Anda di halaman 1dari 11

11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

11

Pajak Daerah
Dan Retribusi Daerah

Hal. 1 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Chapter 11

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran dari modul kedua ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan tentang pajak mineral bukan logam, pajak burung wallet dan pajak air tanah.

PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2011 Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo
Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral
bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan.

Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana
dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara

Obyek Pajak Mineral Bukan Logam

 Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan mineral
bukan logam dan batuan. Objek pajak yang termasuk mineral bukan logam meliputi:
asbes; bentonit; dolomit; feldspar; garam batu (halite); grafit; gips; kalsit; kaolin; magnesit;
mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir kuarsa; perlit; phospat; talk; tawas (alum); yarosif;
zeolit;

 Mineral Bukan Logam lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Objek pajak yang termasuk batuan meliputi: batu tulis; batu setengah permata; batu
kapur; batu apung; batu permata; granit/andesit; leusit; pasir dan kerikil; tanah serap
(fullers earth); tanah diatome; tanah liat; tras; basal; trakkit; dan Batuan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Yang dikecualikan dari Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

 kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyata-nyata tidak
dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk
keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel
listrik/telepon, penanaman pipa air/gas; dan
 kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan ikutan
dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial.

Hal. 2 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Subjek Pajak

Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan
yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan

Wajib Pajak
Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang
mengambil mineral bukan logam dan batuan

Dasar Pengenaan Pajak


Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Nilai Jual Hasil
Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Nilai jual yang dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan
nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan.
Nilai pasar adalah harga rata-rata yang berlaku di lokasi setempat di wilayah daerah
yang bersangkutan.

Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi mineral bukan logam dan batuan sulit
diperoleh, digunakan harga standar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang
dalam bidang pertambangan mineral bukan logam dan batuan

Tarif Pajak
Tarif pajak untuk mineral bukan logam ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen),
Tarif pajak untuk batuan ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen)

Cara Penghitungan Pajak


Pajak = Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan X Tarif Pajak

Masa Pajak
Masa pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang
diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar
bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang

Saat Terutang Pajak


Saat terutangnya pajak, ditetapkan pada saat terjadi pengambilan mineral bukan logam dan
batuan. Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya pengambilan mineral bukan
logam dan batuan.

Hal. 3 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)


Setiap Wajib Pajak harus mengisi SPTPD, SPTPD harus diisi denganjelas, benar dan lengkap
serta ditandatangani oleh Wajib Pajak ataukuasanya. SPTPD harus disampaikan kepada
Bupati selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak. SPTPD
digunakan untuk menghitung, menetapkan dan membayar Pajak

PAJAK PARKIR
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
Pajak Parkir dipungut atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berakaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

OBJEK PAJAK
1. Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
2. Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada angka (1), adalah:
a. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk
karyawanya sendiri;
c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara
asing dengan asas timbal balik;
d. penyelenggaraan penitipan kendaraan bermotor dengan kapasitas sampai dengan 10
(sepuluh) kendaraan roda 4 (empat) atau lebih dan kapasitas sampai dengan 20 (dua
puluh) kendaraan roda 2 (dua);
e. penyelenggaraan tempat parkir yang semata-mata digunakan untuk usaha
memperdagangkan kendaraan bermotor.

SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor.

WAJIB PAJAK
Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

Hal. 4 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

DASAR PENGENAAN PAJAK


1. Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah sejumlah pembayaran atau yang seharusnya
dibayar kepada penyelenggara tempat parkir.
2. Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada angka (1) termasuk
potongan harga parkir dan parkir cuma-Cuma yang diberikan kepada penerima jasa parkir.

TARIF PAJAK
Tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen).

CARA PENGHITUNGAN PAJAK


Berdasarkan pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak yaitu
20% dengan dasar pengenaan pajak yaitu jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar
kepada penyelenggara tempat parkir.

MASA PAJAK
1. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim.
2. Bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh.

SAAT TERUTANG PAJAK


1. Pajak terutang terjadi pada saat penyelenggaraan parkir dengan pembayaran.
2. Dalam hal pembayaran diterima sebelum parkir diselenggarakan, pajak terutang pada saat
terjadi pembayaran.

DIKECUALIKAN
Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya
sendiri

penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing.
Penyelenggaraan penitipan kendaraan bermotor dengan kapasitas s/d 10 kendaraan roda 4 atau
lebih dan kapasitas s/d 20 kendaraan roda 2 (dua)

penyelenggaraan tempat parkir yang digunakan untuk usaha memperdagangkan kendaraan


bermotor.

Hal. 5 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

SYSTEM PEMUNGUTAN
Self Assessment : Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD.

PAJAK Air Tanah

Pajak Air Tanah merupakan pajak yang cukup prospektif di masa mendatang. Dari waktu
ke waktu pemanfaatan air tanah terus meningkat. Selain untuk keperluan rumah tangga
masyarakat, air tanah juga dimanfaatkan oleh perusahaan untuk keperluan industri.
Tumbuh pesatnya industri-industri dan perusahaan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan
penggunaan air tanah sebagai sumber air bersih untuk operasional usaha.

Dengan nama Pajak Air Tanah dipungut pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
Untuk ketentuan formal dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Air Tanah dilakukan berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah.

 Objek Pajak Air Tanah


Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah: pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan
perikanan rakyat, serta peribadatan; Pengambilan, atau pemanfaatan. atau pengambilan
dan pemanfaatan air tanah untuk keperluan pemadaman kebakaran.

 Subjek Pajak
o Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan
dan/atau pemanfaatan air tanah.

 Wajib Pajak Air Tanah


o adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan
air tanah.

 Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah


Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah nilai perolehan air tanah.

Nilai perolehan air tanah sebagaimana dimaksud diatas dinyatakan dalam rupiah yang
dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut :
o jenis sumber air;
o lokasi sumber air;
o tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
o tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;

Hal. 6 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

o volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;


o kualitas air; dan
o tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau
pemanfaatan air.

Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran nilai perolehan air tanah sebagaimana dimaksud
diatas diatur dengan Peraturan Gubernur.

 Tarif Pajak Air Tanah


Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

 Pembayaran Pajak Air Tanah Terutang


Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6.

o Wilayah Pajak
Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat air diambil.

 Masa Pajak
Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan (satu) bulan takwim.
Bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh.

 Saat Terutang Pajak

Pajak terutang terjadi pada saat pengambilan, atau pemanfaatan, atau pengambilan dan
pemanfaatan air tanah.

 Pengawasan dan Pengendalian


o Pengawasan dan pengendalian pajak atas pengambilan, atau pemanfaatan, atau
pengambilan dan pemanfaatan air tanah dapat dilakukan dengan cara memasang
alat segel pajak dan melakukan pendataan pada setiap alat meter air yang
digunakan oleh Wajib Pajak.
o Dalam rangka pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Gubernur dapat menggunakan jasa pihak ketiga sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
o Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan jenis alat segel pajak serta tata cara
pemasangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan
Gubernur.

Hal. 7 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Pajak atas Sarang Burung Walet

Saat mendengar kata-kata 'sarang burung walet', alam pikir kita akan dituntun oleh produk yg
bernilai tinggi karena harga jual yang mahal serta menjadi komoditi yang laku di pasaran
internasional. Secara umum sarang burung walet bukan komoditas yang dikonsumsi oleh
kebanyakan masyarakat Indonesia. Tidak dikenal dalam tradisi kuliner nasional menggunakan
bahan baku dari sarang burung walet.

Sarang burung walet terkenal karena menjadi bahan baku sajian mewah yang dikonsumsi oleh
masyarakat Tiongkok. Konon, makanan tradisional Tiongkok ini dikenal sejak Dinasti Tang
memerintah pada Tahun 618-907M. Sajian sarang burung walet dikenal karena termasuk dalam
literatur pengobatan tradisional Cina dengan khasiat sebagai resep perawatan kecantikan dan
kebugaran tubuh. Dahulu, kuliner mewah yang biasa disajikan dalam hidangan sup ini, hanya
dapat dinikmati oleh para keluarga kerajaan saja. Bahan baku sarang burung walet diperoleh dari
wilayah Asia Tenggara. Dengan kepercayaan atas khasiatnya serta keterbatasan pasokan bahan
bakunya, sarang burung walet sampai saat ini tetap menjadi komoditi bahan baku makanan yang
tidak murah harganya.

Pada mulanya pengambilan sarang burung walet dilakukan pada habitat alam tempat sarang
burung walet berada. Sarang burung walet diproduksi dari air liur burung walet itu sendiri, dan
biasanya habitat alam yang menjadi hunian mereka adalah gua-gua yg bersisian di pinggir pantai.
Di Indonesia sarang burung walet dapat ditemukan pada gua-gua pantai laut selatan.
Pengambilan sarang burung walet kerap berisiko tinggi disebabkan pengambilannya dilakukan
dengan peralatan sederhana pada posisi langit-langit gua di tengah debur ganas ombak laut
selatan.

Namun pada era saat ini pemanfaatan sarang burung walet telah dapat dilakukan melalui metode
penangkaran. Pada awalnya, beberapa burung walet ada yang secara liar membuat sarang
burung walet di rumah-rumah warga. Setelah melihat prospek keuntungan dari hadirnya sarang
burung walet di tengah kediaman mereka, maka para penangkar burung walet mulai serius
dengan membuat bangunan yang akan menarik burung walet untuk membuat sarang di sana.

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia
fuchliap haga (walet sarang putih), collocalia maxina (walet sarang hitam), collocalia esculanta
(walet sapi), dan collocalia linchi (walet linci).

Hal. 8 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung
Walet. Tidak termasuk objek pajak adalah: pengambilan Sarang Burung Walet yang telah
dikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);

Ketentuan jenis PNBP yang dikecualikan sebagai Objek Pajak, dapat mengacu pada Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan Dan
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam
dengan uraian sebagai berikut:

Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar (IIUPTSL) adalah iuran yang
dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.

IIUPTSL meliputi iuran izin pengedar dalam negeri, iuran izin pengedar luar negeri, iuran izin
penangkaran, iuran izin peragaan, iuran izin lembaga konservasi, izin pengelolaan sarang burung
walet di dalam zona/blok pemanfaatan kawasan pelestarian alam, iuran izin pengusahaan taman
buru, iuran akta buru di taman buru, iuran hasil buruan satwa buru dan iuran izin pengambilan
sampel penelitian (mati/bagian-bagian).

Pajak Sarang Burung Walet termasuk salah satu jenis pajak daerah yang baru dapat dipungut
Pemerintah Kabupaten/Kota sejak ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi. Pada UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang PDRD, jenis pajak ini belum termuat
sebagai salah satu opsi pajak daerah.

Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Pihak yang dibebani Pajak (Subjek Pajak) Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet. Demikian pula
pengusaha sarang burung walet berkedudukan pula sebagai Wajib Pajak yang menyampaikan
laporan omzet usaha yang akan dikenakan beban Pajak.

OBYEK PAJAK

Obyek Pajak adalah pengambilan dan/atau penguasaan Sarang Burung Walet.


Dikecualikan dari obyek pajak adalah pengambilan Sarang Burung Walet yang dikenakan
penerimaan Negara Bukan pajak (PNBP).

Hal. 9 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

WAJIB PAJAK

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badang yang melakukan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung wallet.

Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet. Nilai Jual
Sarang Burung Walet dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum Sarang Burung
Walet yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan volume Sarang Burung Walet.

Penghitungan Pajak

Pajak Terhutang = Tarif Pajak Maks 10% x Nilai Jual Sarang Burung Walet.

MASA PAJAK

Masa pajak adalah jangka waktu 3 (tiga) bulan kalender yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak
untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.
Pajak trutang dalam masa pajak terjadi pada saat pengambilan dan/atau pengusahaan sarang
burung wallet.

SANKSI

Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang taidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lambat 1 (satu) tahun atau
pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak dibayar.
Wajib pajak yang dengan sengaja menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan taidak benar atau
tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan
daerah dapata dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Hal. 10 dari 11
11 Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Kendala Pemungutan Pajak

Secara umum transaksi bisnis sarang burung walet hanya melibatkan pengusaha atau sarang
burung walet dengan pembeli yang akan mengekspornya ke luar negeri. Saat ini banyak
Pemerintah Daerah belum dapat secara optimal melaksanakan jenis pajak ini, mengingat sistem
penjualannya masih dilakukan secara tradisional. Akhirnya Pemerintah Daerah hanya
mengandalkan kerelaan dan kejujuran pengusaha dalam penyetoran pajaknya.

Demikian pula kerap terjadi pasang surut permintaan serta harga pasar sarang burung walet yang
kadang mengakibatkan lesunya gairah usaha ini. Di beberapa daerah ada yang akhirnya
mengusulkan pencabutan perda pajak sarang burung walet disebabkan daerah tersebut minim
potensi atau juga terjadi menurunnya tingkat perdagangan sarang burung walet.

Bahan diskusi
Setelah mempelajari chapter tersebut, buatlah resume dari chapter tersebut!

Hal. 11 dari 11

Anda mungkin juga menyukai