Anda di halaman 1dari 11

KONSEP TEORITIS DAN

KARAKTERISTIK
KONTRAK PRODUCTION
SHARING

Kelompok 5
Nama Kelompok :

Saidatul Jannah (720412171)


Adam Ramadhan Rifai (720412172)
Ulfatul Khoiriyah (720412197)
Syafaul Alfin Adam (720412199)
Ravi Defryka Setya Abdi (720412211)
Zeiqu Ardil Qudsi (721412331)
Devinisi
Secara umum production sharing contract, bisa
diartikan sebagai kontrak bagi hasil. Dalam hukum adat juga
dikenal dengan perjanjian, bagi hasil pertanian, antara pemilik
tanah dan penggarapnya. Tergantung kesepakatannya apakah
menggarap mendapat separuh atau sepertiga dari panen yang
dihasilkan. Namun sebagai kelompok kontrak tak bernama
(innominaat), Kontrak production sharing yang dimaksud di
sini adalah kontrak khusus yang diberlakukan dalam bidang
minyak dan gas bumi. Indonesia dikenal sebagai salah satu
negara penghasil minyak dan gas bumi di dunia, namun
tergolong mengalami keterbatasan dalam hal modal dan skill
untuk mengelola potensi migasnya tersebut.
Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Miyak dan Gas Bumi;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1962 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 19662 tentang Kewajiban Perusahaan Minyak
Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertamina jo Undang-Undang No10 Tahun
1974 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 Pertamina;
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1982 tentang Kewajiban dan Tata Cara Penyetoran
Pendapatan Pemerintah dan Hasil Operasi Pertamina Sendiri dan Kontrak Production
Sharing;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1994 tentang Syarat-syarat dan Pedoman Kerja
Sama Kontrak Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi.
Prinsip dalam product
sharing contract
● Sistem pembagian berdasarkan hasil produksi
● Kewenangan manajemen ada pada Pertamina
● Semua peralatan, sarana dan fasilitas yang dibeli dan
dibangun untuk opeasi menjadi milikpertamina
● Pembagian produk sampingan berbeda dengan pembagian
produksiutama
● Pertamina memegang kewenangan menentukan
pengembalian biayaoperasi
● Kontraktor menanggung resiko kerugian biayaoperasi;
● Kepemilikan atas mineral tetap di tangan Negara hingga
titik penyerahan.
Hak-hak dan Kewajiban Para Pihak
Dalam Kontrak Produktion Sharing
● Hak dan kewajiban badan 1. Membayar pajak yang
usaha dan atau badan merupakan penerimaan
usaha tetap yang Negara,dan
melaksanakan kegiatan 2. Membayar bukan pajak
usaha hulu berdasarkan yang merupakan
kontrak production  sharin penerimaan Negara,
g diatur dalam pasal 31 ● Penerimaan  Negara yang
undang-undang nomor 22 berupa pajak ,terdiri atas:
tahun 2001 tentang   Pajak-pajak,Bea masuk
Minyak dan Gas Bumi.  dan pungutan lain atas
● ada 2 macam kewajiban impor dan cukai, Pajak
dari badan usaha dan daerah dan distribusi
badan usaha tetap, yaitu: daerah
Penerimaan Negara bukan pajak, terdiri atas :

Bagian Iuran tetap, yaitu iuran yang Iuran eksplorasi dan bonus-bonus dalam
Negara ,merupakan dibayar oleh badan usha eksploitasi merupakan penerimaan dari bonus-
bagian produksi yang atau atau usaha tetap kepada iuran yang dibayarkan bonus atau penandatanganan
diserahkan oleh badan Negara sebagai pemilik oleh badan usaha atau bonus kompensasi
usaha atau usaha tetap sumber daya minyak dan usaha tetap kepada data, bonus produksi dan
kepada Negara gas bumi sesuai luas Negara  sebagai bonus-bonus dalam bentuk
sebagai pemilik wilayah kerja dan sebagai kompensasi atas apapun yang diperoleh badan
sumber daya minyak imbalan ataskesempatan pengambilan kekayaan pelaksana dalam rangka
dan gas bumi; untuk melakukan kegiatan alam minyak dan gas kontrak production sharing.
eksplorasi dan eksploitasi; bumi yang tak terbarukan
Jangka waktu production sharing
Jangka waktu KPS adalah 30 tahun dan dapat diperpanjang untuk masa 20 tahun lagi.. Setelah 50
tahun ini berakhir maka BP migas diberi kesempatan untuk mengusahakan sendiri pertambangan
minyaknya di area tersebut masalahnya adalah secara legal BP migas adalah BUMN, bukan BUMN atau
badan usaha, sehingga mau tidak mau BP migas harus memakai jasa kontraktor lain. dalam pasal 30 tahun
itu termasuk masa eksplorasi yang 6-10 tahun. jika di akhir masa eksplorasi itu tidak ditemukan minyak
dalam jumlah yang layak secara komersial, maka kontrak dengan sendirinya berakhir. sedangkan jika
kontraktor setelah maksimal 5 tahun setelah masa eksplorasinya habis tetap dapat bisa memproduksi
minyak dalam jumlah yang layak secara komersial maka kontrak dengan sendirinya berakhir sedangkan jika
kontraktor setelah maksimal 5 tahun setelah masa eksplorasinya habis tetap tidak bisa memproduksi minyak
dalam jumlah yang layak secara komersial maka kontraktor mempunyai kewajiban untuk mengembalikan
wilayah kerjanya itu kepada pemerintah Indonesia. jika kontraktor tetap mempertahankan wilayah kerjanya
yang tidak ditemukan atau tidak bisa memproduksi minyak dan jumlah yang layak secara , maka kontraktor
tersebut diharuskan mendapat persetujuan dari pemerintah Indonesia dan diharuskan membayar
kompensasi kepada pemerintah Indonesia US$ 100.000 per tahun, dan besar komunikasi ini tidak boleh
dimasukkan ke dalam biaya operasi.
Penyelesaian Sengketa Production Sharing
Dalam KPS yang penulis miliki, penyelesaian internasional. Tapi walaupun begitu, dengan adanya
perselisihan itu di Terakan di dalam bagian IX tentang penyelesaian perkara lewat arbitrase, tidaklah mengurangi
konsultasi dan arbitrase. Pada dasarnya kedua belah pihak di dan membatasi pemerintah Indonesia dalam
dalam kontrak ini sama-sama berlaku berdasarkan iktikad mempergunakan hak-hak yang melekat kepadanya.
baik untuk mendapatkan kepentingannya masing-masing. Pemerintah Indonesia tetap mempunyai hak untuk
Namun perselisihan mungkin saja timbul karena ada pihak melakukan tindakan yang dianggapnya perlu menegakkan
yang tidak melaksanakan hak dan kewajibannya berdasarkan kewajiban dari kontraktor atau maksud-maksud lainnya.
kontra ini atau karena adanya penafsiran yang berbeda pada Selain karena KPS ini harus mematuhi hukum-hukum
ketentuan kontrak yang sama. Proses penyelesaian dalam Indonesia.
KPS ini adalah dengan melakukan konsultasi antara para
pihak untuk mencari jalan terbaik dan jika tidak selesai,
penyelesaiannya dengan jalan arbitrase yang cara-caranya
disesuaikan dengan standar ICC ( internasional Chamber of
commerce). Keputusannya diambil dengan suara terbanyak
dan bersifat final dan mengikat kedua belah pihak

Dengan cara ini, pasir lisan bisa diselesaikan dengan


waktu yang cepat, yang disesuaikan dengan iklim bisnis
Kesimpulan
Pada dasarnya kontrak bagi hasil merupakan bentuk
kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan ekploitasi
yang lebih menguntungkan Negara dan hasilnya di
pergunakan kemakmuran rakyat. Momentum di
mulainya  kontrak production sharing (KPS) yaitu pada saat
berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang
Minyak dan Gas Bumi. Struktur dalam bagi hasil dalam
undang –undang ini berbeda dengan undang –undang yang
lama. Pada undang-undang yang lama, yang menjadi para
pihak dadalah pertamina dan kontraktor. Sedangkan dalam
Undang-Undang Nomer 22 tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi maka para pihaknya adalah badan pelaksana dan
badan usaha dan atau usaha tetap.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai