Anda di halaman 1dari 59

Pertemuan 11

Pengenaan PBB
Pertambangan
Migas
Kelompok 4
Alfin Adam Arifin (04)
Andre Nugroho (05)
Irene Dyah Puspitasari (11)
Dasar Hukum
• PMK 186/PMK.03/2019 Tentang Klasifikasi Objek Pajak dan
Tata Cara Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan
Bangunan.
• SE-17/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan PMK 186 /PMK 03
2019 Tentang Klasifikasi Objek Pajak dan Tata Cara Penetapan
Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.
• PMK 234/PMK.03/2022 Tentang Perubahan Atas PMK
186/PMK.03/2019 Tentang Klasifikasi Objek Pajak dan Tata Cara
Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan
Pengertian
Minyak Bumi
 Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan
temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat termasuk aspal lilin mineral atau ozokerit dan
bitumen yang diperoleh dari proses penambangan tetapi tidak termasuk batubara atau endapan
hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan
dengan kegiatan usaha minyak bumi dan gas bumi.

Gas Bumi
 Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur
atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan minyak bumi dan gas bumi
termasuk antara lain gas metan batubara (coal bed methan).
Wilayah Kerja dan Kontrak Kerja Sama
 Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi adalah daerah tertentu di dalam wilayah hukum pertambangan
Indonesia yang digunakan untuk pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi minyak dan/ atau gas bumi.
 Kontrak Kerja Sama adalah kontrak bagi hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak dan/ atau gas bumi yang lebih menguntungkan negara
dan hasilnya digunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
Kegiatan Usaha dalam Wilayah Kerja
 Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk
menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak bumi dan/ atau gas bumi termasuk kegiatan
penyelidikan survei dan studi kelayakan dalam Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi
 Eksploitasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak dan/ atau gas bumi atau panas
bumi dari Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi
Terjadinya Minyak dan Gas Bumi
(coal bed methan).
Karakteristik
Industri Pertambangan
● Ketidakpastian yang tinggi pada kegiatan
eksplorasi dan tidak ada jaminan bahwa secara
komersial layak untuk ditambang
● Padat modal, teknologi tinggi, sarat risiko ,
membutuhkan waktu yang lama untuk memulai
produksi
● Lokasi terpencil, pembangunan berkelanjutan,
memperhatikan lingkungan
● Harga komoditas yang berfluktuasi
● Bahan galian yang tidak dapat diperbaharui dan
persediaan yang terbatas
Tata Waktu Kegiatan
Objek Pajak PBB Sektor
Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi

bumi dan/ atau bangunan yang berada


di Kawasan Pertambangan Minyak
dan/ atau Gas Bumi
Kawasan Pertambangan
Minyak dan/ atau Gas Bumi
Permukaan Bumi Onshore
 adalah areal berupa tanah dan/ atau perairan darat di dalam kawasan pertambangan minyak dan/
atau gas bumi
Permukaan Bumi Offshore
 areal berupa perairan yang berada di dalam kawasan pertambangan minyak dan/ atau gas bumi di
wilayah NKRI yang meliputi laut pedalaman perairan kepulauan laut teritorial ZEE Indonesia dan
perairan di dalam Batas Landas Kontinen.

Tubuh Bumi
 Tubuh Bumi Eksplorasi adalah tubuh bumi yang berada di dalam kawasan pertambangan minyak
dan/ atau gas bumi pada kegiatan Eksplorasi
 Tubuh Bumi Eksploitasi adalah tubuh bumi yang berada di dalam kawasan pengusahaan panas bumi
pada kegiatan Eksploitasi
Kawasan Pertambangan
Minyak dan/ atau Gas Bumi
Kawasan pertambangan minyak dan/ atau gas bumi meliputi
 Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kerja Sama dan
 Areal di luar Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi pada huruf a yang merupakan satu kesatuan yang digunakan
untuk kegiatan usaha pertambangan minyak dan/ atau gas bumi dan secara fisik tidak terpisahkan

Areal yang secara fisik tidak terpisahkan pada huruf b di atas meliputi
 Areal yang memiliki 1 titik koordinat atau lebih yang sama dengan titik koordinat Wilayah Kerja Minyak dan Gas
Bumi dengan atau tanpa pembatas atau
 Areal yang terhubung dengan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi melalui sungai jaringan pipa, jalan atau
jembatan
Areal Yang Terhubung Melalui
Sungai, Jalan, Jaringan Pipa atau Jembatan
 Yang dimaksud dengan terhubung melalui sungai atau jalan yaitu dihubungkan oleh lebar
sungai atau lebar jalan sepanjang areal tersebut
 Yang dimaksud dengan terhubung melalui jaringan pipa atau jembatan yaitu dihubungkan
oleh panjang jaringan pipa atau panjang jembatan
 Termasuk dalam pengertian jaringan pipa yaitu jaringan pipa yang dikuasai oleh Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dengan segala jenis bahan dan konstruksi yang digunakan dalam
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi
 Termasuk dalam pengertian jembatan yaitu jembatan dengan segala jenis bahan dan
konstruksi
Kawasan Pertambangan
Minyak dan/ atau Gas Bumi
 Permukaan Bumi Onshore dan/ atau Permukaan Bumi Offshore sebagaimana dimaksud di atas
meliputi areal permukaan bumi di dalam kawasan yang telah dimiliki oleh Subjek Pajak atau
Wajib Pajak dengan suatu hak atas tanah dan/ atau diperoleh manfaatnya oleh Subjek Pajak
atau Wajib Pajak dan digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan minyak dan/ atau gas
bumi termasuk fasilitas dan penunjangnya
 Tubuh bumi sebagaimana dimaksud di atas meliputi Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi
sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kerja Sama
Areal Yang Tidak Dikenakan PBB

 Apabila terdapat areal pada Permukaan Bumi Onshore dan/ atau Permukaan Bumi
Offshore yang merupakan objek pajak seperti dalam pasal 3 ayat 1 UU PBB, areal
tersebut tidak dikenakan PBB
 Apabila terdapat areal permukaan bumi di dalam kawasan pertambangan minyak dan/
atau gas bumi yang tidak dipunyai haknya dan tidak diperoleh manfaatnya oleh Subjek
Pajak atau Wajib Pajak areal tersebut tidak dikenakan PBB Sektor Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi
UU Pertambangan Minyak dan Gas Bumi menyatakan
bahwa:

 Wilayah Kerja adalah daerah tertentu di dalam


Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia untuk
pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi

 Hak atas Wilayah Kerja tidak meliputi hak atas


tanah permukaan bumi
Jenis Areal Pertambangan Migas
Permukaan Bumi Onshore :
Areal Belum Produktif
Areal Produktif
Areal Tidak Produktif
Areal Pengaman
Areal Emplasemen
Permukaan Bumi Offshore :
Areal offshore yang
merupakan areal berupa
perairan

Tubuh Bumi :
Tubuh bumi eksplorasi, atau
Tubuh bumi eksploitasi
Areal Belum
Produktif
Areal Belum Produktif
Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi merupakan areal
yang belum diusahakan untuk
pengambilan hasil produksi
minyak dan/atau gas bumi.
Areal Produktif
Areal Produktif Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi merupakan
areal yang sedang diusahakan untuk
pengambilan hasil produksi minyak
dan/atau gas bumi.
Areal Tidak
Produktif
Areal Tidak Produktif Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi merupakan areal
yang tidak dapat atau telah selesai
diusahakan untuk pengambilan hasil
produksi minyak danjatau gas bumi.
Areal Pengaman
Areal Pengaman Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi merupakan
areal yang dimanfaatkan sebagai
pendukung dan pengaman kegiatan
usaha pertambangan minyak dan/atau
gas bumi.
Areal Emplasemen

Areal Emplasemen Pertambangan


Minyak dan Gas
Bumi merupakan areal yang di
atasnya dimanfaatkan untuk
bangunan serta fasilitas
penunjangnya.
Areal Offshore
Areal Offshore Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi, merupakan
areal berupa perairan yang digunakan
untuk kegiatan usaha pertambangan
minyak dan/ atau gas bumi.
Untuk menetapkan NJOP bumi, tubuh
bumi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat ( 1) huruf c meliputi:
a. Tubuh Bumi Eksplorasi; atau
b. Tubuh Bumi Eksploitasi.
Penetapan NJOP Bumi
NJOP Bumi untuk Permukaan Bumi Onshore
● NJOP bumi untuk areal belum produktif, ditentukan berdasarkan perbandingan harga
dengan objek lain yang sejenis.
● NJOP bumi untuk areal produktif, ditentukan berdasarkan penyesuaian terhadap NJOP
bumi per meter persegi untuk areal belum produktif.
● NJOP bumi untuk areal tidak produktif, ditentukan berdasarkan penyesuaian terhadap
NJOP bumi per meter persegi untuk areal belum produktif.
● NJOP bumi untuk areal pengaman, ditentukan berdasarkan penyesuaian terhadap NJOP
bumi per meter persegi untuk areal belum produktif.
● NJOP bumi untuk areal emplasemen, ditentukan berdasarkan perbandingan harga
dengan objek lain yang sejenis.
Penilaian NJOP Bumi
Menggunakan pendekatan harga dengan objek lain yang sejenis, dilakukan dengan cara :
● Mengumpulkan data objek pembanding
● Melakukan analisis terhadap data objek pembanding
● Melakukan penyesuaian terhadap data pembanding yang meliputi faktor lokasi, fisik (kontur
tanah, ketersediaan infrastruktur dan jenis tanah), jenis penggunaan tanah dan keluasan untuk
menentukan NJOP bumi per m2 areal belum produktif dan areal emplasemen.
● Melakukan penyesuaian NJOP areal belum produktif dengan objek yang dinilai yang meliputi
penyesuaian faktor lokasi, fisik (kontur tanah, ketersediaan infrastruktur dan jenis tanah), jenis
penggunaan tanah dan keluasan, untuk menentukan NJOP bumi per m2 untuk areal produktif,
areal tidak produktif, dan areal pengaman.
Penetapan NJOP Bumi
NJOP Bumi untuk Permukaan Bumi Onshore

NJOP bumi untuk Permukaan Bumi Onshore merupakan penjumlahan NJOP bumi
untuk Areal Belum Produktif, Areal Produktif, Areal Tidak Produktif, Areal
Pengaman dan Areal Emplasemen.
Penetapan NJOP Bumi
NJOP Bumi untuk Permukaan Bumi Offshore

NJOP bumi Areal Offshore, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Penetapan NJOP Bumi
NJOP Bumi untuk Tubuh Bumi

1. NJOP Bumi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi, ditetapkan dengan Keputusan Dirjen
Pajak.
2. NJOP Bumi untuk Tubuh Bumi Eksploitasi :
a. NJOP Bumi untuk Tubuh Bumi Eksploitasi ditentukan berdasarkan Nilai Jual
Pengganti yang merupakan hasil perkalian pendapatan minyak dan/atau gas bumi
dengan Angka Kapitalisasi; atau
b. NJOP Bumi untuk Tubuh Bumi Eksploitasi yang belum atau tidak mempunyai
hasil produksi ditetapkan sebesar NJOP bumi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi.
Penetapan NJOP Bumi
NJOP Bumi untuk Tubuh Bumi
Penetapan NJOP Bumi
NJOP Bumi untuk Tubuh Bumi

a. Pendapatan minyak dan/atau gas bumi di atas merupakan penjualan kotor (gross sales) minyak
dan/atau gas bumi sebagaimana tertuang dalam Financial Quarterly Report (FQR) triwulan IV Wajib
Pajak pada tahun terakhir sebelum Tahun Pajak PBB terutang.
b. Apabila penjualan kotor menggunakan satuan mata uang selain mata uang Rupiah, penjualan
kotor harus dikonversi dalam satuan mata uang Rupiah berdasarkan kurs mata uang pada tanggal 1
Januari Tahun Pajak PBB terutang sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan
mengenai penetapan nilai kurs pajak.
c. Angka Kapitalisasi adalah angka pengali tertentu yang digunakan untuk mengonversi pendapatan
atau hasil produksi satu tahun menjadi NJOP, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Penilaian NJOP Bumi
Tubuh bumi eksploitasi yang telah mempunyai hasil produksi, pada objek pajak PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
ditentukan NJOP nya dengan Nilai Jual Pengganti yang berbasis pada pendekatan pendapatan. (SE-11/PJ/2022)

Penilaian Nilai Jual Pengganti dilakukan dengan cara :

Angka kapitalisasi sebagaimana ditetapkan


Pendapatan Objek
Pajak X dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
mengenai penetapan angka kapitalisasi untuk
penetapan NJOP

Untuk tubuh bumi eksploitasi pada objek pajak PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi, yang dimaksud sebagai Pendapatan Objek Pajak merupakan penjualan kotor (gross
sales) minyak dan/atau gas bumi sebagaimana tertuang dalam Financial Quarterly
Report (FQR) triwulan IV Wajib Pajak pada tahun terakhir sebelum Tahun Pajak PBB
terutang.

Angka Kapitalisasi pertambangan minyak bumi dan gas bumi, serta pengusahaan panas bumi
ditetapkan sebesar 10,04 (KEP-93/PJ/2019)
Luas yang Dikenakan PBB
Areal
Onshore
Seluas yang
dimiliki/dikuasai/
dimanfaatkan
Areal
Offshore

Tubuh Bumi
Eksplorasi
Seluas Wilayah Kerja

Tubuh Bumi
Eksploitasi
Bangunan
Bangunan
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap di areal daratan (onshore) atau areal
perairan lepas pantai (offshore).

Bangunan

Bangunan Bangunan
Kelompok I Kelompok II
Bangunan Kelompok I

PER-23/PJ/2021
Bangunan Kelompok II

PER-23/PJ/2021
Penilaian NJOP Bangunan untuk Permukaan Bumi Onshore
dan/atau Offshore

Menggunakan pendekatan nilai perolehan baru yang merupakan Pendekatan Penilaian berbasis pada pendekatan
biaya, yang dilakukan dengan cara :

Menghitung biaya pembangunan baru atau biaya penggantian baru yaitu :


• Bangunan Kelompok I dengan teknik meter persegi atau teknik unit terpasang menggunakan aplikasi daftar biaya
komponen banguna.
• Bangunan Kelompok II dengan teknik survei kuantitas atau teknik lain dalam penilaian.

Menghitung penyusutan bangunan berdasarkan kondisi fisik.

Menghitung NJOP bangunan dengan cara mengurangkan Biaya Pembangunan Baru atau Biaya Penggantian Baru
dengan penyusutan. Besarnya penyusutan fisik bangunan dihitung dengan metode umur efektif.

Penetapan NJOP Bangunan dilakukan dengan cara mengalikan luas bangunan dengan NJOP Bangunan per meter
persegi hasil penilaian.
Total nilai bangunan
Nilai Bangunan/M2
= Total luas bangunan

SE-11/PJ/2022
Tempat Penatausahaan Objek Pajak
Tubuh
Onshore Offshore
Bumi
• KPP Pratama yang wilayah
kerjanya meliputi letak objek
pajak KPP Minyak dan KPP Minyak dan
• KPP Pratama yang ditunjuk Gas Bumi Gas Bumi
dalam hal letak objek pajak
berada lebih dari 1 wilayah
kerja KPP Pratama dalam 1
kabupaten/kota atau wilayah
DKI Jakarta

PMK-48/PMK.03/2021
Pengenaan PBB
Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya PBB terutang melalui penerbitan:
a) SPPT
b) SKP PBB
dengan menggunakan NJOP PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

SPPT diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun setelah berakhirnya Tahun
Pajak PBB terutang.

Penerbitan SKP PBB berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata
cara penerbitan SKP PBB.

Onshore

SPPT Offshore

Tubuh
Bumi

PMK-186/PMK.03/2020
Penerbitan SPPT
SPPT diterbitkan untuk 1 tahun pajak.

Penerbitan SPPT dilakukan berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh


Subjek Pajak atau Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak.
Berdasarkan SPOP tersebut DJP dapat melakukan penilaian lapangan
dan apabila ditemukan ketidaksesuaian DJP menerbitkan SPPT
berdasarkan SPP dan data yang diperoleh saat penilaian lapangan.

Tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak merupakan:


a. tanggal yang tercantum dalam tanda terima penyampaian SPPT,
dalam hal disampaikan secara langsung;
b. tanggal yang tercantum dalam bukti pengiriman, dalam hal
disampaikan melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir;
atau
c. tanggal pengiriman melalui saluran elektronik tertentu yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Jatuh Tempo SPPT

PBB terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi oleh Wajib Pajak


selambat- lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT
oleh Wajib Pajak.

Apabila PBB terutang tidak atau kurang dibayar setelah tanggal


jatuh tempo pembayaran, Kepala KPP menerbitkan STP PBB.
Dalam hal terdapat pengajuan pengembalian seluruh Wilayah Kerja Minyak dan Gas

SPPT Tidak
Bumi kepada Pemerintah, Wajib Pajak atau satuan kerja atau instansi yang bidang tugas
dan kewenangannya menyelenggarakan pengelolaan kegiatan usaha pertambangan
minyak danjatau gas bumi menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak tempat objek pajak terdaftar paling lambat akhir Tahun Pajak
dilakukannya pengembalian dengan dilampiri:
a) Surat pengajuan pengembalian seluruh Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi yang
Diterbitkan
disampaikan Wajib Pajak kepada satuan kerja atau instansi yang bidang tugas dan
kewenangannya menyelenggarakan pengelolaan kegiatan usaha pertambangan
minyak dan/atau gas bumi; dan
b) Surat keterangan bahwa Wajib Pajak tidak sedang memanfaatkan. Wilayah Kerja
Minyak dan Gas Bumi yang diterbitkan oleh satuan kerja atau instansi yang bidang
tugas dan kewenangannya menyelenggarakan pengelolaan kegiatan usaha
pertambangan minyak dan atau gas bumi.

Wajib Pajak seperti tersebut di atas tidak perlu mengisi dan mengembalikan SPOP untuk
tahun pajak setelah tahun pajak pengajuan pengembalian wilayah kerja minyak dan gas
bumi.

Kepala KPP tidak menerbitkan SPPT untuk Tahun Pajak setelah tahun pajak pengajuan
pengembalian wilayah kerja minyak dan gas bumi kepada Wajib Pajak tersebut.

Dalam hal pengajuan pengembalian seluruh wilayah kerja minyak dan gas bumi yang
disampaikan Wajib Pajak tersebut ditolak oleh Kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan besarnya PBB terutang sejak tahun pajak setelah keputusan penolakan.
Penghitungan PBB Sektor
Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi
Penghitungan PBB
Permukaan Bumi
Onshore
Penghitungan PBB
Permukaan Bumi
Offshore
Penghitungan PBB
Tubuh Bumi
Eksploitasi
Penghitungan PBB
Tubuh Bumi
Eksplorasi
Contoh
Penghitungan PBB
Migas
Contoh Perhitungan PBB MIGAS

Keterangan:

Wilayah Kerja KKKS ABC

Bumi dan bangunan yang


dimiliki, dikuasai dan/atau
dimanfaatkan di Onshore

Bumi dan bangunan yang


dimiliki, dikuasai dan/atau
dimanfaatkan di Offshore
Data SPOP PBB Migas 2020 Hasil Penilaian

1. Rincian data SPOP PBB Migas yang disampaikan 1. Data dan Hasil Penilaian yang
KKKS ABC ke: digunakan KPP Migas dan KPP
A. KPP Migas Pratama Lokasi:
a. SPOP Offshore
a.Nilai Bumi/m2 Areal Offshore :
1) Luas Bumi : 35.494.000 m2
2) Luas Bangunan : 36.966 m2 Rp 11.458,00,-/m2
b. SPOP Tubuh Bumi b. Nilai Bangunan/m2 Offshore
1) Luas Bumi : 1.097.080.000 m2 (Luas
Wilayah Kerja) : Rp 109.511.636,-/m2
2) Produksi Minyak Bumi : 643.695 barrel c. Nilai Bumi/m2 Onshore
B. KPP Pratama Lokasi : Rp 41.110,-/m2
a. SPOP Onshore Kab. Aaa
1) Luas Bumi : 2.110.000 m2 d. Nilai Bangunan/m2 Onshore
2) Luas Bangunan : 47.400 m2 : Rp 40.661.000,-/m2
e. Harga Produksi Minyak
: Rp 1.036.800,-/barrel
f. Kapitalisasi : 10,04
Menghitung NJOP
A. Permukaan Bumi Offshore C. Tubuh Bumi (Eksploitasi)
1. Nilai Bumi 1. Nilai Bumi

= Luas Areal Offshore x Nilai Bumi/m2 = 35.394.000 m2 x Rp11.458,-/m2 = Kapitalisasi x Hasil Produksi x Harga Produksi
= Rp405.544.452.000,-
= 10,04 x 643.695 barrel x Rp1.036.800,-/barrel
2. Nilai Bangunan = Rp6.700.525.079.040,-

= Luas Bangunan x Nilai Bangunan/m2 = 36.966 m2 x Rp109.511.636,-/m2


= Rp4.048.207.136.376,- Nilai Bumi/m2 = Nilai Bumi : Luas WK =
Rp6.700.525.079.040,- : 1.097.080.000 m2 = Rp6.108,-/m2
B. Permukaan Bumi Offshore
1. Nilai Bumi
= Luas Areal Onshore x Nilai Bumi/m2 = 2.110.000 m2 x Rp 41.110,-/m2
= Rp86.742.100.000,-

2. Nilai Bangunan
= Luas Bangunan x Nilai Bangunan/m2 = 47.400 m2 x Rp40.661.000,-/m2
= Rp1.927.331.400.000,-
Menghitung PBB Offshore

Objek Luas (m2) Kelas NJOP/m2 (Rp) Total NJOP (Rp)


Pajak
Bumi 35.394.000 - 11.458 405.544.452.000
Bangunan 36.966 - 109.511.636 4.048.207.136.376
Jumlah 4.453.751.588.376

(1) NJOP sebagai dasar Pengenaan PBB 4.453.751.588.376


(2) NJOPTKP 0
(3) NJOP untuk Penghitungan Pajak 4.453.751.588.376
(4) NJKP (40% x (3)) 1.781.500.635.350
(5) PBB yang terutang (0,5% x (4)) 8.907.503.177
(6) PBB yang harus dibayar 8.907.503.177
Terbilang: Delapan Miliar Sembilan Ratus Tujuh Juta Lima Ratus Tiga Ribu Seratus Tujuh Puluh
Tujuh Rupiah
Menghitung PBB Onshore
Objek
Luas (m2) Kelas NJOP/m2 (Rp) Total NJOP (Rp)
Pajak
Bumi 2.110.000 - 41.110 86.742.100.000
Bangunan 47.400 - 40.661.000 1.927.331.400.000
Jumlah 2.014.073.500.000

(1) NJOP sebagai dasar Pengenaan PBB 2.014.073.500.000


(2) NJOPTKP 0
(3) NJOP untuk Penghitungan Pajak 2.014.073.500.000
(4) NJKP (40% x (3)) 805.629.400.000
(5) PBB yang terutang (0,5% x (4)) 4.028.147.000
(6) PBB yang harus dibayar 4.028.147.000
Terbilang: Empat Miliar Dua Puluh Delapan Juta Seratus Empat Puluh Tujuh Ribu Rupiah
Menghitung PBB Tubuh Bumi
Objek
Luas (m2) Kelas NJOP/m2 (Rp) Total NJOP (Rp)
Pajak
Bumi 1.097.080.000 - 6.108 6.700.525.079.040
Bangunan - - - -
Jumlah 6.700.525.079.040

(1) NJOP sebagai dasar Pengenaan PBB 6.700.525.079.040


(2) NJOPTKP 12.000.000
(3) NJOP untuk Penghitungan Pajak 6.700.513.079.040
(4) NJKP (40% x (3)) 2.680.205.231.616
(5) PBB yang terutang (0,5% x (4)) 13.401.026.158
(6) PBB yang harus dibayar 13.401.026.158
Terbilang: Tiga Belas Miliar Empat Ratus Satu Juta Dua Puluh Enam Ribu Seratus Lima Puluh
Delapan Rupiah

Keterangan : Karena dianggap sebagai beberapa objek pajak milik 1 Wajib Pajak, maka NJOPTKP
dikenakan atas objek pajak dengan nilai NJOP paling besar
Rekapitulasi PBB

OBJEK PBB (Rp)

1_Offshore 8.907.503.177

2_Onshore 4.028.147.000

3_Tubuh Bumi 13.401.026.158

Total PBB 26.336.676.335

Anda mungkin juga menyukai