Anda di halaman 1dari 9

Membangun Keadilan dalam Interkasi Sehari-hari

Syifa Ayu Indraswari

2008015267

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Syfaayu25@gmail.com

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali berinteraksi dengan orang lain. Interaksi
ini dapat meliputi berbagai aspek kehidupan, mulai dari interaksi di dalam keluarga, di tempat
kerja, di komunitas, hingga dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Dalam interaksi tersebut,
penting bagi kita untuk membangun keadilan agar hubungan yang terjalin menjadi harmonis
dan adil bagi semua pihak. Dalam interaksi tersebut, salah satu aspek yang perlu diperhatikan
adalah keadilan. Keadilan adalah nilai yang sangat penting dalam setiap interaksi, dan Islam
sebagai agama yang mengatur segala aspek kehidupan, memberikan panduan dan tafsir yang
mendalam mengenai bagaimana membangun keadilan dalam interaksi sehari-hari.

Di dalam konteks Islam, pandangan mengenai keadilan memiliki kedalaman makna dan
rinciannya. Salah satu tafsir Al-Qur'an yang terkenal, yaitu tafsir Ibnu Katsir, memberikan
wawasan yang kaya mengenai konsep keadilan dalam Islam. Pandangan Ibnu Katsir, seorang
cendekiawan Islam yang sangat dihormati, memberikan panduan yang berharga tentang
bagaimana kita dapat membawa konsep keadilan ini ke dalam interaksi sehari-hari kita. Melalui
pemahaman yang mendalam terhadap ajaran beliau, kita dapat menciptakan lingkungan sosial
yang penuh toleransi, rasa hormat, dan keberdayaan bagi setiap individu.

Ibnu Katsir: Sosok dan Ajarannya

Ibnu Katsir, memiliki nama asli Yaitu Imad ad-Din Abu al-Fida Ismail Ibn Amar Ibn
Katsir Ibn Zara' al-Bushra al-Damasyqi, seorang ulama dan sejarawan Islam abad ke-14, tidak
hanya dikenal karena karyanya yang monumental dalam bidang tafsir Al-Qur'an, tetapi juga
karena pandangannya yang mendalam tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk keadilan.
Ibu Katsir wafat pada tahun 774 H (1373 M) di Damaskus, Suriah. Warisannya sebagai seorang
ulama dan penafsir Al-Qur'an tetap hidup melalui karya-karyanya yang monumental, terutama
"Tafsir Ibnu Katsir," yang masih banyak dipelajari dan dihormati dalam dunia Islam hingga
saat ini.

Dari tema diatas pemilihannya juga berdasarkan pada definisi adil yang sudah di
formulasikan dan ditelusuri dari tafsir Ibnu Katsir Yaitu Adil adalah sikap menjaga
kesimbangan dalam kehidupan, berpegang teguh pada kebenaran, setara dalam memberikan
hak kepada semua orang yang memiliki hubungan dalam lingkungan atau tanggungjawab kita,
bersikap baik dan benar dalam perbuatan maupun ucapan terhadap semua orang di setiap waktu
dan keadaan. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa membangun keadilan itu sangat
penting apalagi dalam Interaksi sehari-hari didalam lingkungan manapun karena dapat dilihat
dari sikap yang baik terhadap orang lain seperti selalu menyapa kepada tetangga, membantu
tetangga yang kesusahan, memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, tidak pernah
membicarakan orang lain, berkata yang sopan dan tidak menyinggung orang lain, dan banyak
menanamkan serta menyebarkan kebaikan kepada sesama. Harapan yang ingin dicapai dari
tema diatas adalah mulia munculnya sifat adil dari interkasi sehari-hari terhadapa lingkungan
manapun.

PEMBAHASAN

Dalam memaknai kata Adil dari tafsir Ibnu Katsir secara keseluruhan ada beberapa
langkah awal yang akan dilakukan diamana harus tau akar kata terlebih dahulu lalu memasukan
akar kata tersebut pada website Tanzil.net dan lalu akan mendapatkan hasilnya, setelah
menemukan ayat-ayat tersebut hal yang harus dilakukan melihat makna kata adil pada ayat-
ayat tersebut yang terkandung dalam Tafsir Ibnu Kastsir. Setelah menemukan semua itu
dilakukan koding yang berfungsi untuk mengkategorisasikan ayat dalam tafsir untuk
pembading dari masing-masing kata adil yang sudah di dapat sebelumnya. Tahap selanjutnya
yang dilakukan adalah menemukan kata kunci dari berbagai ayat dimana dalam kata kunci
tersebut ada berbagai kata adil dan makna adil, langkah selanjutnya adalah menjabarkan dari
masing-masing keterangan adil. Setelah melewati tahap pengkategorisasian maka langkah
selanjutnya akan dibuat formulasi keseluruhan yang berisi definisi dari adil. Lalu menentukan
Indikator dari definisi yang sudah di dibuat dan langkah terakhir adalah membuat alat ukur dari
indicator yang sudah ada.

Dari proses diatas cara memaknai kata adil dari Tafsir Ibnu katsir memiliki banyak
proses. Dimana diperoleh akar kata dari kata adil adalah ‘adala = lurus dan sama, sama berat,
tidak memihak, tidak berat sebelah. Lalu dari kata tersebut dimasukan kedalam website
Tnzil.net dan diperoleh hasil Kata Adala muncul sebanyak 28 kata dalam 24 ayat, yaitu mucul
dalam surat QS. Al Baqarah :48, QS. Al Baqarah :123, QS. Al Baqarah : 282, QS. An-Nisa
: 3, QS. An-Nisa : 58, QS. An-Nisa :129, QS. An-Nisa : 135, QS. Al-Maidah : 8, QS. Al-
Maidah : 95, QS. Al-Maidah : 106, QS. Al- an'am : 1, QS. Al- an'am : 70, QS. Al- an'am
: 115, QS.Al- an'am : 150, QS.Al- an'am : 152, QS.Al- A'raf : 159, QS. Al- A'raf : 181,
QS. An-Nahl : 76, QS. An-Nahl : 90, QS. An-Naml : 60, QS. As-Syura : 15, QS. Al-Hujurat
:9, QS. At-Talaq: 2, dan QS. Al-Infitar : 7. Setelah sudah menemukan ayat-ayat diatas maka
harus memaknai arti dari kata adil lebih dalam lagi dan dicari melalui tafsir Al-Qur'an terbesar
dan paling dihormati dalam tradisi Islam. Tafsir ini mengandung penjelasan yang mendalam
dan kontekstual terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, yaitu Tafsir Ibnu Katsir. Lalu ditemukan
sebanyak 28 kata kunci kata adil dalam tafsir Ibnu Katsir saat menemukan kata kunci dari 24
ayat tersebut.

Di dalam kata kunci tersebut terdapat berbagai makna dari adil, langkah selanjutnya
adalah membuat keterengan dari masing-masing mulai dari bentuk dari kata adil yaitu
menetapkan hukum dengan adil, membuat bandingan, berbuat adil dalam perbuatan dan
ucapan, yang kedua adalah cara dari berbuat adil yaitu, melaukan hal sesuai putusan agar sama,
ucapan yang selalu benar, yang ketiga ada ekspresi dari kata adil yaitu perasaan membenci
terhadap suatu kaum yang membuatnya berlaku tidak adil. Lalu keterangan konsekuensi dan
akibat itu berbeda karena akibat merujuk pada hal negatif saja sedangkan konsekuensi bisa
merujuk dalam hal positif maupun negatif, sedangkan dampak dari kata adil yaitu tidak
mengikuti kebenaran akan jauh dari ketidakadilan. Kemudian langkah selanjutnya adalah
membuat koding dari keterangan yang sudah dibuat dan di temukan ada 39 koding yang akan
digunakan untuk membuat kategorisasi dimana nantinya akan jadi pembanding dari masing-
masing kata adil yang sudah diperoleh dari pengkodingan.

Setelah proses kategorisasi data tentang adil muali dibuat formulasi keseluruhan yang
akan dibuat definisi, diaman di dapatkan definisi adil yaitu, Adil adalah sikap menjaga
kesimbangan dalam kehidupan, berpegang teguh pada kebenaran, setara dalam memberikan
hak kepada semua orang yang memiliki hubungan dalam lingkungan atau tanggungjawab kita,
bersikap baik dan benar dalam perbuatan maupun ucapan terhadap semua orang di setiap waktu
dan keadaan. Definisi tersebut diperoleh dari beberapa surat yaitu, kata seimbang diambil dari
QS. An-Nahl:90, kebenaran diambil dari QS. An-Naml: 60, QS. An-Nisa: 135 dan QS. Al-
Maidah: 8, Memberikan hak setara diambil dari QS. An-Nisa : 3 dan QS. An-Nisa : 129,
perbuatan diambil dari QS. Al- A'raf : 159, ucapan diambil dari QS. Al- A'raf : 181 dan QS.
An-Nahl : 76, dan yang terakhir adalah baik diambil dari QS. Al-Maidah: 8 dsn QS. Al- an'am
: 115. Dari definisi adil tersebut menggambarkan bahwa manusia harus bisa menjaga
keseimbangan dan kesataraan nya kepada sesama serta tidak boleh adanya tumpang tindih.
Ketika sudah mencapai pada titik tersebut maka konsekuensi positif tersebut dapat
memunculkan dampak yang baik yaitu lebih dekat kepada Allah SWT. Membuat alat ukur
dapat berfungsi untuk melihat sejauhmana manusia berbuat adil, sebelum membuat alat ukur
yang harus dilakukan adalah menentukan indicator terlebih dahulu yang sudah di lihat dari
definisi. Indikator yang diperoleh ada 4 yaitu: 1. Berpengang teguh pada kebenaran, 2.Memberi
hak setara, 3. Baik dan benar dalam ucapan, dan 4. Bersikap baik dalm perbuatan.

METODE PENELITIAN

Indikator Alat Ukur

1. Berpegang teguh pada kebenaran 1. Saya tidak menyebarkan gosip tentang orang lain.
2. Saya menggunakan fakta dan bukti yang akurat
sebagai dasar, bukan hanya berdasarkan emosi atau
prasangka.

3. Saya mau mengakui kesalahan yang sudah saya


perbuat.

4. Saya selalu percaya ketika orang lain sedang


bergosip.

5. Saya lebih mengedepakan emosi dibandingkan


dengan fakta dan bukti yang akurat.

6. Saya merasa selalu benar

2. Memberikan hak yang setara 1. Saya menjadi penengah dalam menyelesaikan


suatu permasalahan maka tidak boleh memihak
keduanya dan berat sebalah.
2. Saya tidak membanding-bandingkan orang lain
tanpa memandang suku, agama, ras, atau status sosial.
3. Saya memberikan hak yang setara kepada orang
yang memiliki hubungan di sekitar lingkungan atau
dalam tanggung jawab kita.
4. Saya tidak mau berbicara kepada orang yang
berstatus sosial rendah.
5. Ketika saya menjadi penengah dalam
menyelesaikan suatu masalah maka saya akan
memilih salah satu pihak.
6. Saya mau memberikan hak setara ketika orang itu
sering membantu saya.
3. Baik dan benar dalam ucapan 1. Saya menggunakan kata-kata yang baik dan santun
dalam percakapan, serta menghindari bahasa kasar
atau merendahkan.
2. Saya bertanggung jawab terhadap apa yang
diucapkan atau dijanjikan.
3. Saya tidak menggunjing orang lain saat sedang
mengobrol.
4. Saya tidak memotong ucapan orang lain dan
mendengarkan dengan baik.
5. Saya selalu membiasakan diri untuk mengucapkan
kata "tolong" dan "terima kasih".
6. Saya sering menggunakan kata kasar ketika
berbicara.
7. Saya terkadang lalai ketika berjanji kepada orang
lain.
8. Saya selalu memotong ucapan orang lain ketika
sedang berbicara
9. Saya malas mendengarkan orang lain ketika sedang
berbicara.
10. Saya sering lupa mengucapkan kata "tolong" dan
"terima kasih".
11. Saya sering menggunjing orang lain saar sedang
menggobrol.
12. Saya sering merendahkan orang lain Ketika
berbicara
4. Bersikap baik dalam perbuatan 1. Saya bersedia turut bermusyawarah dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
2. Saya menghargai umat beragama lain yang sedang
beribadah.
3. Mau menolong orang yang kesulitan.
4. Saya sebal ketika malam natal jalanan menjadi
macet karena banyak umat lain sedang beribadah.
5. Saya tidak mau menolong orag lain yang kesulitan.
6. Saya tidak suka mengikuti musyawarah untuk
menyelesaikan suatu masalah.

Keterangan

Biru : Favorable

Merah : Unfavorable

Skala yang digunakan untuk mengukur alat ukur tersebut adalah Skala Likert. Skala
Likert merupakan metode untuk pengambilan data yang berfungsi untuk mengukur sejauh
mana orang akan bersikap. Skor dalam skala ini 1-5 dimana untuk skor tetinggi dan terendah
degan keterangan yaitu : 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (netral), 4 (setuju), 5
(sangat setuju). Sedangakn untuk yang unfavorable keterangan skor sebaliknya.

KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi sosial memegang peranan penting dalam


membentuk hubungan harmonis antara individu. Salah satu nilai yang sangat dijunjung tinggi
dalam Islam, sebagai pedoman utama dalam berinteraksi, adalah keadilan. Keadilan, menurut
tafsir Ibnu Katsir, mencakup sikap menjaga kesimbangan, berpegang teguh pada kebenaran,
memberikan hak secara setara, dan bersikap baik serta benar dalam perbuatan maupun ucapan.
Dalam konteks ini, Ibnu Katsir sebagai cendekiawan Islam memberikan panduan yang
mendalam untuk memahami konsep keadilan dalam interaksi sehari-hari. Ibnu Katsir, seorang
ulama dan sejarawan Islam abad ke-14, meninggalkan warisan berharga melalui karyanya yang
monumental, terutama "Tafsir Ibnu Katsir." Dalam kaitannya dengan keadilan, beliau
menegaskan pentingnya sikap adil sebagai landasan dalam interaksi sosial. Keadilan, menurut
pandangan Ibnu Katsir, bukan hanya terbatas pada aspek hukum, tetapi juga mencakup perilaku
dan sikap sehari-hari.

Proses pemaknaan kata "adil" dari tafsir Ibnu Katsir melibatkan beberapa langkah,
termasuk pencarian akar kata, penelusuran ayat-ayat terkait dalam Al-Qur'an, dan analisis tafsir
Ibnu Katsir terhadap ayat-ayat tersebut. Dari hasil pencarian, ditemukan 28 kata kunci adil
dalam 24 ayat yang tersebar dalam berbagai surat Al-Qur'an. Setelah itu, dilakukan kategorisasi
dan pengkodingan untuk memahami berbagai makna dan konteks penggunaan kata adil. Dari
kajian tersebut, ditemukan bahwa keadilan tidak hanya mencakup aspek formal, seperti
penetapan hukum dengan adil, tetapi juga melibatkan aspek-aspek seperti membuat
perbandingan, berbuat adil dalam perbuatan dan ucapan, serta mengekspresikan perasaan
terhadap kelompok tertentu. Keterkaitan antara ayat-ayat Al-Qur'an dan tafsir Ibnu Katsir
memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana keadilan dapat diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Definisi adil yang dihasilkan dari kajian tersebut adalah sikap menjaga kesimbangan,
berpegang teguh pada kebenaran, memberikan hak secara setara kepada semua individu yang
memiliki hubungan dalam lingkungan atau tanggung jawab kita, serta bersikap baik dan benar
dalam perbuatan maupun ucapan, tidak terkecuali dalam situasi dan kondisi apapun. Sebagai
langkah selanjutnya, penelitian menciptakan alat ukur untuk mengukur sejauh mana seseorang
menerapkan konsep keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Indikator-indikator seperti
berpegang teguh pada kebenaran, memberikan hak yang setara, bersikap baik dan benar dalam
ucapan, dan perbuatan dijadikan dasar dalam alat ukur ini. Skala Likert digunakan sebagai
metode pengukuran, di mana responden memberikan skor dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5
(sangat setuju) tergantung pada sejauh mana mereka mengamalkan nilai-nilai keadilan
tersebut.

Dengan alat ukur ini, diharapkan dapat dilakukan penilaian dan pemantauan terhadap
tingkat keadilan yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Penerapan konsep keadilan ini
diharapkan dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih toleran, penuh rasa hormat, dan
memberdayakan setiap individu, sejalan dengan ajaran Islam dan pandangan Ibnu Katsir.
Dengan demikian, diharapkan bahwa pemahaman dan penerapan konsep keadilan ini dapat
membawa dampak positif dalam membentuk masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan penuh
toleransi. Selain itu juga memberikan kontribusi terhadap pemahaman lebih lanjut tentang
bagaimana konsep keadilan dalam Islam dapat diukur dan diterapkan dalam konteks nyata.
Keseluruhan, penelitian ini menekankan pentingnya keadilan sebagai nilai fundamental dalam
membangun hubungan yang baik dan harmonis di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Menara Kudus,
2002), h, 35. Lihat : Maya anjela, Skripsi Makna Assalam Dalam Al-Quran kajian Komperatif
Antara Tafsir Ibnu katsir, Hamka dan Quraishihab. h. 18.

Anda mungkin juga menyukai