Anda di halaman 1dari 39

Disampaikan dalam rangka

IHT Pertambangan Minerba


Forum Fungsional - KPP PMB
Jakarta, 12 Januari 2011
Pembahasan
Karakteristik Bisnis Sektor Pertambangan
Prinsip Hukum terkait Kontrak karya dan PKP2B
Beberapa Fokus Pemeriksaan
Kendala dan Problem yang ditemukan dalam
Pemeriksaan
KARAKTERISTIK BISNIS TAMBANG MINERAL
& BATUBARA
• Beresiko tinggi
Masa eksplorasi yang lama, tingkat keberhasilan
rendah (dari 200-an Kontrak Karya yang
dikeluarkan hanya 5 yang telah beroperasi)
• Padat modal dengan ketergantungan yang besar
pada pinjaman
• Pengembalian atas investasi diperoleh dalam
waktu yang lama
• Harus beroperasi di tempat cadangan ditemukan
(faktor alam) yang biasanya prasarana umum
sangat terbatas atau belum tersedia
• Harga komoditas berfluktuasi dan ditentukan pasar (diluar
kendali produsen biasanya terkait dengan kelebihan stock
atau kekurangan stock mineral dunia)

• Kondisi bijih yang heterogen sehingga perusahaan harus


mengoptimalkan nilai mineral yang ditambang

• Biaya operasi & pendukung tambang sangat mahal


(manpower/maintenance alat/ penyiapan
infrastruktur/peralatan/biaya pinjaman)  fokus utama
untuk mengendalikan biaya

• Diharapkan memberikan kontribusi yang signifikan


terhadap daerah terpencil (meliputi infrastruktur,
pengembangan daerah & masyarakat, PNBP, Pajak, prime
mover ekonomi daerah)
PRINSIP HUKUM TERKAIT KONTRAK KARYA
• UU PPh nomor 10 tahun 1994 Pasal 33A ayat 4
o Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang
pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan
umum, dan pertambangan lainnya berdasarkan
Kontrak Bagi Hasil, Kontrak Karya, atau perjanjian
kerjasama pengusahaan pertambangan yang masih
berlaku pada saat berlakunya Undang-undang ini,
pajaknya dihitung berdasarkan ketentuan dalam
Kontrak Bagi Hasil, Kontrak Karya, atau perjanjian
kerjasama pengusahaan pertambangan tersebut
sampai dengan berakhirnya kontrak atau
perjanjian kerjasama dimaksud."
• UU PPN nomor 11 tahun 1994 Pasal II huruf b
o pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah atas usaha dibidang
pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan
umum, dan Pertambangan lainnya berdasarkan
Kontrak Bagi Hasil, Kontrak Karya, atau perjanjian
kerjasama pengusahaan pertambangan yang masih
berlaku pada pada saat berlakunya Undang-undang
ini, tetap dihitung berdasarkan ketentuan dalam
Kontrak Bagi Hasil, Kontrak Karya, atau perjanjian
kerjasama pengusahaan pertambangan tersebut
sampai dengan Kontrak Bagi Hasil, Kontrak Karya,
atau perjanjian kerjasama pengusahaan
pertambangan berakhir."
S-1032/MK.04/1988
• diberitahukan bahwa Kontrak Karya Pertambangan
hendaknya diberlakukan /dipersamakan dengan
Undang-undang, oleh karena itu ketentuan perpajakan
yang diatur dalam Kontrak Karya diberlakukan secara
khusus (special treatment/lex specialis).

• Dengan perkataan lain, Undang-undang


Perpajakan berlaku secara umum kecuali diatur
secara khusus dalam Kontrak Karya.
S - 1090/PJ.51/2002
Kontrak Karya antara Pemerintah Republik Indonesia
dan PT ABC tidak menyebutkan secara spesifik
tunduk kepada Undang-undang Pajak Pertambahan
Nilai tahun tertentu. Berarti Kontrak Karya tersebut
tunduk kepada ketentuan Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai dan peraturan pelaksanaannya
yang berlaku dari waktu ke waktu (prevailing laws)
Diskusi
Hukum, peraturan yang mengikat warganegara
lazimnya membutuhkan ratifikasi atau persetujuan
DPR kemudian dimuat dilembar negara
RUU, disetujui DPR, disahkan pemerintah, lembar
negara
RAPBN, disetujui DPR, disahkan pemerintah, lembar
negara
MOU dengan Singapura perihal natuna, ditolak DPR,
dibatalkan pemerintah.
Bagaimana sesungguhnya status hukum perjanjian
kontrak karya sehingga memperoleh status lex
specialist ?
Pasal 10 ayat 3 UU no. 11 tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
konsultasi dengan DPR.
Beberapa Fokus Pemeriksaan
Penjualan
Gaji expatriat
Biaya operasi seperti stripping cost
Pembayaran ke LN
PPN Keluaran untuk batubara dan emas
PPN Masukan untuk batubara dan emas
Penjualan
• Membandingkan pelaporan di SPT PPh Badan, SPT Masa
PPN dengan yang tercatat di G/L
• Mempelajari dengan seksama underlying transaction mulai
dari saat perikatan sampai realisasi.
• Mintakan dokumen yang terkait dengan penjualan seperti :
1. Kontrak Penjualan (Forward, futures, spot atau jk panjang).
2. Faktur Penjualan, Faktur pajak
3. PEB, B/L, Certificate of origin
4. L/C (kontrak LC dengan bank koresponden)
5. Sertifikat Hasil analisa batubara atau logam (sucofindo)
Dapatkan laporan dari Kementerian ESDM sebagai
pengawas IUP atau konfirmasi.
http://www.djmbp.esdm.go.id/index_dbm.php untuk
goldbar, dorebullion dan silverbar
Teliti rekening koran untuk pengujian arus uangnya.
Uji silang terhadap beban trader/broker
Perhatikan terhadap kemungkinan pembentukan
SPV sebagai pembeli hasil tambang.
Ketentuan Kontrak Karya
• Klausul Pemasaran
1. Harga penjualan ke afiliasi harus menerapkan arms
length transaction.
2. Harga penjualan kepada Afiliasi, pasar DN, atau
instansi yang ditunjuk pemerintah, kecuali disetujui
lain oleh para pihak harga tidak boleh lebih rendah
dari harga emas jam 15.00 menurut LBME (London
Bullion Market Association)
3. dan sebagaimana harga yang tercatat pada hari itu di
“Metal Bulletin”, atau referensi yang disetujui
bersama.
4. Untuk logam selain emas dan perak tidak boleh lebih
rendah dari harga John Matthey unfabricated daily
world producers atau dalam “Metal Weeks” pada hari
penjualan.

Contoh dari kontrak karya gold bar tahun 1997


Klausul pemasaran di kontrak karya tsb. Tampak
mencoba mereduksi peluang terjadinya praktek
transfer pricing yang bisa mengurangi pendapatan
negara dari royalty dan pajak.
Untuk produk gold bar dan beberapa logam lain lebih
mudah karena memang tersedia pasar komoditi yang
bisa menjadi acuan.
Ada kecenderungan dari kontraktor PKP2B untuk
membentuk SPV bahkan didalam negeri, diduga
untuk menekan harga FOB Shipping Point yang
dijadikan basis menghitung DHPB 13.5%.
Untuk transaksi dalam negeri motif pajak dari upaya
transfer pricing bisa dipicu oleh :
1. Disparitas tarif progresif efek pajak tidak
terlalu besar
2. Adanya kompensasi kerugian
Batu bara tidak sama dengan kondisi barang tambang
logam karena gradasi produk yang cukup banyak bisa
berdasarkan kalori, kandungan debu dan sulfur dll.
Expatriate
Dapatkan data jumlah salary & benefit yang dibebankan
kebiaya operasi.
Dapatkan data detail expatriate seperti nama, jabatan, job
desc, assignment letters, Kartu ijin menetap sementara
(KIMS), status perkawinan dan tanggungan.
Dapatkan kontrak kerja dengan masing-masing expatriate
dan teliti hak dan kewajibannya.
Teliti keikutsertaan dana pensiun dan jumlah yang
dibayarkan oleh home office tetapi dibebankan ke
indonesia.
Hitung nilai salary dan benefit dan bandingkan dengan
pembebanan ke biaya
STRIPPING COST
Kegiatannya adalah
1. penggaruan/dorong,
2. gali/muat, dan
3. pengangkutan tanah dari lokasi penggalian ke lokasi
penimbunan atau lokasi lainnya
Biaya Pengupasan/stripping umumnya terdiri :
1. Biaya pengupasan tanah,
2. Biaya penyediaan lahan untuk penimbunan
tanah, dan
3. Biaya penimbunan tanah hasil pengupasan.
PSAK 33 tentang Pertambangan Umum
Stripping Cost
1. Awal Pembukaan Tambang, pengupasan tanah
sebelum produksi. Bagian dari Biaya
Pengembangan Ditangguhkan
2. Pengupasan Lanjutan, sebagai bagian biaya
produksi
Tahap awal menghitung ASR (Avg Strip. Ratio)
Est. ∑ lapisan batuan/tanah penutup
Est. ∑ Ketebalan bahan galian
Stripping Cost Awal
Dibebankan ke Biaya Pengembangan Ditangguhkan
Pembebanan dengan amortisasi ke biaya produksi
bisa dengan
Unit produksi, berdasarkan jumlah cadangan yang
wajar yang dapat diproduksi
Umur ekonomis, tidak boleh lebih lama dari periode
eksploitasi yaitu diakhir masa izin pertambangan
PENGUPASAN LANJUTAN
 Rasio Aktual Tanah Penutup (RAT):

∑ Aktual pengupasan batuan/tanah penutup


∑ jumlah cadangan galian yang diproduksi

 Bila RAT ≤ ASR maka dibebankan ke biaya produksi


 Bila RAT ≥ ASR maka selisihnya dibebankan kepada Biaya
Pengupasan yang Ditangguhkan.
 Dibebankan kebiaya produksi ketika RAT ≤ ASR
Ketentuan PPh Badan
Pembebanan biaya pengupasan lanjutan mengacu
pada ketentuan
Pasal 6 ayat 1 UU PPh tentang biaya yang boleh
dikurangkan
Pasal 9 ayat 1 UU PPh tentang biaya yang tidak dapat
dikurangkan
Untuk pengupasan awal maka PSAK 33
menyatakan bahwa Pengembangan adalah setiap
kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mempersiapkan Cadangan Terbukti sampai siap
diproduksi secara komersial.
Dengan definisi seperti ini maka dapat diamortisasi sesuai
pasal 11A ayat 6 yaitu dikelompokkan sesuai ayat 2 :
 Kel Ms Manfaat % SL %Double Declining
 I 4 th 25 50
 II 8 th 12.5 25
 IV 16 th 6.25 12.5
V 20 th 5 10
Prosedur audit
1. Dapatkan program kerja pembukaan dan eskploitasi
areal penambangan.
2. Dapatkan kontrak kerja yang terkait poin 1
3. Dapatkan arus dokumen dan arus uang berkaitan
dengan program kerja tsb.
4. Dapatkan realisasi produksi terkait program kerja tsb.
5. Uji lokasi areal penambangan untuk melihat lokasi
penimbunan.
Pembayaran Ke LN
Bisa berbentuk royalty, technical services, bunga atau
hanya pengalokasian dan pembebanan biaya dari LN
Dapatkan segala pembayaran ke LN melalui G/L maupun
data SPT masa PPh Ps.26 dan PPN Jasa LN.
Dapatkan agreement yang menjadi dasar terbitnya
penagihan.
Teliti basis penghitungannya dan hati-hati menyimpulkan
sebab basis penghitungan tidak selalu sama dengan
underlying transaksi.
Teliti dokumen penagihan, pembayaran serta dokumen
pendukungnya
Tentukan beneficial owner bila ternyata ada perbedaan
antara pemberi jasa dan penerima imbalan jasa.
Dapatkan COD dan treaty shoping
Untuk technical services dapatkan detail informasi
mengenai jasa yang diberikan, dimana diberikan,
kunjungan yang dilakukan dll. dan teliti kemungkinan
penetapan BUT.
Untuk pembayaran interest lihat kepatuhan terhadap
ketentuan DER dan tentunya tetap melihat berapa
realisasi dibayarkan ke LN.
5 : 1 untuk investasi ≤ US$. 200 juta
8 : 1 untuk investasi ≥ US$. 200 juta
Kendala
Ketentuan tentang Pemungutan PPN 1107 PUT
Kuasa Pertambangan
PPN Pemungutan
Pemungutan PPN diatur di ps. 16 A ayat 2 UU
PPN
Kepmen 547/KMK.04/2000 menunjuk kontraktor
karya pertambangan sebagai pemungut PPN
Kepmen 563/KMK.03/2003 kontraktor karya tidak
termasuk yang ditunjuk sebagai pemungut PPN.
Permen 11/PMK.03/2005 menunjuk kontraktor
Migas sebagai pemungut PPN
Pasal II UU PPN no. 11/1994 hanya mengatur
pengenaan PPN atas usaha dibidang diantaranya
kontrak karya pertambangan bukan kewajiban
formal wajib pajak yang sekarang diatur di KUP.
Aturan pelaksanaan dan perubahannya terkait
dengan PPN PUT.
1. Kepmen 1289/KMK.04/1988 PPN PUT disetor paling lambat pada hari ke-10
setelah bulan pembayaran.
2. Kepmen 549/KMK.04/2000 PPN PUT disetor paling lambat pada hari ke-15
setelah bulan pembayaran.
3. Permen no. 184/PMK.03/2007 PPN PUT disetor paling lambat pada hari ke-15
setelah bulan pembayaran.
Pertanyaan
Bila kewajiban tidak ada tetapi ternyata WP
melakukan kewajiban itu dengan berbagai motif
maka bila ada penyimpangan, apakah dikenakan
sanksi ? (sharing)............
Kasus Faktur Pajak
Pasal 14 UU PPN jelas dinyatakan bahwa pengusaha non
PKP dilarang menerbitkan FP. Bila sudah menerbitkan
dan memungut pajak maka harus disetorkan ke kas negara
Sanksi sesuai pasal 14 ayat 1 huruf e dan ayat 4 UU KUP
yaitu 2% dari DPP PPN.
UU KUP no. 28 tahun 2007 diatur dipasal 39 A yang
sanksinya pidana minimal 2 tahun dan maksimal 6 tahun
plus denda minimal 2x dan maksimal 6 x jumlah pajak
dalam FP.
Sanksi ini mendorong pengusaha untuk tidak bermain-
main dengan status PKP.
Pertanyaan…………………bagaimana dengan PPN PUT ?
Kuasa Pertambangan
Berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah pasal 7 ayat 1 dinyatakan
kewenangan pemerintah daerah meliputi seluruh
kewenangan kecuali :
kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama, serta kewenangan bidang lain.
Kewenangan lain meliputi :
o Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi kebijakan tentang perencanaan
nasional dan pengendalian pembangunan nasional
secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem
administrasi negara dan lembaga perekonomian negara,
pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi
tinggi yang strategis, konservasi, dan standardisasi
nasional.
Berdasarkan UU Pemerintahan Daerah tersebut maka
sejak tahun 1999 daerah memiliki hak dan
kewenangan untuk mengelola kekayaan alam daerah
termasuk tambang.
Selama ini dengan UU no. 11 tahun 1967 pemerintah
pusat melalui kementerian ESDM memiliki
kewenangan penuh maka sejak UU no. 22 tahun 1999
berpindah ke pemerintah daerah.
Permasalahan yang muncul
Apakah kontrak KP mengacu PKP2B dan kontrak
karya selama ini.
Bagaimana pengawasannya mengingat kewenangan
ESDM sudah dialihkan kedaerah
Bagaimana klausul lex specialist di kontrak KP.
Sharing..............
UU No. 4 tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral & Batubara
Pasal 139-142 tentang wewenang pembinaan &
pengawasan
Pusat terhadap provinsi dan kabupaten/kota terkait
penyelenggaraan Pengelolaan Pertambangan
Pusat, provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangan terhadap pemegang IUP
Kabupaten/kota terhadap IPR
Pembinaan Pusat meliputi :
1. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan
pengelolaan usaha pertambangan
2. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi
3. Pendidikan dan pelatihan
4. Perencanaan, penelitian, pengembangan,
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
penyelenggaraan usaha pertambangan dibidang
mineral dan batubara

Anda mungkin juga menyukai