Anda di halaman 1dari 14

BAB II TINJAUAN UMUM

Analisis pengujian sumur pada tugas akhir kali ini akan digunakan metode
uji Pressure Build Up dan uji deliverabilitas dengan tipe modified isochronal test.
Prinsip dasar dari Pressure Build-Up Test adalah dengan merekam nilai tekanan
dasar sumur yang terukur pada selang waktu tertentu. Metode ini pertama kali
dipublikasikan oleh Horner dengan memplot tekanan terhadap fungsi waktu
dalam skala semi log.
Sedangkan uji deliverabilitas adalah suatu uji sumur yang umum digunakan
untuk menentukan produktivitas (AOFP) sumur gas. Pada pengujiannya dapat
dilakukan dengan metode Back Pressure Test, Isochronal Test, dan Modified
Isochronal Test.

II.1 Analisis Tekanan Transient


Well testing adalah metode untuk menetukan kemampuan suatu lapisan atau
formasi untuk berproduksi. Dari hasil pengujian, akan banyak sekali
informasi-informasi yang akan didapatkan seperti permeabilitas efektif fluida,
kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang diuji, tekanan
reservoir, batas suatu reservoir, bentuk radius pengurasan, keheterogenean suatu
lapisan. (Abdassah, 1993)
Prinsip dasar analisis ini adalah memberikan suatu “gangguan
keseimbangan tekanan” terhadap sumur yang diuji. Dengan adanya gangguan ini,
impuls perubahan tekanan, pressure transient, akan disebarkan keseluruh
reservoir dan ini diamati setiap saat dengan mencatat tekanan lubang bor selama
pengujian berlangsung. Apabila perubahan tekanan tadi diplot dengan suatu
fungsi waktu, maka akan dapat dianalisis pola aliran yang terjadi dan juga
besaran-besaran dan karakteristik formasi yang telah disebutkan diatas sehingga
optimasi dan pengembangan untuk sumur tersebut dapat dilakukan. (Abdassah,
1993) Terdapat beberapa metode dalam proses pengujian sumur, salah satu
metode yang sering dilakukan pada pengujian sumur, yaitu metode pressure build
up test .

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
II.1.1 Landasan Teori Pressure Build Up
Penjelasan teori pressure build up test akan lebih mudah dimengerti.
Tinjaulah suatu sejarah produksi suatu sumur yang diperlihatkan gambar II.1.

Gambar II.1 Laju Alir dan Tekanan Ideal Untuk PBU Test (Abdassah, 1993)

Pada awalnya sumur diproduksikan dengan laju alir tetap (q), selama
waktu tertentu (t p ). Kemudian sumur ditutup selama waktu yang telah
ditentukan (∆t). (Abdassah, 1993)
Kemudian, didapatkan persamaan:

q  B  t p  t 
Pws  Pi  70.6 ln   (II.1)
kh  t 
Atau:

q B  t p  t 
Pws  Pi  162.6 log   (II.2)
kh  t 
dimana :
Pws = tekanan dasar sumur selama penutupan, psi
Pi = tekanan reservoir mula – mula sebelum shut-in, psi
q = laju produksi sebelum sumur ditutup, bbl/day
ct = compressibilitas total, psi-1
 = viscositas gas, cp

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
Bg = faktor volume formasi, bbl/scf
k = permeabilitas effektif, mD
h = ketebalan formasi produktif, ft
tp = waktu produksi sebelum dilakukan uji sumur, jam
∆t = waktu penutupan sumur, jam
Dari persamaan diatas memperlihatkan bahwa Pws atau shut-in BHP, yang di

catat selama penutupan sumur, apabila diplot terhadap log( ) merupakan garis

lurus dengan kemiringan :

(II.3)

Contoh yang ideal dari pengujian ini dapat dilihat dari gambar II.2.

Gambar II.2 Horner plot untuk PBU Test (Ahmed & McKinney, 2005)

Pada gambar diatas terlihat jelas bahwa permeabilitas (k), dapat ditentukan
dari slope "(m)", sedangkan apabila garis ini diekstrapolasi ke harga Horner Time
sama dengan satu (ekivalen dengan penutupan sumur yang tak terhingga
lamanya), maka tekanan pada saat ini teoritis sama dengan tekanan awal reservoir
tersebut. Sehingga, sesaat sumur ditutup akan berlaku hubungan:

q B  1688 ct rw2 
Pwf  Pi  70.6 ln  2s  (II.4)
kh  kt p 

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
q B  1688 ct rw2 
Pwf  Pi  162.6  log  0.869 s  (II.5)
kh  kt p 

 1688 ct rw2 
Pwf  Pi  m log  0.869s  (II.6)
 kt p 
Pada saat waktu penutupan = t, berlaku hubungan:
 t p  t 
Pws  Pi  m log   (II.7)
 t 
Apabila persamaan II.6 dan II.7 dikombinasikan, dapat dihitung faktor skin, (S),
sehingga:

 Pws  Pwf   1688 ct rw2   t p  t 


s  1.151   1.151log    1.151log   (II.8)
 m   k t   t p 
Didalam industri perminyakan biasanya dipilih ∆t = 1 jam sehingga Pws pada
persamaan II.5 menjadi P 1jam . P 1jam ini harus diambil pada garis lurus atau garis
 tp  t 
ekstrapolasinya. Kemudian faktor log   dapat diabaikan sehingga:
 t 
 P1 jam - Pwf k 
s  1.151  - log  3.23 (II.9)
 m  ct rw2 
 
Dimana nilai “m” pada persamaan II.9 harus berharga positif.
Untuk perhitungan tekanan rata-rata dapat menggunakan persamaan
Matthew-Brons-Hazebroek (MBH), adapun langkah perhitungan yang
digunakan adalah:
Menghitung drainage area sumur dengan persamaan:
(II.10)

Membandingkan production time dengan waktu yang dibutuhkan untuk mecapai


pseudo steady state (t-pss). Untuk circular drainage = 0.1 maka:

(II.11)

Menentukan nilai :

= (II.12)

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
ditentukan dengan menggunakan grafik vs dimensionless time
Dalam menentukan nilai dilakukan perhitungan menggunakan
persamaan dibawah ini :

( ) (II.13)

Adapun metode yang dapat gunakan dalam perhitungan pada reservoir gas
skripsi ini, yaitu metode P2
 Metode P2
Dengan metode ini digunakan pada sumur gas yang mempunyai tekanan
reservoir di bawah 2000 psi, dimana pendekatan variable gZ adalah konstan:
(Ahmed & McKinney, 2005)
 g Z P P dP P 2
P 0  g Z 2 P
P=  (II.14)

Pada keadaan unsteady state, persamaan ini dapat dituliskan menjadi:


   t p  t   
 k   
 
Pws2 = Pi2 – 57910 q g Psc T Z  g log   t    3.23  0.679 s' (II.15)
 
   g C t rw 
2
k h Tsc
 
   
 

Dimana Psc = 14.7 psi dan Tsc = 520 ˚R, persamaan (II.11) menjadi:
   t p  t   
  k   
Pws2  Pi 2  1637 q g T Z  g    t    (II.16)
 log  2 
 3.23  0.679 s'
    g C t rw 
kh

  
 
 
Plot P2 versus log [tp + ∆t] / ∆t pada skala semilog, sehingga akan diperoleh garis
lurus dengan kemiringan tertentu sebesar m:
1637q g T Z  g
m= (II.17)
kh
Sehingga persamaan (II.13) menjadi:
   t p  t   
  k  

   t    
Pi 2  m log   3.23  0.679s ' (II.18)
    g C t rw 
2

   
   

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
Maka persamaan faktor skin menjadi:
 P 2  P 2  
 1hr   log k
s = 1.151  3.23 (II.19)
wf
 m 
   Ct rw 2

 

Penentuan nilai dari tekanan rata-rata


Penentuan ∆Pskin dengan metode pendekatan pressure squared (P2) dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
∆P2skin = 0.87. m. s , psi2 (II.20)
Maka untuk menentukan nilai ∆Pskin, nilai yang didapat dari ∆P2skin diakarkan.
Untuk menentukan nilai radius investigasi dalam satuan feet (ft), dapat ditentukan
dengan persamaan:

ri = kt (II.21)
948 g Ct

Radius investigasi atau jari-jari pengamatan menggambarkan sejauh mana (jarak


dari lubang bor yang diuji) pencapaian transien tekanan akibat suatu produksi atau
penutupan sumur. Radius investigasi dapat dianalogikan sebagai batas areal
cadangan namun harus dalam reservoir yang sama. Seiring berjalannya waktu,
transien tekanan akan mencapai lebih jauh ke dalam reservoir.

II.1.2 Karakteristik Kurva Pressure build up test


Karakteristik kurva pressure build up test dapat mengambarkan
bagian-bagian dari ulah tekanan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
II.3.
Pada gambar II.3 terlihat bahwa ulah tekanan dapat dibagi menjadi tiga
bagian yang meliputi : (Matthews & Russell, 1959)
1) segmen data awal (early times)
2) segmen data tengah (middle times)
3) segmen data lanjut (late times)

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
Berikut merupakan pembagian waktu ulah tekanan pada grafik pressure
derivative.

Gambar II.3 Grafik Aktual PBU Test (Matthews & Russell, 1959)

1) Segmen Data Awal (Early Time Region)


Mula-mula sumur ditutup, pressure uild up test memasuki segmen data
awal, dimana aliran didominasi oleh adanya pengaruh wellbore storage, skin dan
phase segregation (gas hump).
Bentuk kurva yang dihasilkan oleh bagian ini merupakan garis melengkung
pada kertas semilog, dimana mencerminkan penyimpangan garis lurus akibat
adanya kerusakan formasi disekitar lubang sumur atau adanya pengaruh wellbore
storage seperti terlihat pada Gambar II.3. (Sulthanah, 2016)
2) Segmen Waktu Pertengahan (Middle Time Region)
Dengan bertambahnya waktu, radius pengamatan akan semakin jauh
menjalar kedalam formasi. Setelah pengaruh data awal terlampaui maka tekanan
akan masuk kebagian waktu pertengahan. Pada saat inilah reservoir bersifat infinite
acting dimana garis lurus pada semilog terjadi. Dengan garis lurus ini dapat
ditentukan beberapa parameter reservoir yang penting, seperti : kemiringan garis
atau slope (m), permeabilitas efektif (k), faktor kerusakan formasi (s), dan tekanan
rata-rata reservoir. (Sulthanah, 2016)

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
3) Segmen Waktu Lanjut (Late Times Region)
Bagian akhir dari suatu kurva setara tekanan adalah bagian waktu lanjut
(late times) yang dinampakan dengan berlangsungnya garis lurus semilog mencapai
batas akhir sumur yang diuji dan adanya penyimpangan kurva garis lurus. Hal ini
disebabkan karena respon tekanan sudah dipengaruhi oleh kondisi batas reservoir
dari sumur yang diuji atau pengaruh sumur-sumur produksi maupun injeksi yang
berada disekitar sumur yang diuji. (Sulthanah, 2016)

II.2 Analisis Tekanan Transient pada Reservoir Gas


Untuk menganalisis data – data hasil pengujian didasarkan pada teori
analisis ulah tekanan bentuk (Pressure Build up Curve), yang dikemukakan oleh
Horner, dimana untuk memberlakukan teori ini digunakan anggapan sebagai
berikut : (Rukmana, 2011)
1. Sumur berproduksi pada laju aliran tetap dari pusat reservoir tak terbatas
dengan tekanan yang tetap pada batas luar reservoir.
2. Kompressibilitas dan viskositas fluida konstan pada interval tekanan dan
temperatur yang bervariasi.
3. Sumur ditutup pada sand face dan tidak terjadi aliran after flow production
kedalam lubang sumur.
4. Formasi mempunyai permeabilitas homogen dalam arah aliran.

II.3 Analisis Pressure Build Up Menggunakan software A


Analisis pengujian sumur pada tugas akhir kali ini akan digunakan metode
uji Pressure Build Up dengan menggunakan software A
II.3.1 Konsep Dasar Software A
Software A adalah software yang dapat dugunakan untuk interpretasi well
test yang dikemas berdasarkan pada metodologi pressure derivative. Logika
dasarnya adalah sebagai pedoman untuk menyelesaikan interpretasi yang lengkap
dengan metode ini, selain itu juga dapat memberikan akses yang mudah untuk
melengkapi fasilitas yang lain. Pada penggunaan software A hal yang harus di
perhatikan serta yang sangat berpengaruh pada saaat proses matching yaitu jenis
model reservoir-nya dan jenis model boundary-nya.

10

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
II.3.2 Reservoir Models
Pada analisis tekanan transient menggunakan software A, reservoir
diidentifikasikan setelah adanya wellbore effect dan well behavior sebelum
mencapai efek boundary-nya. Pada analisis produksi, reservoir behavior akan
terdeteksi saat terjadi perubahan pada rangkaian produksi sudah cukup untuk
melakukan produksi dengan transient sebelum tercapainya tekanan konstan
(pseudo-steady state). Untuk analisis produksi, reservoir behavior relatifnya
terjadi akibat efek dari early time yang mungkin terlihat atau tidak terlihat.
Parameter utama yang diperhatikan adalah mobilitas dari fluida reservoir dan
strotifitasnya. Salah satu jenis reservoir pada software A yaitu :
 Homogeneus Reservoir
Homogeneous reservoir adalah suatu model reservoir dengan porositas,
permeabilitas, dan ketebalan yang sama. Permeabilitasnya diasumsikan memiliki
kesamaan sifat dan bentuk. Aliran pergerakan diasumsikan sama ke segala arah.
Respon dari reservoir homogen adalah linear dari tekanan dengan waktu
logaritma yaitu infinite acting radial flow (IARF) yang sudah stabil
permeabilitasnya pada suatu waktu tertentu. Gambar dibawah ini menunjukan
respon dari wellbore storage dan skin homogenous model pada reservoir yang
tidak terhingga. (Houze, dkk, 2011)
Apabila hal ini sering ditemukan tugas daris seorang engineer menjadi lebih
mudah.

Gambar II.4 Homogeneus Log-log Plot (Houze, dkk, 2011)

11

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
II.3.3 Boundary Models
Pada analisis hasil uji sumur dengan model yang sering digunakan pada
analisis tekanan transient, respon pertama di dominasi oleh efek dari lubang bor
dan aliran difusi yang berada disekitar lubang bor. Untuk sebagian kasus, namun
tidak semuanya. Midle dan late time di dominasi oleh Infinite Acting Radial Flow
(IARF) dimana nilai rata-rata dari mobilitas reservoir ,produktifitas sumur, skin
dipertimbangkan. (Schlumberger, 2000)
Reservoir tidak selalu infinite acting (tidak terbatas), tetapi pada beberapa
kasus efek dari batas reservoir akan terasa ketika sumur diuji. Jika patahan itu
berada didekat lokasi sumur yang dilakukan pengujian, maka mungkin akan
mempengaruhi rekaman sumur saat dilakukan pengujian build up. Maka dari itu
terdapat batasan pada reservoir yang disebut rerservoir boundary. Adapun jenis
batasan reservoir pada software A yang akan dibahas salah satunya adalah:
 Rectangle Boundary
Rectangular Boundary memiliki empat sisi baik sealing, contant pressure
maupun infinite. Pada kasus ini, gambar dibawah ini akan menunjukan adanya
batasan pada reservoir persegi panjang pada Rectangular Boundary. 1 dan 3
adalah batasan patahan , 2 adalah tekanan konstan , dan 4 adalah tidak terhingga.
Respon dari derivative tergantung dengan batasan dan konfigurasi itu sendiri.

Gambar II.5 Rectangle Boundary Log-log Plot (Schlumberger, 2000)

12

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
II.4 Uji Deliverabilitas
Tujuan utama dari pengujian sumur adalah untuk menentukan kemampuan
suatu lapisan atau formasi berproduksi. Salah satu metode yang digunakan untuk
uji sumur gas yaitu uji deliverabilitas, dimana uji ini bertujuan untuk mengetahui
penurunan tekanan dasar sumur (∆P2) atau ∆Ψ(P) dengan laju produksi konstan
dikepala sumur (qsc). (Ahmed, 2000)
Hasil uji deliverability sangat berguna sebagai dasar pertimbangan untuk
menentukan berapa besarnya laju produksi maksimum yang diijinkan, juga
sebagai dasar pertimbangan untuk program pengembangan lapangan, pembuatan
fasilitas pengumpul, pemipaan dan proses plant, serta sebagai pertimbangan
negosisasi dengan pihak konsumen.:
 Modified Isochronal.
Pada reservoir dengan permeabilitas amat rendah akan sangat sulit untuk
mencapai kondisi kesetimbangan statik awal atau melakukan uji dengan selang
pengujian seperti pada uji Isochronal. (Abdassah, 1993)
Pada tahun 1959 Katz dkk., memperkenalkan metode Modified Isochronal
test. Bila dalam isochronal test lamanya waktu penutupan sumur umumnya tidak
seragam dan tidak singkat karena harus mencapai kondisi kesetimbangan statik,
maka dalam Modified Isochronal test ini lamanya waktu penutupan sumur
diambil sebesar waktu alirannya seperti terlihat pada gambar II.6

Gambar II.6 Modified Isochronal Test (Ikoku, 1984)

13

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
Prosedur pengujian uji modified isochronal adalah sebagai berikut:
(Abdassah, 1993)
1. Sumur ditutup dan tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir
Pwf1 (Pr). Selama periode penutupan sumur, tekanan statik sumur akan
membentuk beberapa harga Pws yang mana harga Pws ini akan semakin kecil
untuk periode aliran berikutnya.
2. Sumur diproduksi dengan laju alir q1 selama waktu t1 dan catat laju alir serta
tekanan alir sebagai q1 dan Pws1.
3. Sumur ditutup keCi selama waktu t1 dan catat tekanannya sebagai Pws2.
4. Sumur diproduksi selama waktu t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke yang
berbeda dan catat laju alir dan tekanan alir sebagai q2 dan Pws2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat titik)
dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t1 hingga mencapai
kondisi extended flow (dengan ukuran choke tertentu).
Analisis modified isochronal test berdasarkan plot dari (P2 vs qsc) pada
kertas log-log untuk setiap periode aliran menghasilkan kurva transient
deliverability. Dari kurva tersebut dapat ditentukan harga eksponen n. Sedangkan
kurva stabilized deliverability dibuat dengan menarik garis lurus yang sejajar
dengan kurva transient deliverability melalui titik [(Pr2 – Pwf2), qsc] .Terdapat
beberapa metode perhitungan yang bisa digunakan untuk mendapatkan besarnya
Absolute Open Flow Potensial dari pengujian deliverabilitas. Berikut adalah
metode yang digunakan dalam analisis deliverability test: (Sulthanah, 2016)
1. Analisis Konvensional ( C and n)

 
2 n
qsc  C P r  Pwf 2
(II.22)

dimana :
q sc = laju alir gas, Mscfd
C = koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva
deliverabilitas yang stabil, mscfd/psia2n
n = bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverabilitas yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor

14

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5-1
dimana,
nilai n = 0.5 menunjukkan aliran turbulen
nilai n = 1.0 menunjukkan aliran laminar
nilai 0.5 < n < 1.0 menunjukkan aliran transisi
Pr = tekanan rata-rata reservoir, psia

Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia


Harga eksponen ditunjukkan oleh persamaan:

(II.23)

Sedangkan harga C ditunjukkan oleh persamaan:

(II.24)

Besarnya harga absolute open flow potential (AOFP) adalah sama dengan harga
qsc pada harga Pwf sebesar tekanan atmosphere (±14.7 psia) seperti yang
diperlihatkan pada persamaan berikut:

(II.25)

Dimana:
AOFP = Absolute open flow potential, MMscfd

II.5 Perkiraan Kandungan Gas Awal Di Tempat


Cadangan adalah perkiraan volume gas, kondensate, gas alam, natural gas
liquid dan substansi lain yang berkaitan yang secara komersial dapat terambil dari
jumlah yang terakumulasi di reservoir dengan metode operasi yang ada dengan
kondisi ekonomi dan atas dasar regulasi pemerintah saat itu. (Rukmana, 2011)
Perkiraan cadangan didasarkan atas interpretasi data geologi dan engineering
yang tersedia pada saat itu. Cadangan biasaanya direvisi begitu reservoir
diproduksikan seiring bertambahnya data geologi dan engineering yang diperoleh
karena perubahan kondisi ekonomi. Perhitungan cadangan melibatkan
ketidakpastian yang tingkatnya sangat tergantung pada tersedianya jumlah data
geologi dan engineering yang dapat dipercaya. Berikut ini merupakan metode
yang digunakan untuk menghitung cadangan :

15

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.
 Metode Volumetrik
Metode volumetrik adalah metode yang dilakukan di awal produksi dimana
data yang diperoleh dari data log, data core, perkiraan luas RF dan sifat fluidanya.
Perhitungan pengambilan maksimum suatu reservoir berdasarkan metode
volumetric membutuhkan perkiraan awal empat kelompok data yaitu petrofisik,
fluida, tekanan reservoir dan geometri. Dari keempat kelompok data itu diperoleh
data untuk menghitung volume awal gas atau gas di tempat. Perhitungan Gas
Initial In Place (GIIP) : (Rukmana, 2011)
GIIP = 43560 x A x h x ø x (1-Swi) / Bgi (II.26)
A : Luas pengeringan (Acres)
h : Ketebalan rata-rata formasi (ft)
ø : Porositas batuan ( % )
Swi : Saturasi air awal ( % )
Bgi : Faktor formasi volume gas awal ( cuft/scf )

II.6 Analisis Peramalan Produksi


Dalam menentukan rencana pengembangan suatu lapangan perlu dilakukan
studi yang berasal dari peta geologi, uji sumur, dan log sumur. Tujuan utama dari
kegiatan pengujian sumur hidrokarbon adalah menentukan kemampuan suatu
lapisan atau formasi berproduksi. (Rukmana, 2011) Apabila pengujian ini
dirancang secara baik, memadai dan dianalisis secara tepat maka akan banyak
sekali informasi yang sangat berharga yang bisa didapatkan untuk analisis
peramalan produksi menggunakan Software C.
Analisis menggunakan Software C adalah salah satu studi yang dapat
digunakan untuk menentukan rencana pengembangan suatu lapangan dimasa yang
akan datang sehingga diharapkan dapat dipilih cara yang paling efisien dan
optimal untuk berproduksinya gas pada suatu sumur. Pemilihan skenario yang
optimal dapat dilihat dari nilai Recovery Factor (RF) yang paling besar, dan
waktu produksi, serta laju alir gas tersebut. Recovery factor adalah perbandingan
antara hidrokarbon yang diproduksikan (recoverable reserve) dengan jumlah
hidrokarbon mula-mula yang ada didalam reservoir (initial hidrokarbon in place).
Nilai dari RF sangatlah berpengaruh terhadap penentuan produksi optimu

16

Menghitung cadangan berbasis sumuran dan peramalan produksi pada susmur RR dengan menggunakan parameter
analisis tekanan transient
Rizky Kusumahwardani G.

Anda mungkin juga menyukai