REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Minyak Bumi, Gas Bumi, Minyak dan Gas Bumi,
Kuasa Pertambangan, Survey Umum, Kegiatan Usaha
Hulu, Eksplorasi, Eksploitasi, Wilayah Hukum
Pertambangan Indonesia, Wilayah Kerja, Badan Usaha,
Bentuk Usaha Tetap, Kontrak Kerja Sama, Pemerintah
Pusat selanjutnya disebut Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Badan Pelaksana, Menteri adalah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
2. Gas Metana Batubara (Coalbed Methane) adalah gas
bumi (hidrokarbon) dimana gas metana merupakan
komponen utamanya yang terjadi secara alamiah
dalam proses pembentukan batubara (coalification)
dalam kondisi terperangkap dan terserap (terabsorbsi)
di dalam batubara dan/atau lapisan batubara.
3. Wilayah Terbuka adalah bagian dari Wilayah Hukum
Pertambangan Indonesia yang belum ditetapkan
sebagai Wilayah Kerja.
4. Kontrak . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Pasal 6
-4-
3. Ketentuan Pasal 46 ayat (1) dan ayat (3) diubah serta ayat
(2) dan ayat (4) dihapus, sehingga Pasal 46 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 46
Pasal 48
(2) Dalam . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Pasal II
Agar . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 September 2009
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 September 2009
ANDI MATTALATTA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 55 TAHUN 2009
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 35 TAHUN
2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
I. UMUM
II. PASAL . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Pasal I
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Penetapan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap sebagai
Kontraktor oleh Menteri didasarkan hasil evaluasi tim yang
dibentuk oleh Menteri atas pelaksanaan lelang wilayah
kerja atau penawaran langsung wilayah kerja.
Ayat (2)
Badan Pelaksana dapat memberikan masukan kepada
Menteri mengenai kinerja Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap yang bersangkutan berdasarkan catatan operasi yang
pernah dilakukan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kebutuhan Minyak Bumi
dan/atau Gas Bumi dalam negeri” adalah keseluruhan
kebutuhan nasional atas Minyak Bumi dan/atau Gas
Bumi. Ketentuan mengenai kewajiban penyerahan Gas
Bumi ini berlaku untuk Kontrak Kerja Sama yang
mempunyai tanggal berlaku (effectivedate) setelah
berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi.
Ayat (2)
Dihapus.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Dihapus.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.