Anda di halaman 1dari 21

KONTRAK BAGI HASIL P

(PRODUCTION
SHARING CONTRACT)
Dasar Hukum Kontrak Bagi Hasil (1)
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat
Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya
Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2021 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas
Pengalihan Partisipasi Interes pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 08 Tahun 2017 tentang
Kontrak Bagi Hasil Gross Split sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 08 Tahun 2017 tentang
Kontrak Bagi Hasil Gross Split.
Pengantar Kontrak Bagi Hasil (2.1)
▪ Berdasarkan kelemahan Kontrak Karya, Menteri Pertambangan pada waktu itu, Ir. Bratanata
meminta Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo dan ahli hukum Mochtar Kusumaatmadja
mencari bentuk kontrak keria sama migas yang lebih sesuai dengan jiwa dan semangat Pasal 33
ayat (2) dan (3) UUD 1945. Sejalan dengan prinsip bahwa pengelolaan usaha migas harus dikuasai
negara dan harus dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, maka manajemen
harus berada di tangan perusahaan negara. Sementara itu, risiko sepenuhnya harus ditanggung
oleh kontraktor. Apabila berhasil ditemukan produksi minyak baru, maka biaya yang telah
dikeluarkan diganti dan sisanya kemudian dibagi. Konsep keria sama demikian melahirkan
Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract (PSC)).
Pengantar Kontrak Bagi Hasil (2.2)
▪ PSC merupakan model yang dikembangkan dari konsep perjanjian bagi hasil yang dikenal dalam hukum
adat.

▪ Indonesia sebagai pencanang PSC pertama di dunia pada tahun 1960 mengubah sistem konsesi yang
dianggap merugikan negara dengan melihat potensi migas Indonesia pada saat itu.

▪ Timbulnya PSC adalah untuk mengatasi permasalahan keterbatasan modal, teknologi dan sumber daya
manusia yang dihadapi Pertamina, khususnya dalam menjalankan eksplorasi dan eksploitasi
pertambangan migas bumi.

▪ Tujuan jangka panjang PSC di sisi lain, sebenarnya adalah pengusahaan milik kita, dapat dilakukan oleh
kita sendiri. Melalui PSC, sebagai sarana perantara, bangsa Indonesia dapat belajar cepat mengelola
perusahaan minyak, sekaligus dapat belajar cepat ihwal teknologi di bidang perminyakan.
Pengertian Kontrak Bagi Hasil (3.1)
Kontrak Bagi Hasil didefinisikan sebagai sistem Pasal 1 angka 1 PP Nomor 35 Tahun 1994
perjanjian yang biasanya diterapkan dalam tentang Syarat-syarat dan Pedoman Kerja
pertambangan minyak dan gas bumi dengan Sama Kontrak Bagi Hasil Minyak dan Gas
karakteristik tertentu, yaitu ditentukannya
Bumi menyatakan “Kontrak Bagi Hasil adalah
pembagian keuntungan di antara pihak dalam
bentuk kerjasama antara PERTAMINA dan
perjanjian tersebut yang besarannya tergantung
Kontraktor untuk melaksanakan usaha
pada kesepakatan kedua belah pihak dan
Eksplorasi dan Eksploitasi minyak dan gas
biasanya salah satu pihak diharuskan
bumi berdasarkan prinsip pembagian hasil
menanggung pula biaya operasi bisnisnya.
produksi”.
Pengertian Kontrak Bagi Hasil (3.2)
Adapun berdasarkan Pasal 1 angka 19 Undang- Pasal a quo, kontrak dalam bidang minyak dan gas bumi

Undang Nomor 22 Tahun 2001 jo. Pasal 40 UU di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kontrak

Nomor 6 Tahun 2023 mendefinisikan “Kontrak bagi hasil dan bentuk kerja sama lainnya. Dalam
praktiknya, bentuk kerja sama lain di bidang
Kerja Sama adalah kontrak bagi hasil atau
pertambangan migas seperti Kontrak Enhanced Oil
bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan
Recovery (EOR), yaitu kerja sama antara Pertamina dan
Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih
perusahaan swasta dalam rangka meningkatkan
menguntungkan negara dan hasilnya
produksi minyak pada sumur dan lapangan minyak yang
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
masih dioperasikan Pertamina dan sudah mengalami
rakyat.”. penurunan produksi dengan menggunakan teknologi
tinggi meliputi usaha secondary dan tertiary recovery.
Para Pihak dalam Kontrak Bagi Hasil (4)
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 menyatakan Kegiatan Usaha Hulu
dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan
Badan Pelaksana.

a. Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat
tetap, terus-menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Bentuk Usaha Tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Republik Indonesia.

c. Badan Pelaksana, yaitu suatu badan yang dibentuk untuk melakukan pengendalian Kegiatan
Usaha Hulu di bidang Minyak dan Gas Bumi.
Isi Kontrak Bagi Hasil (5.1)
a. Para Pihak yang terdiri atas Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dan Badan Pelaksana

b. Penerimaan negara

• Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan Kegiatan Usaha Hulu wajib
membayar penerimaan negara yang berupa pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

• Penerimaan negara yang berupa pajak terdiri atas: a. pajak-pajak; b. bea masuk, dan pungutan
lain atas impor dan cukai; c. pajak daerah dan retribusi daerah.

• Penerimaan Negara Bukan Pajak terdiri atas: a. bagian negara; b. pungutan negara yang
berupa iuran tetap dan iuran Eksplorasi dan Eksploitasi; c. bonus-bonus.

c. Wilayah Kerja dan pengembaliannya

d. Kewajiban pengeluaran dana


Isi Kontrak Bagi Hasil (5.2)
e. Perpindahan kepemilikan hasil produksi atas Minyak dan Gas Bumi

f. Jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak

• Jangka waktu Kontrak Kerja Sama dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) tahun dengan
perpanjangan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

• Kontrak Kerja Sama selama paling lama 30 tahun tersebut terdiri atas jangka waktu Eksplorasi selama 6
(enam) tahun dan dapat diperpanjang hanya 1 (satu) kali periode yang dilaksanakan paling lama 4
(empat) tahun dan jangka waktu Eksploitasi.

g. Penyelesaian perselisihan

h. Kewajiban pemasokan Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk kebutuhan dalam negeri

• Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib menyerahkan paling banyak 25% (dua puluh lima persen)
bagiannya dari hasil produksi Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
Isi Kontrak Bagi Hasil (5.3)
i. Berakhirnya kontrak

j. Kewajiban pascaoperasi pertambangan

k. Keselamatan dan kesehatan kerja

l. Pengelolaan lingkungan hidup

m. Pengalihan hak dan kewajiban

n. Pelaporan yang diperlukan

o. Rencana pengembangan lapangan

p. Pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri

q. Pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat

r. Pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia


Perbedaan antara PSC Cost Recovery dengan PSC
Gross Split (6.1)
PSC COST RECOVERY

Dalam PSC Cost Recovery, Pemerintah membagi hasil produksi bersih menurut suatu
persentase tertentu. Hasil produksi bersih merupakan selisih antara hasil penjualan
produksi migas (lifting) dengan biaya pokok atau biaya operasinya. Nilai produksi bersih
yang akan dibagi oleh pemerintah dengan Kontraktor migas disebut sebagai Equity to be split
(ETBS). Perhitungan bagi hasil antara pemerintah dengan perusahaan migas itu dilakukan
setiap tahun. Pada hakikatnya, biaya operasi yang timbul dalam pelaksanaan kontrak PSC
Cost Recovery adalah diganti atau ditanggung oleh pemerintah. Kontraktor membayar
terlebih dahulu (menalangi) nilai pengeluaran untuk biaya operasi tersebut.
Perbedaan antara PSC Cost Recovery dengan PSC
Gross Split (6.2)
PSC COST RECOVERY

• Seiring berjalannya waktu skema Cost Recovery ini kerap menimbulkan perdebatan. Penggantian
biaya kepada kontraktor sering dipersoalkan dalam audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
dianggap berpotensi merugikan negara.

• Dalam menentukan besaran Cost Recovery, juga kerap terjadi saling curiga antara kontraktor dan
pemerintah yang diwakili oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK
Migas).

• Untuk itu, pemerintah merancang skema kontrak baru, yakni Gross Split. Skema ini tidak lagi
menyertakan komponen Cost Recovery. Dengan demikian, Kontraktor Kontrak Kerja Sama
(KKKS) akan menanggung seluruh biaya operasi hulu migas. Sebaliknya, pemerintah hanya
mendapatkan pembagian produksi.
Perbedaan antara PSC Cost Recovery dengan PSC
Gross Split (6.3)
PSC GROSS SPLIT

• Pasal 1 angka 7 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 08 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split mengatur bahwa
“Kontrak Bagi Hasil Gross Split adalah suatu Kontrak Bagi Hasil dalam Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi berdasarkan prinsip pembagian gross produksi tanpa
mekanisme pengembalian biaya operasi.”

• PSC Gross Split menggunakan mekanisme bagi hasil awal (base split), yaitu untuk Minyak
Bumi sebesar 57% bagian negara dan 43% bagian konraktor dan untuk Gas Bumi sebesar
52% bagian negara dan 48% bagian kontraktor.
Perbedaan antara PSC Cost Recovery dengan PSC
Gross Split (6.4)
PSC GROSS SPLIT

Cara ini diklaim lebih efektif dan efisien karena tidak perlu lagi mengawasi anggaran
Cost Recovery dan pemilihan teknologi yang digunakan. Pemerintah cukup mengawasi
besaran produksi. Dengan skema Gross Split, KKKS diharapkan dapat lebih efisien dalam
melakukan investasinya di Indonesia. Sementara pemerintah tidak lagi disibukkan dengan
Cost Recovery sebagai bagian dari skema bisnis sebelumnya, yakni PSC Cost Recovery.

Penerimaan negara dalam PSC Gross Split terdiri atas bagian negara, bonus-bonus, dan
pajak penghasilan kontraktor. Selain itu pemerintah juga mendapatkan pajak tidak langsung
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perbedaan antara PSC Cost Recovery dengan PSC
Gross Split (6.5)
PSC GROSS SPLIT

Penerimaan kontraktor merupakan bagian kontraktor yang dihitung berdasarkan persentase gross
produksi setelah dikurangi pajak penghasilan. Kontraktor wajib membayar pajak penghasilan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perlakuan Pajak Penghasilan di bidang Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

Biaya operasi yang telah dikeluarkan oleh kontraktor dapat diperhitungkan sebagai unsur
pengurang pajak penghasilan. Seluruh barang operasi dan peralatan yang secara langsung digunakan
dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang dibeli kontraktor menjadi milik/kekayaan
negara yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah dan dikelola oleh SKK Migas. Tanah yang telah
diselesaikan proses pembebasannnya oleh kontraktor menjadi milik negara dan dikelola oleh SKK
Migas kecuali tanah sewa.
Contoh Kontrak Bagi Hasil (7.1)
Contoh Kontrak Bagi Hasil/PSC Cost Recovery

1. Kontrak Bagi Hasil antara PN Permina dengan IIAPCO (Independent Indonesian


American Petroleum Company) pada tanggal 16 Agustus 1966.

2. Kontrak Bagi Hasil antara PN Permina dan JAPEX pada tanggal 6 Oktober 1966.

3. Kontrak Bagi Hasil Continental Oil pada bulan Mei 1967.

4. Kontrak Bagi Hasil Union Oil pada bulan Januari 1968.

5. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Lasmo Indonesia Limited dan
Unocal Muara Bakau, Ltd. tertanggal 30 Desember 2002 dengan area kontrak Muara
Bakau.

6. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Sebana Ltd. tertanggal 14 Oktober
2003 dengan area kontrak Bulu.

7. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dengan Santos (NTH Bali I) Pty. Ltd.
tertanggal 14 Oktober 2003 dengan area kontrak North Bali.

8. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Knoc Nemone Ltd. dan
Petrovietnam Investment & Development Company dan SK Corporation tertanggal 14
Oktober 2003 dengan area kontrak North East Madura I.
Contoh Kontrak Bagi Hasil (7.2)
Contoh Kontrak Bagi Hasil/PSC Cost Recovery

9. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Knoc Nemtwo Ltd. dan Petrovietnam
Investment & Development Company tertanggal 14 Oktober 2003 dengan area kontrak North
East Madura II.

10. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Provident Indonesia Energy LLC
tertanggal 14 Oktober 2003 dengan area kontrak Tarakan Offshore Block.

11. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Tately N.V. (Company No.87301)
tertanggal 30 Desember 2003 dengan area kontrak Palmerah.

12. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Pearloil (Salawati) Limited tertanggal 30
Desember 2003 dengan area kontrak West Salawati.

13. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Elnusa Bangkanai Energy Ltd. tertanggal
30 Desember 2003 dengan area kontrak Bangkanai.

14. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dan Halmahera Petroleum Limited tertanggal
30 Desember 2003 dengan area kontrak Halmahera.

15. Production Sharing Contract antara Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) dengan ONWA
Pte, Ltd dan OSWA Pte, Ltd pada Januari 2023.
Contoh Kontrak Bagi Hasil (7.3)
Contoh PSC Gross Split

Kontrak Wilayah Kerja (WK) Offhore North West Java (ONWJ) yang dikelola oleh
Pertamina Hulu Energi (PHE).
Tugas Resume 1
Mahasiswa diminta untuk membuat resume atas judicial review terhadap UU Migas dengan
ketentuan sbb:
1. Putusan yang di-resume, yaitu Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012
2. Jumlah total halaman resume 2-4 halaman
3. Resume ditulis tangan pada kertas F4/Folio (tulisan tangan harus jelas dan rapi)
4. Pada awal resume tuliskan Nama, NIM lengkap, dan Kelas
5. Substansi minimal resume, yaitu:
a. Pasal yang diuji
b. Alasan dan Pokok Permohonan
c. Pertimbangan Hukum
d. Amar Putusan
e. Pendapat Berbeda (Dissenting Opinion)
6. Resume di-scan dan dikumpulkan via simaster
7. Batas waktu pengumpulan tugas hingga 23 November 2023 Pukul 16.00 dan tidak ada
toleransi keterlambatan
Tugas Resume 2
Mahasiswa diminta untuk membuat resume Perkembangan Institusi Pengelola
Migas di Indonesia (dari awal sampai terakhir (SKK Migas)) dengan ketentuan
sbb:
1. Jumlah total halaman resume 3-4 halaman
2. Resume ditulis tangan pada kertas F4/Folio (tulisan tangan harus jelas dan
rapi)
3. Pada awal resume tuliskan Nama, NIM lengkap, dan Kelas
4. Resume di-scan dan dikumpulkan via simaster
5. Batas waktu pengumpulan tugas hingga 23 November 2023 Pukul 16.00 dan
tidak ada toleransi keterlambatan
Thank
you! CREDITS: This presentation template
was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon and infographics &
images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai