Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BERPERILAKU ADIL DAN JUJUR

DISUSUN OLEH:
1. Siti yulaikah
2. Neila farkha hamida
3. Nadya Amalia
4. Badi'ul Ulya
5. Raihan Aliek G.P
6. Ira sagita

MAN 02 GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Masalah

Zaman sekarang yang semakin berkembangnya teknologi berdampak pada pola pikir
yang serba cepat dan instan. Memang semakin maju dan semakin baik, tetapi disisi lain ada
dampak negatif yang sedang melanda negara kita, tentunya Negara Indonesia tercinta.
Masalahnya ialah bencana korupsi, kolusi, nepotisme.
Salah satu faktor bencana korupsi tersebut karena tidak adanya sikap berlaku adil
dan jujur dari dalam diri para pejabat pemerintahan, yang serba instan membuat
sikap tersebut jarang diterapkan.
Menerapkan sikap adil dan jujur sebenarnya tidaklah sulit. Dimulai dengan niat yang
sungguh-sungguh dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sifat itu akan tertanam
pada diri kita dengan sendirinya.
Untuk itu, dengan sulitnya sikap adil dan  jujur zaman sekarang karena berbagai faktor,
kami akan membahas sedikit tentang “Bersikap Adil da jujur” dengan berbagai sumber-
sumber yabg kami peroleh, agar mengetahui lebih dalam tentang sikap berlaku adil dan jujur.

B.     Rumusan  Masalah
1.Apa pengertian Berlaku adil dan Jujur ?
2.Apa keutamaan berlaku adil dan jujur ?
3.Apa Hikmah Berbuat adil dan jujur ?
BAB II
PEMBAHASAN
Berlaku Adil dan Jujur
A.    Pengertian sifat keadilan
Keadilan barasal dari kata adil, artinya dapat meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Misalnya dalam menetapkan hukum, yang salah disalahkan dan yang benar di benarkan,
dengan tidak membedakan yang diadili. Sifat adil artinya, suatu sifat yang teguh, kukuh yang
tidak menunjukkan memihak kepada seorang atau golongan. Adil itu sikap mulia dan sikap
yang lurus tidak terpengaruh karena factor keluarga, hubungan kasih sayang, kerabat karib,
golongan dan sebagainya.
Sesungguhnya ALLAH SWT. maha adil dan ALLAH SWT menetapkan bahwa setiap
manusia masing-masing bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Seseorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan tidak memperoleh pahalah selain apa yang
diusahakannya sendiri. Terhadap semua hasil seseorang itu, nantinya ALLAH SWT akan
membalas dengan yang setimpal dan penuh keadilan.
Sebagaimana dalam firman ALLAH SWT yang artinya :
(yaitu) bahwasanya seorang berdosa tidak akan memikul dosa orang ain dan
bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakan. dan
bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). kemudian akan diberi
balasan kepadanya dengan balasanm yang paling sempurna dan bahwasanya kepada
tuhanmulaqh kesudahan (segala sesuatu).
Sesungguhnya ALLAH SWT menyuruh manusia untuk berlaku adil sebagaimana
firmannya yang artinya:
Sesungguhnya ALLAH menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberikan kepada kaum kerabat, dan ALLAH melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.
Berlaku adil dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu
1.        Berlaku adil kepada ALLAH SWT.
Berlaku adil kepada ALLAH SWT. artinya harus dapat menempatkan ALLAH pada
tempat-Nya yang benar, yakni sebagai makhluk ALLAH SWT, dengan teguh melaksanaka
apa yang  diwajibkan kepada kita, sehingga benar-benar ALLAH sebagai tuhan kita.
Untuk mewujudkan keadilan kita kepada allah, maka kita wajib beriman kepada
ALLAH SWT, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu yang lain, mengimani Nabi
Muhammad SAW sebagai utusannya. menjunjung tinggi petunjuk dan kebenaran dari
padanya, yaitu mengimani Al Qur’an sebagai  wahyu ALLAH, menaati ketentuannya yaitu
melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannya. Menyembah kepadanya
yaitu melaksanakan Shalat, Zakat, Puasa dan sebagainya.
2.        Berlaku adil pada diri sendiri
Artinya menempati diri pribadi pada tempat yang baik dan benar. Untuk itu kita harus
teguh, kukuh menempatkan diri kita agar tetap terjaga dan terpelihara daam kebaikan dan
keselamatan. Jangan menganiayah diri sendiri dengan mengikuti hawa nafsu, minum-
minuman keras, dusta, enggan berbuat baik dan jangan berbuat kemudharatan (keburukan)
yang akibatnya akan buruk pula pada kesehatan, jiwa harta dan kehormatan diri. kita harus
menjaga dan memelihara agar diri sendiri hidup selamat bahagia didunia dan diakhirat kelak.
Kita harus jujur- terhadap diri sendiri, jika diri kita berbuat salah, kita harus berani
mengoreksi.
3.        Berlaku adil kepada orang lain
Artinya menempatkan orang lain pada tempat yang sesuai, layak dan benar. Kita harus
memberi hak orang lain dengan jujur dan benar, tidak mengurangi sedikitpun hak yang harus
diterimah. Tidak boleh menyakiti dan merugikan orang lain, baik berupa material maupun
non material. Kalau kita menjadi hakim, putuskanlah perkara yang adil. Kalau menjadi
pelayan masyarakat, maka layanilah itu dengan baik dan adeil.
4.        Berlaku adil kepada makhluk lain.
Artinya dapat menempatkan pada tempat yang sesuai, misalnya adil pada binatang,
harus menempatkannya pada tempat yang layak menurut kebiasaan binatang tersebut. Jika
memelihara binatang harus disediakan tempat dan maka nannya yang memadai. Jika binatang
itu akan dimanfaatkan untuk kendaraan atau usaha pertanian, hendaknya dengan cara yang
wajar, jangan member beban yang malampaui batas. demikian pua jika hendak dimakan,
maka hendaklah disembelih dengan cara yang telah ditentukan oleh ajaran agama, dengan
cara yang baik yang tidak menimbulkan kesakitan bagi binatang itu. Menjaga kelestarian
lingkungan juga termasuk berbuat adil kepada makhluk lain.
B. Keutamaan Berbuat Adil
Keutamaan berbuat adil adalah
1.        Terciptanya rasa aman, tenang dan tentram dalam jiwa dan ada rasa khawatir
kepada orang lain, karena tidak pernah melakukan perbuatan yang merugikan atau menyakiti
orang lain.
2.        Membentuk pribadi yang dapat melaksanakan kewajiban dengan baik, taat dan
patuh kepada ALLAH SWT, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
3.        Menciptakan ketenteraman dan kerukunan hidup, hubungan yang harmonis dan
tertib dengan orang lain.
4.        Dalam memanfaatkan alam sekitar untuk kemasyalatan dan kebaikan hidup di
dunia dan di akhirat.[1]
C.Kewajiban Berlaku Adil
wahai manusia bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah ta’ala
memerintahkan berbuat adil dan mengabarkan bahwa Ia mencintai orang-orang yang adil.
Allah ta’ala berfirman  :”Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil dan baik”.
(AnNahl : 90) “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil”. (AlMaidah :42) Adil
adalah sikap tengah-tengah dalam segala sesuatu dan keadilan adalah karakter yang
mengharuskan seseorang menjaga diri dari hilangnya kehormatannya. Rasulullah berkata
“Orang yang adil di sisi Allah di atas mimbar dari cahaya, mereka adalah orang-orang yang
adil dalam hokum dan keluarga”. (HR. Muslim) Sungguh kedudukan adil dalam Islam sangat
agung dan pahalanya banyak di sisi Allah. Keadilan itu banyak macamnya dan tiap orang
haruslah adil sesuai dengan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. Maka seorang
pemimpin wajib adil terhadap rakyatnya. Allah ta’ala berfirman :

Artinya : ” Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menunaikan amanah kepada


yang berhak menerimanya, dan memerintah kamu apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil, Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat.”. (AnNisa :58)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Tujuh golongan yang Allah
lindungi dalam naungan ArsyNya pada hari kiamat yang tidak ada perlindungan selain
perlindunganNya yaitu :pemimpin yang adil….”. (HR. Muslim) Wajib bagi Hakim adil
dalam menghakimi manusia Allah ta’ala berfirman :” Putuskanlah perkara di antara mereka
menurut hukum Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka”. (AlMaidah :49)
Allah ta’ala berfirman :”Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(pengganti nabi-nabi sebelumnya) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah”. (Shad :26) dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata :Hakim itu ada tiga ; dua di neraka dan satu di surga. Hakim yang mengetahui
kebenaran (AlQuran dan asSunnah) dan menetapkan dengannya maka ia di surga, Hakim
yang mengetahui kebenaran tetapi tidak berhukum dengannya dan ia zhalim dalam
menetapkan hukum maka ia di neraka, dan hakim yang tidak mengetahui kebenaran lalu
menetapkan hukum di atas kebodohannya maka ia di neraka”. (HR.Abu Dawud dan lainnya,
shahih). Akan tetapi apabila seorang hakim berniat adil dan mengikuti kebenaran serta
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya maka ia diberi pahala seandainya
ia salah karena ia tidak berniat salah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :Jika
seorang hakim menetapkan hukum dengan ijtihadnya kemudian benar maka ia mendapatkan
dua pahala dan bila menetapkan hukum lalu salah maka ia mendapatkan satu pahala”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Orang tua juga wajib adil kepada semua anaknya dalam pemberiannya apakah lelaki
atau perempuan. Ia tidak boleh memberi salah seorang anaknya dan membiarkan anaknya
yang lain.Suami diwajibkan adil dalam pemberian nafkah kepada istri-istrinya bila ia
mempunyai lebih dari satu istri. Allah ta’ala berfirman :”Dan pergaulilah istri-istri dengan
baik”. (alAnam :152) Maka suami wajib menyamakan pembagian nafkah, memberikan
rumah dan hak-hak isti lainnya kepada istri-istrinya. Dan bila ia takut tidak bisa berbuat adil
maka nikahilah seorang wanita saja. (AnNisa :3)Seorang muslim juga wajib adil dalam
berkata. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Dan apabila kamu berkata dan berbuat maka
berlaku adillah (pada tiap kondisi) kendatipun kepada kerabatmu:. (AlAnam :152) Yakni jika
anda berkata maka haruslah adil jangan zhalim bahkan katakanlah kebenaran walaupun pahit
apakah yang berkaitan dengan hak anda atau kewajiban anda, pada orang yang paling dekat
dan paling anda cintai sebagaimana kata Allah ta’ala :” Hai orang-orang yang beriman,
menjadilah kamu orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil”. (AlMaidah :8)
Allah ‫ تَ َعالَى‬memerintahkan kita berbuat adil dalam perkataan dan perbuatan terhadap diri,
kerabat dekat dan kerabat jauh. Ia memerintahkan adil untuk semua orang pada tiap waktu
dan kondisi. Dan wajib bagi tiap muslim adil walau terhadap musuh-musuh sebagaimana
yang Allah ‫ تَ َعالَى‬katakana : “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam (pada perang alHudaibiah),
mendorongmu melanggar hukum Allah dan mendhalimi kepada mereka di luar batas”.
(AlMaidah :2) Yakni janganlah kebencian anda terhadap suatu kaum untuk meninggalkan
keadilan, karena adil itu wajib bagi tiap orang muslim pada seluruh kondisi. Dengan keadilan
langit-langit dan bumi menjadi tegak, keadilan itu dicintai oleh tiap jiwa, teraturnya
kemaslahatan dan manusia aman dari pembunuhan, perampokan dan pelecehan kehormatan.
Maka Allah ‫ تَ َعالَى‬memerintahkan adil dalam mengqishash, orang yang menzhalimi dihukum
sesuai aturan tanpa ditambah. Maka Ia berfirman “Dan balasan kejelekan adalah kejelekan
yang setimpal”. (AsySyura :40) “Jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan
balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu”. (AnNahl :126) “Oleh sebab
itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya
terhadapmu”.(AlBaqarah :194) dan kaum muslimin wajib mendamaikan di antara dua
kelompok yang saling memerangi dengan adil. Allah ‫ تَ َعالَى‬berfirman :” Jika ada dua golongan
dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari
kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan
yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah dan rasulNya,
mendengar dan taat; jika golongan yang dhalim itu telah kembali (kepada perintah Allah),
maka damaikanlah antara keduanya dengan adil (sampai golongan yang dhalim tidak berbuat
dhalim lagi) dan berlaku adillah dalam semua urusanmu.
¨ 
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (AlHujurat : 9)

Dan kaum muslimin diperintahkan syariat memerangi para pemberontak sampai


mereka kembali menerima hokum Allah ta’ala, bila mereka telah menerima hukum Allah
maka kaum muslimin mendamaikan kedua kelompok yang berperang itu dengan adil hingga
terjadilah keamanan dan kaum muslimin kembali saling mencintai dalam satu ikatan agama.
Barakallahu li wa lakum fi Quranil Azhim, wa nafa’ani wa iyyakum bidzikrihi, innahu huwa
sami’ul alim.Inilah agama kita, agama yang tegak di atas keadilan pada semua hukum dan
syaritanya. Allah ta’ala berfirman :” Kalimat robmu (Al Qur’an) telah sempurnalah, sebagai
kalimat yang benar beritanya dan adil hukumnya”. (AlAnam :115). Islam tidak menetapkan
kecurangan dan kezhaliman serta permusuhan serta tidak tergantung oleh seorang pun bahkan
ia selalu adil di mana saja ia berada. Ia memerintahkan kita memenuhi janji meskipun dengan
orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman yang artinya :” Jika kamu khawatir akan
(terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan yang telah kamu adakan perjanjian dengan
mereka, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan terang-terangan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat”.(AlAnfal :58) Yakni jika
anda takut pada suatu kaum akan menghianati perjanjiannya maka batalkanlah perjanjian itu
dengan cara anda mengabarkan pembatalan itu sehingga mereka tidak dalam sangkaan masih
dalam perjanjian itu yang menyebabkan penghianatan dari pihak anda. Demikianlah sifat
agama Islam, agama yang cocok untuk setiap waktu dan tempat. “Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Yusuf :40) Oleh karena itu orang-orang kafir
yang hidup di bawah naungan agama Islam mereka mengakui keadilan, kesempurnaan dan
kecocokannya dengan jaman. Maka dengan melihat Islam, di antara mereka ada yang
beriman dan ada yang tetap memilih kekafiran setelah jelas kebenaran bagi mereka
dikarenakan kesombongan dan penentangan hati. Kisah yang berkaitan dengan hal ini
panjang, bagi yang ingin mengetahui dengan jelas maka bacalah buku-buku sejarah Islam
yang ditulis para ulam Islam dan lihatlan sebagian pendapat yang benar dari pemikir-pemikir
orang- barat tentang Islam.[2]

D. Pengertian Jujur

Kata jujur sudah tidak asing lagi bagi kita, karena hampir setiap hari mendengar kata
jujur. Namun belum tentu   tahu makna jujur dan tentunya sudah banyak yang tahu atau
mengerti tentang makna jujur, ada juga di kalangan masyarakat kalau ditanya tentang jujur, ia
tahu tetapi tidak bisa mengartikan jujur dengan merangkai kata-kata untuk menjadi kalimat
yang mendefinisikan tentang jujur.
“Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut.
Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara
samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan pemahaman sebatas mampu saya
tetang makna dari kata jujur ini”
Jujur itu merupakan sifat yang tertanam dalam diri manusia antara menyampaikan
dengan kenyataan itu sama tanpa ada tambahan atau kurang satu patah kata pun. Maka jika
apapun yang terjadi seseorang tersebut talah mengakuinya, entah itu membuat orang lain
senang atau justru membuat orang lain tersakiti.
Ada pepatah jawa mengatakan “Jujur ajur” atau dalam bahasa Indonesia “Jujur akan
hancur” maksudnya dari kata-kata tersebut ialah jika seseorang bersikap jujur tetapi justru
membuatnya hancur dengan apa yang telah menjadi tujuannya. Pepatah tersebut memang
mengunutngkan tetapi yang namanya jujur pasti akan ketahuan juga. Maka sebaiknya kita
selalu bersikap jujur walaupun itu pahit.
“Jika kejujuran kita membuat resah hati seseorang, jika keterusterangan kita
mengganggu tidur malam seseorang, jika apa yang keluar dari suara hati ini menjadikan diri
orang lain tersakiti. Maka mohonlah maaf pafanya, atas ketidakkuasaan hati untuk
memendam perasaan. Kejujuran memang berat, dan terkadang kita dibuat tidak berdaya dan
serba salah dengan kejujuran itu sendiri. Antara ya dan tidak, antara suka dan benci, antara
menerima dan menolak, antara mengakui dan menutupi, sulit memang untuk bisa
mengatakan “tidak” tanpa harus menyakiti kesucian hati. Kalau penulis sendiri ditanya
seperti itu, sementara hati ini belum berpikir ke situ, penulis pun akan.”

Jika tidak sama antara penyampaian dan kenyataan maka dapat dikatakan berdusta atau
bohong. Sebenarnya jika tidak jujur, sama saja tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri
atau boleh di bilang tidak ada rasa kepercayaan diri, dan telah membohongi diri sendiri dan
juga orang lain yang bersangkutan. Hal itu tidak baik untuk kebiasaan sehari hari jika tidak
ada  rasa kejujuran, dan hidup ini akan selalu menggantungkan kepada orang lain untuk
menjalani kehidupan sehari-hari.
“Jujur adalah tidak berbohong. Ya benar sekali, jujur adalah tidak berbohong.
Sesederhana itu saja. Meskipun dalam prakteknya, kadang sesuatu yang simpel itu tiba tiba
berubah menjadi rumit. Penyebabnya macam macam. Dan saya rasa, kita bisa menalarnya
sendiri tentang itu”.[3]

E. Bentuk, macam, dan aneka pegelompokan kejujuran

 1. Jujur niat dan kemauan (shidqu an-niyyah wa al-'azm)

Adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hnaya


mengharap ridha Allah swt. Nilai sebuah amal di hadapan Allah swt. sangat ditentukan oleh
niat atau motivasi seseorang. Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang sangat populer
menyatakan bahwa sesungguh-nya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu,
seorang muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan
dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila ia sudah yakin akan kebenaran dan
kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akania lakukan.
Kadang sesuatu yang benar belum tentu bermanfaat di masyarakat tertentu. Demikian juga
sesuatu yang bermanfaat belum tentu benar. Oleh karena itu, pertim-bangan benar dan
bermanfaat secara bersamaan perlu dikedepankan.

2. Jujur dalam perkataan (shidqu al-lisan)

Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang paling populer di tengah
masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah swt. dan dipercaya oleh
orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta, meski hanya sekali apalagi sering berdusta maka
akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Rasulullah mengingatkan:

‫« اضْ َمنُوا لِى ِستًّا ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأضْ َمنُ لَ ُك ُم ْال َجنَّةَ اصْ ُدقُوا ِإ َذا‬: -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ت ق‬
ِ ‫ع َْن ُعبَا َدةَ ْب ِن الصَّا ِم‬
‫ار ُك ْم َو ُكفُّوا َأ ْي ِديَ ُك ْم‬
َ ‫ص‬َ ‫َح َّد ْثتُ ْم َوَأوْ فُوا ِإ َذا َو َع ْدتُ ْم َوَأ ُّدوا ِإ َذا اْؤ تُ ِم ْنتُ ْم َواحْ فَظُوا فُرُو َج ُك ْم َو ُغضُّوا َأ ْب‬

 "Jaminlah kepadaku enam perkara dari dirt kalian, niscaya aku men-jamin bagi kalian surga:
jujurlah jika berbicara, pemihilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah kemahian
kalian, tiinduk-kanlah pandangan, dan tahanlah tangan kalian" (HR. Ahmad)

"Barangsiapa berkata kepada anak kecil, kemari soya beri korma ini, kemudian dia
tidak memberinya, maka dia telah melakukan kebo-hongan" (HR. Ahmad) Orang yang sering
mengingkari janji juga akan kehilangan kepercayaan orang lain, bahkan akan mendapatkan
label munafik, sebagaimana sabda Rasulullah:“Ciri-ciri orang munafik ada tiga, yaitu: jika
berkata ia dusta, jika berjanji, ia ingkar, dan jika dipercaya, ia berkhianat” (HR. Bukhari
Muslim)

Sementara itu, Allah memberi pujian orang-orang yang jujur dalam berjanji. Dia
memuji Nabi Ismail a.s. yang menepati janji-nya sebagai berikut:

‫ق ْال َو ْع ِد َو َكانَ َرسُوالً نَّبِيًّا‬ ِ ‫َو ْاذ ُكرْ فِي ْال ِكتَا‬
َ َ‫ب ِإ ْس َما ِعي َل ِإنَّهُ َكان‬
َ ‫صا ِد‬

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ismail di dalam al-Qur 'an. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi” (Qs. Maryam:
54)

3. Jujur dalam bermu'amalah (shidq al-mu 'amalah)


Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak
dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu'amalah dengan orang lain. Seorang
muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim.

            Ketika ia menjual tidak akan me-ngurangj takaran dan timbangan. Pada saat membeli
tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran. Orang yang jujur dalam
bermu'amalah juga senantiasa bersikap santun, tidak sombong dan tidak pamer (riya). Jika
orang tersebut melakukan atau meninggalkan sesuatu, semuanya da¬lam koridor Allah swt.Ia
tidak tamak dan serakah dalam bermu'amalah. Barang siapa yang selalu bersikap jujur dalam
bermu'amalah maka dia akan menjadi kepercayaan masya¬rakat. Semua orang akan merasa
nyaman dan aman berinteraksi dan bermu'amalah dengannya.

4. Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan (shidq al-hal)

 Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan
yang sebenarnya. Ia tidak memakai topeng dan baju kepalsuan, tidak mengada-ada dan
menampilkan diri secara bersahaja. Rasulullah saw. bersabda:

ِ ‫ْطينِي فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬


ِ ‫ْت ِم ْن زَ وْ ِجي َغ ْي َر الَّ ِذي يُع‬ ُ ‫ي ُجنَا ٌح ِإ ْن تَ َشبَّع‬ َ ‫ُول هَّللا ِ ِإ َّن لِي‬
َّ َ‫ض َّرةً فَهَلْ َعل‬ ْ َ‫ع َْن َأ ْس َما َء َأ َّن ا ْم َرَأةً قَال‬
َ ‫ت يَا َرس‬
ٍ ‫س ثَوْ بَ ْي ُز‬
‫ور‬ ِ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال ُمتَ َشبِّ ُع بِ َما لَ ْم يُ ْعطَ كَاَل ب‬
َ
“Seorang perempuan bertanya, : Ya Rasulullah, aku mempunyai kebutuhan. Maka
apakah aku berdosa jika aku berpura-pura telah dicukupi kebutuhanku oleh suamiku dengan
apa yang tidak diberikan kepadaku? Rasul bersabda : orang yang berpura-pura tercukupi
dengan apa yang tidak diterimanya sama dengan orang yang memakai dua pakaian palsu”
(HR Bukhari) Maksud hadits ini adalah orang yang berhias dengan sesuatu yang bu-kan
miliknya supaya kelihatan kaya, ia sama seperti orang yang memakai dua kepribadian. Orang
yang memiliki sifat shidq al-hal tidak akan memak-sakan diri untuk memiliki dan menikmati
sesuatu yang di luar jangkauan kemampuannya. Dia sudah merasa cukup dan bersyukur
dengan apa yang telah dimilikinya sembari berikhtiar untuk menggapai keinginan-keinginan
yang diharapkannya .

     F. Hikmah Jujur

1. Jujur adalah tindakan yang mulia.


2. Dengan jujur kita akan dipercaya orang lain. Jika ada orang yang memberi amanah atau
tugas kepada kita, kalau kita jujur. Maka orang itu dengan rasa penuh percaya memberikan
amanah atau tugas itu kepada kita.

3. Dengan bertindak maupun berkata jujur. Kita tidak akan membohongi diri sendiri maupun
orang lain.

4. Dengan jujur hidup kia tidak akan terasa was-was. Karena tidak di tutupi oleh kebohongan.

5. Kalau kita pernah berbohong sekali, maka kita akan berbohong lagi untuk menutupi
kebohongan sebelumnya.

6. Orang jujur lebih tinggi kehormatannya dibandingakan dengan orang yang tidak jujur atau
berbohong.[4]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sifat adil artinya, suatu sifat yang teguh, kukuh yang tidak menunjukkan memihak kepada
seorang atau golongan. Adil itu sikap mulia dan sikap yang lurus tidak terpengaruh karena
factor keluarga, hubungan kasih sayang, kerabat karib, golongan dan sebagainya.Berlaku adil
dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu
1.        Berlaku adil kepada ALLAH SWT.
2.        Berlaku adil pada diri sendiri
3.        Berlaku adil kepada orang lain
4.        Berlaku adil kepada makhluk lain.
Kejujuran merupakan sifat yang tertanam pada diri manusia yang pada dasarnya
kemauan pada diri manusia itu sendiri dengan membiasakan diri dan rasa kepercayaan diri
yang kuat akan cenderung berdampak positif dari pada negative. Jika menerapkan sikap jujur,
secara tidak langsung kita telah melatih kemampuan kita. Sampai dimana kemampuan kita?
Itu pernyataan yang akan timbul dan terjawab sendiri dengan hasil yang di peroleh.
DAFTAR PUSTAKA

Soeyoeti, Drs. H Zarkowi.1995/1996.pendidikan agama islam


untuk smu.jakarta:direktora jendral Pembina kelembagaan agama islam
http://liabriana.blogspot.com/2010/11/pentingnya-bersikap-jujur-dan-adil-di.html
Jalius HR. http://jalius12.wordpress.com/2010/03/28/pengertian-jujur/
http://tintacair95.blogspot.com/2011/03/hikmah-kejujuran.html. www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai