Anda di halaman 1dari 14

AMANDEMEN UU NO 22 TAHUN 2001

OMNIBUS
Omnibus Black Law Dictionary Ninth Edition Bryan A.Garner : relating to or dealing with numerous object or item at once ; inculding
many thing or having various purposes.
Dalam konteks dengan UU :penyelesaian berbagai pengaturan sebuah kebijakan tertentu, tercantum dalam dalam berbagai UU,
kedalam satu UU payung
Dari segi hukum, kata omnibus lazimnya disandingkan dengan kata law atau bill yang berarti suatu peraturan yang dibuat
berdasarkan hasil kompilasi beberapa aturan dengan substansi dan tingkatannya berbeda.
Audrey O” Brien (2009), Omnibus Law : suatu rancangan undang-undang (bill) yang mencakup lebih dari satu aspek yang digabung
menjadi satu undang-undang.
Barbara Sinclair (2012), omnibus bill : merupakan proses pembuatan peraturan yang bersifat kompleks dan penyelesaiannya
memakan waktu lama karena mengandung banyak materi meskipun subjek, isu, dan programnya tidak selalu terkait.
Omnibus Law telah banyak dilakukan oleh negara di dunia terutama yang menggunakan tradisi common law system.
Indonesia mewarisi tradisi civil law system.
Sejarah omnibus dapat dilihat di beberapa negara yang telah menerapkan misalnya AS, Kanada hingga Inggris.
Konsep Omnibus Law sebenarnya sudah cukup lama, di Amerika Serikat tercatat UU tersebut pertama kali dibahas pada 1840.
DPR RI mengesahkan UU Cipta Kerja pada 5 Oktober 2020
Secara keseluruhan terdiri dari 15 bab dan 174 pasal
Secara keseluruhan, ada 1.203 pasal dari 73 undang-undang terkait dan terbagi
atas 7,197 daftar inventarisir masalah (DIM) yang terdampak RUU tersebut.
Keseluruhan amandemen terhadap UU no 22 tahun 2001 berada pada pasal 40
Ketentuan Pasal 1 angka 21 dan angka 22 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi
sebagai berikut:
...
20. Izin Usaha adalah izin yang diberikan kepada Badan Usaha untuk melaksanakan
Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan dan/atau Niaga dengan tujuan
memperoleh keuntungan dan/atau laba;
21. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA
Pasal 1 Ketentuan Pasal 1 angka 21 dan angka 22 diubah
sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
...
...
21. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia 21. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang terdiri dari Presiden beserta para Menteri; yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh wakil Presiden dan
22. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Eksekutif Daerah;
22. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA
Pasal 4 Pasal 4
(1) Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam (1) Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam
strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam
Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan
kekayaan nasional yangdikuasai oleh negara. kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara.
(2) Penguasaan oleh negara sebagaimana dimaksud (2) Penguasaan oleh negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah
sebagai pemegang Kuasa Pertambangan. melalui kegiatan usaha minyak dan gas bumi.
(3) Pemerintah sebagai pemegang Kuasa (3) Kegiatan usaha minyak dan gas bumi
Pertambangan membentuk Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas
Pelaksanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dan
angka 23 kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi.
UU CIPTA KERJA
UU NO 22 TAHUN 2001
Pasal 5 Pasal 5

Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi terdiri atas: (1) Kegiatan usaha minyak dan gas bumi dilaksanakan berdasarkan Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.

(1) Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup: (2) Kegiatan usaha minyak dan gas bumi terdiri atas: a. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi; dan b.
Kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi.

a. Eksplorasi;
(3) Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas: a.
eksplorasi; dan b. eksploitasi.
b. Eksploitasi.
(4) Kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas: a.
(2) Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup: pengolahan; b. pengangkutan; c. penyimpanan; dan d. niaga.

a. Pengolahan;

b. Pengangkutan;

c. Penyimpanan;

d. Niaga.
UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA
Pasal 23 Pasal 23

(1) Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 2, dapat (1) Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 2, dapat
dilaksanakanoleh Badan Usaha setelah mendapat Izin Usaha dari Pemerintah. dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah
Pusat.
(2) Izin Usaha yang diperlukan untuk kegiatan usaha Minyak Bumi dan/atau kegiatan
usahaGas Bumi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibedakan atas: (2) Badan Usaha yang memenuhi Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat melakukan kegiatan: a. usaha pengolahan; b. usaha pengangkuatan; c.
usaha penyimpanan; dan/atau d. usaha niaga.
a. Izin Usaha Pengolahan;
(3) Perizinan Berusaha yang telah diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
b. Izin Usaha Pengangkutan; hanya dapat digunakan sesuai dengan peruntukan kegiatan usahanya. 187 (4)
Permohonan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan
menggunakan sistem perizinan terintegrasi secara elektronik yang dikelola oleh
c. Izin Usaha Penyimpanan; Pemerintah Pusat.

d. Izin Usaha Niaga.

(3) Setiap Badan Usaha dapat diberi lebih dari 1 (satu) Izin Usaha sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA

Pasal 23A (1)


Setiap orang yang melakukan kegiatan
Usaha Hilir tanpa Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
dikenai sanksi administratif berupa
penghentian usaha dan/atau kegiatan,
denda, dan/atau paksaan pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
kriteria, jenis, besaran denda, dan tata
cara pengenaan sanksi administratif
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA
Pasal 25 Pasal 25

(1) Pemerintah dapat menyampaikan teguran tertulis, menangguhkan kegiatan, (1) Pemerintah Pusat dapat memberikan sanksi administratif terhadap: a.
membekukankegiatan, atau mencabut Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam pelanggaran salah satu persyaratan yang tercantum dalam Perizinan
Pasal 23 berdasarkan: Berusaha; b. tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan
Undang-Undang ini. (
a. pelanggaran terhadap salah satu persyaratan yang tercantum dalam Izin
Usaha; 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan Sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
b. pengulangan pelanggaran atas persyaratan Izin Usaha;

c. tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang


ini.

(2) Sebelum melaksanakan pencabutan Izin Usaha sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1),Pemerintah terlebih dahulu memberikan kesempatan selama
jangka waktu tertentu kepadaBadan Usaha untuk meniadakan pelanggaran
yang telah dilakukan atau pemenuhanpersyaratan yang ditetapkan.
UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA

Pasal 46 Pasal 46
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan dan (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan dan
pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan
Gas Bumi melalui pipa dilakukan oleh Badan Pengatur Gas Bumi melalui pipa dilakukan oleh Badan Pengatur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4). sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4).
(2) Fungsi Badan Pengatur sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) melakukan pengaturan agar ketersediaan (2) Fungsi Badan Pengatur sebagaimana dimaksud
dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi yang dalam ayat (1) melakukan pengaturan agar
ketersediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan
ditetapkan Pemerintah dapat terjamin di seluruh wilayah
Gas Bumi yang ditetapkan Pemerintah dapat terjamin di
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta meningkatkan seluruh 188 wilayah Negara Kesatuan Republik
pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri. Indonesia serta meningkatkan pemanfaatan Gas Bumi di
(3) Tugas Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam dalam negeri.
ayat (1) meliputi pengaturan dan penetapan mengenai:
a. ketersediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak; (3) Tugas Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam
b. cadangan Bahan Bakar Minyak nasional; ayat (1) meliputi pengaturan dan penetapan mengenai:
c. pemanfaatan fasilitas Pengangkutan dan Penyimpanan a. ketersediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak; b.
Bahan Bakar Minyak; cadangan Bahan Bakar Minyak nasional; c.
pemanfaatan fasilitas Pengangkutan dan Penyimpanan
d. tarif pengangkutan Gas Bumi melalui pipa; Bahan Bakar Minyak; d. tarif pengangkutan Gas Bumi
e. harga Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan melalui pipa; e. harga Gas Bumi untuk rumah tangga
kecil; dan pelanggan kecil; f. pengusahaan transmisi dan
f. pengusahaan transmisi dan distribusi Gas Bumi. distribusi Gas Bumi.
(4) Tugas Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) mencakup juga tugaspengawasan dalam bidang- (4) Tugas Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam
bidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3). ayat (1) mencakup juga tugas pengawasan dalam
bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).
(5) Badan Pengatur dalam pengaturan dan penetapan
tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d wajib mendapatkan
persetujuan Menteri.
UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA

Pasal 52 Pasal 52
Setiap orang yang melakukan Setiap orang yang melakukan
Eksplorasi dan/atau Eksploitasi tanpa Eksplorasi dan/atau Eksploitasi tanpa
mempunyai Kontrak Kerja Sama memiliki Perizinan Berusaha atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Kontrak Kerja Sama dipidana dengan
ayat (1) dipidana dengan pidana pidana penjara paling lama 6 (enam)
penjara palinglama 6 (enam) tahun dan tahun dan denda paling tinggi
denda paling tinggi Rp60.000.000.000,00 (enam puluh
Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar rupiah).
miliar rupiah).
UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA

Pasal 53 Pasal 53

Setiap orang yang melakukan: Jika tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23A mengakibatkan
timbulnya korban/kerusakan terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan, dan
lingkungan, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
a. Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha tahun atau denda paling tinggi Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
Pengolahan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan rupiah).
denda paling tinggiRp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah);

b. Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha


Pengangkutandipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan denda paling tinggiRp40.000.000.000,00 (empat puluh miliar rupiah);

c. Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha


Penyimpanandipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling tinggiRp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah);

d. Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Niaga


dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
tinggi Rp30.000.000.000,00 (tigapuluh miliar rupiah)
UU NO 22 TAHUN 2001 UU CIPTA KERJA

Pasal 55 Pasal 55
Setiap orang yang menyalahgunakan Setiap orang yang menyalahgunakan
Pengangkutan dan/atau Niaga Bahan Pengangkutan dan/atau Niaga Bahan
Bakar Minyak yang disubsidi Pemerintah Bakar Minyak, bahan bakar gas,
dipidana dengan pidana penjara dan/atau liquefied petroleum gas yang
paling lama 6 (enam) tahun dan denda disubsidi Pemerintah dipidana dengan
paling tinggi Rp60.000.000.000,00 pidana penjara paling lama 6 (enam)
(enam puluh miliar rupiah). tahun dan denda paling tinggi
Rp60.000.000.000,00 (enam puluh
miliar rupiah).

Anda mungkin juga menyukai