PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hal perlu diketahui juga adalah bahwa apabila sikap terbuka itu dilakukan
dalam segala halnya justru akan membahayakan. Kenapa demikian…?
karena ada beberapa Informasi yang bersifat rahasia dan harus dijaga
kerahasiaanya. Dan karena kerahasiaanya ini maka orang yang tidak
berkepentingan atau musuh jangan sampai mengetahuinya.
Dari sini bisa ditarik konklusi bahwa menjadi orang Islam yang baik dan
bijaksana harus mampu bersikap terbuka secara berkeadilan.
Keadilan itu juga termasuk nilai universal dalam Islam yang sangat penting
untuk dilaksanakan. Karena dalam banyak aspeknya, segala
pemberontakan, kegaduhan serta pertentangan diawali dengan tiadanya
keadilan.
ُ َِوأَ ْقس
طو ْا إِنَّ هَّللا َ ُيحِبُّ ْال ُم ْقسِ طِ ي َْن
Artinya : ”Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil”.
Dari ayat ini sangat jelas bahwa keadialan adalah suatu sikap yang langsung
diperintahkan oleh Allah sendiri dalam Al-Quran. Tentu hal ini
mengindikasikan bahwa keadilan itu sangat penting dalam kehidupan umat
manusia.
Jika dikaitkan dalam konteks keindonesiaan tentu dua sikap ini yaitu
keterbukaan dan keadilan menjadi falsafah dasar bangsa Indonesia yang
harus dipegang kuat. Dalam sila kelima Pancasila disebutkan secara
gamblang bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan tentu sila kelima ini menjiwai segala bentuk aturan hukum maupun
kebijakan yang dibuat di Negara Indonesia. Untuk menjamin keadilan warga
negara maka dibutuhkan sikap keterbukaan. Karena tanpa sikap terbuka ini
keadilan tidak dapat dilaksankan dengan baik di Indonesia ini.
Walhasil, dalam pandangan Islam sikap terbuka dan keadilan ini merupakan
nilai universal yang sangat dianjurkan. Islam sangat mendorong pemeluknya
untuk menerapkan kedua nilai ini dalam segala lini kehidupan sehingga bisa
tercapai kehidupan yang berbahagia, baik dunia maupun akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sikap Terbuka
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang
penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk
tidak jujur antara lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai
bangsa, kita amat prihatin, di satu sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan
pemeluk Islam terbesar di dunia, dan di sisi lain sebagai bangsa amat korup.
Dengan demikian terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu
menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran praktis seolah-olah yang
haq bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya, salat ya, korupsi
ya. Ini adalah cara beragama yang salah.
Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan
terhadap ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat dicontohkan di sini,
ajaran berbunyi:
Artinya :
“ ….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar…..” ( QS. Al ‘Ankabut : 45 ).
Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia
mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan
salat mencegah diri untuk berbuat keji dan munkar.
Termasuk koherensi antara ajaran, iman, dan pelaksanaan ajaran adalah
jika terlanjur berbuat salah segera mengakui kesalahan dan memohon
ampunan kepada siapa ia bersalah (Allah atau sesama manusia). Jika
berbuat salah kepada Allah segera ingat kepada Allah dan bertaubat kepada-
Nya.
Artinya :
“ dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka…. “ ( QS. Ali Imron : 135 ).
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf kepadanya tidak
usah menunggu lebaran tiba. Pengakuan kesalahan baik terhadap Allah
maupun kepada selain-Nya ini merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut
Islam sikap jujur dan terbuka termasuk baik. Nabi bersabda:
وا ن ا لكذ ب يه د ا.ا ن ا لصد ق يهدى ا لى ا لبر وا ن ا لبر يهدى ا لى ا لجنة وا ن ا لرجل يصد ق حتى يكتب عند هللا صد يقا
) وا ن الرجل ليكذ ب حتى يكتب عند هلل كذا با( متفق عليه. وا ن ا لفجور يهدى ا لنا ر.لى ا لفجور
(Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan itu
mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia
ditetapkan sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya bohong itu menggiring
ke arah dusta. Dusta itu menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang
senantiasa berbuat bohong itu akan ditetapkan sebagai pembohong.
Muttafaq ‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sikap terbuka atau jujur; Seseorang tidak mungkin akan dapat meraih
keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak
memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka
akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerja sama dengan
yang lain. Apalagi kalau tidak jujur maka energinya akan tersita untuk
menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-quran dan Hadis memberi
apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil.
Makna adil yang diperkenalkan Al-quran bukan hanya dalam aspek hukum
melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu
harus ditujukan Al-quran memberi petunjuk bahwa sikap adil di samping
kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri
sendiri.
SARAN
Untuk menuntut dan mengamalkan budaya akademis, sikap etos kerja,
sikap terbuka, dan keadilan harus kita dasar dengan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan
bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.