Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SUMBER DAYA ALAM IV

Nama : Muhammad Mahesa Handriana

NPM : 2012200087

Kelas : A

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi

1. Objek :
- Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi
tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin
mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi
tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat
yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha
Minyak dan Gas Bumi ( Pasal 1 angka 1 ). Yang menjadi objek petama dari Undang
– Undang Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi adalah Minyak
bumi. Minyak bumi yang merupakan hasil dari proses alami yang berupa
hidrokarbon. Hidrokarbon merupakan senyawa yang terdiri atas atom Hidrogen dan
atom Karbon. Sebagian besar hidrokarbon digunakan sebagai bahan bakar mesin dan
industri. Contoh dari hidrokarbon ialah minyak tanah, LPG, bensin, gas alam, plastik
aspal dll.(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dewi%20Yuanita
%20Lestari,%20S.Si.,%20M.Sc./HIDROKARBON.pdf).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi objek undang –
undang tersebut ada;ah minyak bumi yang merupakan bagian atau berbentuk senyawa
hidrokarbon yang berupa fasa cair dan padat. Namun hanya sebatas senyawa
hidrokarbon yang diperoleh dari proses penambangan atau kegiatan usaha minyak
dan gas bumi, sehingga batubara atau endapan lain yang berbentuk padat yang
dihasilkan dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan uasaha minyak bumi
dan gas bumi, tidak termasuk sebagai objek dari undang – undang ini.
- Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi
tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses
penambangan Minyak dan Gas Bumi ( Pasal 1 angka 2 ). Secara garis besar, Gas
bumi yang menjadi objek undang – undang ini memiliki kesamaan dengan minyak
bumi yang menjadi objek undang – undang ini. Karena sama – sama merupkan
senyawa hidrokarbon yang dihasilkan oleh proses penambangan yang berkitan
dengan Minyak dan gas bumi. Namun perbedannya adalah bahwa Minyak bumi
merupakan senyawa hidrokarbon yang berbentuk fasa padat dana fasa cair tetapi gas
bumi merupakan senyawa hidro karbon yang berbentuk fasa gas.

2. Instrumen :
- Kegiatan usaha hulu dilaksanakan dan dikendalikan melalui kontrak kerja
sama( Pasal 6 ayat 1 ). Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk
kontrak kerja sama lain dalam kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih
menguntungkan Negara dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat ( Pasal 1 angka 19 ). Dapat disimpulkan bahwa untuk kegiatan usaha hulu
instrument yang digunakan oleh undang – undang ini adalah kontrak kerja sama.
Kontrak kerja sama digunakan karena kegiatan usaha hulu merupakan kegiatan yang
dianggap lebih menguntungkan negara dan keuntungan terebut dapat digunakan
untuk sebesar – besaranya kemakmuran rakyat. Kontar kerja sama berlaku untuk 30
tahun dan dapat diperpanjang selama 20 tahun ( Pasa 14 ayat 1 dan ayat 2 )
- Kegiatan usaha hilir dilaksanakan dengan izin usaha ( Pasal 7 ayat 1 ). Izin Usaha
adalah izin yang diberikan kepada Badan Usaha untuk melaksanakan Pengolahan,
Pengangkutan, Penyimpanan dan/atau Niaga dengan tujuan memperoleh keuntungan
dan/atau laba ( Pasal 1 angka 20 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument
yang digunakan oleh undang – undang ini dalam kegiatan usaha hilir adalah izin
usaha. Dalam hal ini ,negara berposisi sebagai pemberi izin dan badan usaha berposisi
sebagai penerima izin. Izin usaha hanya dapat digunakan seseuai dengan
peruntukannya ( Pasal 24 ayat 2 )
3. Kewajiban :
- Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib mengembalikan sebagian Wilayah
Kerjanya secara bertahap atau seluruhnya kepada Menteri ( Pasal 16 ). Setiap
badan usaha maupun bentuk usaha tetap berkewajiban untuk mengembalikan
sebagian wilayah kerjanya sevara bertahap maupun seluruhnya.
- Untuk menunjang penyiapan Wilayah Kerja dilakukan Survei Umum yang
dilaksanakan oleh atau dengan izin Pemerintah ( Pasal 19 ayat 1 ). Survei Umum
adalah kegiatan lapangan yang meliputi pengumpulan, analisis, dan penyajian data
yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi untuk memperkirakan letak dan
potensi sumber daya Minyak dan Gas Bumi di luar Wilayah Kerja ( Pasal 1 angka 6 ).
Kegiatan survei umum ini dapat dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh setiap
orang yang diberi izin pemerintah untuk melakukan survey umum.
- Dalam mengembangkan dan memproduksi lapangan Minyak dan Gas Bumi, Badan
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib melakukan optimasi dan melaksanakannya
sesuai dengan kaidah keteknikan yang baik.( Pasal 21 ayat 2 ). Sehinnga kewjiban
berikutnya adalah wajib melakukan kegiatan untuk atau agar tercapainya hasil yang
ideal dan dilaksanakan dengan didasarkan pada kaidah – kaidah yang hidup di etnik
tertentu pada tempat dan waktu tertentu.
- Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib menyerahkan paling banyak 25% (dua
puluh lima persen) bagiannya dari hasil produksi Minyak Bumi dan/atau Gas
Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri ( Pasal 22 ayat 1 ). Dapat
disimpulkan bahwa untuk setiap badan usaha atau bentuk usaha tetap yang
melaksanakan kegiatan usaha hulu wajib menyerahkan paling banyak 25% dari hasi
produksi minyak bumi dan gas bumi.
- Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan Kegiatan Usaha Hulu
wajib membayar penerimaan negara yang berupa pajak dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak ( Pasal 31 ayat 1 ). Yang termasuk pajak dalam pasal tersebut
adalah pajak – pajak, bea masuk dan pungutan lain atas impor dan cukai, pajak daerah
dan retribusi daerah ( Pasal 31 ayat 2 ). Dan yang termasuk penerimaan negara bukan
pajak dalam pasal tersebut adalah bagian negara, pungutan negara yang berupa iuran
tetap dan iuran eksplorasi dan eksploitasi serta bonus – bonus ( Pasal 31 ayat 3 )
- Pengelolaan lingkungan hidup berupa kewajiban untuk melakukan pencegahan
dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan
lingkungan hidup, termasuk kewajiban pascaoperasi pertambangan ( Pasal 40
ayat 3 ). Kewajiban selanjutnya adalah untuk menjaga lingkungan sekitar dan
memulihkan kembali lingkungan yang telah digunakan untuk kegiatan usaha yang
berkenaan dengan minyak bumi dan gas bumi.

4. Gugatan Perwakilan ( Class Action ) :


Di dalam undang – undang ini tidak diatur mengenai adanya gugatan perwakilan ( class
action ). Namun masyarakat dapat melakukan gugatan perwakilan terhadap keputusan –
keputusan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah ke Pengadilan Tata Usaha Negara.
Keputusan tersebut misalkan izin untuk pemindahan bangunan, tempat umum, sarana dan
prasarana umum karena wilayah ( yang terdapat bangunan, tempat umum, sarana dan
prasarana umum ) akan digunakan untuk kegiatan usaha minyak bumi dan gas bumi
( Pasal 33 ayat 4 ) apabila rakyar yang berada di wilayah tersebut tidak menyetujui hal
tersebut maka izin yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut dapat di lakukan gugatan
perwakilan ke Pengadilan Tata Usaha Negara karena izizn tersebut merupakan keputusan
tata usaha negara.

5. Ketentuan Penyelesaian Sengketa :


Dalam undang – undang ini tidak diatur mengenai ketentuan penyelesaian sengketa,
namun apabila melihat penjelasan di atas, maka penyelesian sengketa dapat dilakukan di
Pengadilan Tata Usaha Negara ( untuk setiap izin atau keputusan tata usaha negara yang
dikelarkan oleh pemerintah atau pejabat yang berwenang ) dan Pengadilan Negeri ( untuk
setiap perilaku pidana yang diatur di dalam undang – undang ini ataupun gugatan perdata
atas kegiatan usaha yang berkaitan dengan minyak bumi dan gas bumi.
6. Sanksi :
Sanksi yang terdapat pada undang – undang ini adalah sanksi pidana yang berupa :
- Pidana penjara ( Pasal 52 – Pasal 55 )
- Pidana kurungan ( Pasal 51 )
- Pidana denda ( Pasal 51 – Pasal 57 )
- Pidana tambahan berupa pencabutan haka tau perampasan barang yang digunakan
atau yang diperoleh dari tindak pidana dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi
( Pasal 58 )
Selain itu Pemerintah dapat menyampaikan teguran tertulis, menangguhkan kegiatan,
membekukan kegiatan, atau mencabut Izin Usaha apabila pelanggaran terhadap salah
satu persyaratan yang tercantum dalam Izin Usaha, pengulangan pelanggaran atas
persyaratan Izin Usaha; dan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan
Undang-undang ini ( Pasal 25 ayat 1 )

7. Penegak hokum :
Yang dapat menjadi penegak hokum yang memiliki tugas penyidikan dalam undang –
undang ini yaitu :
- Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
- Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan
tindak pidana dalam kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.

Anda mungkin juga menyukai