Production Sharing Contract (PSC) adalah salah satu
model perjanjian kontrak perminyakan antara
pemerintah dengan perusahaan minyak internasional (kontraktor) yang bertujuan untuk mengatur kegiatan eksplorasi dan produksi sumberdaya minyak dan gas (migas) bumi, baik dilaut maupun didarat dan kemudian hasil produksinya akan dibagi antara pemerintah dengan kontraktor (Johnston, 1994b). Model PSC di JPDA Production Sharing Contract di Joint Petroleum Development Area merupakan suatu perjanjian (treaty) yang digunakan oleh pemerintah Timor Leste dan Australia untuk mengelola sumberdaya minyak dan gas bumi yang ada didalam area JPDA. Perjanjian ini telah disetujui oleh satu komisi gabungan (joint commission) antara Timor Leste dan Australia guna melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak tentang kegiatan eksplorasi dan produksi minyak di area tersebut. Model kontrak ini diberlakukan berdasarkan konsep Perjanjian Laut Timor (Timor Sea Treaty) pasal 7 dan Undang-Undang Pertambangan Perminyakan pasal 6. Yaitu Hasil produksi migas dari area tersebut akan dibagi 90% ke Timor Leste dan 10% untuk Australia (Timor Sea Treaty, Article 4a: 2002). Production Sharing Contract Timor Leste di JPDA adalah sebagai berikut: Jangka waktu produksi migas adalah 30 tahun termasuk 7 tahun eksplorasi, Royalti 5%, Cost recovery 95%, Profit sharing antara pemerintah dan kontraktor yaitu 60% : 40% untuk minyak mentah dan 50% : 50% untuk gas alam, Pajak pendapatan sebesar 30% (PSC for JPDA, article 7.1a, b dan c: 2006). Production Sharing Contract Indonesia adalah sebagai berikut: Jangka waktu produksi migas adalah 30 tahun termasuk 6-10 tahun eksplorasi, Royalti 20%, Cost recovery 80%, Profit sharing antara pemerintah dan kontraktor yaitu 18% : 15% untuk minyak mentah dan 70% : 30% untuk gas alam, Pajak pendapatan sebesar 48% Production Sharing Contract Norwegia adalah sebagai berikut: Royalti 10%, Cost recovery 85%, Profit sharing antara pemerintah dan kontraktor yaitu 70% : 30% untuk minyak mentah dan 50% : 50% untuk gas alam, Kelebihan PSC Kelebihan kontrak PSC adalah hak kepemilikan sumberdaya migas tetap oleh pemerintah, dan pemerintah bisa melakukan manajemen audit terhadap kegiatan operasi migas yang dilakukan kontraktor, (Campbells, 1987). Kelemahan PSC kelemahannya adalah adanya peluang bagi kontraktor untuk meningkatkan cost recovery, kadang transfer teknologi tidak diuraikan dengan jelas, pelatihan bagi tenaga kerja lokal, sistem pembagian pendapatan minyak dan gas antara kontraktor dengan pemerintah tidak seimbang dan tergantung pada wilayah operasi migas serta kurangnya kontrol dan pengawasan terhadap cost recovery. kemudian perusahaan minyak dirugikan jika terjadi suatu bencana. Conclution Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa model PSC ini merupakan suatu kontrak perminyakan yang melibatkan pemerintah dalam kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan mengoptimalkan pendapatan negara melalui pembagian hasil minyak.