Anda di halaman 1dari 24

BAB II

MODEL PRODUCTION SHARING CONTRACT

Minyak dan gas bumi (migas) merupakan sumber daya alam strategis tidak

terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang

menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam

perekonomian nasional sehingga harus dikelola secara maksimal untuk

memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Salah satu sistem kontrak

yang dipergunakan dalam pertambangan migas adalah Kontrak Bagi Hasil

(Production Sharing Contract).

2.1 Pengertian Dan Sejarah PSC di Indonesia

Production Sharing Contract (PSC) adalah kerjasama antara badan

pelaksana dengan badan usaha atau badan usaha tetap untuk melakukan kegiatan

eksplorasi dan eksploitasi di bidang minyak dan gas bumi dengan prinsip bagi

hasil.

Sistem Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) ini dikenalkan

oleh Jenderal TNI Dr. Ibnu Sutowo. Sistem PSC dipakai hingga sekarang,

meskipun dengan beberapa perubahan. Tercatat tiga kali perubahan term and

condition dari PSC ini.

Pada system PSC ini minyak dan gas bumi yang dihasilkan adalah milik

Negara. Negara juga bertindak selaku kuasa pertambangan. Kontraktor hanya

berhak menikmati nilai ekonomi melalui bagi hasil produksi. Jika pada kontrak

3
Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
4

karya yang dibagi adalah keuntungannya (profit sharing) atau berbentuk uang,

maka pada PSC ini yang dibagi adalah production sharing atau berbentuk minyak

atau gas dan kontraktor wajib memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri termasuk

25 % dari bagian mereka

 Generasi Pertama (1964 – 1975)

1. Cost Recovery dibatasi sebesar 40% dari total pendapatan per tahun.

2. Perusahaan Migas berkedudukan sebagai Kontraktor Pertamina

3. Manajemen dari seluruh kegiatan kontraktor berada di tangan

Pertamina.

4. Kontraktor diwajibkan memasok 25% dari bagian produksinya untuk

keperluan domestic (DMO) dengan harga 0,20 $/barel.

5. Selisish antara Bruto per tahun dengan cost recovery 60% dibagi

antara Pertamina dan Kontraktor sebesar 65%:35% (dimana 65%

pemerintah sudah termasuk pajak kontraktor). Bagian pemerintah

meningkat menjadi 67,5% untuk laju produksi tertentu yang lebih

besar (tergantung besarnya laju produksi yang tercantum di dalam

kontrak masing-masing, umumnya diatas 50.000 barel per hari).

Ketentuan dan persyaratan PSC Generasi Pertama ini relatif sederhana,

dimana pemerintah selalu dijamin memperoleh minimal 39% dari produksi bruto

tiap tahun. Pada saat terjadi krisis minyak tahun 1973-1974 akibat perang Timur

Tengah yang mengakibatkan melonjaknya harga minyak, Pemerintah

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
5

memutuskan untuk melakukan perundingan ulang dengan Kontraktor, hasilnya

kemudian melahirkan PSC Generasi Kedua.[3]

 Generasi Kedua (1976 – 1988)

Disamping adanya krisis minyak yang mendorong perundingan ketentuan

baru PSC, perlu juga dipahami bahwa pada PSC Generasi Pertama, aspek

perpajakan belum jelas pengaturannya. Bagian pemerintah sebesar 65% dianggap

sudah termasuk pajak yang dibayar oleh kontraktor. Pada periode tersebut otoritas

pajak Amerika Serikat menolak mengakui pajak yang dibayar oleh kontraktor

melalui Pertamina sebagai pengurang pajak, sehingga Kontraktor migas Amerika

Serikat terancam pembayaran pajak ganda.

Perubahan ketentuan PSC menjadi PSC generasi Kedua ini dilakukan

untuk mengatasi masaaah perpajakan akibat tidak diakuinnya pajak penghasilan

kontraktor di Indonesia oleh kontraktor pajak negara asal. Maka, ketentuan PSC

dimodifikasi sedemikian rupa supaya tidak merugikan kontraktor dari sisi

perpajakan internasional.Perubahan yang dilakukan PSC Generasi Kedua ini

adalah sebagai berikut :

1. Selisih antara pendapatan kotor pertahun dengan cost recovery,

kemudian dibagi antara pertamina dan kontraktor masing masing

sebesar 65.91 % : 34.09 % untuk minyak dan 31.82 % : 68.18 % untuk

gas.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
6

2. Setelah dikenakan pajak 48 % maka pembagian produksi menjadi

71.15 % : 28.85 untuk minyak dan 42.31 % : 57.69 % untuk gas.

3. Untuk lapangan baru, Kontraktor diberi kredit investasi sebesar 20%

dari pengeluaran capital untuk fasilitas produksi.

4. Pengeluaran capital dapat didepresiasi selama 7 tahun dengan

menggunakan metode DDB.

 Generasi Ketiga ( 1988 – sekarang )

Masalah yang terjadi pada PSC Generasi Kedua adalah tidak ada jaminan

pendapatan bagi pemerinta yang diakibatkan tidak adanya cost recovery ceiling.

Pada saat harga minyak cenderung turun(rendah), diperlukan volume minyak

tertentu, semakin rendah harga minyak, semakin besar volume minyak yang

diperlukan. Dalam kondisiterburuk, semua volume hasil produksi dapat tersedot

untuk penggantian biaya.

Perlunya jaminan pendapatan bagi pemerintah ini melandasi lahirnya PSC

Generasi Ketiga. Oleh karena itu, pada PSC Generasi Ketiga ini diperkenalkan

FTP yang besarnya 20%. Dengan demikian 20% dari produksi bruto ini akan

dibagi terlebih dahulu masing-masing buat pemerintah dan kontraktor.

Setelah ditetapkan Peraturan Perundang – undangan Pajak Baru dengan

demikian pembagian hasil berubah menjadi 71.15% : 28.85% untuk minyak dan

42.31 % : 57.69 % untuk gas dan bagian bersih setelah dikurangi pajak menjadi

85 % : 15% untuk minyak dan 70 % : 30 % untuk gas.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
7

 Paket Insentif 31 Agustus 1988

1. Pemberian Investment credit, dengan syarat bahwa Pemerintah harus

memperoleh 49% dari pendapatan kotor tidak berlaku lagi.

2. Pendapatan komersialitas, jaminan minimum 25% dari pendapatan kotor

untuk Pemerintah tidak diperlukan.

3. Harga DMO 10% dari harga ekspor setelah selesai 60 bulan pertama.

4. Penyisihan minyak pertama, 20% dari produksi disisihkan sebelum

dikurangi biaya operasi kemudian dibagi antara Pertamina dan Kontraktor.

5. Pembagian Produksi Daerah Frontier

 Sampai dengan 50 MBOPD = 80/20

 50 – 150 MBOPD = 85/15

 150 MBOPD = 90/10

6. Tatacara perizinan disederhanakan.

 Paket Insentif 22 Februari 1989

1. Pembagian untuk lapangan marjinal dan tertiary EOR pada wilayah

konvensional 80/20 dan wilayah frontier 75/25.

2. Pembagian untuk produksi di daerah Pre-Tertiary dan laut dalam

pembagian tambahan untuk produksi frontier.

3. Investment Credit untuk laut dalam sebesar 110% untuk minyak dan

55% untuk gas.

4. Perpanjangan masa eksplorasi 6 tahun menjadi 1 x 14 tahun.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
8

5. Harga gas diorientasikan pada komersialitas untuk pengembangan

lapangan.

6. Akses data tidak terbatas pada lahan yang ditenderkan.

7. Perolehan data lapangan dilakukan oleh Pertamina dan terbuka bagi

Kontraktor.[3]

PSC menganut prinsip pembagian hasil produksi migas yang

diperhitungkan setelah dipotong biaya. Kontraktor menanggung apabila tidak

menemukan migas yang dapat diproduksikan secara komersial maka tidak ada

kewajiban pengembalian biaya operasi, tetapi apabila ditemukan migas yang

dapat diproduksikan secara komersial maka kontraktor dapat menerima kembali

seluruh biaya operasi yang dikeluarkan dari hasil kerja yang telah dilakukan.

Gambar 2.1

PSC Flowchart [4]

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
9

2.2 Sistem Perhitungan Production Sharing Contract (PSC)

Sistem Production Sharing Contract merupakan bentuk kontrak

pengoperasian migas yang dipakai saat ini di Indonesia. Kontrak ini mengatur

kewajiban-kewajiban kontraktor, cara perhitungan biaya, dan cara pembagian

keuntungan yang diperoleh dari perusahaan migas.

Pada saat kontraktor mendapatkan migas, maka kontraktor memperoleh

pendapatan kotor (revenue). Penerimaan dari penjualan tersebut pertama-tama

dipakai untuk menutup biaya operasi (operating cost) yang harus dibayar setiap

tahun yang dikeluarkan untuk merealisasi produksi. Selanjutnya sisa pendapatan

yang disebut “equity to be split” akan dibagi antara kontraktor dan pemerintah.

Cashflow adalah aliran uang yang masuk dan keluar pada suatu proyek.

Net cashflow adalah jumlah uang masuk dikurangi dengan jumlah uang keluar

(cash in – cash out). Cash in didapatkan dari Equity to Be Split dan DMO Fee

setelah dikenakan pajak dan ditambahkan lagi dari cost recovery, sedangkan cash

out yaitu merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan kontraktor bagi pengembangan

lapangan. Biaya-biaya tersebut yaitu biaya capital dan noncapital, serta biaya

operasi (operating cost).

2.3 Parameter Cash Flow

Adapun untuk menghitung aliran dana keuangan (cash flow)

membutuhkan banyak parameter-parameter. Parameter – parameter tersebut

nantinya akan dimasukkan kedalam indikator keekonomian. Produksi yang

merupakan output dari pengusahaan migas yang berupa minyak atau gas bumi

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
10

yang dikeluarkan dari dalam bumi ke permukaan yang kemudian akan di

komersilkan. Karena migas diproduksikan dari prospeknya, maka jumlah produksi

maksimal migas tergantung pada cadangan terbukti.

2.3.1 Harga Gas

Harga gas merupakan parameter konstan yang didapatkan dari persetujuan

konsumen pemakai gas dan penjual (kontraktor). Harga gas dari tahun ke tahun

stabil, tidak seperti harga minyak yang selalu berubah mengikuti harga minyak

dunia dan inflasi. Setelah ada produksi dan juga harga minyak atau gas bumi

maka dapat dihitung gross revenue (pendapatan kotor) yang didapatkan yaitu

perkalian antara produksi dan juga harga gas.

2.3.2 Investasi

Kontraktor melakukan investasi berupa capital dan juga non capital.

Istilah capital dan non capital digunakan untuk mendefinisikan nilai suatu barang

atau modal sebagai fungsi dari waktu. Barang – barang yang digolongkan sebagai

capital adalah barang – barang yang dianggap memiliki pengurangan nilai atau

depresiasi terhadap waktu, sedangkan barang – barang non capital dianggap tidak

memiliki nilai depresiasi. Istilah barang / aset capital didefinisikan sebagai nilai

uang dari suatu modal (asset) yang tangible, hai ini meliputi bangunan- bangunan,

peralatan pemboran dan produksi, mesin – mesin, fasilitas produksi konstruksi

dan alat transportasi yang mengalami depresiasi nilai karena pemakaian.

Sedangkan istilah barang non capital adalah modal yang meliputi semua

tipe dari material, biaya - biaya operasi dan pemeliharaaan. Tidak ada nilai yang

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
11

dapat ditetapkan pada saat pemeriksaan dan modal tidak mengalami depresiasi

terhadap waktu. Penggolongan suatu barang apakah termasuk capital atau non

capital bersifat tidak pasti, tergantung pada perjanjian yang dilakukan.

2.3.3 Depresiasi

Suatu barang atau modal capital akan mengalami pengurangan nilai

karena waktu atau pemakaian. faktor - faktor yang harus diperhitungkan dalam

menghitung periode depresiasi dari suatu barang atau modal adalah biaya awal

(initial cost), harga / biaya yang dapat diperoleh pada waktu barang - barang

selesai atau tak dapat dipakai lagi dan lama waktu pemakaian. Depresiasi yang

digunakan Double Declining Balance (DDB). Beberapa metode depresiasi yang

sering dipakai adalah straight line, decline balance, dan double decline balance

2.3.3.1 Metode Straight Line

Pada metode ini depresiasi dihitung dengan menganggap penurunan nilai

barang tiap tahunnya dianggap konstan dari awal tahun sampai akhir periode

depresiasi. Secara matematis, metode ini dapat ditulis sebagai berikut :

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖..........................................................................(2.1)

2.3.3.2 Metode Decline Balance (DB)

Pada metode ini depresiasi dihitung dengan menganggap penurunan nilai

barang tidak sama dari tahun ke tahun. Pada awal penurunan nilai barang lebih

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
12

besar dibanding pada tahun berikutnya. Secara matematis, metode ini dapat ditulis

sebagai berikut :

1
(𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒s𝑖𝑎si)i = (𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙−𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖i-1)....................................(2.2)
𝑇

Dimana: i = waktu perhitungan

T = lama waktu depresiasi, year

2.3.3.3 Metode Double Decline Balance (DDB)

Metode Double Declining Balance (DDB) merupakan dua kali metode

declining balance, jadi penyusutannya sangat cepat. Secara matematis dapat

dilihat dibawah ini:

2
(𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎s𝑖)i = (𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙−𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖i-1)....................................(2.3)
𝑇

Dimana: i = waktu perhitungan

T = lama waktu depresiasi, year

2.3.4 Gross Revenue

Gross Revenue di dalam pengusahaan minyak dan gas bumi dihasilkan

dari produksi migas yang berasal dari reservoir yang dicirikan oleh produksi awal

yang besar, diikuti oleh penurunan yang pada akhirnya tidak lagi dapat

diproduksikan (depleted). Adanya produksi yang stabil dalam jangka waktu yang

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
13

lama sebelum mengalami penurunan, merupakan sesuatu yang sangat baik bagi

perkembangan investasi.

GR = Produksi x Harga......................................................................................(2.4)

2.3.5 First Trance Petroleum (FTP)

FTP adalah bagian dari minyak yang diproduksi yang akan dibagi antara

pemerintah dan kontraktor sebelum dikurangi cost recovery. FTP diberlakukan

untuk menjamin penerimaan pemerintah tetap ada, dalam semua kondisi cash flow

project. FTP merupakan sistem penyisihan jumlah tertentu dari produksi setiap

tahun sebelum diperuntukkan untuk pengembalian biaya, FTP dihitung 20 % dari

jumlah produksi. Pemerintah dan kontraktor menerima bagian masing-masing dari

FTP sesuai dengan prosentase bagi hasil yang telah disepakati. FTP dapat

ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

FTP = % rate x Gross Revenue..........................................................................(2.5)

FTP berlaku sejak kontrak baru ditanda tangani atau perpanjangan kontrak

lama. Dengan FTP ini pemerintah memperoleh keuntungan berupa nilai uang

terhadap waktu serta terjaminnya pendapatan sejak hari pertama produksi.

2.3.6 Invesment Credit

Pada PSC Indonesia, salah satu bentuk insentif adalah IC, yang pada

dokumen PSC dinyatakan sebagai berikut: “Kontraktor dapat memperoleh IC

sebesar 17% dari biaya investasi kapital yang diperlukan pada saat pengembangan

langsung dari produksi bruto sebelum pengembalian biaya operasi, insentif ini

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
14

dimulai pada tahun dimana produksi paling awal terjadi sebelum pengurangn

pajak (yang dibayarkan dimuka pada saat tahun produksi tersebut ketika insentif

ini diperoleh)”. Permasalahan dengan insentif IC di Indonesia sesuai dengan

definisinya pada sampel dokumen kontrak tersebut adalah bahwa IC diambil pada

awal produksi dan langsung dikenakan pajak.

Sesuai hirarki, IC dapat diambil terlebih dahulu sebelum pengembalian

biaya operasi. Pada saat biaya operasi ini relatif kecil dibandingkan dengan

pendapatan bruto, maka tidak ada masalah, dalam hal ini insentif IC berjalan

sebagaimana mestinya.[3]

2.3.7 Cost Recovery

Cost Recovery merupakan pengembalian semua biaya pengeluaran kepada

kontraktor serta adanya kewajiban kontraktor untuk melaksanakan operasi

perminyakan, yang meliputi kegiatan operasi mulai dari eksplorasi,

pengembangan, produksi, pengangkutan, dan pemasaran yang dikuasakan dalam

kontrak. Pengembalian semua biaya pengeluaran ini dilakukan apabila produksi

sudah komersil. Biaya ini meliputi biaya non kapital, biaya operasi, depresiasi dari

tangible dan unrecovered cost. Cost Recovery kontraktor dapat diperoleh kembali

dengan mengambil bagian dari pendapatan kotor hasil penjualan minyak, gas

(gross revenue) pada tahun yang bersangkutan. Bila Cost Recovery kontraktor

melebihi Gross Revenue, maka kekurangan tersebut dapat diperoleh pada tahun

berikutnya. Kekurangan tahun sebelumnya disebut unrecoverable cost sedangkan

kekurangan pada tahun yang bersangkutan disebutkan carrie forward.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
15

2.3.8 Equity To Be Split (ETS)

Equity to be split adalah suatu jumlah yang dibagi antara pemerintah dan

kontraktor setelah dipotong cost recovery dan pembagian sebelum cost recovery

(FTP). Jumlah dari pembagian tersebut merupakan kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah.

ETS dapat juga didefinisikan sebagai pembagian hasil produksi dari

wilayah kerja antara Pemerintah dan kontraktor ditentukan atas dasar prosentase

bagi hasil yang telah disepakati bersama.

2.3.9 Domestic Market Obligation (DMO)

Merupakan kewajiban kontraktor untuk menyerahkan kepada pemerintah

sebagian minyak yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam

negeri. Jumlah yang diserahkan ini besarnya ditetapkan secara merata terhadap

seluruh kontraktor yang beroperasi di Indonesia dan diwajibkan sebesar 25% dari

minyak yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. Minyak yang diserahkan

sebagai DMO diambil dari bagian kontraktor.

𝐷𝑀𝑂=0,25 x Contractor Share........................................................................................(2.6)

2.3.10 Domestic Market Obligation Fee

Pemerintah memberikan imbalan atau perolehan Kontraktor atas produksi

yang dijual kepada Pemerintah dan dibayar dalam bentuk recovered karena DMO

dibayar dari Contractor share.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
16

2.3.11 Pajak

Adalah pajak pemerintah yang akan dikenakan pada seluruh penghasilan

kontraktor. Besarnya pajak tersebut dapat sebesar 56%, 48%, ataupun 44%.

Tergantung kesepakatan dalam kontrak. Untuk Lapangan X besarnya pajak yang

dikenakan 44%.

2.4 Mekanisme Perhitungan Production Sharing Contract (PSC)

Prosedur dan korelasi yang digunakan dalam perhitungan cash flow

proyek dengan menggunakan PSC yaitu sebagai berikut:

1. Gross Revenue (GR) = Produksi x Harga Minyak atau Gas

2. FTP = % rate x GR

3. Revenue After FTP = GR – FTP - IC

4. Expenditure:

 Operating Cost = Biaya Operasi x Produksi

 Capital Expenditure

- Tangible : Diberlakukan depresiasi

- Intangible

5. Cost Recovery = Intangible + Operating Cost + Depresiasi

6. ETS = Revenue After FTP - Cost Recovery

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
17

𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑆𝑝𝑙𝑖𝑡
7. Contractor Share = ( )
1−𝑇𝑎𝑥

𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑆𝑝𝑙𝑖𝑡
8. Government Share = (1 − )
1−𝑇𝑎𝑥

9. DMO = 0,25 x Contractor Share

10. DMO Fee = DMO x 100%

11. Taxable Income = Contractor Share – DMO + DMO Fee

12. Tax = % rate x Taxable Income

13. Income After Tax = Taxable Income – Tax

14. Contractor Cash In = Income After Tax + Cost Recovery

15. Contractor Cash Out = Total Expenditure

16. Contractor Cash Flow = Cash In – Cash Out

17. Government Take = FTP Government + Government Share + (DMO – DMO

Fee) + Tax

2.5 Indikator Keekonomian

Proyek merupakan suatu rangkaian yang direncanakan dan didalamnya

menggunakan masukan (input), misalnya uang, tenaga kerja untuk mendapatkan

manfaat (benefit) dan hasil (return) dimasa yang akan datang. Sebelum

melaksanakan proyek tersebut tentunya perlu dilakukan analisis. Analisis tersebut

dapat digunakan sebagai alat perencanaan didalam mengambil keputusan. Baik

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
18

untuk kepentingan pemilik proyek maupun pihak yang memberikan bantuan

kredit. Setelah melakukan pilihan, si pembuat keputusan dapat menerima ukuran

nilai yang paling mewakili dalam memperkirakan keuntungan sebenarnya dari

investasi.

2.5.1 Pay Out Time (POT)

Periode pengembalian, Pay Out Time (POT) dari suatu proyek dapat

didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan agar jumlah penerimaan sama

dengan jumlah investasi/biaya. POT menunjukkan berapa lama modal investasi

dapat kembali.

Proyek yang mempunyai harga POT berarti layak, tetapi POT juga

menunjukkan resiko proyek. Makin panjang POT makin besar resiko yang

dihadapi proyek. Untuk situasi dimana ketidakpastiannya tinggi, seperti misalnya

negara yang pemerintahannya tidak stabil, investor akan memilih proyek-proyek

yang mempunyai POT pendek.

Diterima atau ditolaknya suatu proyek dengan periode pengembalian

tertentu tergantung pada periode pengembalian terpendek yang diinginkan oleh

investor. Bila periode pengembalian proyek lebih kecil dari periode pengembalian

terpendek yang diinginkan investor, maka proyek diterima, dan bila sebaliknya

ditolak.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
19

2.5.2 Net Present Value (NPV)

NPV menunjukkan besar keuntungan secara absolute dari modal yang

diinvestasikan ke proyek, yaitu total pendapatan (discounted) dikurangi total biaya

(discounted) selama proyek. Secara sistematis Net Present Value dapat ditulis

sebagai:

𝑃𝑉
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡 − 𝐶𝑜....................................................................................(2.7)

Dimana :

t = waktu, Tahun

n = jumlah tahun

i = discount rate

PV = net cash flow pada tahun ke t

Co = awal investasi (t=0)

Dari analisis Net Present Value diatas, dinyatakan bahwa perhitungan

dilakukan pada akhir tahun, dalam menganalisis akhir tahun jauh akan lebih

mudah untuk melihat kelayakan dalam suatu proyek, tetapi sebenarnya dapat juga

dilakukan pada tengah tahun. Jika dilakukan pada tengah tahun maka tidak akan

terlihat langsung keuntungan yang diperoleh. Jika Net Present Value bernilai

positif atau >0, ini menunjukkan bahwa proyek itu layak untuk dikembangkan

sedangkan jika Net Present Value bernilai negatif atau <0, ini menunjukkan

bahwa proyek tidak layak untuk dikembangkan. Tetapi jika harga Net Present

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
20

Value =0, ini menunjukkan bahwa proyek tidak menghasilkan keuntungan

maupun kerugian.

2.5.3 Internal Rate of Return (IRR)

Menunjukkan besar keuntungan secara relatif dari modal yang diinvestasi

ke proyek, yaitu discount rate yang menyebabkan NPV sama dengan nol. Suatu

proyek dianggap lebih layak apabila IRR lebih besar daripada cost of capital

(bunga bank). IRR juga membuat Present Value dari penerimaan sama besar

dengan Present Value dari investasi, IRR dicari dengan cara trial and error (coba-

coba) dari deretan cash flow yang telah dihitung dengan beberapa macam besaran

discount factor. Internal Rate of Return dinyatakan dengan persamaan berikut:

𝑗
pv
∑ n
= 0..............................................................................(2.8)
𝑛=0 (1+IRR)

Melalui rumus tersebut dilakukan trial and error dengan rumus :

𝑁𝑃𝑉@𝑖1 %
𝐼𝑅𝑅 = 𝑁𝐶𝐹@𝑖1 % + (𝑁𝐶𝐹@𝑖2 % − 𝑁𝐶𝐹@𝑖1 %)𝑥 [ ]
𝑁𝑃𝑉@𝑖1 % − 𝑁𝑃𝑉@𝑖2 %

Dimana:

NCF@i1% = jumlah discount factor pertama, %

NCF@i2% = jumlah discount factor kedua, %

NPV@i1% = jumlah NCF keseluruhan pada discount factor pertama, $

NPV@i2% = jumlah NCF keseluruhan pada discount factor kedua, $

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
21

Sesuai dengan grafik dibawah ini pada Gambar 2.2, ketika IRR > discount

rate (NPV +) maka proyek diterima. Sedangkan ketika IRR < discount rate (NPV

-) maka proyek ditolak.

Gambar 2.2

Grafik IRR [7]

2.5.4 Profit Invesment Ratio (PIR)

Metode ini menghitung perbandingan antara nilai arus kas bersih yang

akan datang dengan nilai investasi yang sekarang. PIR harus lebih besar dari satu

baru dikatakan layak. Semakin besar PIR, investasi semakin layak.

Nilai Cash Flow


PIR = ............................................................................................(2.9)
Nilai Investasi

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
22

2.6 Analisis Sensitivitas

Metode ini dasarnya sederhana. Mulai dari basecase analisis yang

mengandung semua asumsi most likely, kemudian kita mengubah salah satu

asumsi yang dipakai dan sementara itu parameter yang lain dianggap tetap.

Analisis sensitivitas adalah cara untuk melihat pengaruh perubahan

parameter - parameter terhadap indikator keekonomian. Parameter – parameter

yang sering digunakan untuk analisis sensitivitas antara lain :

1. Produksi

2. Harga

3. Investasi

4. Biaya operasi

Keuntungan dari analisis sensitivitas adalah dapat mengidedntifikasi

parameter – parameter yang sangat mempengaruhi keuntungan dilihat dari berapa

besarnya perubahan keuntungan yang diakibatkan oleh perubahan parameter

tersebut. Namun analisis sensitivitas tidak memberikan indikasi kemungkinan

sesuatu yang diandaikan akan terjadi dan tidak memperlihatkan ketergantungan

antara parameter – parameter yang mempengaruhi keuntungan.

Dibawah ini adalah contoh gambar untuk analisis sensitivitas spider chart

dan tornado chart.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
23

Gambar 2.3

Spider Chart – NPV

Pada Diagram spider diatas menunjukkan bahwa perubahan produksi gas

dan harga gas memberikan perubahan yang sangat sensitif terhadap nilai NPV.

Sedangkan untuk Capex dan Opex relatif sensitif untuk perubahan nilai NPV.

Hasil dari analisa sensitivitas tornado chart dibawah ini menunjukan

sebagai berikut:

 Sangat sensitif terhadap produksi dan harga gas.

 Sensitif terhadap operating cost serta relatif sensitif terhadap investasi.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
24

Gambar 2.4

Tornado Chart – NPV

2.6 Gas Kondensat

Studi tentang sifat fisika minyak dan gas bumi (migas) terus dilakukan

oleh para ilmuwan seiring dengan berlangsungnya kegiatan eksplorasi migas.

Untuk mempelajari sifat fisika para ilmuwan menggunakan model persamaan

keadaan, yakni suatu bentuk persamaan empirik yang menyatakan hubungan

timbal balik antara tekanan (p), volume (V), dan temperatur (T). Hubungan pVT

untuk fluida nyata menjadi sangat esensial dalam menghitung sifat-sifat fisika

fluida baik pada komponen tunggal (pure component) maupun pada multi-

komponen (mixture).

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
25

Gambar 2.5

Diagram Fasa Fluida Reservoir [6]

Gas kondensat adalah gas nyata yang mempunyai energi internal sebagai

fungsi dari temperatur (T), dan tekanan (P) dengan memperhitungkan tenaga ikat

antar molekul-molekul gas. Jika gas kondensat ini diproduksikan maka akan

berubah menjadi dua fasa yaitu gas dan cairan apabila tekanan turun hingga di

bawah titik embun (dew point).

Gas kondensat merupakan campuran hidrokarbon kompleks dengan sifat

fisik yang berbeda-beda. Komposisi gas kondensat didominasi oleh gas metana

dan etana serta sejumlah kecil propana, butana, pentana, heksana, dan heptana

plus. Pemisahan fluida reservoir di permukaanaan perlu dilakukan untuk

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam
26

memisahkan fasa gas dan cairan agar diperoleh akumulasi gas pada tangki

pengumpul serta untuk mendapatkan kestabilan yang maksimum dari fasa gas dan

cairan. Banyaknya kondensat yang dihasilkan dari produksi gas diukur dengan

parameter Spesific Gravity (SG) gas, melihat komposisi dari gas seperti Metane

(CH4), Ethane (C2H6), (C3H8), Butene (C4H10), CO2, N2, O2 dengan

menggunakan alat Kromatografi Density, menganalisa kandungan H2S dengan

H2S Analizer, dan titik mengembun atau titik dimana air dan hidrokarbon mulai

mengembun (Water and Hydrokarbon dew Point). Sehingga didapat Yield

(perolehan) kondensat dalam persentase.

Perhitungan keekonomian production sharing contract (PSC) pada pengembangan lanjut untuk memenuhi pasokan gas Lapangan X, Jawa Barat
Muhammad Choirul Imam

Anda mungkin juga menyukai