Anda di halaman 1dari 23

Nilai Kejujuran, Kebenaran,

dan Keadilan

Armyna Cindy Setyorini (492867)


Dina Lestari Pratama (493274)
Taro Debby Mafika Sari (493195)
Larasati Jasmine Putri (493302)
Bianca Aurelia (493163)
Pendahuluan

Menurut character counts, pilar pendidikan


memiliki 6 pilar yaitu amanah atau dapat
dipercaya (trustworthiness), rasa hormat atau
penghargaan (respect), pertanggungjawaban
(responsibility), keadilan (fairness), kepedulian
(caring), nasionalis dan kewarganegaraan
(citizenship). Keenam pilar karakter inilah yang
membentuk karakter-karakter lain yang lebih
spesifik dan setiap pilar memiliki beberapa
bentukan karakter.
Nilai Kejujuran

• Seseorang yang memiliki sikap yang jujur


akan sungguh-sungguh dalam melakukan
amanah. Amanah (trustworthy) adalah
bersikap jujur dan dapat diandalkan dalam
menjalankan komitmen, tugas dan kewajiban.
Definisi Lain Kejujuran
- Jika seseorang meminta kita untuk menyampaikan suatu pesan
kepada orang lain, kemudian kita menyampaikan tanpa harus
menambah dan menguranginya itu juga merupakan suatu bentuk
amanah.
- Melakukan ibadah kepada Allah dengan menjalankan segala
sesuatu yang diperintahkan dan menjauhi larangan-Nya,
merupakan suatu bentuk tindakan amanah.
- Jika seseorang mengamanatkan untuk menjaga sesuatu sampai
dia membutuhkannya, walaupun harganya sangat murah, maka
kepercayaan itu harus dihormati dan dijaga dengan sebaik-baiknya.
- Menjaga rahasia orang lain juga merupakan suatu bentuk tindakan
untuk menjaga amanah.
Karakter Amanah

Menjadi seseorang yang diberikan kepercayaan oleh orang lain


memang tidak mudah, apalagi dalam menjaga amanah. Sehingga
menjaga amanah dipandang sebagai karakter yang paling sulit
diwujudkan dibandingkan dengan karakter-karakter lainnya. Upaya
untuk menjaga kepercayaan seperti ini lambat laun dapat
membentuk karakter-karakter lain seperti kejujuran (honesty),
ketulusan hati atau integritas (integrity), dan loyalitas, kesetiaan
(loyalty).
Kejujuran

Kejujuran merupakan senjata paling ampuh yang menghiasi


kehidupan Rasullullah SAW. Jujur dalam berbicara, bertindak,
serta berfikir tercermin dalam sikap Rasulullah. Kejujuran saat
ini menjadi barang langka baik dalam dunia politik,
perdagangan, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Kidsinco (2018: 1-2) menguraikan beberapa hakikat dari
kejujuran sebagai berikut :
1.Ketika kita mengatakan yang benar, kita sedang melakukan
kejujuran.
2.Kita melakukan kejujuran ketika kita bertindak sesuai
dengan yang dipikirkan.
3.Kita jujur ketika mengatakan yang benar sekalipun orang
lain tidak setuju.
4.Hiduplah setiap hari dengan kejujuran, anda akan lebih
berbahagia dan membuat bahagia setiap orang di sekitar
Anda.
Definisi Integritas

● Integritas berasal dari bahasa latin integer, yang


berarti keseluruhan, lengkap.Dalam konteks ini,
integritas merupakan makna dalam (inner sense)
dari keseluruhan yang berasal dari kualitas suatu
karakter seperti kejujuran dan konsistensi.
● Dengan demikian integritas adalah suatu konsep
tentang konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode,
ukuran, prinsip-prinsip, harapan, dan hasil.
Integritas Menurut Beberapa
Tokoh
• Yumi (2012) menjelaskan bahwa integritas adalah integrasi
anatara etika dan moralitas; semakin terintegrasi, semakin
tinggi level integritas yang ada. Dengan demikian, integritas
dapat menghasilkan sifat keteladanan seperti kejujuran,
etika, dan moral.
• Nillsen (2018: 1) men- gatakan, bahwa terdapat dua makna
yang dapat ditelusuri melalui kata integritas: pertama,
merujuk pada pandangan Sir Thomas More, dia memaknai
integritas sebagai wholeness and completeness (keutuhan
dan kelengkapan, keparipurnaan). Kedua, makna yang
merujuk pada prinsip-prinsip moral seperti kejujuran dan
ketulusan.
Integritas Menurut Beberapa
Tokoh
Olson (2018: 22) lebih cenderung menggunakan
istilah moral integrity (integritas moral) dengan
maksud untuk membedakannya dengan istilah
integrity yang mengarah pada pengertian umum. Di
sini Olson menjabarkan tiga komponen utama yang
membangun integritas moral yakni:
(1) moral discerment,
(2) con- sistent behavior,
(3) public justification.
Loyalitas atau Kesetiaan
(Loyality)
• Loyalitas melibatkan keyakinan dasar terhadap
kebenaran dari sesuatu yang melekat dengan kuat dalam
diri seseorang. Seseorang dapat menjadi loyal kepada
negara, keluarga, regu, atau di suatu organisasi karena
dilandasi oleh suatu keyakinan kuat terhadap sesuatu
yang dapat memberikan manfaat dan kemaslahatan
(Stevenson, 2006).
• Kelinig mengatakan bahwa loyalitas biasanya dilihat
sebagai suatu kebajikan, meskipun terkadang menjadi
masalah.
Dasar Loyalitas

Loyalitas dibangun atas dasar ketekunan dan komitmen yang


tinggi terhadap suatu masalah, orang atau negara. Sebaliknya,
sering kita berikan kecaman ketika menyaksikan seseorang
dengan mudah beralih prinsip lan- taran dihadapkan dengan
suatu kekuasaan atau janji-janji yang menguntungkan bagi
dirinya. Orang tersebut dianggap tidak loyal kepada atasan,
organisasi, atau bahkan kepada negara. Tetapi oleh pihak lain
yang merasa meraup keuntungan dipandang sebagai pejuang
karena telah berhasil keluar dari kungkungan pihak yang seolah
menyandera hak-hak hidup yang memang harus diperjuangkan.
(Muhammad Yau- mi: 2014).
2. Karakteristik Amanah

Amanah ditandai oleh beberapa karakteristik sebagai berikut;


1. Berlaku jujur
2. Tidak membohongi, menipu, atau mencuri
3. Jadilah terpercaya, santun kata dan perbuatan
4. Memiliki keberanian untuk melakukan hal yang benar
5. Membangun reputasi yang baik, serta
6. Berpihak pada keluarga, teman-teman, dan negara.
C. Nilai Kebenaran

F.H, Bradley, seorang filsuf penganut idealisme menyatakan


bahwa kebenaran ialah kenyataan, yang mana dalam konteks ini
dapat diartikan bahwa kebenaran adalah sebuah kenyataan
yang selaras atau sesuai dengan keadaan yang ada.

Kebenaran ilmiah adalah suatu pengetahuan yang jelas dan


pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan.
Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, di dalamnya
terkandung sejumlah pengetahuan dari berbagai sudut
pandang, namun antara satu sama lainnya saling berkaitan.
Menurut Abbas Hamami, jika subjek hendak menuturkan
kebenaran, maka kemudian hal tersebut dapat diartikan sebagai
proposisi yang benar (pada konteks ini proposisi mengacu pada
makna yang terkandung dalam suatu pernyataan).

Al-Qur’an dan kebenaran ilmiah memiliki hubungan yang


erat, bahkan Al-Qur’an terkadang memberikan informasi yang
tidak dapat dibuktikan dengan teori kebenaran di luar islam.
Mengacu pada hal tadi maka dapat dikatakan bahwa Al-Qur’an
lebih luas cangkupannya dibandingkan dengan pengetahuan
barat yang telah diuji kebenarannya.
Berbicara mengenai sumber kebenaran ilmiah, maka untuk
melengkapinya secara lebih detail, kita diharuskan untuk
menggunakan sumber atau rujukan yang kedua, yakni;

1. Hadits Nabi Muhammad SAW. dan/atau


2. as-Sunnah.
Ketiga sumber motivator islam, yakni;
1. Al-Qur’an
2. as-Sunnah
3. Sunnatullah/ al-Kaun (alam semesta / al-’Alamin)

Bersifat saling melengkapi dan menguatkan satu sama


lainnya, ketiga sumber ini dapat berarti pula sebagai sumber
informasi ilmu dan hukum yang lengkap dan benar.
1. Teori-Teori Kebenaran
Purwadarminta, melalui KBBI, menerangkan bahwa
kebenaran adalah,
1. Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal
atau keadaan yang sesungguhnya).
2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul hal
demikian halnya, dan sebagainya).
3. Kejujuran, kelurusan hati.

Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan


pengetahuan manusia sebagai subjek yang mengetahui atau
memahami objek terkait. Jadi, kebenaran ada pada seberapa
jauh subjek mempunyai pengetahuan.
2. Teori Korespondensi
Teori Kebenaran Korespondensi (Correspondence Theory of Truth), adalah
teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan dianggap benar jika
berkorespondensi terhadap fakta atau kenyataan yang ada di alam atau objek
yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau keadaan benar itu ada
apabila kesesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara
arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta yang menyatakan apa
adanya. Teori korespondensi ini pada umumnya dianut oleh para pengikut
realisme. Teori ini dikembangkan oleh Betrand Russel dan beberapa pelopor
teori ini antara lain ada Plato, Aristoteles, Moore, dan Ramsey. Teori kebenaran
korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat
digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles sejak awal
(sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai
dengan kenyata- an atau realitas yang diketahuinya.
3. Teori Koherensi

Teori kebenaran koherensi atau konsistensi adalah teori kebenaran yang didasarkan
pada kriteria koheren atau konsistensi. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk
atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas,
tetapi atas hubungan antara putusan- putusan itu sendiri. Selain itu, teori ini
berpendapat bahwa kebenaran adalah suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya
yang sudah lebih dulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar. Dengan
demikian suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran)
oleh putusan-putusan lain yang lebih dulu diketahui.
Keadilan

Definisi : Menempatkan sesuatu pada tempatnya


sesuai dengan porsi dan kapasitasnya dalam berbagai
hal. Adapun menurut sebagian masyarakat, adil
merupakan pembagian yang sama rata tanpa
memperhatikan porsi dan kapasitasnya dalam
sesuatu hal.
Menurut Aristoteles, keadilan dibagi menjadi dua,
yaitu keadilan distributif dan keadilan kumulatif
Keadilan dapat dibagi menjadi segi proses,
kenetralan, dan persamaan.
Karakteristik Keadilan

1. Melakukan tindakan untuk memutuskan suatu


perkara sesuai dengan aturan
2. berkeinginan untuk membagi dan mengambil peran
secara bergiliran
3. selalu berfikiran terbuka dan mendengarkan orang
lain
4. menghindari dan menjauhkan diri dari upaya
mengambil keuntungan dari orang lain
5. tidak meletakkan sesuatu dengan menyalahkan
orang lain sembarangan
Sesi Tanya Jawab

Anda mungkin juga menyukai