Anda di halaman 1dari 6

Pajak Penghasilan Pasal 23

3.1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang


dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri
dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21,
yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya.

Subjek Pajak atau penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23
adalah Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap.

Pemotong Pajak

1. badan pemerintah;
2. subjek pajak badan dalam negeri;
3. penyelenggara kegiatan;
4. Bentuk Usaha Tetap;
5. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
6. orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan Pasal
23, yaitu :

a. akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta


Tanah (PPAT) kecuali Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut
adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas; atau
b. orang pribadi yagn menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa
sewa.
 
3.2. Tarif Dan Objek Pajak
1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :
a. dividen, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "g" Undang-
undang PPh;
b. bunga, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) huruf "f";
c. royalti;
d. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21 Ayat (1) huruf "e" Undang-undang PPh.
Hadiah dan penghargaan yang dipotong  Pajak Penghasilan 21 adalah
hadiah dan penghargaan dalam bentuk apa pun yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan
suatu kegiatan yang diselenggarakan, misalkan kegiatan olah raga,
keagamaan, kesenian, dan kegiatan lainnya.
Adapun hadiah dan penghargaan yang dipotong  Pajak Penghasilan 23
adalah hadiah dan penghargaan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak badan dalam negeri berkenaan dengan suatu
kegiatan yang diselenggarakan.
Sebesar 15% dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpanan yang
2.
dibayarkan oleh koperasi.
3. Sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto atas :
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah
dan atau bangunan yang dikenakan PPh yang bersifat final berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996;
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan
hukum, jasa konsultan pajak, dan jasa lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 Ayat (1) huruf "c" Undang-undang Pajak Penghasilan, yang
dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap selain
jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
1.3. Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto Atas Jasa Teknik, Jasa
Manajemen, Dan Jasa Lain
  No. Perkiraan Jenis Jasa
Penghasilan Neto
1. 2 % dari jumlah Jasa profesi, termasuk jasa konsultan hukum dan jasa
bruto tidak termasuk konsultasi pajak
PPN
2. 2 % dari jumlah a. Jasa teknik dan jasa manajemen
bruto tidak termasuk b. Jasa perancang/desain :
PPN
u Jasa perancang interior dan jasa perancang
pertamanan;
u Jasa perancang mesin dan jasa perancang
peralatan;
u Jasa perancang alat-alat transportasi/kendaraan;
u Jasa perancang iklan/logo;
u Jasa perancang alat kemasan.
c. Jasa instalasi/pemasangan :
u Jasa instalasi/pemasangan mesin dan jasa
instalasi/pemasangan peralatan;
u Jasa instalasi/pemasangan listrik/telepon/air/gas/TV
kabel.
d. Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan :
uJasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan mesin dan
jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan peralatan;
u Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan alat-alat
transportasi/kendaraan;
u Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan 
bangunan.
e. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, tidak termasuk
sewa gudang yang telah dikenakan PPh Final
berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 1996.
f. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga.
g. Jasa pemanfaatan informasi di bidang teknologi,
termasuk jasa internet.
h. Jasa telekomunikasi yang bukan untuk umum.
i. Jasa akuntansi dan pembukuan.
j. Jasa pengolahan/pembuangan limbah.
k. Jasa penebangan hutan, termasuk land clearing.
l. Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang penambangan
minyak gas dan bumi (migas), kecuali yang dilakukan
oleh Bentuk Usaha Tetap.
m. Jasa penunjang di bidang penambangan migas.
n. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang
penambangan selain migas.
o. Jasa perantara.
p. Jasa penilai. ( aktiva tetap )
q. Jasa aktuaris. ( memprediksi keadaan yad )
r. Jasa pengisian sulih suara (dubbing) dan/atau mixing
film.
s. Jasa maklon. ( sub kontrak )
t. Jasa rekruitmen/penyediaan tenaga kerja.
u. Jasa sehubungan dengan software komputer,
termasuk perawatan/pemeliharaan dan perbaikan.
3. 2 % dari jumlah a. Jasa perencanaan konstruksi.
bruto tidak b. Jasa pengawasan konstruksi
termasuk PPN
4. 2 % dari jumlah Jasa pelaksanaan konstruksi
bruto tidak
termasuk PPN
5. 2 % dari jumlah a. Jasa pembasmian hama
bruto tidak b. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang
termasuk PPN pembayarannya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
 
Perkiraan Penghasilan Neto Atas Penghasilan Sewa (Kecuali Persewaan
Tanah/Bangunan) Dan Penggunaan Harta

No. Perkiraan Penghasilan Neto Jenis Jasa


1. 20% dari jumlah bruto tidak Sewa dan penghasilan lainnya sehubungan
termasuk PPN dengan pengunaan harta khusus kendaraan
angkutan darat.
2. 40% dari jumlah bruto tidak Sewa dan penghasilan lain sehubungan
termasuk PPN dengan penggunaan harta kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan
persewaan tanah dan atau bangunan yang
telah dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final.
 3.4.Bukan Objek Pajak
 
1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usahaa
2.
dengan hak opsi;
dividen atau bagian laba yang diterimaa atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau
3.
Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat :
  a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha
Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
  b.
memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor
dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;
Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5
4.
tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha:
Bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dari
5. badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
  a.
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan
  b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
6. Sisa Hasil Usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
7. Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan telah ditetapkan
batas jumlah sebesar Rp. 240.000,00 setiap bulan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggotanya;
Atas bunga simpanan yang jumlahnya di atas Rp. 240.000,00 dipotong PPh
Pasal 23 sebesar 15% dari seluruh bunga yang diterima dan bersifat final.
 3.5.Saat Terutang, Penyetoran, Dan Pelaporan
 
1. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 terutang pada akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan;
Yang dimaksud dengan saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan
adalah saat pembebanan sebagai biaya oleh pemotong pajak sesuai dengan
metode pembukuan yang dianutnya.
2. Pajak Penghasilan Pasal 23 harus disetor oleh Pemotong Pajak selambat-
lambatnya tanggal 10 takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
3. Pemotong PPh Pasal 23 diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotongan kepada
orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang
dipotong.
Soal
PT Maju menyewa sebuah traktor milik Tuan A dengan nilai sewa sebesar
Rp. 10.000.000,-
Berapakah PPh Psl 23 apabila :
a. Tuan A tidak memiliki NPWP
b. Tuan A memiliki NPWP

Jwb:
a. 4 % x Rp. 10.000.000,- = Rp. 400.000,-
b. 2 % x Rp. 10.000.000,- = Rp. 200.000,-

PT Raya meminta jasa pembuatan system akuntansi perusahaan kepada


CV. Konsultindo. Atas jasa tersebut CV Konsultindo memperoleh imbalan
sebesar Rp. 22.000.000,- ( harga termasuk PPN ).
Hitunglah PPh Psl 23 atas pemberian jasa tersebut ?
Jwb :
2 % x 100 / 110 x Rp.22.000.000,- = Rp 400.000,-

Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 20 April 2008, PT. Maju, membagikan dividen masing-masing
Rp10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan,
PT. Maju wajib memungut PPh Pasal 23.

a). Dari sisi pemotong:

Berapa besarnya PPh Pasal 23 yang harus di potong? Bagaimana cara mencatat
pembagian dividen tersebut? Bagaimana prosedur pemotongan, pencatatan dan
pelaporan PPh Pasal 23-nya? Bagaimana pengaruhnya terhadap PPh Pasal 25 dan
29 PT. Maju ?

b). Dari sisi yang terpotong:


Apa yang harus dilakukan?, apa pengaruh PPh Pasal 23 terhadap PPh Pasal 25
dan PPh Pasal 29 pihak yang terpotong?

Tarif PPh Pasal 23 atas dividen adalah 15% , sehingga besarnya PPh Pasal 23
yang dipotong kepada masing-masing pemegang saham dihitung dengan formula:

PPh Pasal 23 = Tarif x Jumlah Bruto = 15% x 10,000,000


PPh Pasal 23 = Rp 1,500,000

Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = 20 x Rp 1,500,000


Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = Rp 30,000,000
Atas pembagian dividen tersebut, PT Maju :
1). Pada tanggal 20 April 2008, melakukan pencatatan atas pembagian dividen
dan pemotongan PPh Pasal 23, dengan jurnal:

[Debit]. Dividen = Rp 200,000,000 (Jumlah bruto x 20)


[Credit]. Cash = Rp 170,000,000 (Total Bruto – PPh Pasal 23)
[Credit]. Utang PPh Pasal 23 = Rp 30,000,000
Pada tanggal yang sama ( 20 April 2008), PT Maju menerima Debit Note dari “
Solusindo Consultant” yang menangani pembukuannya sebesar Rp 5,500,000
(termasuk PPn). Untuk itu PT Maju wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 23
sebelum dilakukan pembayaran, dengan perhitungan sebagai berikut:

PPh Pasal 23 = Tarif x DPP


PPh Pasal 23 = Tarif x [ 0% x (Jumlah Bruto - PPn)]
PPh Pasal 23 = 2 % x [ 0% x ( Rp.5,500,000 – 500,000)]
PPh Pasal 23 = 2 % x Rp. 5000,000
PPh Pasal 23 = Rp. 100.000,-

Anda mungkin juga menyukai