nilainya di
atas Rp 2 juta. Tarif PPh Pasal 22 = 1,5/100 x belanja (kalau ber-NPWP) atau 3/100 x
belanja (kalau tidak ber-NPWP), atau

Dasar Hukum :

16 | P a g e
 Atas impor dan/atau penyerahan buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan
buku-buku pelajaran agama, dibebaskan dari pengenaan PPN. (PMK 5/PMK.010/2020 jo.PMK-
122/PMK.011/2013)
 Orang pribadi atau badan yang melakukan impor dan/atau yang menerima
penyerahan kitab suci tidak diwajibkan mempunyai SKB PPN yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.

29 Instansi Pemerintah (Bendahara) menggunakan dananya untuk membeli bibit dan/ atau benih
dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan. Benarkah tidak
perlu memungut PPN?

Jawab :
 Benar, tidak ada pemungutan PPN. Tapi, apabila penjual adalah PKP (Pengusaha Kena
Pajak), maka sebagai PKP tetap harus membuat faktur pajak dengan kode 080.
 Adapun pemungutan PPh Pasal 22, mengikuti aturan umum yang berlaku, yaitu boleh tidak
dipungut apabila :
a. nilainya tidak melebihi Rp 2 juta, dan dipungut apabila nilainya di atas Rp 2 juta. Tarif =
1,5/100 x belanja (kalau ber-NPWP) atau 3/100 x belanja (kalau tidak ber-NPWP), atau
b. penjual menyerahkan foto kopi SKB (Surat Keterangan Bebas) Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh kepada Instansi Pemerintah (Bendahara), yang telah dilegalisasi oleh Kantor
Pelayanan Pajak
 Catatan : Instansi Pemerintah (Bendahara) tidak boleh menggunakan tarif 0,25% yang diatur
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf f PMK-34/PMK.010/2017, karena aturan ini berlaku hanya untuk
pembelian oleh oleh badan usaha industri atau eksportir.

Dasar Hukum :
Pasal 1 ayat (2) PP 81 TAHUN 2015 : Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi : ... e. bibit dan/ atau
benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan (daftar jenis
barangnya ada di lampiran Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2015)
Pemberian fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tanpa menggunakan SKB
PPN. (Pasal 3 ayat (2) PP No. 81 Tahun 2015).
30 Instansi Pemerintah membeli tanah (pembebasan lahan) dan di atasnya terdapat tanaman dan
bangunan milik masyarakat untuk pelebaran jalan. Apakah ada pemungutan pajak?

Jawab :
1. Pembeli/Pemdes : Tidak ada pemungutan PPN maupun pemotongan PPh Final Pasal 4
ayat (2), walaupun nilainya besar. Juga tidak ada BPHTB yang terhutang bagi pembeli
(Pemdes).
2. Penjual/ warga : Terhutang PPh Final Pasal 4 ayat (2), tetapi tarifnya 0 %.

Dasar Hukum :
Peraturan Menkeu No. : 563/KMK.03/2003 : “Pembayaran yg Tidak Dipungut PPN antara lain
pembayaran untuk pembebasan tanah;”

Pasal 3 UU No. 20 tahun 2000 tentang BPHTB : “objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB
adalah objek pajak yang diperoleh .... Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum.”

Pasal 2 ayat (1) PP No 34 Tahun 2016 : PPh Final Pasal 4 ayat (2) tarif 0% untuk pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat
penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus
17 | P a g e
dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
pengadaan tanah bagi  pembangunan untuk kepentingan umum.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 261/PMK.03/2016 Tentang Tata Cara
Penyetoran, Pelaporan, Dan Pengecualian Pengenaan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan
Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/ Atau Bangunan, Dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Atas Tanah Dan/Atau Bangunan Beserta Perubahannya.

Pasal 1 UU Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum :

1. Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian
yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.
2. Objek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan,
tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai.

31 Instansi Pemerintah menyewa mesin stum / mesin gilas bukan dari/milik pengusaha, melainkan dari/milik
instansi pemerintah lainnya (misal dari Dinas Bina Marga - PU), apakah ada pemungutan PPN dan/atau
pemotongan PPh?

Jawab : tidak ada pemotongan/pemungutan pajak, karena instansi pemerintah BUKAN Subjek Pajak.

Dasar Hukum :
• Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 TAHUN 2000 dan
penjelasannya, antara lain diatur bahwa Badan Usaha Milik Negara dan Daerah merupakan Subjek
Pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya, sehingga setiap unit tertentu dari badan
Pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan
merupakan Subjek Pajak. Penegasan atas kasus ini bisa dibaca pada S- 523/PJ.311/2005 tentang
Penjelasan Pajak Atas PNBP .
• Unit tertentu dari badan Pemerintah yang memenuhi kriteria berikut tidak termasuk sebagai Subjek
Pajak yaitu :
a. dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
c. penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah; dan
d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
32 Pemdes mengadakan lomba mengaji bagi warganya (orang pribadi). Hadiah yang diserahkan bagi tiap
pemenang tidak melebihi Rp 50 juta/orang. Berapa PPh Pasal 21 yang dipotong atas hadiah?

Jawab :
5% kalau pemenangnya ber-NPWP.
6% kalau pemenangnya tidak ber-NPWP

Catatan :
 Tidak ada PPN yang dipungut.
 Pasal dan tarif PPh berbeda apabila penerimanya subjek pajak Badan Hukum (PT, CV, Koperasi,
Yayasan, dll).
 Pasal dan tarif PPh berbeda apabila hadiahnya atas undian, bukan hadiah perlombaan.

Dasar Hukum :
PER-16/PJ/2016
33 Belanja untuk sewa ballroom / aula hotel bagi kegiatan seminar, pertemuan, training atau rakorda sebesar
Rp 3.300.000,- (termasuk pajak daerah 10%)
 PPN = tidak dipungut Instansi Pemerintah (Bendahara) karena termasuk jenis jasa
perhotelan yang tidak dikenai PPN. Tetapi pihak hotel akan memungut Pajak Daerah

18 | P a g e
sesuai UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sehingga di dalam pengeluaran ini
included pajak daerah.
 PPh Pasal 23 = dengan terbitnya PMK 141/PMK.03/2015 yg berlaku mulai sejak 24
Agustus 2015, “Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan
pada APBN atau APBD” dikenakan 2% x DPP = 2% x Rp 3.000.000,- = Rp 60.000,-
 Uang yang diterima hotel = Rp 3.300.000 – 0 – Rp 60.000 = Rp 3.240.000,-

Penjelasan Umum UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah : ... perluasan
basis Pajak Daerah dilakukan dengan memperluas basis pajak yang sudah ada, mendaerahkan pajak
pusat dan menambah jenis Pajak baru. Perluasan basis pajak yang sudah ada dilakukan untuk ..., Pajak
Hotel diperluas hingga mencakup seluruh persewaan di hotel, Pajak Restoran diperluas hingga
mencakup pelayanan katering.

Dalam Pasal 2 Ayat (3) PP 34 Tahun 2017, Penghasilan persewaan tanah dan/atau bangunan
yang bersifat final, tidak termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa
pelayanan penginapan beserta akomodasinya. Dengan demikian, bukan PPh Final Pasal 4
ayat (2) yang dipungut oleh Instansi Pemerintah (Bendahara), melainkan PPh Pasal 23. Usaha
hotel termasuk pelayanan penginapan beserta akomodasinya, bukan jasa persewaan tanah
dan/atau bangunan.

Dasar Hukum :
 Keputusan Menteri Keuangan No. 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah dirubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 120/KMK.03/2002
 PP Nomor 34 TAHUN 2017 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan
Tanah Dan/Atau Bangunan.
 Penjelasan dalam S-07/PJ.43/2003 dan Nomor PENG-139/PJ.63/1989

34 Instansi Pemerintah (Bendahara) membeli bahan untuk dibuat seragam / sudah berupa baju
seragam dinas. Pajak apa yang harus dipungut?

Jawab :
a. Kenakan PPN (kalau belanja di atas Rp2 juta, kode 411211 - 930) karena baju
seragam adalah barang kena pajak. Pakai nama dan NPWP Penjual/ Toko pada
SSP.
b. Juga kenakan PPh Pasal 22 (kalau belanja di atas Rp 2 juta, kode 411122 - 930 )
karena baju seragam adalah barang (bukan jasa). Pakai nama dan NPWP Penjual/
Toko pada SSP.

35 Instansi Pemerintah (Bendahara) mempergunakan Orang Pribadi untuk menjahitkan bahan pakaian
seragam dinas milik para pegawai, dengan upah <= Rp 2 juta. Pajak apa yang dikenakan ?

Jawab :
 PPh Pasal 21 (Kode 411121 – 100).
 Tarifnya kalau ber-NPWP = 5 % x 50% x upah.
 Tarif kalau tidak ber-NPWP = 6 % x 50% x upah.
 Atas upah ini tidak ada batas minimal, walaupun kecil tetap dipotong PPh Pasal 21.
 Apabila upah jahitnya > Rp 2 juta, maka kenakan juga PPN.

Dasar Hukum :
PER-16/PJ/2016 Contoh V.2 Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh Bukan
Pegawai yang menerima penghasilan yang tidak bersifat berkesinambungan.

36 Belanja katering berikut dari rekanan yg ber-NPWP. Nilai kontrak Rp 8jt


 PPN = tidak dipungut karena termasuk jenis JASA yang tidak dikenai PPN (sesuai UU
PPN terbaru yg berlaku mulai 1 April 2010). Tetapi Dispenda/DPKAD meminta agar pungut Pajak
19 | P a g e
Daerah 10/110 x belanja (Ini bukan PPN), dan disetor dengan SSPD (bukan e-SSP) : 10/110 x Rp 8
juta = Rp 727.723
 PPh Pasal 23 = 2/110 x Rp 8jt = Rp 145.455,-
PPh Pasal 23 ini disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg SSP pakai 411124 – 104, pakai NPWP
dan Nama Instansi Pemerintah (Bendahara). Tidak ada batasan minimal untuk PPh pasal 23,
sehingga walaupun kecil tetap dipungut.
 Uang yang diterima rekanan = DPP – PPh yg dipotong = Rp 8.000.000 – Rp 727.723 -
Rp 145.455 = Rp 7.126.122,-

37 Belanja makanan dan minuman (barang) dari restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya.
 PPN = tidak dipungut karena termasuk jenis BARANG yang tidak dikenai PPN. Tetapi
Dispenda/DPKAD/Bappenda/Dispenda meminta agar pungut Pajak Daerah 10/110 x belanja (Ini
bukan PPN), dan disetor dengan SSPD (bukan e-SSP)
 PPh Pasal 22 = 1,5 % x DPP = 1,5/110 x belanja makanan minuman. PPh Pasal 22 ini
disetor ke Kantor Pos/Bank Persepsi dg SSP pakai 411122 – 9XX, pakai NPWP dan Nama
Penjual. Pakai 910 untuk belanja dari APDN, 920 untuk belanja dari APBD, dan 930 untuk
belanja oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa.
38 Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa memberikan tunjangan kepada para guru PAUD / guru ngaji
masjid dengan nilai di bawah Rp 50 juta/guru/bulan. Berapa PPh Pasal 21 ( Kode 411121 – 100 ) yang
harus dipotong?
 Apabila guru PAUD / guru ngaji masjid tsb. bukan perangkat desa (bukan pegawai desa),
memiliki NPWP dan menerima secara teratur/berkesinambungan (dianggarkan tiap bulan,
walaupun menerimanya mungkin triwulanan), maka tarifnya adalah : 5 % x 50 % x
tunjangan yang diberikan.
 Apabila guru PAUD / guru ngaji masjid tsb. bukan perangkat desa (bukan pegawai desa), tidak
memiliki NPWP dan menerima secara teratur/berkesinambungan (dianggarkan tiap bulan,
walaupun menerimanya mungkin triwulanan), maka tarifnya adalah : 6 % x 50 % x
tunjangan yang diberikan.

Dasar Hukum :
PER-16/PJ/2016 Contoh V.1 Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh Bukan
Pegawai yang menerima penghasilan yang berkesinambungan.

39 Pemerintah desa mengadakan lomba kegiatan kebersihan yang dikuti BUMDes dari desanya dan
BUMDes dari desa-desa lain. PPh Pasal berapa yang harus dipotong saat pemberian hadiah atau
penghargaan kepada pemenang lomba?

Jawab : PPh Pasal 23 dengan tarif 15 %. Kode MAP 411124 – KJS 100.

Catatan :
 Tidak ada PPN yang dipungut.
 Pasal dan tariff PPh berbeda apabila penerimanya subjek pajak Orang Pribadi.
 Pasal dan tariff PPh berbeda apabila hadiah atas undian, bukan hadiah perlombaan.

Dasar Hukum : Peraturan DJP Nomor PER-11/PJ/2015 Tentang Pengenaan Pajak Penghasilan
Atas Hadiah Dan Penghargaan
Pasal 1 “Hadiah sehubungan dengan kegiatan adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diberikan sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh penerima hadiah.
Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi dalam kegiatan
tertentu.”
Pasal 3 ayat (2) huruf c: “Dalam hal penerima penghasilan adalah Wajib Pajak badan termasuk
Bentuk Usaha Tetap, dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 23 ayat
(1) huruf a angka 4) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan ...
UndangUndang Nomor 36 TAHUN 2008, sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah
20 | P a g e
penghasilan bruto.”
40 Untuk menarik minat pembeli dan meningkatkan penjualan, BUMDes memberikan
hadiah berupa gelas kepada pembeli yang membeli produknya dalam partai besar.
Apakah ada PPh yang dipotong? Asumsi : BUMDes ini non PKP.

Jawab : Tidak ada pemotongan PPh.

Dasar Hukum :
Pasal 4 Peraturan DJP Nomor PER-11/PJ/2015 Tentang Pengenaan Pajak
Penghasilan Atas Hadiah Dan Penghargaan : “Pemotongan Pajak Penghasilan ... tidak
berlaku untuk hadiah langsung dalam penjualan barang atau jasa sepanjang diberikan
kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut diterima
langsung oleh konsumen akhir pada saat pembelian barang atau jasa. Hadiah ..
merupakan objek Pajak Penghasilan yang wajib dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Pajak Tahunan Wajib Pajak yang bersangkutan.”

41 Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa membuat SPK dengan suatu perusahaan, PT


ABC yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk membangun jalan desa /
pengaspalan / balai desa. Siapakah yang harus memungut PPN dan PPh Final Jasa
Konstruksi?

Jawab :
1. Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa yang wajib memungut dan menyetorkan
PPN dengan Kode Akun Pajak 411211 – Kode Jenis Setoran 930 dan
menggunakan NPWP PT ABC. Adapun PT ABC, tetap berkewajiban membuat
faktur pajak 16 digit dengan kode 020.XXX-XX.XXXXXXXX (02 artinya
penyerahan kepada Instansi Pemerintah (Bendahara) Pemerintah Pemungut
PPN, 0 artinya kode status normal, bukan penggantian). PKP Rekanan tidak
boleh memungut PPN kepada Instansi Pemerintah (Bendahara), walaupun
sudah PKP dan memiliki sertifikat elektronik.
2. Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa yang wajib memotong PPh Final Jasa
Konstruksi dengan Kode Akun Pajak 411128 – Kode Jenis Setoran 409, SSP an
Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa.
42 Instansi Pemerintah (Bendahara) membayar bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
pelumas, benda-benda pos (meterai, perangko, dll), pembayaran air dan listrik. Apakah
Instansi Pemerintah (Bendahara) saat membayar memungut pajak?

Jawab : Instansi Pemerintah (Bendahara) tidak memungut pajak. Pengecualian ini


dilakukan tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB).

Dasar Hukum :
1. Pasal 3 ayat (1) huruf e PMK-34/PMK.010/2017
2. Pasal 3 ayat (4) PMK-34/PMK.010/2017
3. Pasal 4 ayat (1) KMK-563/KMK.03/2003

43 Instansi Pemerintah (Bendahara) lupa password untuk masuk ke


https://djponline.pajak.go.id, juga lupa alamat email yang pernah didaftarkan. EFIN
masih ingat. Bagaimana caranya bikin idbilling?

Jawab :

1. Masuk ke https://djponline.pajak.go.id

21 | P a g e
2. Sementara jangan isikan NPWP, Password dan Kode Keamanan. Tetapi, klik baris
bawah dengan tulisan “Lupa password? Reset di sini.

3. Setelah tampilan layar berganti, isikan NPWP dan EFIN. Kalau alamat email juga
lupa, sekalian klik Lupa email. Isikan kode keamanan warna merah. Klik Submit

44 Untuk meningkatkan kemampuan pegawainya, instansi pemerintah mengikutsertakan


pegawainya untuk kursus komputer bagi pegawai ke sebuah lembaga kursus (badan hukum).
Pajak apa yang harus dipungut/dipotong?

Jawab :
1. Tidak ada pemungutan PPN, apabila memenuhi syarat Permenkeu No. : 223/PMK.011/2014.
2. Instansi Pemerintah (Bendahara) harus memotong PPh Pasal 23 dengan tarif 2% x belanja
apabila lembaga tadi ber-NPWP.

Dasar hukum :
Kelompok jasa Pendidikan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai meliputi: (Pasal 2 ayat
(2) PMK-223/PMK.011/2014) :
1. jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan,
pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional; dan
2. jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah (penyelenggaraan
pendidikan nonformal dan jasa penyelenggaraan pendidikan informal).
45 Instansi Pemerintah (Bendahara) salah pada saat membuat idbilling dan terlanjur
dibayar pajaknya. Misal : Seharusnya 411211, tetapi terlanjur setor untuk 411121.
Apa yang harus dilakukan?

Jawab :
Instansi Pemerintah (Bendahara) harus membuat permohonan pemindahbukuan (Pbk)
yang ditujukan ke Kepala KPP tempat pembayaran diadministrasikan dengan dilampiri
kelengkapan.
Silakan download formulir permohonan Pbk sesuai Lampiran II Permenkeu No.
242/PMK.03/2014 di :
a. www.pajak.go.id atau
b. aplikasi Pajak Online Pajeg Lampung, setelah diinstall dari Playstore.

Surat permohonan pemindahbukuan harus dilampiri dengan :


22 | P a g e
a. asli SSP (lembar ke-1) yang dimohonkan untuk dipindahbukukan.
b. fotokopi KTP penyetor atau pihak penerima Pemindahbukuan, dalam hal
permohonan Pemindahbukuan yang diajukan atas SSP yang tidak mencantumkan
NPWP atau mencantumkan angka 0 (nol) pada 9 (sembilan) digit pertama NPWP.
c. fotokopi dokumen identitas penyetor atau dokumen identitas wakil badan dalam hal
penyetor melakukan kesalahan pengisian NPWP.
d. untuk Pbk yang ganti nama NPWP dan WP (misal SSP dari an CV ABC ke an PT
EFG), maka harus dilampiri surat pernyataan dari Wajib Pajak yang nama dan
NPWP-nya tercantum dalam SSP (CV ABC), yang menyatakan bahwa SSP
tersebut sebenarnya bukan pembayaran pajak untuk kepentingannya sendiri dan
tidak keberatan dipindahbukukan.

Dasar Hukum :
Pasal 16 sd 19 Permenkeu No. 242/PMK.03/2014
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.05/2017
Peraturan Menteri Keuangan Nomor  32/PMK.05/2014
46 Instansi Pemerintah menyewa kendaraan angkutan umum dengan nilai di atas Rp
2.000.000,- untuk mengantar para pegawai ke suatu acara di luar kota. Pajak apa yang
melekat atas transaksi ini?

Jawab :
1. Tidak ada pemungutan PPN walaupun nilainya besar (di atas Rp 2.000.000,-),
apabila memenuhi syarat dalam Permenkeu No 80/PMK.03/2012.
2. Instansi Pemerintah (Bendahara) harus memotong PPh Pasal 23 dengan tarif 2% x
belanja apabila pemilik kendaraan memiliki NPWP atau 4% x belanja apabila tidak
memiliki NPWP. MAP 411124 - KJS 100, pakai NPWP dan Nama Instansi
Pemerintah (Bendahara) (bukan rekanan).

Dasar hukum :
 Pasal 4A ayat (3) huruf J UU Nomor 42 TAHUN 2009 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 8
TAHUN 1983 tentang PPN barang dan jasa dan PPnBM : jasa angkutan umum di darat dan di
air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa
angkutan udara luar negeri adalah salah satu jenis jasa yang tidak dikenakan PPN.
 Pasal 1 PMK-80/PMK.03/2012 : Kendaraan Angkutan Umum adalah kendaraan
bermotor yang digunakan untuk angkutan orang dan/atau barang yang disediakan
untuk umum dengan dipungut bayaran baik dalam trayek atau tidak dalam trayek,
dengan menggunakan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan
tulisan hitam.

47 Instansi Pemerintah belanja semen, bata merah, genteng, dll untuk program Rumah
Tidak Layak Huni (Rutilahu) bagi warganya yg miskin. Bagaimana pajaknya saat
belanja ke toko bangunan?

Jawab :
a. Apabila dana dari APBDes : pakai aturan yang berlaku secara umum. Tidak ada
aturan yang menyatakan bahwa pajak tidak dipungut apabila untuk Rutilahu.
b. Apabila dana untuk Rutilahu berasal dari sumbangan / urunan masyarakat, tidak
ada pemotongan dan/atau pemungutan pajak.

48 Pada akhir Desember, server DJP mengalami error, padahal Instansi Pemerintah
(Bendahara) hendak membuat banyak sekali idbilling. Bagaimana caranya bikin

23 | P a g e
idbilling secara massal?

Jawab :
1. Instansi Pemerintah (Bendahara) bisa menghubungi AR di KPP dan mengirimkan
data dengan ekstensi excel (xls,xlsx). Semua field harus berformat TEXT. Kolom
NPWP Pembuat : NPWP 15 digit wajib diisi oleh Instansi Pemerintah (Bendahara)
(pembuat billing), apabila tidak diisi maka sistem akan menolak atau tidak membuat
id billing.
a. Format Sheet NPWP : Urutan header untuk file yang diupload harus sama
dengan urutan kolom yang ada pada contoh file. Apabila data pada sheet
NPWP kosong, isi sheet dengan header saja (jangan dihapus sheet-nya).
b. Format Sheet NON NPWP : Urutan header untuk file yang diupload harus
sama dengan urutan kolom yang ada pada contoh file. Apabila data pada
sheet NON NPWP kosong, isi sheet dengan header saja (jangan dihapus
sheet-nya).
2. AR akan mengupload data tersebut ke alamat website http://billing-batch/djpbilling
dengan koneksi INTRANET (bukan internet).

49 Instansi Pemerintah (Bendahara) membelikan pulsa (kuota internet) untuk para RW/RT
dan perangkat desa sebagai sarana komunikasi. Pajak apa yang harus dipungut oleh
Instansi Pemerintah (Bendahara)?

Jawab :
1. Tidak ada pemungutan PPN oleh Instansi Pemerintah (Bendahara). Sesuai
Keputusan Menteri Keuangan No. : 563/KMK.03/2003, pembayaran yg tidak
dilakukan pemungutan oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) antara lain
pembayaran atas rekening telepon. Pemungutan PPN dilakukan oleh pihak
perusahaan telekomunikasi (Smartfren, Telkomsel, XL, Mentari, dll). Dokumen
tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak antara lain
adalah : bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan
telekomunikasi;
2. Pulsa adalah barang tidak berwujud (mirip listrik), maka kenakan PPh Pasal 22 dg
tarif 1,5% x belanja apabila nilai belanjanya lebih dari Rp 2 juta. Pulsa, kuota
internet dan listrik meskipun tidak kasat mata, tetapi bisa diukur dan ada alat
ukurnya.

50 Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa membayar tagihan listrik balai desa. Pajak apa
yang harus dipungut oleh Instansi Pemerintah (Bendahara)?

Jawab :
1. Tidak ada pemungutan PPN oleh Instansi Pemerintah (Bendahara). Sesuai
Keputusan Menteri Keuangan No. : 563/KMK.03/2003, pembayaran yg tidak
dilakukan pemungutan oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) antara lain
pembayaran …, yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan/atau dibebaskan
dari pengenaan PPN. PLN sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang akan
membuat faktur pajak berupa bukti tagihan atas penyerahan listrik, sebagai dokumen
tertentu yang dipersamakan dengan faktur pajak.
2. Listrik adalah barang, termasuk barang tidak berwujud. Tidak ada pemungutan PPh
Pasal 22 saat bayar tagihan listrik, walaupun listrik adalah barang. Sesuai Pasal 3
Permenkeu No. : 34/PMK.010/2017 tgl 1 Maret 2017, pembayaran yg tidak
dipungut PPh Pasal 22 antara lain pembayaran untuk : pembelian bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos; pemakaian air dan listrik.

24 | P a g e
Dasar Hukum :
 Peraturan Pemerintah Nomor 12 TAHUN 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 TAHUN 2002, listrik ditetapkan
sebagai Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis yang atas penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
 Peraturan DJP Nomor PER-13/PJ/2019 Tentang Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya
Dipersamakan Dengan Faktur Pajak.
51 Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa membayar tagihan air PDAM milik kantor atau
membayar tagihan air bersih untuk penanggulangan bencana kekeringan yg melanda
wilayahnya. Pajak apa yang harus dipungut oleh Instansi Pemerintah (Bendahara)?

Jawab :
1. Tidak ada pemungutan PPN oleh Instansi Pemerintah (Bendahara). Sesuai
Keputusan Menteri Keuangan No. : 563/KMK.03/2003, pembayaran yg tidak
dilakukan pemungutan oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) antara lain
pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak
dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN. Apabila penjualnya adalah
PDAM, maka PDAM sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang akan membuat
faktur pajak berupa bukti tagihan atas penyerahan air PDAM, sebagai dokumen
tertentu yang dipersamakan dengan faktur pajak.
2. Tidak ada pemungutan PPh Pasal 22 saat bayar pemakaian air. Sesuai Pasal 3
Permenkeu No. : 224/PMK.011/2012 tgl 26 Desember 2012, pembayaran yg tidak
dipungut PPh Pasal 22 antara lain pembayaran untuk : pembelian bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos; pemakaian air dan listrik.

Dasar Hukum :
 PP No. 40 TAHUN 2015 Tentang Penyerahan Air Bersih Yang Dibebaskan Dari Pengenaan PPN.
 Peraturan DJP Nomor PER-13/PJ/2019 Tentang Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya
Dipersamakan Dengan Faktur Pajak

52 Instansi Pemerintah (Bendahara) belanja semen, bata merah, paku, genteng, dll untuk
membangun balai desa. Dana berasal dari APBD / APBDes. Bagaimana pajaknya saat
belanja ke toko bangunan? Asumsi : Penjual tidak menyerahkan fotokopi Surat
Keterangan yang diterbitkan oleh KPP kepada Instansi Pemerintah (Bendahara).

Jawab :
a. Kenakan PPN (kalau belanja di atas Rp 2 juta, kode 411211 - 930) dengan tarif
10/110 x belanja. SSP an Rekanan/Toko, dan
b. Juga kenakan PPh Pasal 22 (kalau belanja di atas Rp 2 juta, kode 411122 - 930 )
dengan tarif 1,5/110 x belanja. SSP an Rekanan/Toko.
53 Sewa kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, stoom (mesin moolen), alat berat,
mesin, sound system, tarub, bagaimana pajak yang harus dipungut Instansi
Pemerintah (Bendahara)? Asumsi : Penjual tidak menyerahkan fotokopi Surat
Keterangan yang diterbitkan oleh KPP kepada Instansi Pemerintah (Bendahara).

Jawab :
 Kena PPN 10/110 x sewa (411211 – 930), kecuali nilainya tidak lebih dari Rp 2
juta. PPN batasannya adalah Rp 2 juta, sehingga tidak dipungut apabila nilainya
<= Rp 2 juta. Apabila nilainya < Rp 2 juta dan rekanan merupakan PKP
(Pengusaha Kena Pajak), maka rekanan yang akan memungut PPN dengan
25 | P a g e
menerbitkan faktur pajak.
 Kena PPh Pasal 23 dengan tarif 2/110 x sewa termasuk PPN (411124 – 100)
kalau WP yang menerima atau memperoleh penghasilan memiliki NPWP . Kalau
nilainya <= Rp 2 juta, maka cukup kenakan PPh Pasal 23 saja. PPh Pasal 23
tidak ada batasan nilai, sehingga sekecil apapun tetap harus kenakan. Dalam hal
WP yang menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal
23 tidak memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100%  daripada
tarif yang seharusnya (Pasal 23 ayat 1a UU Nomor 36 TAHUN 2008), jadi tarifnya
4/110 x sewa termasuk PPN.
 Di kasus ini tidak akan ada PPh Pasal 22, krn bayar sewa adalah bayar atas
jasa, bukan bayar atas beli barang.
 Jawaban tsb. berlaku juga untuk belanja mobilisasi dan demobilisasi, apabila
realisasi konkritnya di lapangan berupa sewa barang-barang tersebut.

54 Servise komputer/perbaikan printer/instalasi listrik, pemasangan aplikasi/software dll


masuk dalam jasa lainnya. Asumsi : dikerjakan oleh WP Badan (CV, PT, Koperasi, dll).
Pajak apa yang dipungut oleh Instansi Pemerintah (Bendahara) ?

Jawab :
 Kena PPN 10/110 x servise (411211 - 930).
 PPh Pasal 23 : 2/110 × servise (411124 -104).
 Kalau nilainya <= Rp 2 juta mk cukup kena PPh Pasal 23 saja dg tarif 2% x
servise.
 PPN batasannya adalah Rp 2 juta, sehingga Instansi Pemerintah (Bendahara)
tidak memungut apabila nilainya <= Rp 2 juta.
 PPh Pasal 23 tidak ada batasan nilai, sehingga sekecil apapun tetap harus
kenakan.
 Di kasus ini tidak akan ada PPh Pasal 22, krn bayar servise adalah bayar atas
jasa, bukan bayar atas beli barang.

Catatan sesuai Pasal 1 PMK-141/PMK.03/2015 :


Definisi jumlah bruto untuk selain jasa catering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, .., tidak termasuk:

a. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga
kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan
pengguna jasa;
o Pembayaran ini tidak termasuk dalam jumlah bruto sebagai dasar
pemotongan PPh Pasal 23 sepanjang dapat dibuktikan dengan kontrak kerja dan
daftar pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan.
o Dalam hal tidak terdapat bukti ini, jumlah bruto sebagai dasar
pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar keseluruhan pembayaran kepada
penyedia jasa, tidak termasuk PPN.
b. pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian barang atau material
yang terkait dengan jasa yang diberikan;
o Pembayaran ini tidak termasuk dalam jumlah bruto sebagai dasar
pemotongan PPh Pasal 23 sepanjang dapat dibuktikan dengan faktur pembelian
atas pengadaan/pembelian barang atau material.
o Dalam hal tidak terdapat bukti ini, jumlah bruto sebagai dasar

26 | P a g e
pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar keseluruhan pembayaran kepada
penyedia jasa, tidak termasuk PPN.
c. pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui penyedia jasa, terkait jasa
yang diberikan oleh penyedia jasa; dan/atau
o Pembayaran ini tidak termasuk dalam jumlah bruto sebagai dasar
pemotongan PPh Pasal 23 sepanjang dapat dibuktikan dengan faktur tagihan dari
pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis.
o Dalam hal tidak terdapat bukti ini, jumlah bruto sebagai dasar
pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar keseluruhan pembayaran kepada
penyedia jasa, tidak termasuk PPN.
d. pembayaran kepada penyedia Jasa yang merupakan penggantian (reimbursement)
atas biaya yang telah dibayarkan penyedia jasa kepada pihak ketiga dalam rangka
pemberian jasa bersangkutan.
o Pembayaran ini tidak termasuk dalam jumlah bruto sebagai dasar pemotongan
PPh Pasal 23 sepanjang dapat dibuktikan dengan faktur tagihan dan/atau bukti
pembayaran yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga.
o Dalam hal tidak terdapat bukti ini, jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh
Pasal 23 adalah sebesar keseluruhan pembayaran kepada penyedia jasa, tidak
termasuk PPN.

55 Apa dasar hukumnya Instansi Pemerintah (Bendahara) menuliskan NPWP dan Nama
WP Rekanan, setelah melakukan pemungutan PPN dan PPh Pasal 22, bukan NPWP-
nya Instansi Pemerintah (Bendahara)?

Jawab :
Pakai NPWP dan Nama Rekanan :
 PPN : Lampiran Bagian II. 3. B Keputusan Menteri Keuangan Nomor
563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Instansi Pemerintah (Bendahara)wan
Pemerintah dan KPPN untuk Memungut, Menyetor, dan Melaporkan PPN dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah beserta Tata Cara Pemungutan,
Penyetoran, dan Pelaporannya : “SSP diisi dengan membubuhkan NPWP dan
identitas PKP Rekanan Pemerintah yang bersangkutan, tetapi
penandatanganan SSP dilakukan oleh Instansi Pemerintah (Bendahara)wan
Pemerintah atau KPKN sebagai penyetor atas nama PKP Rekanan
Pemerintah.”
 PPh Pasal 22 : Pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut
pajak  wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau
bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan SSP yang telah diisi
atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak (Pasal 5 ayat
(2) Peraturan Menteri Keuangan No. : 107/PMK.010/2015).
 PPh Final Pasal 4 (2) Peredaran Bruto Tertentu : Pajak yang telah dipotong atau
dipungut disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang
dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama Wajib Pajak yang
dipotong atau dipungut serta ditandatangani oleh Pemotong atau Pemungut Pajak. (Pasal 4
ayat 8 PMK-99/PMK.03/2018).

Adapun NPWP dan Nama Instansi Pemerintah (Bendahara) untuk pemotongan :


 PPh Pasal 23 : Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, ... kepada Wajib Pajak dalam negeri ...,
dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan.
 PPh Pasal 21 : Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau

27 | P a g e
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh : ..., Instansi
Pemerintah (Bendahara) pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
Pasal 21 UU PPh.
 PPh Final Pasal 4 ayat (2) Jasa Konstruksi : Pajak Penghasilan yang bersifat
final dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna
Jasa merupakan pemotong pajak (badan Pemerintah, ... ). Dalam hal terdapat
selisih kekurangan Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Nilai Kontrak
Jasa Konstruksi dengan Pajak Penghasilan berdasarkan pembayaran yang telah
dipotong atau disetor sendiri ..., selisih kekurangan tersebut disetor sendiri
oleh Penyedia Jasa. Pasal 5 dan 6 PP No. 51 Tahun 2008.

Dasar Hukum Kode SSP :


PER-09/PJ/2020 Tanggal 30 April 2020 Tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara
Pengisian Surat Setoran Pajak 
56 Instansi Pemerintah (Bendahara) Desa membayar warganya (Orang Pribadi) untuk
menggambar denah bangunan balai desa yg akan direhab. PPh Pasal 21 atau PPh
Final Jasa Perencanaan Konstruksi yg dipungut oleh Instansi Pemerintah
(Bendahara)?

Jawab :
 PPh Pasal 21 (Kode 411121 – 100). Tarifnya kalau ber-NPWP = 5 % x 50% x upah.
Tarif kalau tidak ber-NPWP = 6 % x 50% x upah. Atas upah ini tidak ada batas minimal,
walaupun kecil tetap dipotong.

Dasar Hukum :
PER-16/PJ/2016 Contoh V.2 Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh Bukan
Pegawai yang menerima penghasilan yang tidak bersifat berkesinambungan.

Kenapa bukan PPh Final Jasa Perencanaan Konstruksi yang diterapkan? Sesuai
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa
oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan
jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan
bangunan fisik lain. 
Apabila kriteria dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi tidak
terpenuhi, maka PPh Final Jasa Perencanaan Konstruksi tidak dapat diterapkan.
57 Instansi Pemerintah (Bendahara) menyerahkan honor yang diberikan kepada orang
pribadi sebagai narasumber, pengajar, moderator, pelatih atau pemberi materi. PPh
apa yang dipotong?

Jawab :
Kenakan PPh Pasal 21 dengan tarif :
 Kalau PNS lihat dulu golongannya, besarnya tarif PPh Pasal 21 final (Kode
411121 – 402) adalah :
o 0% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain, bagi PNS Golongan I dan
Golongan II, Anggota TNI/Polri Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan
Pensiunannya.
o 5% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain, bagi PNS Golongan III,
Anggota TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya
o 15% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan lain, bagi Pejabat Negara, PNS
Golongan IV, Anggota TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Menengah dan
Tinggi, dan Pensiunannya
28 | P a g e
 Kalau bukan PNS : PPh Pasal 21 (Kode 411121 – 100). Tarifnya kalau ber-NPWP = 5 % x
50% x upah. Tarif kalau tidak ber-NPWP = 6 % x 50% x upah. Atas upah ini tidak ada batas
minimal, walaupun kecil tetap dipotong.

Dasar Hukum :
PER-16/PJ/2016 Contoh V.2 Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh Bukan
Pegawai yang menerima penghasilan yang tidak bersifat berkesinambungan.
Pasal 3 huruf c PER-16/PJ/2016 : Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi ... penasihat, pengajar, pelatih,
penceramah, penyuluh, dan moderator, pengarang, peneliti, penerjemah, ...dst
58 Instansi Pemerintah (Bendahara) belanja kendaraan dinas. Dealer mobil sudah PKP.
Bagaimana pajaknya? Asumsi : Kendaraan baru dan penjual tidak menyerahkan fotokopi
Surat Keterangan yang diterbitkan oleh KPP kepada Instansi Pemerintah (Bendahara).

Jawab :
1. Instansi Pemerintah (Bendahara) yang wajib memungut dan menyetorkan PPN
dengan Kode Akun Pajak 411211 – Kode Jenis Setoran 930 dan menggunakan
NPWP PT ABC. Adapun PT ABC, tetap berkewajiban membuat faktur pajak 16
digit dengan kode 020.XXX-XX.XXXXXXXX (02 artinya penyerahan kepada
Instansi Pemerintah (Bendahara) Pemerintah Pemungut PPN, 0 artinya kode
status normal, bukan penggantian). PKP Rekanan tidak boleh memungut PPN
kepada Instansi Pemerintah (Bendahara), walaupun sudah PKP dan memiliki
sertifikat elektronik.
2. Apabila kendaraan bekas, maka pemungutan PPN menggunakan Nilai Lain
Sebagai DPP.
3. Instansi Pemerintah (Bendahara) yang wajib memungut PPh Pasal 22 dengan
Kode Akun Pajak 411122 – Kode Jenis Setoran 910/920/930, SSP an Rekanan/
Dealer. Rekanan berhak untuk mengkreditkan pemungutan ini.

59 Saat rekapitulasi pembayaran di akhir tahun, cetakan id-billing/e-billing ternyata


hilang/tidak dimiliki oleh Instansi Pemerintah (Bendahara), adanya hanya SSP dari
Bank/Pos Persepsi. Apakah sah pembayarannya?

Jawab :
Pembayaran tetap sah, sepanjang ada SSP yg tertera NTPN (Nomor Transaksi
Pembayaran Pajak). NTPN adalah nomor bukti transaksi penerimaan yang diterbitkan
melalui MPN (Modul Penerimaan Pajak). SSP atau sarana administrasi lain dinyatakan
sah, dalam hal telah divalidasi dengan NTPN.

Dasar Hukum :
Permenkeu No. 242/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.
60 Apa hal yang diatur tentang PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang diatur dalam
Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tanggal 31
Desember 2019 yang berlaku mulai 1 April 2020?

Jawab :
Pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2), yaitu pemotongan PPh atas
penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain atas:
a. persewaan tanah dan/atau bangunan;
b pengalihan hak atas tanah danj atau bangunan;
29 | P a g e
c. usaha jasa konstruksi;
d. hadiah undian; serta
e. pembelian barang atau penggunaan jasa dari Wajib Pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu.

Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yaitu Wajib Pajak
orang pribadi dan badan yang dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang PPh atas penghasilan dari
usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu.

Instansi Pemerintah tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)


atas:
a. pembayaran atau pengakuan utang persewaan tanah dan/atau
bangunan kepada penyedia jasa pelayanan penginapan beserta
akomodasinya
b. sebagian atau seluruh pembayaran pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan antara lain kepada:
1. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah danjatau bangunan dengan
jumlah bruto pengalihan kurang dari Rp60.000.000,- dan bukan merupakan
jumlah yang dipecah-pecah;
2. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan
dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna,
atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan; atau
3. orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan
pengalihan harta berupa tanah danjatau bangunan.
61 Apa hal yang diatur tentang PPh Pasal 21 yang diatur dalam Pasal 11
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019?
yang berlaku mulai 1 April 2020?

Jawab :
Instansi Pemerintah tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas:
a. pembayaran kepada Wajib Pajak yang memiliki dan menyerahkan fotokopi
surat keterangan berdasarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang
PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu, yang telah dipotong PPh Pasal 4 ayat
(2) berdasarkan Peraturan Pemerintah dimaksud; atau
b. pembayaran penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Wajib
Pajak yang dapat menyerahkan fotokopi Surat Keterangan Bebas
Pemotongan dan/ atau Pemungutan PPh berdasarkan ketentuan yang
mengatur mengenai tata cara pengajuan permohonan pembebasan dari
pemotongan danjatau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain, yang
telah dilegalisasi oleh KPP yang menerbitkan Surat Keterangan Bebas
dimaksud.
62 Apa hal yang diatur tentang PPh Pasal 22 yang diatur dalam Pasal 12 Peraturan
30 | P a g e
Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019?

Jawab :
Pemungutan PPh Pasal 22, yaitu pemungutan PPh sehubungan dengan pembayaran
atas pembelian barang.

Instansi Pemerintah tidak melakukan pemungutan PPh Pasal 22 atas:


a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,- tidak termasuk PPN dan
bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari suatu transaksi yang nilai
sebenarnya lebih dari Rp2.000.000,-;
b. pembayaran dengan kartu kredit pemerintah atas belanja lnstansi Pemerintah
Pusat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkeu Nomor
196/PMK.05/2018);
c. pembayaran untuk:
1. pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos;
2. pemakaian air dan listrik;
d. pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
e. pembayaran untuk pembelian gabah dan/ atau beras
f. pembayaran kepada Wajib Pajak yang memiliki dan menyerahkan fotokopi surat
keterangan (tanpa perlu legalisir) berdasarkan Peraturan Pemerintah yang
mengatur tentang PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, yang telah dipotong PPh Pasal 4
ayat (2) berdasarkan Peraturan Pemerintah dimaksud; atau
g. pembayaran untuk pembelian barang kepada Wajib Pajak yang dapat menyerahkan
fotokopi Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/ atau Pemungutan PPh
berdasarkan ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pengajuan permohonan
pembebasan dari pemotongan dan/ atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak
lain, yang telah dilegalisasi oleh KPP yang menerbitkan Surat Keterangan Bebas
dimaksud.
63 Apa hal yang diatur tentang PPh Pasal 23 yang diatur dalam Pasal 13 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019?

Jawab :
Pemotongan PPh atas penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap
berupa:
a. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
b. royalty
c. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21;
d. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh Pasal
4 ayat (2);
e. imbalan sehubungan dengan jasa yang pembayarannya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Instansi Pemerintah tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas :


a. penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank;
b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi;
c. penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan sesuai dengan
31 | P a g e
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;
d. imbalan sehubungan denganjasa yang telah dikenai PPh yang bersifat final
berdasarkan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan;
e. imbalan sehubungan dengan Jasa pengangkutan/ekspedisi yang telah diatur dalam
Pasal 15 Undang-Undang PPh;
f. imbalan sehubungan dengan jasa yang telah dipotong PPh sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 UndangUndang PPh; dan/atau
g. penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya kepada Wajib Pajak yang dapat menyerahkan fotokopi Surat
Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh berdasarkan ketentuan
yang mengatur mengenai tata cara pengajuan permohonan pembebasan dari
pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain, yang telah
dilegalisasi oleh KPP yang menerbitkan Surat Keterangan Bebas dimaksud
64 Apa hal yang diatur tentang PPN yang diatur dalam Pasal 16-18 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019?

Jawab :
Instansi Pemerintah ditunjuk sebagai pemungut PPN atau PPN dan PPnBM yang
terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh PKP
Rekanan Pemerintah kepada Instansi Pemerintah.
Instansi Pemerintah wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN atau PPN dan
PPnBM yang terutang.

PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut oleh Instansi Pemerintah, dalam hal:
a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 tidak termasuk jumlah
PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang, dan bukan merupakan pembayaran
yang dipecah dari suatu transaksi yang nilai sebenarnya lebih dari Rp2.000.000,00;
b. pembayaran dengan kartu kredit pemerintah atas belanja Instansi Pemerintah
Pusat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkeu Nomor
196/PMK.05/2018);
c. pembayaran untuk pengadaan tanah;
d. pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak
oleh PT Pertamina (Persero);
e. pembayaran atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan
telekomunikasi;
f. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan; dan/ atau
g. pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak danjatau Jasa Kena Pajak yang
menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan, mendapat fasilitas
PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN.
65 Kapan penyetoran pajak paling lama dilakukan?

Jawab :

1. Instansi Pemerintah Pusat dan Instansi Pemerintah Daerah wajib menyetorkan PPh dan PPN
yang telah dipotong dan/atau dipungut:
a. paling lama 7 hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran dengan mekanisme Uang
Persediaan (UP); Uang Persediaan yang atau UP adalah uang muka kerja dalam jumlah
tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan
tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
b. pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran dengan mekanisme Langsung
(LS). Pembayaran Langsung atau Pembayaran LS adalah pembayaran yang dilakukan
32 | P a g e
langsung kepada Bendahara Pengeluaran / penerima hak lainnya atas dasar perjanjian
kerja, surat keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan
Surat Perintah Membayar Langsung.

2. Instansi Pemerintah Desa wajib menyetorkan PPh dan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
dipotong danjatau dipungut paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah pelaksanaan
pembayaran.

Dasar Hukum :
Pasal 23 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019.
66 Belanja online dan/atau dari minimarket, bagaimana pajaknya?

Jawab :

Solusi : continued …..

33 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai