1) PENGERTIAN JUJUR
2) PENGERTIAN ADIL
Q.S. Al-Maidah/5:8)
ش َهدَا َء ِب ْالقِسْ طِ ۖ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم َعلَ ٰى أَاَّل َتعْ ِدلُوا ۚ اعْ ِدلُوا
ُ ِ ِين هَّلِل
َ ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َق َّوام َ َيا أَ ُّي َها الَّذ
ون َ ُه َُو أَ ْق َربُ لِل َّت ْق َو ٰى ۖ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۚ إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما َتعْ َمل
Artinya:
“ Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakan kebenaran karena Allah Swt, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekal-
sekali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah
Swt, sungguh, Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS Al-
Maidah/5 ayat 8)
Ayat di atas menegaskan bahwa menegakkan keadilan harus karena Allah Swt
semata, bukan karena kepentingan pribadi atau duniawi.
Kepentingan pribadi atau duniawi harus dikesampingkan dalam menegakkan
keadilan.
Bahkan jika kita bersaksi untuk kepentingan kerabat dekat, maka kita pun harus
bersaksi dengan mengatakan yang sebenarnya, meskipun kesaksian itu merugikannya.
Demikian juga jika kita bersaksi untuk musuh, maka kita pun harus bersaksi
dengan mengatakan yang sebenarnya, meskipun menguntungkannya.
Bagaimana jika kebenaran itu dari orang kafir?
Kita harus tetap berlaku adil dan menerima kebenaran meskipun muncul dari
orang kafir.
Bahkan jika kita menolak kebenaran dari yang kafir dikategorikan sebagai
kezaliman. Jadi, keadilan itu berlaku untuk semua, baik kawan maupun lawan.
Kalau kebenaran yang datangnya dari orang kafir saja kita harus tetap
menerimanya, maka kebenaran yang datangnya dari sesama muslim sudah jelas harus
kita terima.
Oleh karena itu menjadi sangat aneh kalau antara sesama muslim saja saling
bertikai hanya karena masing-masing merasa bahwa pendapatnya yang paling benar.
Berlaku adil dalam ayat di atas bermakna berusaha untuk adil dan menegakkan
keadilan.
Jadi setiap usaha untuk menegakkan keadilan dan perilaku menegakkan keadilan
akan mendekatkan kepada ketakwaan.
Semakin sempurna keadilan, maka semakin sempurna pula ketakwaan. Rasulullah
Saw dalam sebuah hadits bersabda :
Artinya :
“Hendaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran itu akan membawa pada
kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kepada surga”(HR Tirmidzi)
Hadits di atas menegaskan bahwa kejujuran akan membimbing kepada kebaikan.
Dan kebaikan akan membawa pelakunya ke surga. Seseorang yang jujur akan
hidup dengan tenang. Ia menjalani kehidupan dengan penuh optimis dan semangat.
Berbeda jika seseorang pernah berdusta, tentu akan diselimuti rasa bersalah dan
gelisah. Dusta yang pernah dilakukan akan ditutupi dengan dustadusta yang lain.
Orang yang jujur juga akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Kepercayaan
tidak bisa dibeli dengan uang. Kepercayaan muncul karena seseorang memang layak
mendapatkannya.
Abu Ubaidah bin Jarrah (Sahabat Nabi yang Sangat Jujur) Suatu ketika orang-
orang Najran pernah datang kepada Rasulullah Saw seraya berkata;
“Ya Rasulullah, utuslah kepada kami seseorang yang jujur dan dipercaya.”
Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh aku akan mengutus kepada kalian
seseorang yang sangat jujur dan dapat dipercaya. Para sahabat merasa penasaran dan
akhirnya menunggu-nunggu orang yang dimaksud oleh Rasulullah itu. Ternyata
Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah.” (Sumber : Kitab Shahih Bukhari).
Kejujuran dan keadilan merupakan dua perilaku terpuji yang harus dimiliki
seorang muslim. Rakyat jelata merindukan pemimpin yang adil.
Seorang tersangka merindukan keadilan seorang hakim. Seorang atlet
menginginkan wasit yang adil dalam pertandingan.
Demikianlah keadilan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Bahkan doa
seorang pemimpin yang adil akan diterima oleh Allah Swt.
b. Hikmah adil
Berperilaku adil pasti ada hikmahnya, dan berikut ini beberapa hikmah yang akan
kita dapatkan apabila kita berbuat adil yaitu :
1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, karena adil
lebih dekat dengan taqwa (Q.S. Al-Maidah ayat 8)
2. Menjadi pemimpin dan teladan sekaligus pengayom bagi orang lain
3. Disegani dan dipercaya oleh masyarakat sekitar
4. Menumbuhkan rasa kepuasan, aman dan nyaman bagi orang lain
5. Menciptakan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat
6. Mempererat tali persaudaraan dan pesatuan
7. Doanya cepat dikabulkan oleh Allah swt, dan juga mendapatkan
perlindungan/pertolongan (naungan) dari Allah swt ketika di akhirat nanti,
jika kita menjadi pemimpin yang adil.
Nabi bersabda yang artinya:”tiga orang yang tidak ditolak doanya: orang yang
sedang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya.
Allah mengangkat doa mereka ke atas awand an dibuka untuk doa itu segala pintu
langit. Seraya Allah SWT berfirman:
Demi kebesaran-Ku sesungguhnya Aku akan menolong engkau walau
pertolongan-Ku Aku berikan pada masa kelak”. (HR. Ahmad).