Anda di halaman 1dari 3

Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang

berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang
lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin
pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang
berilmu, di antaranya adalah:
Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu
pengetahuan.
Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu.
Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT.

Etos Kerja didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang
sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh. Sehingga
bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah
seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba
Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat
dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap
pengabdian sebagaimana firman Allah, �Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku�, (QS. adz-Dzaariyat : 56).

Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting di
dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara
lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat
prihatin, di satu sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di
dunia, dan di sisi lain sebagai bangsa amat korup. Dengan demikian terjadi fenomena
antiklimak. Mestinya yang haq itu menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran
praktis seolah-olah yang haq bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya,
salat ya, korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang salah.
Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan terhadap
ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat dicontohkan di sini, ajaran berbunyi:
Artinya :
� �.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar�..� ( QS. Al �Ankabut : 45 ).
Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia mewujudkan
keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan salat mencegah diri
untuk berbuat keji dan munkar.
Termasuk koherensi antara ajaran, iman, dan pelaksanaan ajaran adalah jika
terlanjur berbuat salah segera mengakui kesalahan dan memohon ampunan kepada siapa
ia bersalah (Allah atau sesama manusia). Jika berbuat salah kepada Allah segera
ingat kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.
Artinya :
� dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka�. � ( QS. Ali Imron : 135 ).
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf kepadanya tidak usah menunggu
lebaran tiba. Pengakuan kesalahan baik terhadap Allah maupun kepada selain-Nya ini
merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut Islam sikap jujur dan terbuka termasuk
baik. Nabi bersabda:
? ? ? ??? ? ???? ? ?? ? ??? ?? ? ? ??? ???? ? ?? ? ???? ?? ? ? ???? ??? ? ??? ????
??? ???? ?? ???. ?? ? ? ??? ? ??? ? ?? ? ?????. ?? ? ? ????? ???? ? ??? ?. ?? ? ???
?? ???? ? ??? ???? ??? ??? ??? ??( ???? ????)
(Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan itu mengarah ke
surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia ditetapkan sebagai orang yang
jujur. Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta. Dusta itu menggiring ke
neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa berbuat bohong itu akan ditetapkan
sebagai pembohong. Muttafaq �alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)).

Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang
kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang (Kamus Besar, l990 :6-7)
Dari masing-masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut: (1) Cinta kasih seorang
ibu terhadap putra-putrinya tidak berat sebelah. (2) Dalam memutuskan perkara,
seorang hakim tidak memihak kepada salah satu yang bersengketa.(3) Di dalam
menjalankan tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu berpegang kepada kebenaran. (4)
Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh murid.(5) Pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang-wenang terhadap yang dipimpin.
Dari masing-masing contoh ini dapat disimpulkan bahwa sikap adil amat positif
secara moral.
Karena sifat yang positif, tentu sikap adil didambakan oleh banyak orang. Dalam
contoh-contoh di atas, sikap adil bersikap positif atau menguntungkan orang lain.
Adil juga dapat dartikan tingkah laku dan kekuatan jiwa yang mendorong seseorang
untuk mengendalikan amarah dan syahwat dan menyalurkannya ke tujuan yang baik (al-
Hufiy, 2000: 24). Dalam definisi ini dapat dipahami bahwa adil adalah kondisi
batiniah seseorang yang berbentuk energi. Energi ini mendesak keluar untuk
mengendalikan amarah dan kemauan-kemauan hawa nafsu sehingga perbuatan yang keluar
menjadi baik. Yang mestinya orang itu menuruti hawa nafsu, karena kendali
sikaprbuatannya menjadi terarah, tidak merugikan diri sendiri dan orng lain.
Adil dapat diartikan menempatkan berbagai kekuatan batiniah secara tertib dan
seimbang (al-Hufiy, 2000 :26). Kekuatan yang dimaksud adalah al-hikmah, asy-
syaja�ah, dan al-�iffa.al-Hikmah berarti kecerdasan. Orang cerdas dapat membedakan
antara yang benar dan salah, baik dan buruk, haq dan batal secara tepat, tetapi
belum tentu ia selalu memilih yang benar, yang baik, dan yang haq. Asy-syaja�ah
berarti berani tanpa rasa takut. Al-�ffah berarti suci. Ketiga sifat utma ini jika
tidak seimbang menjadi tidak baik. Orang amat cerdas atau genius tetapi
kecerdasannya dapat dijadikan alat untuk mengelabuhi orang lain karena tidak ada
�iffah di dalam dirinya. Orang selalu berani menangani setiap masalah yang
dihadapi, tentu akan menampakkan profil preman karena tidak ada al-hikmah dan
�iffah di dalam dirinya. Orang cerdas dan berani lalu digunakan untuk mengeruk
kekayaan negara secara tidak syah adalah tidak baik karena tidak �iffah di dalam
dirinya. Orang selalu hanya memilih kesucian dalam semua suasana secara terang-
terangan tentu dapat membahayakan diri sendiri.
Jika antara al-hikmah, asy-syaja�ah, dan al-�iffah berpadu secara seimbang dalam
diri seseorang, maka orang itu akan bersikap adil. Orang berani melakukan sesuatu
setelah ditimbang-timbang bahwa sesuatu itu baik menurut akal dan menurut
pertimbangan syariat juga baik . inilah gambaran perbuatan adil. Berarti, ia berani
berbuat karena benar. Orang tidak berani berbuat juga karena benar, adalah bersikap
adil, bukan karena takut. Dengan dimikian adil adalah puncak dari ketiga sifat
utama tersebut.
Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata adil dan
berbagai turunannya seperti : ya�dilun, i�dilu, �adlun, dan ta�dili diulang
sebanyak 28 kali di dalam Alquran. Karena itu Allah memerintah kepada kita supaya
berlaku adil dalam semua hal. Allah berfirman:
Artinya :
�...Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...� (QS. Al Maidah:
8).
Kata adil sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai derivasinya, umpama:
iqshitu, al-muqshitun, dan al-qashitun terulaqng sebanyak 25 kali dalam Alquran
(�Abd al-Baqiy, [t.th.] :P690). Kadang-kadang kata adil dan kata al-qisht disebut
secara besama-sama dan satu sama lain berarti sama. Contohnya adalah:
Artinya :
� dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu
damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang
lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali
pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut
keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang Berlaku adil �. ( QS. Al Hujurat : 9 ).
Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap adil itu adalah baik dan
positif, tetapi di sisi lain kita merupakan pemeluk agama Islam terbesar dunia dan
di saat yang sama dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat yang tidak baik
seperti KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk merubah citra buruk itu
salah satu cara strategis adalah membudayakan sikap adil dalam semua lapangan
kehidupan.
Untuk mewujudkan sikap adil harus dilatih terus menerus secara berkesinambungan,
yang bererti pembiasaan berlaku adil. �Mulai sekarang, mulai yang sederhana, dan
mulai dari diri sendiri�,Inilah komitmen untuk mulai pembiasaan berlaku adil. Jika
langkah awal ini dapat dilalui dengan baik, tentu mudah menjalar kepada orang lain,
apalagi kalau yang memulai komitmen itu adalah orang yang memiliki pengaruh di
masyarakat di mana ia berada karena salah satu naluri manusia adalah meniru idola.
Jika idola tidak bersikap adil, tentu para fansnya akan meniru tidak adil pula.
Dalam Islam orang yang paling pantas untuk di dudukkan sebagai idola untuk ditiru
dan diteladani adalah Rasulullah SAW. Allah berfirman yang artinya :
� Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah �. ( QS. Al Ahzab : 21 ).
Selain itu �Aisyah, istri Rasulullah, menyebutkan bahwa akhlak beliau adalah Al-
Quran �kana khuluqulm Al-Quran� (H.R Muslim dari �Aisyah). Kiranya terlalu pantas
jika idola pertama seluruh umat Islam adalah Rasulullah. Hingga sekarang Rasulullah
adalah orang yang paling berpengaruh di dunia (rangking pertama) dari seratus orang
yang paling berpengaruh di dunia (Hart, 1982:4). Cukup banyak contoh-contoh sikap
adil yang ditampakkan oleh Rasulullah, antara lain:
An-Nu�man bin Basyir mengatakan, �Ayahku memberi sesuatu pemberian kepadaku. Lalu
ibuku Amrah bin Rawahah berkata, �Aku tidak rela sebelum engkau persaksikan hadiah
itu di hadapan Rasulullah SAW�.
Ayahku lalu menghadap Rasulullah SAW dan berkata, �Ya Rasulullah, sesungguhnya aku
telah membarikan suatu pemberian kepada anakku dari Amrah bin Rawahah. Kemudian aku
diperintahkannya supaya bersaksi kepada Tuan!�
Rasulullah SAW lalu berkata, �Apakah engkau juga telah memberi kepada semua anakmu
pemberian seperti ini?�
An-Nu�man menjawab, �Tidak�.
Beliau lalu bersabda, �bertaqwalah kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-
anakmu!�
Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya.
Dan ada orang perempuan Makhdzumiyyah mencuri. Mereka berkata, �Siapakah yang akan
membicarakan hal ini kepada Rasulullah SAW?�
Tidak ada seorangpun yang berani kecuali (kekasih wanita itu) Usman bin Zaid r.a.
Lalu ia membicarakan hal tersebut dengan Rasulullah SAW.
Beliau berkata, �Apakah kamu akan bertindak sebagai pembela dalam pelanggarana
hukum Allah?� Kemudian Rasulullah SAW berdiri serta berkhotbah. Di antara isi
khotbahnya beliau bersabda, �Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum
kamu adalah apabila ada seorang dari golongan bangsawan mencuri, mereka biarkan
saja, tetapi bila yang mencuri itu dari golongan bawah (lemah), dia dijatuhi
hukuman. Demi Allah andaikata Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti akan kupotong
tangannya.� (Al-hufiy, 2000:189)
Dan masih banyak contoh lain tentang keadilan Rasulullah

Anda mungkin juga menyukai