Anda di halaman 1dari 26

KEGIATAN HULU MINYAK DAN

GAS BUMI, SERTA PANAS BUMI

SUBDIT FASILITAS PERTAMBANGAN


DIREKTORAT FASILITAS KEPABEANAN
KANTOR PUSAT DJBC
PERTAMBANGAN

• Pertambangan Mineral dan Batubara;


• Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi;
• Pengusahaan Panas Bumi
Dasar Hukum
Pertambangan Umum di Indonesia
DASAR HUKUM MIGAS

KEDUDUKAN KONTRAK :
1. Kontrak yang ditandatangani sebelum
berlakunya UU No. 22/2001 tentang
Migas (berdasarkan UU No. 8/1971
tentang Pertamina);
2. Kontrak yang ditandatangani setelah
berlakunya UU No. 22/2001
DASAR HUKUM PANAS BUMI

KEDUDUKAN KONTRAK/IZIN USAHA :


1. Kontrak yang ditandatangani sebelum
berlakunya UU No. 27/2003 tentang
Panas Bumi;
2. Izin Pengusahaan yang diberikan
berdasarkan UU No. 27/2003
KARAKTERISTIK DARI KONTRAK KARYA

• Dalam KK, seluruh urusan manajemen dan operasional


diserahkan kepada penambang. Negara tidak memiliki
kontrol sama sekali atas kegiatan operasional
perusahaan. Negara hanya memperoleh royalty yang
besarnya ditentukan dalam KK tersebut;
• Kontrak Karya yang hanya memberikan royalti sebesar
1% - 3,5% bagi Indonesia selaku pemilik bahan
tambang. (untuk batubara pemerintah mendapat 13,5%)
KARAKTERISTIK DARI KONTRAK BAGI HASIL

• Negara memiliki dan mengendalikan sumber daya


migas, dan investor akan bertindak sebagai kontraktor.
• Pemerintah/SKKMigas akan memegang kendali
manajemen operasi dan imbalan akan berdasarkan
pembagian produksi setelah dipotong biaya.
• Kepemilikan tetap ada pada negara dan pengalihan hak
kepemilikan minyak ini terjadi di pelabuhan ekspor atau
tempat penjualan.
PERBANDINGAN POLA KERJASAMA
PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
No. Perihal Kontrak Karya KPS

1. Dasar Hukum UU No. 1 Tahun 1967 UU Migas

UU No. 11 Tahun 1967 UU No. 8 Tahun 1971

UU No. 22 Tahun 2001


2. Keadaan Kontrak Dikonsultasikan DPR dan BKPM Persetujuan Presiden
sebelum disetujui Presiden
3. Pihak Pemerintah – Kontraktor Asing Pemerintah – Kontraktor Asing

4. Mulai Berlaku Setelah ditandatangani para pihak Setelah disetujui Presiden

5. Masa Berlaku 30 tahun sejak produksi 30 tahun

6. Kewenangan Manajemen Kontraktor Pertamina/SKK Migas

7. Peralihan Hak Setelah melunasi Royalti dan Point of export (85 : 15)%
memenuhi kewajiban lain untuk Minyak dan (70 : 30)
untuk Gas
8. Dasar Pembagian Hasil penjualan produksi Migas yang diproduksi
Secara Umum Keringanan Perpajakan dalam
Perjanjian Kontrak Karya Diatur pada:
Dasar Hukum Pelaksanaan
Pemberian Fasilitas Pertambangan (1)
Pelaksanaan pemberian fasilitas kepabeanan terhadap kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara dapat didasarkan pada peraturan
perundang-undangan sbb:
1.UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
BAB XVII (Pendapatan Negara & Daerah) -- Pasal 128
Kewajiban Pemegang IUP atau IUPK untuk membayar pendapatan negara
(penerimaan pajak & PNBP) dan pendapatan daerah

BAB XXIV (Ketentuan Lain-Lain) -- Pasal 168


Untuk meningkatkan investasi di bidang pertambangan, Pemerintah dapat
memberikan keringanan dan fasilitas perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan kecuali ditentukan lain dalam IUP atau IUPK

BAB XXV (Ketentuan Peralihan) -- Pasal 169


Penyesuaian ketentuan dalam kontrak karya & perjanjian karya selambat-lambatnya
1 tahun sejak UU ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara  upaya
peningkatan penerimaan negara
Perbandingan UU Pertamina (8/1971)
dengan UU Migas (22/2001)

UU Pertamina UU Migas
Kegiatan Tidak memisahkan kegiatan Memisahkan Kegiatan hulu dan hilir
Hulu dan Hilir Migas (Pertamina (Regulator : Dep ESDM, implementator/
berkedudukan sebagai regulator pengawasan pelaksanaan kontrak hulu :
dan operator) BPMIGAS, pengawasan pelaksanaan :
BPH MIGAS)

Modal dan Kekayaan Negara yang Ditanggung sepenuhnya oleh Badan


dipisahkan dari APBN (Psl 7 UU Usaha/Bentuk Usaha Tetap (BU/BUT).
Risiko 8/1971) Pemerintah tidak boleh mengeluarkan
investasi dan menanggung risiko
finansial (Psl 6 ayat (2) dan Penjelasan
UU 22/2001)

Perpajakan Setoran 60% penerimaan bersih Diatur Penerimaan Negara berupa


Pertamina dan kontrak pajak dan penerimaan negara bukan
production sharing, pajak (termasuk BM dan PDRI). Tidak
membebaskan pembayaran ada fasilitas pajak dan pungutan lainnya
pajak dan pungutan lainnya (Psl 31 UU 22/2001)
(termasuk bea masuk dan pajak
dalam rangka impor)
PP No. 35 Tahun 2004
• Pasal 24 :
Isi pasalnya sesuai dengan UU No. 22 Pasal 6 ayat (2)
• Pasal 52 :
Isi pasalnya sesuai dengan UU No. 22 Pasal 31
• Pasal 56 :
1. Pengeluaran biaya investasi dan operasi dari kontrak bagi
hasil wajib mendapatkan persetujuan badan pelaksana.
2. Kontraktor mendapatkan kembali biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan
rencan kerja dan anggaran serta otorisasi pembelanjaan
finansial (authorization financial expenditure) yang telah
disetujui oleh badan pelaksana setelah menghasilkan
produksi komersial.
PP No. 35 Tahun 2004

• Pasal 78 ayat (1) :


“Seluruh barang dan peralatan yang
secara langsung digunakan dalam
kegiatan Usaha Hulu yang dibeli
Kontraktor menjadi milik/kekayaan negara
yang pembinaannya dilakukan oleh
pemerintah dan dikelola oleh Badan
Pelaksana”
Proses Bisnis Migas
LIFTING
KLASIFIKASI KONTRAK
DI INDUSTRI HULU MIGAS
JENIS KONTRAK MIGAS
DI INDONESIA
PRODUCTION SHARING CONTRACT
SISTEM PSC
TINJAUAN UMUM
• Kontrak Bagi Hasil (“PSC”) adalah jenis kontrak kerjasama yang
digunakan di Indonesia.
• Masa berlakunya adalah 30 tahun (masa eksplorasi dan
eksploitasi):
– 6 tahun masa eksplorasi awal dan 4 tahun masa
perpanjangan eksplorasi; dan
– 20 tahun masa eksploitasi.
• Dapat diperpanjang hingga 20 tahun:
– Paling cepat 10 tahun sebelum berakhirnya PSC; dan
– Paling lambat 2 tahun sebelum berakhirnya PSC.
– Dapat diperpanjang lebih cepat apabila terdapat Gas Sales
agreement.

20
TINJAUAN UMUM – lanjutan
• Pembiayaan operasional dan resiko sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor.
• Apabila masa eksplorasi berhasil, Kontraktor akan
menyerahkan Plan of Development (POD) kepada
BPMIGAS. Bila disetujui, POD menjadi dasar
pengembangan komersial dan dapat diberlakukannya
Cost Recovery.

21
TINJAUAN UMUM – lanjutan
• Apabila masa eksplorasi tidak berhasil (tidak ada pengembangan
komersial), maka tidak akan ada Cost Recovery.
• Seluruh peralatan yang dibeli dan ada di dalam permukaan akan
menjadi milik Pemerintah.
• Kontraktor menerima bagian dari gross production (15% minyak dan
30% gas) setelah First Tranche Petroleum (FTP) dan Cost
Recovery, dengan tunduk pada UU Perpajakan Indonesia.
• Kontraktor diperbolehkan untuk bekerja sama dengan pihak lain
atau mengganti pihak kerja samanya, dengan tunduk pada
persetujuan SKKMIGAS dan Pemerintah.
• Pengembalian biaya operasional hanya terbatas pada produksi
yang timbul dari wilayah kerja yang bersangkutan yang telah
memiliki persetujuan POD.

22
TINJAUAN UMUM (lanjutan)
• Kontraktor wajib untuk memenuhi work program dengan minimum
jumlah pengeluaran (Work Program and Budget / “WP&B”)
• Kontraktor diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam
negeri (Domestic Market Obligation / “DMO”).
• Kontraktor wajib membayar pajak-pajak (PPs/PPh dan PBDR/PPh
Psl. 26), namun dibebaskan dari pajak-pajak dan pungutan lainnya
(PBB, PPN dan PDRD).
• Suatu badan usaha atau bentuk usaha tetap hanya dapat memiliki
satu wilayah kerja (Ring Fencing).
• Wilayah kerja harus dikembalikan kepada Pemerintah secara
bertahap.

23
KEGIATAN MIGAS … (1)

USAHA INTI

USAHA HULU USAHA HILIR

EKSPLORASI PENGOLAHAN
EKSPLOITASI PENGANGKUTAN
PENYIMPANAN
NIAGA
KEGIATAN MIGAS … (2)

USAHA PENUNJANG
MIGAS

USAHA/INDUSTRI JASA PENUNJANG USAHA PENUNJANG

INDUSTRI MATERIAL
JASA KONSTRUKSI JASA NON KONSTRUKSI DAN PABRIKASI
PERALATAN MIGAS

PERENCANAAN SURVEY INDUSTRI MATERIAL


PELAKSANAAN PEMBORAN INDUSTRI PERALATAN
PENGAWASAN GEOLOGI & INDUSTRI PERALATAN
GEOFISIKA MIGAS
LITBANG
dll.
Terima Kasih
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jalan Jenderal Ahmad Yani (By Pass)
Jakarta – 13230

Anda mungkin juga menyukai