Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Islam adalah sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW kepada


seluruh alam dengan berbagai ajarannya. Selain ajaran dalam bidang akidah
dan syariah, pada hakekatnya agama Islam ini juga mengajarkan nilai-nilai
universal tentang kebaikan. Seperti sikap terbuka dan keadilan.
Sikap terbuka adalah suatu sikap universal yang diajarakan oleh agama
Islam maupun agama yang lain. Sikap keterbukaan ini sangat dibutuhkan
oleh umat Islam agar segala sesuatunya menjadi mudah. Dan tanpa adanya
sikap terbuka ini akan menimbulkan banyak fitnah.

Dalam penerapannya sikap terbuka ini harus dilakukan secara berkeadilan.


Itu artinya seseorang yang mempunyai sikap terbuka harus mengetahui
situasi dan kondisi. Kapan harus menerapkan keterbukaan dan kapan harus
menerapkan sikap tertutup. Karena tanpa adanya kebijaksanaan mengenai
kapan harus menerapkan sikap terbuka dan kapan harus menerapkan sikap
tertutup seseorang akan cenderung berbuat kezaliman.

Hal perlu diketahui juga adalah bahwa apabila sikap terbuka itu dilakukan
dalam segala halnya justru akan membahayakan. Kenapa demikian…?
karena ada beberapa Informasi yang bersifat rahasia dan harus dijaga
kerahasiaanya. Dan karena kerahasiaanya ini maka orang yang tidak
berkepentingan atau musuh jangan sampai mengetahuinya.

Dari sini bisa ditarik konklusi bahwa menjadi orang Islam yang baik dan
bijaksana harus mampu bersikap terbuka secara berkeadilan.

Keadilan itu juga termasuk nilai universal dalam Islam yang sangat penting
untuk dilaksanakan. Karena dalam banyak aspeknya, segala
pemberontakan, kegaduhan serta pertentangan diawali dengan tiadanya
keadilan.

Perintah Bersikap Terbuka dan Keadilan


Oleh karena yang demikian maka seyogyanya atau bahkan wajib
bagi seorang muslim untuk mempunyai dan menerapkan keadilan dalam
berbagai Aspeknya.
Allah Berfirman dalam Surat Al-Hujurat, Ayat 9

ُ ِ‫َوأَ ْقس‬
‫طو ْا إِنَّ هَّللا َ ُيحِبُّ ْال ُم ْقسِ طِ ي َْن‬
Artinya : ”Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil”.

Dari ayat ini sangat jelas bahwa keadialan adalah suatu sikap yang langsung
diperintahkan oleh Allah sendiri dalam Al-Quran. Tentu hal ini
mengindikasikan bahwa keadilan itu sangat penting dalam kehidupan umat
manusia.

Jika dikaitkan dalam konteks keindonesiaan tentu dua sikap ini yaitu
keterbukaan dan keadilan menjadi falsafah dasar bangsa Indonesia yang
harus dipegang kuat. Dalam sila kelima Pancasila disebutkan secara
gamblang bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan tentu sila kelima ini menjiwai segala bentuk aturan hukum maupun
kebijakan yang dibuat di Negara Indonesia. Untuk menjamin keadilan warga
negara maka dibutuhkan sikap keterbukaan. Karena tanpa sikap terbuka ini
keadilan tidak dapat dilaksankan dengan baik di Indonesia ini.

Walhasil, dalam pandangan Islam sikap terbuka dan keadilan ini merupakan
nilai universal yang sangat dianjurkan. Islam sangat mendorong pemeluknya
untuk menerapkan kedua nilai ini dalam segala lini kehidupan sehingga bisa
tercapai kehidupan yang berbahagia, baik dunia maupun akhirat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Sikap Terbuka
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang
penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk
tidak jujur antara lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai
bangsa, kita amat prihatin, di satu sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan
pemeluk Islam terbesar di dunia, dan di sisi lain sebagai bangsa amat korup.
Dengan demikian terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu
menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran praktis seolah-olah yang
haq bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya, salat ya, korupsi
ya. Ini adalah cara beragama yang salah.
Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan
terhadap ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat dicontohkan di sini,
ajaran berbunyi:
Artinya :
“ ….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar…..” ( QS. Al ‘Ankabut : 45 ).
Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia
mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan
salat mencegah diri untuk berbuat keji dan munkar.
Termasuk koherensi antara ajaran, iman, dan pelaksanaan ajaran adalah
jika terlanjur berbuat salah segera mengakui kesalahan dan memohon
ampunan kepada siapa ia bersalah (Allah atau sesama manusia). Jika
berbuat salah kepada Allah segera ingat kepada Allah dan bertaubat kepada-
Nya.
Artinya :
“ dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka…. “ ( QS. Ali Imron : 135 ).
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf kepadanya tidak
usah menunggu lebaran tiba. Pengakuan kesalahan baik terhadap Allah
maupun kepada selain-Nya ini merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut
Islam sikap jujur dan terbuka termasuk baik. Nabi bersabda:
‫ وا ن ا لكذ ب يه د ا‬.‫ا ن ا لصد ق يهدى ا لى ا لبر وا ن ا لبر يهدى ا لى ا لجنة وا ن ا لرجل يصد ق حتى يكتب عند هللا صد يقا‬
)‫ وا ن الرجل ليكذ ب حتى يكتب عند هلل كذا با( متفق عليه‬.‫ وا ن ا لفجور يهدى ا لنا ر‬.‫لى ا لفجور‬
(Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan itu
mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia
ditetapkan sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya bohong itu menggiring
ke arah dusta. Dusta itu menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang
senantiasa berbuat bohong itu akan ditetapkan sebagai pembohong.
Muttafaq ‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)).

2.2  Bersikap Adil


Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak,
berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang
(Kamus Besar, l990 :6-7) Dari masing-masing arti dapat dicontohkan
sebagai berikut: (1) Cinta kasih seorang ibu terhadap putra-putrinya tidak
berat sebelah. (2) Dalam memutuskan perkara, seorang hakim tidak
memihak kepada salah satu yang bersengketa.(3) Di dalam menjalankan
tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu berpegang kepada kebenaran. (4)
Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh murid.(5)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang-wenang
terhadap yang dipimpin. Dari masing-masing contoh ini dapat disimpulkan
bahwa sikap adil amat positif secara moral.
Karena sifat yang positif, tentu sikap adil didambakan oleh banyak orang.
Dalam contoh-contoh di atas, sikap adil bersikap positif atau
menguntungkan orang lain. Adil juga dapat dartikan tingkah laku dan
kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk mengendalikan amarah
dan syahwat dan menyalurkannya ke tujuan yang baik (al-Hufiy, 2000: 24).
Dalam definisi ini dapat dipahami bahwa adil adalah kondisi batiniah
seseorang yang berbentuk energi. Energi ini mendesak keluar untuk
mengendalikan amarah dan kemauan-kemauan hawa nafsu sehingga
perbuatan yang keluar menjadi baik. Yang mestinya orang itu menuruti
hawa nafsu, karena kendali sikaprbuatannya menjadi terarah, tidak
merugikan diri sendiri dan orng lain.
Adil dapat diartikan menempatkan berbagai kekuatan batiniah secara tertib
dan seimbang (al-Hufiy, 2000 :26). Kekuatan yang dimaksud adalah al-
hikmah, asy-syaja’ah, dan al-‘iffa.al-Hikmah berarti kecerdasan. Orang
cerdas dapat membedakan antara yang benar dan salah, baik dan buruk,
haq dan batal secara tepat, tetapi belum tentu ia selalu memilih yang benar,
yang baik, dan yang haq. Asy-syaja’ah berarti berani tanpa rasa
takut. Al-‘ffah berarti suci. Ketiga sifat utma ini jika tidak seimbang menjadi
tidak baik. Orang amat cerdas atau genius tetapi kecerdasannya dapat
dijadikan alat untuk mengelabuhi orang lain karena tidak ada ‘iffah di dalam
dirinya. Orang selalu berani menangani setiap masalah yang dihadapi, tentu
akan menampakkan profil preman karena tidak ada al-hikmah dan ‘iffah di
dalam dirinya. Orang cerdas dan berani lalu digunakan untuk mengeruk
kekayaan negara secara tidak syah adalah tidak baik karena tidak ‘iffah di
dalam dirinya. Orang selalu hanya memilih kesucian dalam semua suasana
secara terang-terangan tentu dapat membahayakan diri sendiri.
Jika antara al-hikmah, asy-syaja’ah, dan al-‘iffah berpadu secara seimbang
dalam diri seseorang, maka orang itu akan bersikap adil. Orang berani
melakukan sesuatu setelah ditimbang-timbang bahwa sesuatu itu baik
menurut akal dan menurut pertimbangan syariat juga baik . inilah gambaran
perbuatan adil. Berarti, ia berani berbuat karena benar. Orang tidak berani
berbuat juga karena benar, adalah bersikap adil, bukan karena takut.
Dengan dimikian adil adalah puncak dari ketiga sifat utama tersebut.
Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata
adil dan berbagai turunannya seperti : ya’dilun, i’dilu,
‘adlun, dan ta’dili diulang sebanyak 28 kali di dalam Alquran. Karena itu
Allah memerintah kepada kita supaya berlaku adil dalam semua hal. Allah
berfirman:
Artinya :
“...Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...” (QS. Al
Maidah: 8).
Kata adil sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai derivasinya,
umpama: iqshitu, al-muqshitun, dan al-qashitun terulaqng sebanyak 25 kali
dalam Alquran (‘Abd al-Baqiy, [t.th.] :P690). Kadang-kadang kata adil dan
kata al-qisht disebut secara besama-sama dan satu sama lain berarti sama.
Contohnya adalah:
Artinya :
“ dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau
Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang Berlaku adil “. ( QS. Al Hujurat : 9 ).
Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap adil itu adalah baik
dan positif, tetapi di sisi lain kita merupakan pemeluk agama Islam terbesar
dunia dan di saat yang sama dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat
yang tidak baik seperti KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk
merubah citra buruk itu salah satu cara strategis adalah membudayakan
sikap adil dalam semua lapangan kehidupan.
Untuk mewujudkan sikap adil harus dilatih terus menerus secara
berkesinambungan, yang bererti pembiasaan berlaku adil. “Mulai sekarang,
mulai yang sederhana, dan mulai dari diri sendiri”,Inilah komitmen untuk
mulai pembiasaan berlaku adil. Jika langkah awal ini dapat dilalui dengan
baik, tentu mudah menjalar kepada orang lain, apalagi kalau yang memulai
komitmen itu adalah orang yang memiliki pengaruh di masyarakat di mana
ia berada karena salah satu naluri manusia adalah meniru idola. Jika idola
tidak bersikap adil, tentu para fansnya akan meniru tidak adil pula.
Dalam Islam orang yang paling pantas untuk di dudukkan sebagai idola
untuk ditiru dan diteladani adalah Rasulullah SAW. Allah berfirman yang
artinya :
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah “. ( QS. Al Ahzab :
21 ).
Selain itu ‘Aisyah, istri Rasulullah, menyebutkan bahwa akhlak beliau adalah
Al-Quran “kana khuluqulm Al-Quran” (H.R Muslim dari ‘Aisyah). Kiranya
terlalu pantas jika idola pertama seluruh umat Islam adalah Rasulullah.
Hingga sekarang Rasulullah adalah orang yang paling berpengaruh di dunia
(rangking pertama) dari seratus orang yang paling berpengaruh di dunia
(Hart, 1982:4). Cukup banyak contoh-contoh sikap adil yang ditampakkan
oleh Rasulullah, antara lain:
An-Nu’man bin Basyir mengatakan, “Ayahku memberi sesuatu pemberian
kepadaku. Lalu ibuku Amrah bin Rawahah berkata, “Aku tidak rela sebelum
engkau persaksikan hadiah itu di hadapan Rasulullah SAW”.
Ayahku lalu menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah,
sesungguhnya aku telah membarikan suatu pemberian kepada anakku dari
Amrah bin Rawahah. Kemudian aku diperintahkannya supaya bersaksi
kepada Tuan!”
Rasulullah SAW lalu berkata, “Apakah engkau juga telah memberi kepada
semua anakmu pemberian seperti ini?”
An-Nu’man menjawab, “Tidak”.
Beliau lalu bersabda, “bertaqwalah kepada Allah dan berlaku adillah
terhadap anak-anakmu!”
Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya.
Dan ada orang perempuan Makhdzumiyyah mencuri. Mereka berkata,
“Siapakah yang akan membicarakan hal ini kepada Rasulullah SAW?”
Tidak ada seorangpun yang berani kecuali (kekasih wanita itu) Usman bin
Zaid r.a. Lalu ia membicarakan hal tersebut dengan Rasulullah SAW.
Beliau berkata, “Apakah kamu akan bertindak sebagai pembela dalam
pelanggarana hukum Allah?” Kemudian Rasulullah SAW berdiri serta
berkhotbah. Di antara isi khotbahnya beliau bersabda, “Sesungguhnya yang
membinasakan orang-orang sebelum kamu adalah apabila ada seorang dari
golongan bangsawan mencuri, mereka biarkan saja, tetapi bila yang
mencuri itu dari golongan bawah (lemah), dia dijatuhi hukuman. Demi Allah
andaikata Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti akan kupotong
tangannya.” (Al-hufiy, 2000:189)
Dan masih banyak contoh lain tentang keadilan Rasulullah.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Sikap terbuka atau jujur; Seseorang tidak mungkin akan dapat meraih
keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak
memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka
akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerja sama dengan
yang lain. Apalagi kalau tidak jujur maka energinya akan tersita untuk
menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-quran dan Hadis memberi
apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil.
Makna adil yang diperkenalkan Al-quran bukan hanya dalam aspek hukum
melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu
harus ditujukan Al-quran memberi petunjuk bahwa sikap adil di samping
kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri
sendiri.

  SARAN
Untuk menuntut dan mengamalkan budaya akademis, sikap etos kerja,
sikap terbuka, dan keadilan harus kita dasar dengan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan
bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai