Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak dari kecil kita selalu diajarkan sikap sopan santun, jujur,adil dan
berbagai aturan-aturan yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat atau
sosial. Pembelajaran tersebut bertujuan agar sejak dini kita dapat menanamkan
dan menerapkan nilai-nilai atau norma-norma dalam diri kita yang sendirinya
akan sangat mempengaruhi bagaimana kita bersikap di dalam lingkungan
masyarakat kita. Apabila aturan-aturan yang berlaku dilanggar maka orang yang
melanggarnya akan dikenakan hukuman yang berlaku di dalam masyarakatnya
contohnya bila kita meludah sembarangan atau berbicara kotor kepada orang lain
terutama orang yang lebih tua, maka kita telah melanggar norma kesopanan dan
hukumannya adalah berupa teguran atau kita akan menjadi bahan omongan yang
buruk dikalangan masyarakat kita.
Didalam kelompok masyarakat memiliki tolok ukur atau standar moral
yang harus diterapkan dan dipatuhi oleh setiap orang di dalam masyarakatnya.
Yaitu standar moral yang berhubungan dengan berbagai persoalan apa saja yang
dapat menguntungkan atau merugikan manusia ataupun anggota kelompoknya.
Dan penentuan standar moral merupakan bagian dari Etika.
Agar setiap orang dapat menerapkan semua aturan di dalam masyarakat
dengan baik,maka setiap orang perlu menanamkan berbagai sikap yang baik
seperti kejujuran dan keadilan, sebab apabila setiap orang telah memiliki sikap
jujur dan adil, maka ia akan selalu bersikap dan berkata jujur di dalam
kehidupannya sehari-hari terutama dalam menjalankan pekerjaan yang menuntut
adanya sikap kejujuran. Sehingga ia akan mudah mendapat percayaan dari orang
lain dalam menjalankan tugas tertentu. Bersikap adil pun tak kalah pentingnya
karena lebih menyangkut hubungan antara orang yang satu dengan yang lainnya,
terutama dalam hal hubungan antara pimpinan dalam mengatur masyarakatnya
ataupun bawahannya dalam bekerja. Setiap orang dituntut untuk dapat bersikap

1
adil yaitu tidak membeda-bedakan atau berbuat semena-mena terhadap orang lain.
Karena apabila kita dapat berbuat jujur dan adil kepada orang lainnya maka kita
dihormati oleh orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prilaku adil?
2. Bagaimana hikmah orang yang berprilaku adil?
3. Apa yang dimaksud dengan prilaku jujur?
4. Bagaimana bentuk-bentuk kejujuran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian prilaku adil.
2. Untuk mengetahui hikmah orang yang berprilaku adil.
3. Untuk mengetahui prilaku jujur.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kejujuran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Adil
Menurut bahasa, adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dan tidak
berat sebelah. Secara umum, adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban
dalam segala aspek kehidupan baik sosial, budaya, ekonomi, suku, ras, golongan
di dalam lingkup keluarga maupun masyarakat secara seimbang, tidak memihak
dan tidak merugikan pihak manapun.









Artinya : (8) Hai orang- orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan ( kebenaran ) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk belaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
taqwa. Dan bertaqwa kepada Allah, sesuungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (9) Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan yang beramal saleh, ( bahwa ) untuk mereka akan mendapat
ampunan dan pahala yang besar. (10) Adapun orang-orang yang kafir dan
mendustakan ayat- ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka . ( Q. S. Al-
Maidah : 8-10 ).
Ayat di atas mengandung makna bahwa setiap muslim hendaknya
menjunjung tinggi keadilan, menegakkan kebenaran dan membelanya sampai titik
darah penghabisan. Perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan ayat di atas,
sebagai berikut :
a. Selalu bersikap perilaku adil kepada siapapun.

3
b. Menghindari perilaku aniaya.
c. Selalu menyatukan iman dan amal shaleh.
d. Bertindak bijaksana dalam memutuskan antara orang orang yang berselisih.
e. Tidak mengurangi timbangan dan takaran.
f. Belajar secara maksimal dan sungguh-sungguh agar semua potensi yang telah
diciptakan oleh Allah dalam diri kita dapat berkembang dengan baik, dan
patuh pada perintah Allah dan melaksanakannya serta menjauhi larangan-Nya.
g. Tolong-menolong dan bekerjasama dalam kebaikan.
h. Memberikan rasa aman kepada orang lain dengan sikap ramah, sopan dan
santun.
i. Menjadi teladan dan menciptakan suasana yang kondusif, tenteram serta
rukun.
j. Tidak sombong atau angkuh bila bergaul dengan masyarakat berbagai lapisan.
k. Berpikiran positif ( positive thinking ), yaitu berprasangka baik terhadap
orang-orang yang ada disekitarnya.
l. Selalu menggunakan akal dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
m. Tidak membuat kerusakan, permusuhan dan kedengkian.
n. Tidak mendahulukan emosi didalam menghadapi masalah, kumpulkan
informasi selengkap mungkin dengan adil dan gunakan rujukan sesuai
kehendak Allah SWT.
Hadits Nabi SAW :

:



)
)
Artinya : Dari Ibnu Umar R. A. dari Nabi SAW bersabda : Orang yang
berperilaku adil akan berada di sisi Allah pada hari kiamat. Ia duduk di atas
mimbar cahaya yang bersinar di sebelah kanan Arasy, yaitu mereka yang adil
dalam menghukum, adil terhadap keluarga, dan terhadap sesuatu yang menjadi
tanggungannya . ( H.R. Ibnu Abi Syabah, Muslim, NasaI, dan Baihaqi ).
Hadits di atas menjelaskan bahwa para penegak keadilan ( mereka yang
senantiasa berbuat adil ) memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Di hari akhir
nanti mereka akan diberi kehormatan di sisi Allah, yaitu diposisikan di atas

4
mimbar yang terbuat dari cahaya dan berada di sebelah kanan Arasy Allah. Ini
menunjukan betapa tingginya perilaku adil dalam pandangan Allah. Islam
memang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Nilai keadilan ini merupakan
salah satu nilai kemanusiaan asasi yang dibawa oleh Islam dan dijadikan sebagai
pilar kehidupan pribadi, rumah tangga, dan masyarakat. Islam memerintahkan
kepada seorang muslim untuk berlaku adil terhadap diri sendiri, yaitu dengan
menyimbangkan antara haknya dan hak Tuhannya serta hak-hak orang lain. Islam
memerintahkan kepada kita untuk selalu berlaku adil kepada semua manusia.
Keadilan seorang muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang
muslim terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak
bersekongkol dengan kebatilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari
berbuat adil ( insaf ) dan memberikan kebenaran kepada yang berhak.

B. Macam-macam Perilaku Adil


1. Berlaku adil kepada Allah SWT., yaitu menjadikan Allah sebagai satu-
satunya Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Kita sebagai MakhlukNya
harus senantiasa tunduk dan patuh kepada perintahNya dam menjauhi
laranganNya.
2. Berlaku adil pada diri sendiri, contohnya dengan bersikap seimbang antara
menjalakan ibadah kepada Allah SWT dengan kegiatan duniawi.
3. Berlaku adil untuk keluarga, contohnya tidak pilih kasih dalam
menyayangi, menghormati, atau menunjukan kepedulian kepada sesame
anggota keluarga. Kepada orang yang terdekat dengan diri kita, yaitu
anggota keluarga juga harus bersikap adil. Hal ini sebagaimana Hadits
yang disampaikan Rasulullah yang memerintahkan seorang ayah agar
bertindak adil kepada anak-anaknya. Salah satu Hadits tersebut berbunyi
sebagai berikur. Rasulullah bersabda, Bertaqwalah kamu kepada Allah
dan bersikap adillah terhadap anak-anakmu, (H.R MuttafaqAlaih)
4. Adil untuk masyarakat luas, perilaku adil merupakan salah satu sendi
agama yang penting. Dalam masyarakat luas, perilaku adil dapat menjaga
keselarasan dan kebersamaan di antara mereka. Misalnya, dengan tidak

5
bersikap serakah dan selalu mengharga hak-hak orang lain. Islam
memerintahkan kepada kita agar berlaku adil kepada semua manusia.
Perilaku adil baik perlu dilakukan, baik sesama muslim atau kepada orang
kafir yang paling dibenci sekalipun. Dalam menjunjung keadilan kepada
orang lain, hendaknya tidak boleh luntur meskipun terhadap orang yang
kita cintai. Demikian juga terhadap orang yang kita benci, tidak berarti kita
tidak perlu berbuat adil. Dengan demikian, kebenaran akan tetap
tersampaikan kepada yang berhak.
5. Adil dalam hidup bernegara, ditunjukan dengan menetapkan kebijakan-
kebijakan yang memihak kepada seluruh rakyat. Suatu kebijakan tidak
boleh menguntungkan masyarakat tertentu, tetapi merugikan kelompok
yang lain. Menjunjung keadilan hidup bernegara menjadi kewajiban
semua rakyat. Sebagai rakyat Indonesia kita harus menjunjung keadilan.
Misalnya dengan turut serta mendorong pemerintah untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan yang melindungi segenap bangsa Indonesia agar
mendukung kemajuan bersama. Demikian halnya dengan lembaga-
lembaga yang memegang kekuasaan harus memperhatikan aspirasi
masyarakat.

C. Hikmah Orang Yang Adil


1. Orang yang adil akan mendapatkan keamanan di dunia dan akhirat.
2. Apabila orang yang adil berkuasa, maka keadilannya akan memelihara
kekuasaannya.
3. Keridhaan dari Allah Taala terhadap orang yang adil.
4. Orang yang adil tidak akan mengganggu dan menyakiti orang lain ataupun
makhluk lainnya.
5. Pemilik sifat adil berhak untuk mendapatkan kekuasaan, kemuliaan dan
kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.
6. Keadilan akan membawa pemiliknya untuk berpegang teguh dengan
kebenaran dan meninggalkan kebatilan tanpa ada basa-basi.
7. Keadilan dalam Islam mencakup segala sisi kehidupan.

6
8. Keadilan merupakan jalan menuju surga.

D. Pengertian Jujur
Jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau
mencocokan antara Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap
seperti ini dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu bernilai tak terhingga.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Ada
pula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan
terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan
kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada,
maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.
Kejujuran dapat mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan
mengantarkan kepada surga. Sedangkan dusta mengantarkan kepada perilaku
menyimpang ( dzalim ) dan perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka.
Sesungguhnya orang yang biasa berlaku dusta, maka ia akan mendapat gelas
pendusta. Oleh karena itu, jujur memiliki peranan penting dalam kehidupan
seseorang baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kejujuran
merupakan kunci sukses dalam segala hal termasuk dalam bekerja.
Orang yang jujur akan mendapatkan amanah baik berupa harta, hak-hak
dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan,
kejujurannya dengan izin Allah akan dapat menyelamatkannya. Sementara
pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang diharapkan
kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan.

Q. S. An-Nahl ayat 91-92 :

7


Artinya : (91) Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji
dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah ( mu ) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
( terhadap sumpah-sumpahmu itu ). Sesungguhnya Allahh mengetahui apa yang
kamu perbuat. (92) Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai
kembali, kamu menjadikan sumpah ( perjanjian ) mu sebagai alat penipu di
antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari
golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu.
Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang
dahulu kamu perselisihkan itu . ( Q. S. An-Nahl : 91-92 ).
Hadits Nabi SAW :




:



Artinya : Dari Ibnu Masud R. A. ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda :
Sesungguhnya kejujuran itu menuntut kearah kebaikan dan kebaikan menuntut
ke surga dan sesungguhnya seseorang suka berbuat jujur ia dicatat di sisi Allah
SWT sebagai siddiqan ( orang jujur ). Adapun kebohongan itu menuntut kearah
keburukan dan keburukan menuntut ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang
suka berbohong ia dicacat di sisi Allah SWT sebagai kizaban ( pembohong ) .
( H.R. Mutafaqqun Alaih ).
Islam memerintahkan kepada umatnya agar selalu berlaku jujur, baik
dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam hadits tersebut diperbandingkan antara
perilaku jujur dan perilaku dusta ( bohong ). Menurut hadits tersebut, kejujuran

8
menuntun pelakunya kearah kebaikan. Adapun kebaikan itu akan berbalas surga.
Setelah itu dijelaskan pula bahwa seseorang yang suka berlaku jujur akan dicatat
di sisi Allah sebagai siddiqan. Gelar siddiq ini merupakan kehormatan dari Allah
bagi mereka yang menjunjung tnggi kejujuran. Para siddiqan itu kedudukannya
berdekatan dengan para nabiyullah.
Sementara itu, kebohongan akan membawa pelakunya kearah keburukan.
Mengapa demikian? Sederhana saja, karena setiap kebohongan akan selalu
ditutup-tutupi dengan kebohongan. Satu kebohongan akan ditutupi dengan
kebohongan lain, dan agar tidak terbongkar maka ditutupi dengan kebohongan
lagi. Begitulah terus-menerus sehingga bertumpuklah kebohongan itu.
Kebohongan merupakan hal buruk dan seorang pembohong tentunya tidak mau
keburukannya diketahui oleh orang lain. Dalam kondisi seperti ini, maka
kebohonganlah yang akan berperan untuk menutupi keburukan itu. Jika sudah
demikian, maka tercatatlah dia di sisi Allah sebagai kizaban. Gelar kizab
merupakan salah satu gelar terburuk yang diberikan oleh Allah bagi manusia
durhaka terhadap-Nya. Oleh karena itu merupakan perlaku buruk dan akan selalu
menuntun kearah keburukan, maka balasan dari Allah bagi seorang pembohong
adalah keburukan juga, yaitu neraka.

E. Bentuk-Bentuk Kejujuran
1. Kejujuran lisan ( Shidqu Al-Lisan ) : Kejujuran lisan yaitu memberitakan
sesuatu sesuai dengan realita yang terjadi, kecuali untuk kemaslahatan
yang dibenarkan oleh syariat seperti dalam kondisi perang, mendamaikan
dua orang yang bersengketa atau menyenangkan istri, dan semisalnya.
2. Kejujuran niat dan kemauan ( Shidqu An-Niyyah Wa Al-Iradah ) :
Kejujuran niat dan kemauan adalah motivasi bagi setiap gerak dan langkah
seseorang dalam semua kondisi adalah dalam rangka menunaikan hukum
Allah Taala dan ingin mencapai ridha-Nya.
3. Kejujuran tekad dan amal Perbuatan : Jujur dalam tekad dan amal
berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diridhai oleh
Allah SWT.

F. Keutamaan-keutamaan Sifat Jujur

9
1. Menentramkan hati.
2. Membawa berkah.
3. Meraih kedudukan yang syahid.
4. Mendapat keselamatan.
5. Dipercaya orang.
6. Tidak akan banyak mendapat masalah.
7. Mudah untuk mendapatkan kepercayaan lagi dari berbagai kalangan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban dalam segala aspek
kehidupan baik sosial, budaya, ekonomi, suku, ras, golongan di dalam lingkup
keluarga maupun masyarakat secara seimbang, tidak memihak dan tidak
merugikan pihak manapun. Islam memerintahkan kepada seorang muslim untuk
berlaku adil terhadap diri sendiri, yaitu dengan menyimbangkan antara haknya
dan hak Tuhannya serta hak-hak orang lain. Islam memerintahkan kepada kita
untuk selalu berlaku adil kepada semua manusia. Keadilan seorang muslim
terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang muslim terhadap orang yang

10
dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan kebatilan, dan
perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil ( insaf ) dan memberikan
kebenaran kepada yang berhak.
Sedangkan jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya
dusta. Ada pula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara
menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan
antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan
keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak, maka
dikatakan dusta. Kejujuran dapat mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan
mengantarkan kepada surga. Sedangkan dusta mengantarkan kepada perilaku
menyimpang ( dzalim ) dan perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka.
Sesungguhnya orang yang biasa berlaku dusta, maka ia akan mendapat gelas
pendusta. Oleh karena itu, jujur memiliki peranan penting dalam kehidupan
seseorang baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kejujuran
merupakan kunci sukses dalam segala hal termasuk dalam bekerja.

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami sampaikan. Manusia dalam berbuat
tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap dari yang telah ditetapkan atau
seharusnya. Di akhir makalah ini, kami mengharapkan sekali kritik dan saran dari
para pembaca agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Kami selaku penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
perkataan yang kurang berkenan di hati para pembaca, dan kami juga
mengucapkan terima kasih banyak atas kritik dan saran yang telah diberikan
kepada kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin Yaa Rabbal
Alamiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://maniiiiiiiiiis.blogspot.co.id/2015/10/makalah-materi-pendidikan-quran-
hadits.html
http://liabriana.blogspot.co.id/2010/11/pentingnya-bersikap-jujur-dan-adil-di.html
http://kmplnmakalah.blogspot.co.id/2012/12/makalah-keadilan.html
http://aditiya4tyone.blogspot.co.id/2013/03/tafsir-tarbawy-kewajiban-berlaku-
adil.html
http://arinisite.blogspot.co.id/2013/12/ringkasan-materi-al-quran-dan-hadist.html
http://wahyuchaem.mywapblog.com/makalah-adil-kejujuran-lengkap.xhtml

12
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah Quran Hadist yang berjudul Kewajiban
Berlaku Adil dan Jujur tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak , oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

13
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin

Labuan, November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

14
A. Pengertian Adil .............................................................. 3
B. Macam-Macam Perilaku Adil ....................................... 5
C. Hikmah Orang Yang Adil .............................................. 6
D. Pengertian Jujur ............................................................. 7
E. Bentuk-Bentuk Kejujuran ............................................. 9
F. Keutamaan-Keutamaan Sifat Jujur ............................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 11
B. Saran .............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 13

MAKALAH
ii
KEWAJIBAN BERLAKU ADIL DAN JUJUR
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Quran Hadist

15
Disusun Oleh :
1. Ahmad Ahim
2. Siti Arfah
Kelas : XII IPS 2

MA MASYARIQUL ANWAR CARINGIN


TAHUN AJARAN 2015/2016

16

Anda mungkin juga menyukai