Anda di halaman 1dari 34

Pemanfaatan

BKP tidak berwujud dan/atau


JKP dari Luar Daerah Pabean
(Psl. 4 ay. 1 d dan e UU No.
42/2009 ttng perubahan
ketiga UU PPN 1983)

( PMK 40 / PMK.03 / 2010


)

DAERAH PABEAN
Wilayah RI yg meliputi wilayah DARAT, PERAIRAN
dan

RUANG UDARA di atasnya, serta tempat-tempat


tertentu
di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landas Kontinen yg di
dlm
nya berlaku UU yg mengatur mengenai kepabeanan

PASAL 2
PPN dikenakan atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud
dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean

Zona Ekonomi Ekslusif :

zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar


pantai, yang mana dalam zona tsb sebuah
negara pantai mempunyai hak atas kekayaan
alam di dalamnya, dan berhak menggunakan
kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi,
terbang di atasnya, ataupun melakukan
penanaman kabel dan pipa.
Landas Kontinen :
dasar laut yang secara geologis maupun morfologi
merupakan lanjutan dari sebuah kontinen
(benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150 meter.
Indonesia terletak pd dua buah landasan kontinen,
yaitu landasan kontinen Asia dan landasan kontinen
Australia.

Pasal 3 ayat (1), Dihitung dengan


cara :
a. 10%

x Jml yg dibayarkan/seharusnya

dibayarkan
kpd pihak yg menyerahkan
(excluded)
b. 10/110
Jml yg dibayarkan/seharusnya
Pasal
3 ayatx(2)

dibayarkan
Dalam hal tidak ditemukan adanya
kpdtertulis
pihak yg
kontrak/perjanjian
utkmenyerahkan
jml yg

(included)
dibayarkan/seharusnya
dibayarkan atau ada
kontrak/perjanjian tertulis akan tetapi tidak dgn tegas
dinyatakan bahwa jml kontrak/perjanjian sudah
termasuk PPN, maka PPN dihitung dari 10% x
jumlah yg dibayarkan atau seharusnya dibayarkan

Pasal 4
Saat terutangnya PPN sbgmn
dimaksud dlm pasal 2 terjadi
pada saat dimulainya
pemanfaatan BKP tidak
berwujud dan/atau JKP dari Luar
Daerah Pabean tsb

Pasal 5 ayat (1)


Saat dimulainya pemanfaatan adalah
saat yg di
ketahui terjadi lebih dulu dari peristiwa :
a. Saat secara nyata digunakan oleh pihak
yang memanfaatkannya,
b. Saat harga perolehan dinyatakan sbg
utang oleh pihak yang memanfaatkannya
c. Saat harga jual ditagih oleh pihak yang
menyerahkannya,
d. Saat harga perolehan dibayar baik
sebagian atau seluruhnya.

Pasal 5 ayat (2)


Dlm hal saat dimulainya pemanfaatan BKP
tidak berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah
Pabean sbgmn dimaksud pd ayat (1) tidak
diketahui, saat dimulainya pemanfaatan
adalah tanggal ditandatanganinya
kontrak
atau perjanjian atau saat lain yg ditetapkan
oleh DJP

Pasal 6 ayat (1)

Pemungutan dan Penyetoran :


PPN yg terutang wajib dipungut dan
disetorkan ke Kas Negara dengan
menggunakan SSP oleh orang pribadi
atau badan yang memanfaatkan BKP
tidak berwujud dan/atau JKP dari Luar
Daerah Pabean, paling lama tanggal
15 bulan berikutnya setelah saat
terutang nya pajak sbgmn dimaksud
dlm pasal 4.

Pasal 6 ayat (2)


Ketentuan pengisian SSP :
a. Pd kolom Nama dan alamat WP diisi nama
dan alamat OP atau Badan yg bertempat
tinggal atau berkedudukan di luar DP yg
menyerahkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
ke dlm DP,
b. Pd kolom NPWP diisi dgn angka 0 (nol),
kecuali
kode KPP diisi kode KPP dr pihak yg memanfaat
kan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
c. Pd kotak WP/Penyetor diisi nama dan NPWP
pihak yang memanfaatkan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP

Pasal 7 ayat (1)


Bagi PKP, PPN yg telah disetor dilaporkan
dlm SPT Masa PPN bulan terutangnya
pajak,

Pasal 7 ayat (2)


SPT Masa PPN diperlakukan sebagai laporan
pemungutan PPN atas pemanfaatkan BKP tidak
berwujud dan/atau JKP dari luar DP,

Pasal 7 ayat (3)


OP/Badan yg bukan PKP wajib melaporkan PPN
yg telah disetor dgn menggunakan lembar
ketiga SSP ke KPP yg wilayahnya meliputi tmp
tinggal OP/tmp kedudukan badan tsb paling
lama akhir bulan berikutnya setelah saat
terutangnya pajak

Pasal 8
OP atau badan yg melakukan
penyetoran PPN setelah melewati
batas waktu dikenai sanksi bunga
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai
KUP

BKP Tidak Berwujud terdiri dari :


1. Penggunaan/ hak menggunakan hak
cipta di bidang kesusastraan, kesenian/
karya ilmiah, paten, desain/ model, rencana,
formula/ proses rahasia, merek dagang,/
bentuk hak kekayaan intelektual/
industrial/ hak serupa lainnya;
2. Penggunaan/ hak menggunakan
peralatan / perlengkapan industrial,
komersial,/ ilmiah;
3.Pemberian pengetahuan/ informasi di
bidang ilmiah, teknikal, industrial,/ komersial;

BKP Tidak Berwujud terdiri


dari :
4. Penggunaan/ hak menggunakan film
gambar hidup (motion picture films),
film/ pita video untuk siaran televisi,/
pita suara untuk siaran radio; dan
5.Pelepasan seluruhnya/ sebagian hak
yang berkenaan dengan penggunaan/
pemberian hak kekayaan
intelektual/industrial/ hak-hak lainnya
sebagaimana tersebut di atas.

BKP Tidak Berwujud terdiri


dari :
6.Pemberian bantuan tambahan atau
pelengkap sehubungan dengan
penggunaan atau hak menggunakan hakhak tersebut pada angka 1, penggunaan /
hak menggunakan peralatan /
perlengkapan tersebut pada angka 2, atau
pemberian pengetahuan atau informasi
tersebut pada angka 3, berupa :

penerimaan / hak menerima rekaman


gambar atau rekaman suara / keduanya,
yang disalurkan kepada masyarakat melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi
yang serupa;
penggunaan / hak menggunakan rekaman
gambar / rekaman suara atau keduanya,
untuk siaran televisi/radio yang
disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel,
serat optik, atau teknologi yang serupa; dan
penggunaan atau hak menggunakan
sebagian atau seluruh spektrum radio
komunikasi;

Contoh :
PT.Ramindo (industri makanan) di
Jakarta memanfaatkan BKP tidak
berwujud berupa hak menggunakan
merek dagang Saiyo dan jasa
bantuan teknik pengolahan dari
Yakusiwa Ltd, Jepang. Pemanfaatan ini
dilakukan di dalam Daerah Pabean,
maka atas kegiatan ini dikenakan PPN.

Contoh soal:
1. Edi Kempo membuka usaha restoran fast food dengan
melakukan perjanjian
franchise (waralaba) dengan
perusahaan restoran dari Jepang. Berdasarkan perjanjian
waralaba tersebut, Edi Kempo berkewajiban membayar
royalti ke Jepang setiap bulan

Manakah pernyataan berikut yang benar:


a)
b)
c)
d)

Edi Kempo harus melaporkan usahanya untuk


dikukuhkan sebagai PKP sehubungan dengan usaha
restoran yang dilakukannya.
Edi Kempo tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP, namun
atas pembayaran royalti ke Jepang harus dipungut dan
disetorkan PPN-nya.
Atas pembayaran royalti ke Jepang tidak perlu
dipungut dan disetor PPN, karena usaha restoran
bukan objek PPN.
Usaha restoran merupakan objek PPN, sehingga atas
pembayaran royalti tersebut harus dipungut dan
disetor PPN oleh Edi Kempo.

2.Seandainya Edi Kempo setiap bulan


membayar Royalti sebesar Rp
50.000.000 kepada perusahaan di
Jepang tersebut
Kewajiban apa saja yang harus
dilakukan oleh Edi Kempo, kapan
harus dipenuhi dan menggunakan
sarana apa?

Contoh soal:
3.

Burhan adalah pedagang komputer yang melakukan


usaha perdagangan antar negara. Dalam kegiatannya,
Burhan mendapat pesanan dari Luar Negeri, dan pesanan
tersebut akan dipenuhi dengan cara membeli barang dari
negara lain yang langsung dikirim ke pemesan tanpa
melalui Indonesia. Pada bulan Agustus 2010, nilai tagihan
Burhan atas penyerahan yang diterimanya dari Luar
Negeri mencapai
Rp 100.000.000,-. Untuk memenuhi
pesanan tersebut, pembelian yang dilakukannya senilai
Rp 80.000.000,-.
Berapa PPN yang harus dibayar Burhan untuk Masa Pajak
Agustus 2010:
a) Rp 10.000.000.
b) Rp 2.000.000.
c) Tidak Ada.
d) Tidak ada jawaban yang benar.

Ekspor JKP
yang dikenakan PPN
(Psl. 4 ay (1) h UU No. 42
tentang perubahan ketiga UU
PPN 1983)

( PMK no. 70 / PMK.03 / 2010 )


(PMK No. 30 / PMK.03 / 2011)

Jasa

(Psl 1 angka 2 PMK


No.30/2011)
Setiap kegiatan pelayanan yg
berdasarkan suatu perikatan/perbuatan hukum yg
menyebabkan suatu barang,
fasilitas, kemudahan,/hak tersedia
utk dipakai, termasuk jasa yg
dilakukan utk menghasilkan barang
krn pesanan atau permintaan dgn
bahan & atas petunjuk pemesan.

Jasa Maklon

(Psl 1 angka 3 PMK

No.30/2011)

Pemberian jasa dalam rangka proses


penyelesaian suatu barang tertentu yang
proses pengerjaannya dilakukan oleh
pihak pemberi jasa (disubkontrakkan),
dan pengguna jasa menetapkan
spesifikasi, serta menyediakan bahan
baku dan/atau barang setengah jadi
dan/atau bahan penolong/ pembantu
yang akan diproses sebagian atau
seluruhnya, dengan kepemilikan atas
barang jadi berada pada pengguna jasa.

Jasa Kena Pajak (Psl 1 angka 4 PMK


No.30/2011)
Jasa yg dikenai pajak berdasarkan UU PPN

Ekspor JKP (Psl 1 angka 5 PMK No.30/2011)


Setiap kegiatan penyerahan JKP ke luar DP

Penggantian (Psl 1 angka 6 PMK No.30/2011)


Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena
penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yg dipungut
menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak / nilai berupa uang yang dibayar
atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena
pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP Tidak
Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari
Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Pasal 2
(1) PPN dikenakan atas Ekspor JKP oleh PKP
(2) PPN yang terutang sbgmn dimaksud pada ayat
(1) dihitung dengan cara mengalihkan tarif
PPN dengan DPP
(3) Tarif PPN sbgmn dimaksud pada ayat (2) adalah
0% (nol persen)
(4) DPP sbgmn dimaksud pada ayat (2) adalah
Penggantian

Batasan Kegiatan JKP yang atas


ekspornya dikenai PPN (pasal 3)
a) Untuk Jasa Maklon
1. Pemesan / pemerima JKP berada di luar DP dan merupakan
WPLN serta tidak mempunyai BUT sbgmn dimaksud dalam
UU No. 7 tahun 1983 tentang PPh dan perubahannya.
2. Spesifikasi & bahan disediakan o/ Pemesan/penerima JKP
3. Bahan adl bhn baku, brng setengah jadi, &/ bahan
penolong
atau pembantu yg akan diproses menjadi BKP
yg dihasilkan
4. Kepemilikan atas barang jadi berada pada pemesan
atau penerima JKP.
5. Pengusaha jasa maklon mengirimkan barang hasil

pekerjaannya berdasarkan permintaan pemesan atau


penerima JKP ke luar DP

Batasan Kegiatan (pasal 3)

b) Untuk Selain Jasa Maklon


1.Jasa yg melekat pada atau jasa
untuk barang bergerak yg
dimanfaatkan di luar
DP; atau
2.Jasa yang melekat pada atau jasa
untuk barang tidak bergerak yang
terletak di luar DP.

Pasal 4
Jenis JKP yg atas ekspornya dikenai
PPN
a. Jasa Maklon (memenuhi pasal 3 huruf a)
b. Jasa Perbaikan dan perawatan
(memenuhi pasal 3 huruf b angka 1)
c. Jasa Konstruksi, yaitu layanan jasa
konsultasi perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan pekerjaan konstruksi,
(memenuhi pasal 3 huruf b angka 2)

Pasal 5
(1). Saat terutangnya PPN atas
ekspor
JKP adalah pada saat
Ekspor JKP
(2). Saat ekspor JKP sbgmn dimaksud
pd
ayat (1) adalah pada saat
Penggantian atas jasa yg diekspor
tsb dicatat atau di akui sbg
penghasilan.

Pasal 6
PPN sbgmn dimaksud dalam Pasal 2
terutang di tempat tinggal atau
tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha dilakukan atau
tempat lain selain tempat tinggal
atau tempat kedudukan dan/atau
tempat kegiatan usaha dilakukan yg
diatur dgn Peraturan DJP.

Pasal 7
(1)PKP yang melakukan ekspor JKP wajib
membuat Pemberitahuan Ekspor JKP pada
saat Ekspor JKP,
(2)Pemberitahuan Ekspor JKP yg dilampiri
dengan Invoice sbg satu kesatuan yg
tidak terpisahkan adlh dokumen tertentu
yg kedu- dukannya dipersamakan dgn
Faktur Pajak,
(3) Pemberitahuan Ekspor JKP wajib dibuat o/
PKP yg melakukan ekspor JKP dgn menggunakan formulir sbgmn ditetapkan dlm
lampiran PMK ini

Pasal 8

(PMK No. 30 / PMK.03 / 2011)

(1) Atas kegiatan ekspor BKP yg dihasilkan dari


kegiatan ekspor Jasa Maklon oleh PKP eksportir Jasa
Maklon dilaporkan sebagai ekspor BKP dalam
SPT Masa PPN
(2) PPN atas:
a. perolehan Barang Kena Pajak;
b. perolehan Jasa Kena Pajak;
c. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean;

d. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean;


dan/atau

e. impor Barang Kena Pajak,


merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Pasal 9
Terhadap ekspor JKP baik sebagian
atau seluruhnya yang dilakukan
sebelum tgl 1 April 2010, dan
Penggantian atas jasa yg di ekspor
tersebut dicatat atau diakui sbg
penghasilan pada atau setelah tgl 1
April 2010, dikenai PPN berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam PMK ini.

Contoh Soal :
1.

a.
b.

Asep mengelola sebuah perusahaan garmen di Bogor dengan


menggunakan merek Margona
dan sudah dikukuhkan
sebagai PKP sejak 14 Maret 2001.
Pada tanggal 8 Juli 2010, menerima pembayaran sebesar
Rp 45.000.000 atas Jasa Maklon yang penyerahan
produknya kepada perusahaan garmen Medisa di Surabaya,
selaku pemesan, telah dilakukan pada tanggal 17 Juni 2010
dengan perincian sebagai berikut:
Ongkos sebesar Rp 40.000.000.
Biaya pembelian bahan pembantu, seperti benang, kancing
dan resleting Rp 5.000.000.

Permasalahan:
a. Hitunglah berapa PPN yang terutang atas transaksi tersebut
diatas? Kapan Faktur Pajak harus dibuat.
b. Hitunglah berapa PPN yang terutang seandainya PT. Medisa
tsb adalah WP luar negeri yang berada di Amerika (di Luar
Daerah Pabean)? Apakah Asep wajib membuat FP.
Bagaimana atas kegiatan Ekspor barang yang dihasilkan dari
Ekspor Jasa tsb.

Contoh Ekspor BPK tidak berwujud :


PT Hutama Karya selaku pemegang hak paten
teknologi
pembangunan
jalan
layang,
menyerahkan teknologi ini kepada perusahaan
pemborong yang sedang membangun jalan
layang di Thailand. Kegiatan ini termasuk
dalam kelompok ekspor BKP tidak berwujud .
(Pasal 4 ayat 1 huruf g UU PPN).

Anda mungkin juga menyukai