BAB 1
PENDAHULUAN
pemberian jasa saja, kecuali apabila dalam kontrak atau perjanjian tidak dapat
dipisahkan antara pemberian jasa dengan material atau barang dapat dikenakan
atas seluruh nilai kontrak (Pasal 1 KEP-DJP No.170/PJ./2002). Sejak 1 Januari
2009, menurut PMK 244/PMK.03/2008 tentang jasa dan sewa yang merupakan
Objek PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut:
1. Jasa Penilai (appraisal).
2. Jasa Aktuaris.
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan.
4. Jasa perancang (design).
5. Jasa pengeboran (jasa drilling) dibidang pertambangan minyak dan gas
bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap.
6. Jasa penunjang dibidang penambangan gas.
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain
migas.
8. Jasa penunjang dibidang penerbangan dan bandar udara.
9. Jasa penebangan hutan.
10. Jasa pengolahan limbah.
11. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing service).
12. Jasa perantara dan/atau keagenan.
13. Jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI.
14. Jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan KSEI.
15. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara.
16. Jasa mixing film.
17. Jasa yang sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan, dan perbaikan.
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, dan/ atau TV kabel, selain yang dilakukan Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atausertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.
4. Bagian laba yang diterima atau diperoleh dari anggota perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif;
5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya;
6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Melihat perkembangan dunia usaha dewasa ini telah menjelaskan betapa
kebutuhan akan audit semakin meningkat, dunia usaha yang semakin terbuka
dimana kepemilikan terhadap entitas usaha yang terdiri dari saham dan investasi
berbagai pihak. Terpisahnya antara pemilik dan pengelola (manajemen)
mengharuskan laporan yang disajikan oleh pengelola entitas usaha kepada pemilik
(owner) diperiksa kebenaran dan keseuaiannya dengan aturan dan ketentuan-
ketentuan yang ada.
Menurut Agoes,(2011;4) auditing adalah “ suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Beberapa
hal penting dari definisi tersebut yaitu:
1. Yang diperiksa adalah laporan keuangan yang disusun oleh manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Laporan
Keuangan yang harus diperiksa terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Modal dan Laporan Arus Kas. Catatan pembukuan terdiri
dari Buku Harian, Buku Besar, dan Buku Pembantu. Bukti pendukung antara
lain Bukti Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas, Faktur Penjualan, Jurnal
Voucher dan lain-lain. Dokumen lain yang perlu diperiksa antara lain notulen
rapat Direksi dan pemegang saham, akte pendirian, kontrak, perjanjian kredit
dan lain-lain.