Anda di halaman 1dari 20

SESI 14 – PERPAJAKAN ATAS

TRANSAKSI & INDUSTRI TERTENTU

“PAJAK ATAS INDUSTRI


MINYAK DAN GAS BUMI”

Ratih Kumala, S.AP.,M.A.


rhaty07@gmail.com
0812-94-90-90-22

1
Agenda

1. Jenis perusahaan migas

2. Transaksi perusahaan miga

Pajak yang timbul atas transaksi


3. perusahaan migas

2
Industri Migas

Industri migas di Indonesia termasuk ke dalam pasar


oligopoli, karena untuk masuk ke dalam pasar industri migas
tidak sembarang masuk dan keluar. Pengusahaan sumber daya
migas memiliki ciri padat modal, padat teknologi dan
mengandung resiko investasi yang besar. Untuk itulah
pengusahaan migas sejak awal telah membuka ruang bagi
investor asing. Kendati demikian, seiring dengan berkembangnya
kemampuan nasional, peran perusahaan nasional dalam bidang
pengelolaan migas juga senantiasa memperlihatkan kemajuan.
Dibutuhkan biaya yang sangat besar, maka itu hanya ada
beberapa saja perusahaan yang mampu bertahan di sektor ini.

3
Pemajakan Penghasillan Kontraktor Migas
1.Pemajakan Penghasilan Kontraktor Migas Sebelum Berlakunya PP 79 Tahun 2010
Sehubungan dengan reformasi perpajakan tahun 1983, dengan diundangkannya
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari 1984, tata cara perhitungan dan pembayaran
pajak penghasilan yang terhutang oleh kontraktor yang mengadakan Kontrak
Bagi Hasil (Production Sharing) dalam eksplorasi dan eksploitasi migas diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 458/KMK.012/1984 tanggal
21 Mei 1984 yang berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 1984. KMK Nomor 458/
KMK.012/1984 tersebut berlaku bagi kontraktor beserta partnernya yang
mengadakan Kontrak Bagi Hasil dalam eksplorasi dan atau eksploitasi migas
dalam suatu wilayah kerja tertentu yang ditandatangani pada tanggal 1 Januari
1984 dan sesudahnya.KMK Nomor 458/KMK.012/1984 tersebut disempurnakan
dengan KMK Nomor 815/KMK.012/1985 tanggal 27 September 1985 yang mulai
berlaku pada tanggal 27 September 1985.
Pemajakan penghasilan bagi kontraktor migas sebagaimana diatur dalam KMK
Nomor 458/KMK.012/1984 sebagaimana telah disempurnakan dengan KMK
Nomor 815/KMK.012/1985 diuraikan berikut ini :

4
a.  Kontraktor
Yang dimaksud dengan kontraktor adalah setiap kontraktor beserta
partnernya yang mengadakan Kontrak Production Sharing dalam
eksplorasi dan atau eksploitasi migas dalam suatu wilayah kerja tertentu
yang ditandatangani pada tanggal 1 Januari 1984 dan sesudahnya.

b. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) yang terhutang oleh kontraktor
adalah Penghasilan Kena Pajak.Untuk menghitung Penghasilan Kena
Pajak, penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-biaya untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan serta penyusutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-undang PPh 1984.

5
c. Besarnya PPh Terutang
PPh yang terhutang oleh kontraktor adalah sebesar 35% dari Penghasilan Kena
Pajak.

d. PPh atas Keuntungan Sesudah Dikurangi PPh TerutangKontraktor wajib memotong
PPh sebesar 20% dari keuntungan sesudah dikurangi PPh Terutang

e. Cara Pembayaran Utang Pajak
Kontraktor berkewajiban membayar PPh baik PPh atas Penghasilan Kena Pajak
maupun PPh Pasal 26e/PPh Pasal 26 ayat (4) yang terhutang dengan
menyetorkannya pada rekening valuta asing Departemen Keuangan pada Bank
Indonesia. Pembayaran PPh tersebut harus dilakukan setiap bulan selambat-
lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya, dan dihitung atas Penghasilan Kena
Pajak dari pengambilan yang sebenarnya terjadi dalam suatu bulan takwim.
Apabila pembayaran PPh tidak dilaksanakan dalam jangka waktu tersebut,
terhadap kontraktor dikenakan bunga sesuai ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-
undang No. 6 Tahun 1983.

6
f. Surat Keterangan Pelunasan PPh
Surat Keterangan Pelunasan PPh dikeluarkan oleh Direktur
Jenderal Pajak setelah kontraktor memenuhi kewajiban-
kewajiban sesuai dengan peraturan perpajakan dan setelah
selesai dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan. Sebelum diberikannya Surat
Keterangan Pelunasan PPh, Direktur Jenderal Pajak dapat
mengeluarkan Surat Keterangan Sementara Pembayaran PPh
yang disetorkan oleh kontraktor, setelah seluruh setoran
tersebut dilunasi dan laporan pembayarannya diterima oleh
Direktorat Jenderal Pajak.

7
Pemajakan Penghasilan Kontraktor Migas Setelah Berlakunya
PP 79 Tahun 2010
Pemajakan atas penghasilan bagi kontraktor migas sejak tanggal 20
Desember 2010 berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam PP 79 Tahun
2010.Berikut ini adalah uraian ketentuan pemajakan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh kontraktor migas sebagaimana diatur dalam PP 79
Tahun 2010 tersebut :
a.  Kontraktor
Yang dimaksud kontraktor adalah badan usaha atau bentuk usaha tetap
yang ditetapkan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi pada suatu
wilayah kerja berdasarkan kontrak kerja sama dengan Badan Pelaksana.
Adapun yang dimaksud Badan Pelaksana adalah suatu badan yang
dibentuk untuk melakukan pengendalian kegiatan usaha hulu di bidang
minyak dan gas bumi.

8
b. Jenis Kontrak Kerja Sama
Jenis kontrak kerja sama dalam kegiatan usaha hulu migas terdiri dari kontrak bagi hasil dan
kontrak jasa. Yang dimaksud kontrak bagi hasil adalah suatu bentuk kontrak kerja sama
dalam kegiatan usaha hulu berdasarkan prinsip pembagian hasil produksi. Adapun yang
dimaksud kontrak jasa adalah suatu bentuk kontrak kerja sama untuk pelaksanaan
eksploitasi minyak dan gas bumi berdasarkan prinsip pemberian imbalan jasa atas produksi
yang dihasilkan.
c. Penghasilan Bruto
1.  Penghasilan Dalam Rangka Kontrak Bagi Hasil
Penghasilan dalam rangka kontrak bagi hasil dihitung berdasarkan nilai realisasi minyak
dan/atau gas bumi bagian kontraktor dari Equity Share dan First Trance
Petroleum (FTP) Share ditambah minyak dan/atau gas bumi yang berasal dari
pengembalian biaya operasi ditambah minyak dan/atau gas bumi tambahan yang
berasal dari pemberian insentif atau karena hal lain dikurangi nilai realisasi
penyerahan Domestik Market Obligation (DMO) minyak dan/atau gas bumi ditambah
Imbalan DMO ditambah varian harga atas lifling.


9
2. Penghasilan Dalam Rangka Kontrak Jasa
Penghasilan dalam rangka kontrak jasa dihitung berdasarkan imbalan
yang diterima dari pemerintah ditambah nilai realisasi penjualan atas
minyak dan/atau gas bumi yang berasal dari pengembalian biaya operasi.

3. Penghasilan Lain di Luar Kontrak Kerja Sama
Penghasilan lain di luar kontrak kerja sama terdiri atas:
a.  uplift atau imbalan lain yang sejenis; dan/atau
b.  penghasilan yang berasal dari pengalihan participating interest.
c.  Yang dimaksud uplift adalah imbalan yang diterima oleh kontraktor
sehubungan dengan penyediaan dana talangan untuk pembiayaan
operasi Kontrak Bagi Hasil yang seharusnya merupakan kewajiban
partisipasi kontraktor lain, yang ada dalam satu kontrak kerja sama,
dalam pembiayaan. Sedangkan yang dimaksud participating
Interest adalah hak dan kewajiban sebagai kontraktor kontrak kerja
sama, baik secara langsung maupun tidak langsung pada suatu
wilayah kerja untuk pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi.

10
d. Biaya Operasi
1.  Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan Dalam Penghitungan Bagi
Hasil dan PPh
Biaya operasi yang dapat dikembalikan dalam penghitungan Bagi Hasil
dan PPh harus memenuhi persyaratan:
a.  dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan terkait langsung dengan kegiatan operasi
perminyakan di wilayah kerja kontraktor yang bersangkutan di
Indonesia;
b.  menggunakan harga wajar yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang PPh
(Undang-undang PPh 1984);
c.  pelaksanaan operasi perminyakan sesuai dengan kaidah praktek
bisnis dan keteknikan yang baik;
d.  kegiatan operasi perminyakan sesuai dengan rencana kerja dan
anggaran yang telah mendapatkan persetujuan Kepala Badan
Pelaksana.

11
2. Operasi yang Dapat Dikembalikan Dalam Satu Tahun
Kalender
Biaya operasi yang dapat dikembalikan dalam satu tahun kalender
terdiri atas:
a.  biaya bukan modal tahun berjalan;
b.  enyusutan biaya modal tahun berjalan;
c.  biaya operasi yang belum dapat dikembalikan pada tahun-
tahun sebelumnya.

Dalam hal pengembalian biaya operasi minyak bumi atau gas bumi
tidak mencukupi dari hasil produksinya atau nilai penjualannya,
ditentukan:
a.  biaya operasi gas bumi yang melebihi nilai produksinya,
selisihnya dibebankan pada hasil produksi minyak bumi;
b.  biaya operasi minyak bumi yang melebihi nilai produksinya,
selisihnya dibebankan pada nilai penjualan gas bumi

12
3. Biaya Operasi yang Tidak Dapat Dikembalikan Dalam Penghitungan Bagi Hasil
dan PPh
Jenis biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan dalam penghitungan Bagi
Hasil dan PPh meliputi:
a.  biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi dan/
atau keluarga dari pekerja, pengurus, pemegang participating interest,
dan pemegang saham;
b.  pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali biaya penutupan
dan pemulihan tambang yang disimpan pada rekening bersama Badan
Pelaksana dan kontraktor dalam rekening bank umum Pemerintah
Indonesia yang berada di Indonesia;
c.  harta yang dihibahkan;
d.  sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan serta tagihan atau denda yang
timbul akibat kesalahan kontraktor karena kesengajaan atau kealpaan;
e.  biaya penyusutan atas barang dan peralatan yang digunakan yang bukan
milik negara;

13
f.  insentif, pembayaran iuran pensiun, dan premi asuransi untuk kepentingan pribadi
dan/atau keluarga dari tenaga kerja asing, pengurus, dan pemegang saham;
g.  biaya tenaga kerja asing yang tidak memenuhi prosedur rencana penggunaan tenaga
kerja asing (RPTKA) atau tidak memiliki izin kerja tenaga asing (IKTA);
h.  biaya konsultan hukum yang tidak terkait langsung dengan operasi perminyakan dalam
rangka kontrak kerja sama;
i.  biaya konsultan pajak;
j.  biaya pemasaran minyak dan/atau gas bumi bagian kontraktor, kecuali biaya
pemasaran gas bumi yang telah disetujui Kepala Badan Pelaksana;
k.  biaya representasi, termasuk biaya jamuan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
kecuali disertai dengan daftar nominatif penerima manfaat dan nomor pokok wajib
pajak (NPWP) penerima manfaat;
l.  biaya pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat pada masa eksploitasi;
m.  biaya pelatihan teknis untuk tenaga kerja asing;
n.  biaya terkait merger, akuisisi, atau biaya pengalihan participating interest;
o.  biaya bunga atas pinjaman;
p.  pajak penghasilan karyawan yang ditanggung kontraktor maupun dibayarkan sebagai
tunjangan pajak dan pajak penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut atas
penghasilan pihak ketiga yang ditanggung kontraktor atau di-gross up;

14
q.  pengadaan barang dan jasa serta kegiatan lainnya yang tidak sesuai
dengan prinsip kewajaran dan kaidah keteknikan yang baik, atau
yang melampaui nilai persetujuan otorisasi pengeluaran di atas 10%
(sepuluh persen) dari nilai otorisasi pengeluaran;
r.  surplus material yang berlebihan akibat kesalahan perencanaan dan
pembelian;
s.  nilai buku dan biaya pengoperasian aset yang telah digunakan yang
tidak dapat beroperasi lagi akibat kelalaian kontraktor;
t.  transaksi yang:
1.  merugikan negara;
2.  tidak melalui proses tender sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan kecuali dalam hal tertentu
3.  bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
u.  bonus yang dibayarkan kepada Pemerintah;
v.  biaya yang terjadi sebelum penandatanganan kontrak
w.  insentif interest recovery; dan
x.  biaya audit komersial.

15
Penghitungan PPh
1.  Penghitungan PPh Bagi Kontraktor Untuk Kontrak
Bagi Hasil
a. Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak untuk satu tahun
pajak bagi kontraktor untuk Kontrak Bagi Hasil,
dihitung berdasarkan penghasilan bruto dalam
rangka Kontrak Bagi Hasil dikurangi biaya bukan
modal tahun berjalan dikurangi penyusutan
biaya modal tahun berjalan dikurangi biaya
operasi yang belum dapat dikembalikan pada
tahun-tahun sebelumnya. Dalam hal jumlah
pengurang tersebut lebih besar dari penghasilan
dalam rangka Kontrak Bagi Hasil, sisa kurangnya
diperhitungkan pada tahun pajak berikutnya
sampai dengan berakhirnya kontrak.
16
b. Besarnya PPh Terutang
Besarnya PPh yang terutang bagi kontraktor, dihitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak
dikalikan dengan tarif pajak yang ditentukan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan di bidang pajak penghasilan.
Adapun bagi kontraktor yang kontraknya ditandatangani sebelum berlakunya PP 79 Tahun
2010, besarnya PPh yang terutang dihitung berdasarkan tarif pajak perseroan atau PPh pada
saat kontrak ditandatangani.

c.  PPh atas Penghasilan Kena Pajak Setelah Dikurangi PPh Terutang
Atas Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi PPh terutang, terutang PPh sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam hal kontraktor berbentuk badan hukum Indonesia,
Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi PPh terutang diperlakukan sebagai deviden yang
disediakan untuk dibayarkan dan terutang PPh sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

d. Surat Ketetapan Pembayaran PPh
Atas pemenuhan kewajiban PPh baik PPh atas Penghasilan Kena Pajak maupun PPh atas
Penghasilan Kena Pajak setelah PPh terutang diterbitkan Surat Ketetapan Pembayaran PPh
migas setelah dilakukan pemeriksaan pajak. Sebelum Surat Ketetapan Pembayaran PPh migas
diterbitkan, dapat diterbitkan Surat Keterangan Pembayaran PPh migas sementara

17
2. Penghitungan PPh Bagi Kontraktor Dalam Rangka Kontrak Jasa
a.  Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak untuk satu tahun pajak bagi kontraktor dalam rangka kontrak
jasa, dihitung berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya bukan modal tahun
berjalan dikurangi penyusutan biaya modal tahun berjalan dikurangi seluruh biaya
operasi yang belum dikembalikan.
Dalam hal jumlah pengurang lebih besar dari penghasilan bruto, sisa kurangnya
diperhitungkan pada tahun pajak berikutnya sampai dengan berakhirnya kontrak.

b.  PPh Terutang
Besarnya PPh yang terutang bagi kontraktor dihitung berdasarkan Penghasilan Kena
Pajak dikalikan dengan tarif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang PPh.

c.  PPh atas Penghasilan Kena Pajak Setelah Dikurangi PPh Terutang
Atas Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi PPh terutang diperlakukan sebagai
deviden yang disediakan untuk dibayarkan dan terutang PPh sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.


18
3. Penghitungan PPh atas Penghasilan Lain Kontraktor di Luar Kontrak Kerja Sama
a. PPh atas Uplift atau Imbalan Lain Sejenis
Atas penghasilan lain kontraktor berupa uplift atau imbalan lain yang sejenis
dikenakan PPh yang bersifat final dengan tarif 20% dari jumlah bruto.

b. PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Participating Interest
Atas penghasilan kontraktor dari pengalihan participating
interest dikenakan PPh yang bersifat final dengan tarif:
1.  5% dari jumlah bruto, untuk pengalihan participating interest selama masa
eksplorasi
2.  7% dari jumlah bruto, untuk pengalihan participating interest selama masa
eksploitasi.
P e n g e n a a n P P h d e n g a n t a r i f 7 % a t a s p e n g h a s i l a n d a r i
pengalihan participating interest selama masa eksploitasi, dikecualikan
sepanjang untuk melakukan kewajiban pengalihan participating
interest sesuai kontrak kerja sama kepada perusahaan nasional sebagaimana
tertuang dalam kontrak kerja sama.

19
Thanks!

Join Classroom
https://classroom.google.com/c/MTU1NjgxMzUxNDQ2?cjc=rsl2d32

Class code: rsl2d32

20

Anda mungkin juga menyukai