Anda di halaman 1dari 331

DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG .......................................................................................................................... 1

GAMBARAN UMUM INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI ............................................................... 3

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN BERSAMA............................................................................ 10

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BERSAMA .................................................................................... 15

A. PERENCANAAN PEMERIKSAAN .............................................................................................. 15

B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN..................................................................................................... 16

C. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ............................................................................................... 17

D. PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ......................................................................................... 45

Lampiran

1. Format Dokumen Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama (Cfm. PMK Nomor 34/PMK.03/2018)....... 47


2. Standar Pemeriksaan Bersama ...................................................................................................... 104
3. Format Audit Plan dan Prosedur Audit ......................................................................................... 109
4. Format Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama .................................................................................. 249
5. Format Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama ................................................................................ 270
6. Gambaran Umum Akuntansi PSC .................................................................................................. 291
7. Daftar Istilah dalam Industri Migas ............................................................................................... 302
Latar Belakang

Industri Migas merupakan salah satu industri yang strategis secara besaran ekonomi maupun
keunikan proses bisnisnya. Oleh karena itu perlu kiranya memastikan perhitungan bagi hasil dan pajak
penghasilan minyak dan gas bumi (PPh Migas) telah sesuai dengan kesepakatan kontrak dan/atau
kebijakan Pemerintah.
Pasal 31D Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, mengamanatkan
perlunya ditetapkan peraturan pemerintah yang mengatur ketentuan mengenai perpajakan bagi bidang
usaha pertambangan minyak dan gas bumi. Oleh karenanya, Pemerintah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak
Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana te lah diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017.
Pasal 30 ayat (4) dan (5) Peraturan Pemerintah dimaksud mengamanatkan perlunya ditetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama atas Pelaksanaan
Kontrak Kerja Sama Berbentuk Kontrak Bagi Hasil dengan Pengembalian Biaya Operasi di Bidang Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi. Hingga pada akhirnya terbitlah PMK Nomor 34/PMK.03/2018 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama atas Pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Berbentuk Kontrak
Bagi Hasil dengan Pengembalian Biaya Operasi di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Pasal 6 Ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan dimaksud mengamanatkan bahwa pemeriksaan
bersama dilaksanakan sesuai standar pemeriksaan bersama yang diatur lebih lanjut melalui pedoman
teknik pemeriksaan bersama oleh Ketua Satgas Pemeriksaan Bersama. Sebagai perwujudan dari amanat
Peraturan Menteri Keuangan tersebut, maka disusunlah Pedoman Teknik Pemeriksaan Bersama.
Dengan diterbitkannya PMK Nomor 34/PMK.03/2018, pemeriksaan atas perhitungan bagi hasil dan
PPh Migas atas pelaksanaan kontrak bagi hasil dengan pengembalian biaya operasi dilakukan dengan
pemeriksaan bersama oleh tiga instansi; Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (SKK Migas). Berkaitan dengan hal tersebut, guna menyelaraskan dan menyeragamkan metode
pemeriksaan atas pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Migas Berbentuk Kontrak Bagi Hasil dengan
Pengembalian Biaya Operasi di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, perlu disusun Pedoman Teknik
Pemeriksaan Bersama atas pelaksanaan kontrak tersebut.
Pedoman Teknik Pemeriksaan Bersama diharapkan dapat memberikan panduan kepada tim
pemeriksa dalam menjaga mutu hasil pemeriksaan, meningkatkan efektivitas hasil pemeriksaan, dan
memberikan kontribusi optimal terhadap penerimaan negara. Pedoman Teknik ini memuat gambaran

|1
umum industri migas, penjelasan terkait kebijakan pemeriksaan bersama, dan pelaksanaan
pemeriksaan bersama yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil
pemeriksaan. Terlampir pula ketentuan terkait standar pemeriksaan bersama, kriteria pemeriksaan,
format audit plan dan audit program, format kertas kerja pemeriksaan induk dan laporan hasil
pemeriksaan bersama.

|2
Gambaran Umum Industri Minyak dan Gas Bumi

Pertambangan minyak dan gas bumi adalah rangkaian kegiatan untuk menemukan cadangan
terbukti (proven reserves) minyak dan gas bumi yang ekonomis untuk ditambang. Kegiatan
penambangan dilakukan untuk mengangkat minyak dan gas bumi dari lapisan batuan di perut bumi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Minyak dan Gas
Bumi sebagai sumber daya alam strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam Wilayah Hukum
Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara dan Pemerintah
sebagai pemegang kuasa pertambangannya. Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan hulu migas
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 sebagaimana diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009.
Kegiatan usaha minyak dan gas bumi terdiri kegiatan hulu dan hilir. Kegiatan usaha hulu berintikan
pada eksplorasi dan eksploitasi, sedangkan kegiatan usaha hilir berintikan pada kegiatan usaha
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan/atau niaga migas. Kegiatan usaha hulu diatur melalui
Kontrak Kerja Sama. Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain
dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dikarenakan ruang lingkup pemeriksaan bersama adalah
pemeriksaan atas pelaksanaan kontrak kerja sama migas, maka pembahasan pedoman ini akan
difokuskan pada pemeriksaan atas pelaksanaaan kontrak kerja sama hulu migas.

A. Alur Kegiatan Usaha Hulu Migas

|3
1. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi
geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah
kerja yang ditentukan, yang antara lain meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
 Mengusahakan ijin untuk memulai kegiatan eksplorasi di daerah tertentu;
 Melakukan berbagai kegiatan penyelidikan geologis dan geofisika di lapangan;
 Menginterpretasikan data yang dihasilkan dalam penyelidikan;
 Melakukan pengeboran sumur, termasuk sumur uji stratigrafi di daerah yang belum terbukti
mengandung cadangan;
 Memperoleh dan membangun aktiva tetap yang berhubungan dengan kegiatan di atas;
 Menggunakan jasa yang diperlukan sehubungan dengan kegiatan di atas.
Termasuk dalam kegiatan eksplorasi adalah penyelidikan topografi, yaitu kegiatan pengukuran
permukaan tanah yang bertujuan untuk membuat peta suatu daerah tertentu dan mengetahui sifat-
sifat tanahnya.

2. Eksploitasi
Kegiatan eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak dan gas
bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur,
pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan
pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
Tahapan kegiatan eksploitasi secara umum terbagi menjadi dua, yaitu:
 Pengembangan lapangan migas (sesuai dengan persetujuan Plan Of Development (PoD). Tahap
pengembangan lapangan migas meliputi pembangunan sumur pengembangan, fasilitas
produksi, fasilitas pengembangan peralatan pengeboran dan produksi lainnya, tempat tinggal
pekerja, dan lain-lain.
 Produksi, meliputi semua kegiatan dalam rangka pengangkatan minyak dan gas bumi ke
permukaan bumi dari cadangan terbukti serta pengangkutannya ke stasiun pengumpul yang
kegiatannya terdiri sebagai berikut:
 Pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi;
 Proses pemisahan antara minyak, gas bumi, endapan dasar, dan air;
 Pengangkutan minyak dan gas dari permukaan bumi ke stasiun pengumpul atau pusat
pengumpulan produksi untuk selanjutnya dikirim ke lokasi distribusi;
 Pengumpulan minyak mentah di tangki penimbun;

|4
B. Perkembangan Kontrak Kerjasama Migas di Indonesia
Usaha Migas di Indonesia telah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda di Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Kepulauan Maluku, dan Papua. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perusahaan-
perusahaan minyak milik Belanda yang beroperasi di daerah-daerah tersebut. Bentuk kontrak
kerjasama pengusahaan migas nya pun terus berkembang. Dimulai dari model konsesi, kontrak
karya, kerjasama kontrak bagi hasil migas dengan pengembalian biaya operasi (cost recovery), dan
terakhir dengan kontrak bagi hasil gross split.
 Kerjasama Konsesi (sampai Tahun 1960)
Konsesi mempunyai pengertian sebagai penyerahan daerah tertentu oleh Pemerintah kepada
perusahaan swasta (baik asing maupun dalam negeri) dalam rangka pengusahaan dan pemilikan
sumber daya alam yang terkandung di daerah tersebut. Dalam kerjasama ini, seluruh minyak,
gas, dan panas bumi yang dihasilkan akan menjadi milik perusahaan tersebut. Perusahaan hanya
berkewajiban memberikan sejumlah royalti yang besarnya ditentukan dalam perjanjian dengan
Pemerintah. Sistem kontrak konsesi ini berakhir dengan disahkannya Undang-undang Nomor 44
Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.

 Kerjasama Kontrak Karya (Tahun 1960 - 1966)


Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak
dan Gas Bumi, model pengusahaan migas berubah bentuk menjadi Kerjasama Kontrak Karya,
dimana:
a. Bahan galian minyak dan gas bumi merupakan kekayaan nasional yang harus dikuasai oleh
negara (mineral right di tangan negara);
b. Pengusahaannya oleh negara dilaksanakan oleh perusahaan Negara (mining right berada di
tangan perusahaan negara);
c. Kontraktor hanyalah pihak yang bekerja membantu perusahaan negara dan menerima
imbalan atas hasil kerjanya tersebut (economic right diberikan kepada Kontraktor).
Dalam kerjasama ini, pemegang kuasa pertambangan adalah perusahaan milik negara
(Pertamina), sedangkan perusahaan swasta (baik asing maupun dalam negeri) hanya bertindak
sebagai Kontraktor.

 Kerjasama Kontrak Bagi Hasil dengan Pengembalian Biaya Operasi (Cost Recovery) (Tahun
1966 - sekarang)
Setelah dimulainya orde baru, bentuk kerjasama perminyakan dilaksanakan dengan kontrak bagi
hasil (production sharing contract). Dalam kontrak bagi hasil, ditetapkan bahwa wewenang
pengendalian, pengawasan, dan manajemen umum kegiatan hulu migas berada di tangan
Pemerintah (dalam hal ini diwakili oleh Pertamina). Peranan Kontraktor hanya sebagai

|5
penyandang dana dan pelaksana kegiatan operasi perminyakan. Ketentuan dalam kontrak ini
adalah sebagai berikut:
a. Pertamina bertanggungjawab atas manajemen operasi;
b. Kontraktor melaksanakan operasi menurut program kerja tahunan yang disetujui Pertamina;
c. Kontraktor menyediakan seluruh dana dan teknologi yang dibutuhkan dalam operasi
perminyakan dan menanggung biaya resiko operasi;
d. Kontraktor diijinkan mengadakan eksplorasi selama 6 (enam) sampai 10 (sepuluh) tahun,
sedangkan eksploitasi boleh dilakukan sepanjang sisa waktu kontrak (jangka waktu kontrak
adalah 30 tahun);
e. Kontraktor akan menerima kembali seluruh biaya operasi setelah produksi komersial;
f. Hasil produksi yang telah dikurangi biaya produksi, dibagi antara Pertamina dan Kontraktor;
g. Kontraktor wajib menyisihkan dan/atau mengembalikan sebagian wilayah kerjanya kepada
pemerintah;
h. Seluruh barang operasi atau peralatan yang dibeli dan/atau dimpor oleh Kontraktor menjadi
milik Pertamina;
i. Seluruh data yang didapatkan dalam operasi menjadi milik pemerintah;
j. Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi dalam negeri (domestic
market obligation) paling banyak 25% dari bagian kontrak production sharing;
k. Kontraktor wajib mengalihkan 10% kepemilikannya setelah produksi komersial kepada
perusahaan swasta nasional yang ditunjuk Pertamina.

Hingga saat pedoman ini dibuat, kontrak bagi hasil telah mengalami beberapa kali perubahan,
yaitu:

a. Kontrak Bagi Hasil Generasi Pertama (Tahun 1966-1975)


Kontrak Bagi Hasil Generasi Pertama ini adalah perubahan sistem Kontrak Karya menjadi
Kontrak Kerja Sama / Production Sharing Contract (PSC). Prinsip Kontrak Kerja Sama
Generasi Pertama adalah:
1) Perusahaan migas berkedudukan sebagai kontraktor Pertamina;
2) Manajemen dari seluruh kegiatan kontraktor berada di tangan Pertamina;
3) Cost recovery dibatasi sebesar 40% dari total pendapatan per tahun;
4) Selisih antara pendapatan bruto per tahun dengan cost recovery (60%) dibagi antara
Pertamina dan Kontraktor masing-masing sebesar 65% : 35% (65% bagian Pemerintah
sudah termasuk pajak Kontraktor);
5) Kontraktor diwajibkan memasok 25% dari bagian produksinya untuk keperluan domestik
(Domestic Market Obligation) dengan harga US$0.20/barel.

|6
b. Kontrak Bagi Hasil Generasi Kedua (Tahun 1976-1988)
Perubahan Kontrak Bagi Hasil Generasi Kedua yang utama adalah dihilangkannya cost
recovery celling, porsi bagi hasil (equity share), dan mengenai perpajakan, yaitu:
1) Cost recovery tidak lagi dibatasi dan didasarkan pada Generally Accepted Accounting
Principle (GAAP);
2) Selisih antara pendapatan bruto per tahun dengan cost recovery kemudian dibagi antara
Pertamina dan Kontraktor masing-masing sebesar 65,91% : 34,09% untuk minyak
mentah dan 31,82% : 68,18% untuk gas bumi;
3) Bagian Kontraktor akan dikenakan tarif pajak sebesar 56% (PPh Badan 45% dan Dividend
Tax 20%), sehingga pembagian bersih setelah pajak adalah minyak mentah 85% : 15%
dan gas bumi 70% : 30%;
4) Dengan adanya perubahan Undang-Undang Pajak tahun 1984, dimana tarif pajak turun
menjadi 48% (PPh Badan 35% dan dividend tax 20%), maka untuk mempertahankan bagi
hasil di atas, bagi hasil sebelum pajak diubah menjadi 71,15% : 28,85% untuk minyak
mentah dan 42,31% ; 57,69% untuk gas bumi;
5) Untuk lapangan baru, Kontraktor diberikan insentif berupa investment credit 20% dari
capital expenditure khusus fasilitas produksi;
6) Aktiva tetap didepresiasi selama 7 tahun dengan method double declining balance
(DDB).

c. Kontrak Bagi Hasil Generasi Ketiga (Tahun 1988-sekarang)


Pada Kontrak Bagi Hasil Generasi Ketiga diperkenalkan First Trance Petroleum (FTP) sebesar
20% dari produksi bruto yang dibagi terlebih dahulu antara Pemerintah dan Kontraktor
sebelum dikurangi dengan cost recovery. Hal ini untuk menjamin kesinambungan bagi hasil
pemerintah apabila harga minyak mentah turun karena volume produksi cenderung
mengganti cost recovery terlebih dahulu.

Pengesahan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menandai
adanya pemisahan peran regulator, supervisor, dan pelaku industri migas, dimana:
a. Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan pemerintah sampai pada titik penyerahan;
b. Pengendalian manajemen operasi berada pada Badan Pelaksana;
c. Modal dan risiko seluruhnya ditanggung badan usaha atau bentuk usaha tetap
d. Pengendalian manajemen operasi adalah :
1) Pemberian persetujuan atas rencana kerja dan anggaran, rencana pengembangan
lapangan;
2) Pengawasan terhadap realisasi dari rencana tersebut

|7
Pada tahun 2010, Pemerintah mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010
tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Walaupun demikian, kontrak kerja sama yang telah
ditandatangani sebelum Peraturan Pemerintah ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku
sampai dengan tanggal berakhirnya kontrak yang bersangkutan. Hal-hal yang belum diatur atau
belum cukup diatur secara tegas dalam kontrak kerja sama untuk ketentuan mengenai:
a. besaran bagian penerimaan negara;
b. persyaratan biaya operasi yang dapat dikembalikan dan norma pembebanan biaya operasi;
c. biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan;
d. penunjukan pihak ketiga yang independen untuk melakukan verifikasi finansial dan teknis;
e. penerbitan surat ketetapan pajak penghasilan;
f. pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor atas barang pada kegiatan eksplorasi
dan kegiatan eksploitasi;
g. pajak penghasilan Kontraktor berupa volume minyak bumi dan/atau gas bumi dari bagian
Kontraktor; dan
h. penghasilan di luar kontrak kerja sama berupa uplift dan/atau pengalihan participating
interest,
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan wajib menyesuaikan dengan Peraturan
Pemerintah ini, sedangkan kontrak bagi hasil dalam kegiatan usaha hulu minyak bumi dan gas
bumi yang dibuat atau diperpanjang setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini wajib
mematuhi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
Pada tahun 2017, untuk meningkatkan penemuan cadangan minyak dan gas bumi nasional dan
menggerakkan iklim investasi serta lebih memberikan kepastian hukum pada kegiatan usaha
hulu minyak dan gas bumi, diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat
Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

 Kontrak Bagi Hasil (PSC) Gross Split (Tahun 2017- sekarang)


Pada awal tahun 2017, Pemerintah memperkenalkan mekanisme kontrak bagi hasil yang dikenal
dengan nama kontrak bagi hasil Gross Split melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 8 tahun
2017 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split sebagaimana diubah terakhir dengan Permen ESDM
Nomor 52 Tahun 2017.
Perbedaan utama Kontrak Bagi Hasil Gross Split dengan Kontrak Bagi Hasil sebelumnya (Kontrak
Bagi Hasil Cost Recovery) adalah bagi hasil antara Negara dan Kontraktor dalam Kontrak Bagi
Hasil Gross Split didasarkan atas hasil produksi tanpa memperhitungkan pengembalian biaya
operasi (cost recovery). Dengan demikian, cost recovery merupakan tanggungan Kontraktor
seluruhnya. Skema besaran bagi hasil dalam Kontrak Bagi Hasil Gross Split terdiri dari base split,

|8
variable split dan progressive split. Atas biaya operasi yang dikeluarkan oleh Kontraktor, akan
menjadi unsur pengurangan penghasilan bagian kontraktor dalam perhitungan pajak
penghasilan sebagaimana yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan pada kegiatan usaha hulu migas.
Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2017 tentang
Perlakuan Perpajakan pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dengan Kontrak Bagi
Hasil Gross Split.

|9
Gambaran Umum Pemeriksaan Bersama

Pemeriksaan Bersama adalah serangkaian kegiatan mencari, menghimpun, dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama secara objektif dan
profesional terhadap Kontraktor yang bertindak sebagai operator atas pelaksanaan Kontrak Kerja Sama
berbentuk Kontrak Bagi Hasil dengan pengembalian biaya operasi di bidang usaha hulu Minyak dan Gas
Bumi berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Bagi
Hasil dan PPh Migas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1. Ruang Lingkup Pemeriksaan Bersama


Pemeriksaan Bersama dilakukan atas pemenuhan kewajiban bagi hasil dan PPh Migas sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.03/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama atas Pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Berbentuk Kontrak Bagi
Hasil dengan Pengembalian Biaya Operasi di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pemeriksaan
untuk kewajiban pajak lainnya (PPN, P2PPh, Bea Meterai dan PBB) dilakukan tersendiri oleh Direktur
Jenderal Pajak (DJP) sesuai ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Ruang lingkup Pemeriksaan Bersama meliputi pemeriksaan terhadap produksi, lifting, biaya operasi,
perhitungan bagi hasil antara Pemerintah dan Kontraktor, dan pemenuhan kewajiban PPh Migas
Kontraktor yang juga menjadi hak Pemerintah RI.
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (7) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.03/2018, pemeriksaan
pajak atas pemenuhan kewajiban PPh Migas dilaksanakan dengan Pemeriksaan Bersama. Direktur
Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan PPh Migas tersendiri dalam hal:
a. SPT Tahunan PPh Migas menyatakan lebih bayar;
b. Perhitungan PPh Migas dalam SPT Tahunan berbeda dengan perhitungan dalam Final FQR
Quarter IV; dan/atau
c. SPT Tahunan PPh Migas tidak disampaikan.
Apabila ditemukan penghasilan Kontraktor yang berasal dari luar penghasilan kontrak kerja sama
Migas yang tidak termasuk di dalam perhitungan FQR, maka akan ditindaklanjuti dengan
memberikan informasi/data kepada DJP. Pemeriksaan yang dilakukan oleh DJP sesuai dengan Pasal
29 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU Nomor 6 Tahun 1983 stdtd UU
Nomor 16 Tahun 2009), yang menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam hal ditemukan data baru termasuk data yang semula belum terungkap dan menyebabkan
perubahan perhitungan Bagi Hasil dan PPh Migas terutang dalam Surat Ketetapan Pajak PPh Migas
sebelumnya, terhadap Kontraktor tersebut dilakukan Pemeriksaan Bersama atas tahun buku
ditemukannya data baru tersebut.

|10
Dalam hal ditemukan data baru termasuk data yang semula belum terungkap yang tidak
menyebabkan perubahan perhitungan Bagi Hasil dan PPh Migas terutang dalam surat ketetapan
pajak PPh Migas sebelumnya, namun menyebabkan adanya kewajiban Pajak Penghasilan Badan,
terhadap Kontraktor tersebut dilakukan pemeriksaan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan atas tahun buku ditemukannya data baru tersebut.

2. Jenis Pemeriksaan Bersama


Pemeriksaan Bersama dapat dilakukan dalam tahun berjalan (current audit) ataupun setelah tahun
berjalan (post audit). Adapun skema dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Bersama dalam Tahun Berjalan adalah Pemeriksaan Bersama yang dilakukan untuk
penerbitan Final FQR Quarter IV atau FQR tahun buku terakhir dalam hal terjadi pengakhiran
kontrak kerja sama terminasi. Penerbitan LHPB juga memastikan bahwa Kontraktor telah
melaporkan SPT Tahunan sesuai dengan nilai perhitungan Final FQR Quarter IV hasil
pemeriksaan bersama.

FQR Temuan Final Kontraktor:


III yang FQR IV 1. Penyesuaian pembukuan
Disetujui terbit 2. Lapor SPT Tahunan
Pemerik Pembahasan Kontraktor
saan temuan
atau
Bersama pemeriksaan
Satgas& Temuan
Pending LHPB
FQR Kontraktor yang tdk
Disetujui Items Terbit
IV
Kontraktor

Penerbitan
SKP

b. Pemeriksaan Bersama setelah Tahun Berjalan adalah Pemeriksaan Bersama yang dilakukan atas
suatu tahun buku atau beberapa tahun buku yang telah diterbitkan Final FQR Quarter IV atau
FQR tahun buku terakhir dalam hal terjadi pengakhiran Kontrak Kerja Sama

Penyesuaian pembukuan dan


Temuan pembayaran PNBP dan PPh Migas
yang pada tahun berjalan
Disetujui
Final Kontraktor
FQR IV Pemerik- Pembahasan
Penerbitan SKP Nihil jika SPT =
saan temuan LHPB
terbit pemeriksaan Terbit
Final FQR IV
Bersama
Satgas&
Temuan
Kontraktor
yang Tidak
Disetujui
Pending
Items

3. Sifat dan Tujuan Pemeriksaan Bersama


Pemeriksaan bersifat pengujian kepatuhan terhadap kriteria pemeriksaan yang meliputi:

|11
1) Kontrak Kerja Sama
2) Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah yang dimaksud disini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010
tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 dan Peraturan Pemerintah Lainnya yang terkait dengan
bidang usaha hulu migas.
3) Peraturan lainnya di bidang hulu migas
Kriteria pemeriksaan atas peraturan ini meliputi:
1) Peraturan Menteri Keuangan dan turunannya;
2) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan turunannya;
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan turunannya;
4) Peraturan Menteri Lainnya yang terkait dengan bidang usaha hulu migas dan turunannya;
5) Pedoman Tata Kerja SKK Migas; dan
6) Dokumen pengawasan pelaksanaan kontrak kerjasama yang disahkan oleh SKK Migas,
seperti: Plan of Development (POD), Work, Plan, and Budget (WP&B), dan AFE (Authorization
for Expenditure) berikut Minutes of Meeting (MoM) yang mendukung pengesahan dokumen-
dokumen terkait penganggaran pelaksanaan kontrak kerja sama tersebut.
Sepanjang peraturan-peraturan ini tidak bertentangan dengan hierarki peraturan di atasnya. Dalam
hal terdapat kriteria pemeriksaan yang saling bertentangan, Pemeriksa dapat mengajukan
permohonan asistensi kepada Pengendali Mutu.

Tujuan Pemeriksaan Bersama adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban bagi hasil dan
PPh Migas antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Kontraktor sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Kontrak Kerja Sama termasuk perhitungan serta pembayaran PPh Migas atas bagi hasil
bagian Kontraktor dan peraturan lainnya di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi yang berlaku.

4. Standar Pemeriksaan Bersama


Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan bersama yang terdiri dari: standar
umum, standar pelaksanaan, dan standar pelaporan pemeriksaan bersama.

5. Jangka waktu Pemeriksaan Bersama


a. Paling lama 60 hari kerja untuk jangka waktu pengujian.
b. Paling lama 60 hari kalender untuk jangka waktu pembahasan dan pelaporan.
c. Jangka waktu pengujian maupun pembahasan dan pelaporan dapat diperpanjang oleh Kepala
Unit Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama dengan pertimbangan tertentu.

|12
6. Penyelesaian Pemeriksaan Bersama
a. Pemeriksaan Bersama dalam Tahun Berjalan
Alur penyelesaian pemeriksaan bersama tahun berjalan adalah sebagai berikut:
1) Pembahasan temuan pemeriksaan dilakukan sebelum penyampaian SPT Tahunan.
2) Final FQR Quarter IV diterbitkan berdasarkan hasil pembahasan.
3) Kontraktor melaporkan SPT Tahunan berdasarkan nilai Final FQR Quarter IV hasil
pembahasan.
4) Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama (LHPB) diterbitkan setelah Pemeriksa melakukan
verifikasi antara Final FQR Quarter IV dengan SPT Tahunan, yang kemudian
merekomendasikan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
5) SKP diterbitkan oleh KPP Migas berdasarkan usulan/rekomendasi LHPB, dengan kondisi:
- SKP Nihil apabila SPT Tahunan sesuai dengan Final FQR Quarter IV dan PPh Migas
terutang telah dilunasi.
- SKP Kurang Bayar apabila SPT Tahunan tidak sesuai dengan Final FQR Quarter IV dan
terdapat hutang pajak.
- SKP Lebih Bayar apabila terdapat kelebihan pembayaran pajak.
b. Pemeriksaan Bersama setelah Tahun Berjalan
Alur penyelesaian pemeriksaan bersama setelah tahun berjalan adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Bersama diselesaikan tanpa menunggu penyampaian SPT Tahunan oleh
Kontraktor.
2) Penyesuaian pembukuan Kontrak Kerja Sama dan pembayaran Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) dan PPh Migas dilakukan pada tahun diselesaikannya Pemeriksaaan Bersama
berdasarkan LHPB.
3) LHPB diterbitkan dengan rekomendasi penerbitan SKP Nihil apabila SPT Tahunan untuk
tahun buku yang diperiksa sesuai dengan Final FQR Quarter IV tahun buku tersebut.

7. Penyelesaian Temuan Pemeriksaan Bersama


a. Temuan yang disetujui:
1) Kontraktor menyesuaikan pembukuan dan menuangkannya dalam FQR sesuai dengan
metode/kondisi Pemeriksaan Bersama yang dilakukan, sehingga bila:
- Pemeriksaan dalam tahun berjalan, maka penyesuaian pembukuan dilakukan pada Final
FQR Quarter IV.
- Pemeriksaan setelah tahun berjalan, maka penyesuaian pembukuan dilakukan pada FQR
tahun buku diselesaikannya pemeriksaan.
- Pengakhiran Kontrak, maka penyesuaian pembukuan dilakukan pada FQR yang disetujui
oleh SKK Migas sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban perhitungan bagi hasil dan PPh
Migas untuk pengakhiran Kontrak Kerja Sama.

|13
2) Kontraktor melakukan penyesuaian bagi hasil/PNBP dan membayar PPh Migas.
b. Temuan yang tidak disetujui:
1) Temuan diklasifikasikan ke dalam daftar pending items.
2) Atas pending items dilakukan pemutakhiran temuan paling sedikit satu kali dalam satu
tahun kalender dan diputuskan paling lama dua tahun sejak LHPB diterima Kontraktor.
3) Untuk pengakhiran kontrak, pemutakhiran temuan dilakukan dan diputuskan paling lama
enam bulan sejak LHPB diterima Kontraktor. Hasil dari pemutakhiran dapat
mempertahankan atau mengeluarkan temuan dari daftar pending items. Pengeluaran
temuan dari daftar pending items dapat terjadi karena Kontraktor menyetujui temuan
tersebut atau Pemeriksa membatalkan temuan tersebut pada proses pembahasan
pemutakhiran temuan.
4) Apabila pending items menjadi temuan yang disetujui oleh Kontraktor pada proses
pemutakhiran temuan, Kontraktor melakukan langkah-langkah seperti angka 7 poin a diatas.
5) Atas pending items yang tidak disetujui setelah Pemutakhiran Temuan, akan diselesaikan
melalui pembahasan oleh Pimpinan untuk menentukan penyelesaian sengketanya.

8. Kebijakan Khusus Pemeriksaan Bersama:


Dalam hal ditemukan data baru atau data yang belum terungkap, Satgas Pemeriksaan Bersama
dapat melakukan pemeriksaan atas tahun buku yang sudah pernah diperiksa baik yang sudah
dilakukan pemeriksaan bersama atau pemeriksaan yang telah dilakukan oleh DJP atau BPKP
sebelum diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.03/2018.

|14
Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama

A. Perencanaan Pemeriksaan
Perencanaan Pemeriksaan Bersama dilakukan oleh Satgas Pemeriksaan Bersama sebelum
dimulainya Pemeriksaan Bersama dan ditetapkan dalam rapat koordinasi antar instansi anggota
Satgas Pemeriksaan Bersama. Pada perencanaan Pemeriksaan Bersama dibahas hal-hal sebagai
berikut:
1. Kontraktor yang diperiksa;
2. Tahun Buku yang diperiksa;
3. Jadwal Pemeriksaan Bersama;
4. Anggaran;
5. Susunan Tim Pemeriksa; dan
6. Hal-hal penting lainnya berdasarkan pertimbangan Satgas Pemeriksaan Bersama.
Walaupun pelaksanaan pemeriksaan bersama dilaksanakan kepada semua Kontraktor, namun untuk
meningkatkan efektivitas kerja, disusun skala prioritas Kontraktor yang akan diperiksa terlebih
dahulu, yaitu:
1. Terminasi (pengakhiran kontrak);
2. Sepuluh besar Kontraktor produksi terbesar;
3. Frekuensi pemeriksaan terhadap satu Kontraktor;
4. Temuan Data Kontraktor yang perlu ditindaklanjuti (contoh: data vendor);
5. Current Issue yang perlu ditindaklanjuti;
6. Permintaan pemeriksaan dari instansi lainnya terkait operasi industri hulu Migas.
Penentuan Kontraktor yang diperiksa dilakukan berdasarkan analisis profil dan risiko dari setiap
Kontraktor, dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Masing-masing instansi menyerahkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan
perencanaan pemeriksaan kepada sekretariat Satgas Pemeriksaan Bersama. Data dimaksud
diantaranya:
a. Dokumen pengawasan pelaksanaan kontrak kerjasama yang dimiliki SKK Migas (WP&B, AFE,
FQR, data vendor pemenang tender, dan data lainnya)
b. Data pemenuhan kewajiban perpajakan yang dimiliki KPP Migas (SPT Masa PPN dan P2PPh)
c. Data berupa hasil pemeriksaan sebelumnya.
2. Vendor yang terindikasi berisiko tinggi atas transaksi penyerahan jasa dengan kriteria:
a. Memiliki hubungan afiliasi;
b. Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) vendor tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan di
kontrak;

|15
c. Nilai pajak masukan pada SPT Masa PPN yang mendekati nilai kontrak yang diterima atau
tidak terdapat pajak masukan pada SPT Masa PPN dari kontrak yang diterimanya;
d. Nilai objek PPh Pasal 21 pada SPT Masa PPh Pasal 21 yang tidak mencerminkan gambaran
nilai kontrak yang diterimanya.
3. Data sebagaimana dimaksud pada nomor 1 digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
analisis profil risiko untuk menentukan Kontraktor yang akan diperiksa dalam rapat perencanaan
pemeriksaan.

B. Persiapan Pemeriksaan
1. Prosedur Persiapan Pemeriksaan
Persiapan pemeriksaan bertujuan untuk mendapatkan informasi umum mengenai perhitungan
bagi hasil dan PPh Migas Kontraktor yang diperiksa, sehingga mempermudah penentuan
langkah-langkah audit pada tahap selanjutnya. Informasi yang harus diperoleh mencakup antara
lain:
a. Profil kontraktor kontrak kerja sama;
b. Bagan organisasi, job description, dan informasi tertulis lainnya mengenai organisasi
kontraktor;
c. Dokumen-dokumen penganggaran kontraktor yang telah disahkan oleh SKK Migas (misal:
Plan of Development (POD), Plan of Further Development (POFD), Authorization for
Expenditure (AFE), dan Work Plan and Budget (WP&B));
d. Kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh kontraktor;
e. Peraturan kontraktor yang telah disetujui oleh SKK Migas;
f. Laporan hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya beserta kertas kerja pemeriksaan, audit
program, dan audit plan atas pemeriksaan tersebut.
Dokumen pendukung yang diadministrasikan oleh SKK Migas (seperti: WP&B, AFE, Minutes of
Meeting (MoM), dan FQR) akan disediakan oleh SKK Migas untuk menghindari dokumen dari
Kontraktor yang tidak valid (misal: FQR atau MoM yang belum mendapatkan persetujuan dari
SKK Migas).
Pada tahapan persiapan pemeriksaan, diterbitkan nota dinas penunjukan tim pemeriksa dari
Kepala UP2B yang menugaskan tim pemeriksa tersebut untuk melakukan persiapan
pemeriksaan seperti penyusunan audit plan dan audit program serta hal lain yang dipandang
perlu sebelum memulai pelaksanaan pemeriksaan.
Selanjutnya, audit plan dan audit program yang sudah dibuat oleh tim pemeriksa akan
diserahkan kepada Kepala UP2B untuk dapat diterbitkan Surat Tugas Pemeriksaan Bersama.
Jangka waktu tim pemeriksa untuk melakukan persiapan audit paling lama sepuluh hari kerja
sejak nota dinas penunjukan tim pemeriksa ditetapkan.

|16
Kepala UP2B dapat menunjuk pengendali mutu untuk mendampingi pemeriksa dalam rangka
melakukan supervisi, melakukan reviu hasil pemeriksaan, dan tugas lainnya yang didelegasikan
oleh ketua Satgas Pemeriksaan Bersama.

2. Penyusunan Audit Plan dan Audit Program


Penyusunan Audit Plan dan Audit Program bertujuan agar pemeriksaan dapat mencapai hasil
yang optimal dan sebagai alat untuk mengawasi, membimbing, mengarahkan pelaksanaan
pemeriksaan, serta sebagai acuan untuk pemeriksaan tahun-tahun buku berikutnya.
Penyusunan audit plan dan audit program dilakukan oleh tim pemeriksa berdasarkan nota dinas
penunjukan tim pemeriksa yang diterbitkan oleh Kepala UP2B.
Audit Plan adalah rencana pemeriksaan langkah demi langkah, melalui pendekatan yang
memungkinkan pemeriksa untuk fokus pada bidang-bidang penting yang perlu dikaji. Audit Plan
berisi langkah-langkah perencanaan untuk menjalankan pemeriksaan secara keseluruhan, mulai
dari langkah-langkah persiapan, pos-pos yang akan diperiksa, keterlibatan tim pemeriksa, dan
jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan.
Audit Program mencakup langkah kerja, waktu, tempat, pihak-pihak yang ditemui/dimintai
keterangan, dan jenis informasi yang diperlukan yang dibuat secara terperinci. Langkah kerja
yang dilakukan meliputi pelaksanaan pengujian untuk dapat menyimpulkan kebenaran
pemenuhan kewajiban Bagi Hasil dan PPh Migas antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
Kontraktor sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kontrak Kerja Sama termasuk
perhitungan serta pembayaran PPh Migas atas bagi hasil bagian Kontraktor.
Isi dari audit program terdiri dari tujuan pemeriksaan, metode dan teknik pemeriksaan atas pos
yang akan diperiksa, serta prosedur dan pengujian yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Format audit plan dan audit program secara terinci dapat dilihat pada Lampiran 4.

C. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Tujuan Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan bertujuan untuk menjalankan langkah-langkah yang sudah
direncanakan di dalam audit plan dan audit program dalam rangka menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban bagi hasil dan PPh Migas antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
Kontraktor sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kontrak Kerja Sama termasuk
perhitungan serta pembayaran PPh Migas atas bagi hasil bagian Kontraktor berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tahapan Pelaksanaan Pemeriksaan


a. Pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan Kontraktor (entry meeting)

|17
Entry meeting adalah saat dimulainya pemeriksaan bersama. Pada tahap ini diharapkan tim
pemeriksa dapat memperoleh gambaran terkini terkait kondisi usaha Kontraktor. Pihak
Kontraktor juga mendapatkan pemahaman tentang gambaran umum Pemeriksaan Bersama
atas Kontraktor Kontrak Kerja Sama Migas seperti: latar belakang, tujuan, sasaran, ruang
lingkup, dan jangka waktu penyelesaian pemeriksaan bersama.
Berdasarkan Pasal 18 PMK.34/PMK.03/2018, Pemeriksa harus membuat berita acara
pertemuan dimulainya Pemeriksaan Bersama (entry meeting) yang ditandatangani oleh
pemeriksa dan pimpinan Kontraktor atau kuasa Kontraktor. Dalam hal pimpinan Kontraktor
berhalangan, entry meeting dihadiri paling sedikit setingkat manajer dengan membawa
surat kuasa dari pimpinan Kontraktor.

b. Pengujian Sistem Pengendalian Internal (SPI)


Secara umum pengendalian internal Kontraktor didukung dengan berbagai peraturan
internal perusahaan dan pedoman tata kerja SKK Migas. Apabila diperlukan, tim Pemeriksa
dapat melakukan pengujian atas sistem pengendalian internal untuk menilai risiko
pengendalian internal dan menentukan ruang lingkup/cakupan pemeriksaan.

c. Pengujian Penghitungan Bagi Hasil dan/atau PPh Migas Kontraktor


Formula perhitungan bagi hasil migas antara pemerintah dan Kontraktor adalah sebagai
berikut:
Liftings
Oil/Condensate xxx
Gas
o LNG xxx
o Natural Gas xxx
o Propane/Butane xxx
Total Gas xxx
Gross Sales xxx
Less: Cost of LNG Sales & LNG FTP (xxx)
Gross Revenue xxx
First Tranche Petroleum xxx
Gross Revenue after FTP xxx
Investment Credit xxx
Cost Recovery
 Unrecovered Other Cost xxx
 Current Year Operating Cost xxx
 Depreciation – Prior Year Assets xxx
 Depreciation – Current Year Assets xxx
Total Cost Recovery xxx
Total Recoverables (xxx)
Equity to be Split xxx

|18
Indonesia Share
Government Share
 FTP Share xxx
 Equity Share xxx
 Lifting Price Variance xxx
 Net Domestic Market Obligation xxx
Government Tax Entitlement xxx
Total Indonesia Share xxx
Contractor Share
 FTP Share xxx
 Equity Share xxx
 Lifting Price Variance xxx
 Less: Domestic Market Obligation (DMO) xxx
 Add: DMO Adjusment xxx
Taxable Share xxx
Government Tax Entitlement (xxx)
Net Contractor Share xxx
Total Recoverables xxx
Total Contractor Share xxx

Berdasarkan formula perhitungan bagi hasil dan PPh migas tersebut di atas, pos-pos yang
menjadi titik kritis dalam pengujian perhitungannya adalah sebagai berikut:
1) Produksi dan Lifting
2) First Tranche Petroleum (FTP)
3) Cost of LNG Sales
4) Gross Revenue setelah FTP
5) Investment Credit
6) Pemeriksaan Equity Share
a) Pemeriksaan Biaya Operasi
i. Biaya Operasi Tahun Berjalan
 Gaji dan Tunjangan
 Kontrak Pengadaan Barang dan/atau Jasa
 Kontrak Kapal Penunjang Operasi
 Rig Pengeboran
 EPC/EPCI/Turn Key
 Kontrak Lainnya
 Material
 Sundries
 Biaya Akrual

|19
 Interest Cost Recovery
 Alokasi Biaya
ii. Biaya Penyusutan / Depresiasi
iii. Unrecovered Cost
iv. Suspend Account
v. Closed Out Report AFE
vi. Koreksi Audit
vii. Pembebanan Biaya dari Kantor Pusat
b) Pengujian atas Lifting Share Analysis
c) Perhitungan Bagi Hasil antara Pemerintah dan Kontraktor
d) Penghitungan PPh Badan
e) Other FQR Items
i. Klaim asuransi
ii. Dana abandonment dan site restoration
iii. Penjualan produk sampingan
iv. Bonus produksi
Penjelasan dari masing-masing pos adalah sebagai berikut:
1) Pengujian Produksi dan/atau Lifting:
Tujuan pemeriksaan adalah untuk memberikan keyakinan bahwa produksi dan/atau
lifting minyak dan/atau gas bumi selama periode pembukuan telah dihitung dengan
benar. Hal ini meliputi:
 Semua produksi dan lifting minyak dan/atau gas bumi yang dihitung telah tercakup
dalam Financial Quarterly Report (FQR);
 Nilai lifting minyak dan/atau gas bumi yang dilaporkan dalam FQR dicatat sesuai
dengan ketentuan Kontrak Kerja Sama;
 Pencatatan produksi dan/atau lifting telah wajar;
 Nilai production loss dan site consumption dapat diyakini kewajarannya.
Pengujian atas produksi dan lifting ini dilakukan per jenis produk yang dihasilkan,
seperti: minyak mentah/condensate dan Gas (LNG, Natural Gas, dan Propane/ Butane)

a) Pengujian Jumlah Produksi


Berdasarkan data profil Kontraktor, diperoleh informasi produk yang dihasilkan.
Hasilnya dapat berupa minyak mentah, gas bumi, dan produk lainnya berupa produk
sampingan, seperti: sulfur. Pencatatan hasil produksi dirinci menurut jenisnya, misal
produksi minyak mentah dan gas bumi.
Materi pemeriksaan yang harus diungkapkan adalah sebagai berikut.

|20
 Jumlah produksi bersih (produk kotor dikurangi own use dan production loss /
flared) tahun yang diperiksa dengan rincian per field dan per jenis produk;
 Jumlah rata-rata produksi sehari;
 Akumulasi jumlah produksi sampai dengan tahun yang diperiksa;
 Data perbandingan jumlah produksi bersih di tahun buku yang diperiksa dengan
jumlah produksi bersih tahun buku sebelumnya. Dihitung pula jumlah kenaikan atau
penurunan kuantitas dan persentase produksi beserta faktor penyebabnya.

Sumber pengujian dari produksi minyak mentah dan/atau gas bumi bisa diperoleh
dengan membandingkan jumlah produksi berdasarkan data menurut SKK Migas yang
memuat jumlah produksi minyak mentah dan/atau gas bumi dan menurut dokumen
Kontraktor.

Pengujian atas kenaikan produksi atau penurunan produksi dilakukan dengan melihat
indikasi sebagai berikut:
i. Ada/tidaknya penambahan wilayah kerja (field) atau sumur (well) baru.
ii. Bandingkan hasil produksi dengan data POD (Plan of Development) dan
Authorization for Expenditure (AFE).
iii. Perhitungan jumlah akumulasi produksi minyak mentah dan/atau gas bumi
diperlukan untuk menghitung ada/tidaknya kewajiban pembayaran bonus produksi.

Pengujian nilai produksi dapat dilakukan dengan membandingkan perhitungan produksi


dan mutasi persediaan dengan model sebagai berikut:

Ilustrasi Perhitungan Ending Inventory

Keterangan Barrel
Beginning Inventory 100.000
Production 11.900.000
Less: Production Loss dan Site Consumption 500
Less: Lifting 11.500.000
Ending Inventory 499.500

Hal-hal yang harus diperhatikan:


i. Pemeriksa harus meyakini saldo awal persediaan (beginning inventory) tahun
berjalan dengan membandingkannya dengan saldo akhir persediaan tahun lalu;

|21
ii. Pemeriksa harus meyakini nilai produksi berdasarkan pengujian di lapangan, laporan
produksi SKK Migas, dan informasi lain yang dapat dipergunakan untuk menguji
kebenaran data produksi.
iii. Untuk meyakini kewajaran jumlah production loss dan site consumption, pemeriksa
dapat melakukan konfirmasi ke fungsi terkait di SKK Migas untuk menilai
kewajarannya.
iv. Pemeriksa harus meyakini ada/tidaknya adjustment atas ending inventory

b) Pengujian Penjualan Minyak dan/atau Gas Bumi (Lifting)


Pembagian produksi kepada para pihak dilakukan pada saat lifting. Lifting adalah sejumlah
minyak mentah dan/atau gas bumi yang dijual atau dibagi di titik penyerahan (custody
transfer point).

Pada pengujian lifting minyak bumi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Pada proses lifting, SKK Migas, Bea Cukai, dan Kontraktor menandatangani berita acara
pelaksanaan lifting. Apabila diperlukan dapat dilakukan konfirmasi kepada pihak terkait
untuk memastikan nilai liftingnya.
 Dokumen terkait lifting antara lain: laporan A-01 dan A-02 dari SKK Migas, invoice, bill
of lading, PEB, certificate of quantity, berita acara lifting minyak dan/atau gas bumi,
laporan surveyor, dan daftar harga Indonesian Crude Price (ICP).
 Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan daftar lifting, laporan A-01 dan A-
02 dari SKK Migas dengan laporan pihak ketiga seperti bill of lading, laporan surveyor,
dan certificate of quantity. Pemeriksa juga dapat membandingkan nilai lifting per bulan
dengan harga minyak (ICP) yang ditetapkan Pemerintah.
 Pengujian juga memastikan bahwa cut-off lifting telah dilakukan dengan tepat sehingga
tidak terdapat lifting periode kontrak berikutnya yang dilaporkan dalam periode
kontrak kerja sama tahun buku yang diperiksa.

Pada pengujian lifting gas bumi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Pada proses lifting, SKK Migas, Bea Cukai, dan Kontraktor menandatangani berita acara
pelaksanaan lifting. Apabila diperlukan dapat dilakukan konfirmasi kepada pihak terkait
untuk memastikan nilai liftingnya.
 Dokumen terkait lifting gas bumi antara lain: laporan A-03 dan A-04 (dari SKK Migas,
invoice, bill of lading, gas sales agreement dan amandemennya, beserta berita acara
penyerahan gas.
 Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan daftar lifting, laporan A-03 dan A-
04 dari SKK Migas dengan laporan pihak ketiga seperti bill of lading, certificate of

|22
quantity, manifest cargo, gas sales agreement, dan/atau berita acara penyerahan gas.
Pemeriksa juga dapat membandingkan nilai lifting per bulan dengan harga yang
ditetapkan dalam gas sales agreement (GSA) yang berlaku.
 Pengujian juga memastikan bahwa cut-off lifting telah dilakukan dengan tepat sehingga
tidak terdapat lifting periode kontrak berikutnya yang dilaporkan dalam periode
kontrak kerja sama tahun buku yang diperiksa.

2) First Tranche Petroleum (FTP)


First Tranche Petroleum (FTP) adalah sejumlah tertentu minyak/gas bumi yang diproduksi
dari suatu wilayah kerja yang dapat diambil dan diterima oleh Pemerintah dan/atau
Kontraktor dalam tiap tahun kalender, sebelum dikurangi pengembalian biaya operasi dan
penanganan produksi (own use). Sesuai Production Sharing Contract (PSC), FTP dihitung
sebesar 20% dari lifting minyak mentah dan gas bumi yang kemudian dibagi antara
Pemerintah dan Kontraktor sesuai dengan porsi bagi hasilnya. Perlu diperhatikan juga
bahwa berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor 20/PJ/2017 tentang Tata Cara
Perhitungan dan Pembayaran Pajak Penghasilan atas First Tranche Petroleum, Pajak
Penghasilan atas FTP yang diterima Kontraktor ditangguhkan sampai saat akumulasi FTP
yang diterima Kontraktor lebih besar daripada Sisa Biaya Operasi yang Belum
Dikembalikan. Pemeriksa perlu meyakini bahwa Kontraktor telah menyetorkan pajak
penghasilan atas FTP dalam hal akumulasi FTP yang diterima Kontraktor lebih besar dari
sisa biaya operasi yang belum dikembalikan.

3) Gross Revenue setelah FTP


Nilai gross revenue setelah FTP didapatkan dengan mengurangkan nilai lifting dengan FTP.
Nilai FTP adalah sebesar 20% dari jumlah lifting atau sesuai dengan ketentuan kontrak.
Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai gross revenue setelah FTP adalah sebesar 80% dari
perhitungan jumlah lifting (atau sesuai Kontrak Kerja Sama).

4) Cost of LNG Sales


Pengujian atas nilai Cost of LNG Sales mencakup:
 Rincian penyelesaian pinjaman yang dibayarkan kepada setiap kreditur, yang terdiri
dari saldo awal pinjaman, saldo pinjaman pada awal dan akhir periode, saldo
kumulatif pembayaran bunga pinjaman pada awal dan akhir periode, dan pembayaran
pokok dan bunga pinjaman selama periode berjalan;
 Rincian biaya transportasi LNG dikelompokkan menurut jenis biayanya;
 Rincian biaya operasi fasilitas pengolahan LNG; dan
 Rincian pengeluaran biaya dan penyelesaian kewajiban lainnya.

|23
5) Investment Credit
Investment Credit adalah tambahan pengembalian biaya modal dalam jumlah tertentu,
yang berkaitan langsung dengan fasilitas produksi, yang diberikan sebagai insentif untuk
pengembangan lapangan minyak dan/atau gas bumi tertentu.
Kontraktor dapat mengklaim sejumlah tertentu biaya investasi yang langsung dibutuhkan
untuk pengembangan fasilitas produksi minyak/gas bumi. Dalam kontrak kerja sama,
insentif atas investment credit yang diperoleh masing-masing Kontraktor berbeda-beda dan
hanya akan diberikan bila Kontraktor telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
kontrak kerja sama dan mendapat persetujuan SKK Migas.
Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji bahwa investment credit yang dilaporkan
Kontraktor merupakan biaya yang nyata dikeluarkan untuk pengembangan fasilitas
produksi minyak/gas bumi sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam kontrak, POD,
WP&B, dan PTK yang berlaku.
Investment credit merupakan hak yang dapat diambil oleh Kontraktor sebelum dikurangkan
operating cost (recovery cost). Mengingat investment credit ini merupakan penghasilan
bagi Kontraktor, maka atas nilai investment credit ini merupakan objek Pajak Penghasilan.

6) Equity Share
Pelaksanaan pemeriksaan untuk equity share meliputi pemeriksaan atas biaya operasi,
pengujian atas lifting share analysis, perhitungan bagi hasil antara pemerintah dan
kontraktor, dan perhitungan PPh Migas.

a) Pemeriksaan Biaya Operasi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 sebagaimana diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 tentang Biaya Operasi yang Dapat
Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi, sepanjang kontrak kerjasama tidak mengatur secara rinci biaya yang tidak dapat
dikembalikan, maka penentuan biaya yang dapat dikembalikan atau biaya yang dapat
diperlakukan sebagai pengurang dalam menghitung bagi hasil dan PPh Migas
memperhitungkan konsep biaya sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1) Peraturan
Pemerintah dimaksud. Berdasarkan pasal dimaksud, biaya operasi yang dapat
dikembalikan dalam penghitungan bagi hasil dan pajak penghasilan harus memenuhi
persyaratan:
(1) dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terkait langsung dengan
kegiatan operasi perminyakan di wilayah kerja Kontraktor yang bersangkutan di
Indonesia;

|24
(2) menggunakan harga wajar yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan. Hubungan istimewa dianggap
ada apabila:
 Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% pada Wajib Pajak lain, hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25% pada dua Wajib Pajak atau lebih, atau hubungan
di antara dua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir
 Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung
 Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
(3) pelaksanaan operasi perminyakan sesuai dengan kaidah praktik bisnis dan
keteknikan yang baik;
(4) kegiatan operasi perminyakan sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang
telah mendapatkan persetujuan dari SKK Migas;
(5) dikeluarkan berdasarkan prinsip efektif dan efisien.

Biaya yang Tidak Dapat Dikembalikan dalam Perhitungan Bagi Hasil dan PPh Migas
Biaya yang dapat dikembalikan dalam perhitungan bagi hasil dan PPh Migas diatur
dalam Exhibit C kontrak bagi hasil. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2017 yang mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya
Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi, biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan dalam
menghitung bagi hasil dan PPh Migas meliputi:
(1) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi dan/atau
keluarga dari pekerja, pengurus, pemegang participating interest, dan pemegang
saham;
(2) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali biaya penutupan dan
pemulihan tambang yang disimpan pada rekening bersama SKK Migas dan
kontraktor dalam rekening bank umum Pemerintah Indonesia yang berada di
Indonesia;
(3) Harta yang dihibahkan;
(4) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan serta tagihan atau denda yang timbul akibat kesalahan
Kontraktor karena kesengajaan atau kealpaan;

|25
(5) Biaya penyusutan atas barang dan peralatan yang digunakan yang bukan milik
negara;
(6) Insentif, pembayaran iuran pensiun, dan premi asuransi untuk kepentingan pribadi
dan/atau keluarga dari tenaga kerja asing, pengurus, dan pemegang saham;
(7) Biaya tenaga kerja asing yang tidak memenuhi prosedur rencana penggunaan
tenaga kerja asing (RPTKA) atau tidak memiliki izin kerja tenaga kerja asing (IKTKA);
(8) Biaya konsultan hukum yang tidak terkait langsung dengan operasi perminyakan
dalam rangka kontrak kerja sama;
(9) Biaya konsultan pajak;
(10) Biaya pemasaran minyak dan/atau gas bumi bagian kontraktor, kecuali biaya
pemasaran gas bumi yang telah disetujui Kepala SKK Migas;
(11) Biaya representasi, termasuk biaya jamuan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, kecuali disertai dengan daftar nominatif penerima manfaat dan nomor
pokok wajib pajak (NPWP) penerima manfaat;
(12) Biaya pelatihan teknis untuk tenaga kerja asing;
(13) Biaya terkait merger, akuisisi, atau biaya pengalihan participating interest;
(14) Biaya bunga atas pinjaman;
(15) (a) Pajak penghasilan karyawan yang ditanggung Kontraktor, kecuali yang
dibayarkan sebagai tunjangan pajak;
(b) Pajak penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut atas penghasilan pihak
ketiga di dalam negeri yang ditanggung Kontraktor atau di gross up;
(16) (a) pengadaan barang dan jasa serta kegiatan lainnya yang tidak sesuai dengan
prinsip kewajaran dan kaidah keteknikan yang baik;
(b) biaya pengeluaran yang melampaui 10% (sepuluh persen) dari nilai otorisasi
pembelanjaan finansial, kecuali untuk biaya-biaya tertentu sesuai dengan
ketentuan dan prosedur yang ditetapkan oleh Menteri.
(17) Surplus material yang tidak sesuai dengan perencanaan yang telah disetujui;
(18) Nilai buku dan biaya pengoperasian aset yang telah digunakan yang tidak dapat
beroperasi lagi akibat kelalaian kontraktor.
(19) (a) transaksi yang tidak melalui proses tender sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan kecuali dalam hal tertentu, atau
(b) bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
(20) Bonus yang dibayarkan kepada Pemerintah;
(21) Biaya yang terjadi sebelum penandatanganan kontrak; dan
(22) Biaya audit komersial.
Walaupun demikian, kontrak kerja sama yang telah ditandatangani sebelum Peraturan
Pemerintah dimaksud dinyatakan tetap berlaku sampai dengan tanggal berakhirnya

|26
kontrak yang bersangkutan. Oleh karena itu, mengingat terdapat perbedaan rezim
kontrak kerja sama yang digunakan, dimana ada kontrak yang tunduk pada PP 79 Tahun
2010 atau PP 27 Tahun 2017 dan ada pula kontrak yang tidak tunduk pada Peraturan
Pemerintah dimaksud, maka Pemeriksa perlu meyakini klausul kontrak kerjasama yang
digunakan untuk dapat menentukan jenis-jenis biaya yang dapat dikurangkan dari
perhitungan bagi hasil dan PPh Migas.

Biaya operasi hulu migas yang diperhitungkan dengan hasil lifting dalam 1 (satu) tahun
kalender terdiri dari biaya-biaya:
(1) Unrecovered Other Cost
Biaya operasi tahun sebelumnya yang belum dikembalikan (Unrecovered Other Cost)
adalah biaya-biaya operasi yang sudah dikeluarkan, namun belum memperoleh
pengembalian disebabkan oleh terbatasnya pendapatan.
(2) Current Year Operating Cost
Biaya operasi tahun berjalan (current year operating cost) adalah biaya non kapital
yang meliputi biaya operasi yang terjadi sehubungan dengan operasi perusahaan
yang terdiri dari biaya Exploration & Development, Production, dan General
Administration yang dibebankan pada saat terjadinya.
(3) Depreciation – Prior Year Assets
Biaya depresiasi atas aktiva-aktiva yang Place Into Service (PIS) tahun-tahun
sebelumnya tetapi masih dapat didepresiasikan di tahun berjalan.
(4) Depreciation – Current Year Assets
Biaya ini adalah biaya depresiasi atas aktiva-aktiva yang PIS pada tahun berjalan.

Barang yang memiliki masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun dibebankan sebagai
biaya operasi pada saat barang digunakan. Sedangkan untuk pengeluaran harta
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan dengan
metode bagian yang menurun (declining balance method) selama masa manfaat yang
dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan pada akhir
masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus. Penyusutan dimulai pada bulan harta
tersebut digunakan (placed into service).
Dalam hal kontrak kerjasama tidak mengatur secara rinci kelompok, tarif, dan masa
manfaat atas aktiva yang disusutkan, maka perhitungan penyusutan mengacu pada
kelompok, tarif, dan masa manfaat sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan
Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

|27
Biaya operasi yang dapat dikembalikan tetapi belum dapat diperhitungkan dalam satu
tahun kalender terhadap hasil lifting, dapat diperhitungkan ke tahun berikutnya. Selama
masih berproduksi maka biaya operasi masih bisa diperhitungkan dengan hasil lifting.
Secara prinsip biaya operasi minyak bumi diperhitungkan dengan hasil lifting minyak
bumi dan biaya operasi gas bumi diperhitungkan dengan hasil lifting gas bumi. Biaya
bersama (joint cost) minyak bumi dan gas bumi dialokasikan berdasarkan proporsi nilai
relatif hasil produksi. Untuk ini maka penghitungan produksi minyak bumi dan gas bumi
harus dilakukan dalam satuan ukuran yang sama.
Apabila dalam suatu lapangan atau wilayah kerja telah menghasilkan satu jenis hasil
produksi (minyak bumi atau gas bumi), sementara jenis produksi yang lainnya belum
dihasilkan, maka biaya bersama dialokasikan dengan dasar yang adil (equitable basis)
berdasarkan kesepakatan antara Badan Pelaksana dan Kontraktor.
Apabila dalam suatu kondisi biaya operasi minyak bumi atau gas bumi melebihi lifting
minyak bumi dan penjualan gas bumi, maka berlaku prinsip transferable:
(1) biaya operasi minyak bumi melebihi dari lifting minyak bumi maka selisihnya dapat
dibebankan pada nilai penjualan gas bumi;
(2) sebaliknya bila biaya operasi gas bumi melebihi penjualan gas bumi maka selisihnya
dapat dibebankan pada lifting minyak bumi.
Dalam kondisi dimana salah satu produk belum berproduksi secara komersial, maka atas
biaya tersebut tidak dapat ditransfer ke produk yang lain, kecuali untuk produk yang
dipakai untuk keperluan operasi sendiri (own use) atau menjelang pada akhir masa
kontrak yang masih memungkinkan cost recovery, sepanjang disebabkan oleh faktor
uncontrollable/tidak ekonomis bagi Kontraktor.
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor sebelum tanggal efektif kontrak kerja
sama dan/atau biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan akuisisi Participating
Interest, tidak dapat diakui sebagai Biaya Operasi Hulu Minyak dan Gas Bumi. Demikian
juga atas biaya-biaya yang terjadi setelah tanggal berakhirnya Kontrak Kerja Sama tidak
dapat diakui sebagai biaya operasi yang dapat dikembalikan

Adapun pos-pos yang perlu diuji untuk meyakini biaya operasi yang dilaporkan
Kontraktor telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi:
1) Current Year Non-Capital Expenditure
Termasuk pada bagian ini adalah biaya operasi tahun berjalan yang meliputi:

 Biaya Gaji dan Tunjangan

|28
Pengujian ini bertujuan untuk meyakini bahwa gaji dan tunjangan (salary and
benefit) Tenaga Kerja Indonesia dan/atau Tenaga Kerja Asing dicatat dan
dibebankan sebagai biaya operasi sesuai dengan ketentuan kontrak kerja sama
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan biaya gaji
untuk periode tahun buku yang diperiksa.
Terkait remunerasi Tenaga Kerja Asing, Pemeriksa juga perlu memperhatikan
Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 258/PMK.11/2011 tentang Batasan
Maksimum Biaya Remunerasi Tenaga Kerja Asing untuk Kontraktor Minyak dan
Gas Bumi dan perubahannya.

 Biaya terkait Kontrak Pengadaan Barang dan/atau Jasa


Pengujian dilakukan terhadap kontrak-kontrak pengadaan barang/jasa yang
terjadi atau berpengaruh terhadap tahun buku yang diperiksa, diantaranya:
o Kontrak terkait penggunaan Kapal Penunjang Operasi (Vessel/FSO);
o Kontrak Pengeboran (Drilling);
o Kontrak Engineering Procurement Construction (EPC) / Engineering
Procurement Construction Installation (EPCI) / Turn Key;
o Kontrak Pengadaan Barang Lainnya;
o Kontrak Pengadaan Jasa Lainnya.
Pengujian atas kontrak-kontrak tersebut di atas adalah untuk meyakini bahwa
kegiatan kontrak sewa kapal dan sarana penyimpanan di laut, kontrak
pengeboran, kontrak EPC, dan/atau kontrak pengadaan barang/jasa lainnya
yang dilakukan oleh Kontraktor telah dilaporkan dalam daftar procurement list
ke SKK Migas. Pemeriksa juga memastikan bahwa pembebanan biaya telah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, merupakan biaya untuk periode yang
bersangkutan, dan/atau dialokasikan dengan metode yang konsisten ke cost
center terkait, serta tersajikan dengan benar di dalam FQR. Dalam hal terdapat
penalti atas pelanggaran dalam kontrak, dipastikan pula bahwa penalti telah
dihitung dan dibebankan sebagai pengurang biaya operasi.
Terkait kontrak pengadaan barang dan/atau jasa yang sudah berakhir harus
diyakini pula bahwa realisasi pencapaian Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam kontrak dan
amandemennya. Dalam hal TKDN tidak tercapai, konsekuensi keuangan yang
ditagihkan kepada penyedia barang dan/atau jasa telah dilaporkan Kontraktor di
dalam FQR.

|29
 Biaya Pengadaan Persediaan / Material
Pengujian untuk meyakini bahwa perolehan, pemakaian, dan pembebanan
material persediaan telah dilaksanakan dan dinilai sesuai ketentuan kontrak
kerja sama dan PTK SKK Migas. Dipastikan pula untuk material persediaan yang
menjadi sample pemeriksaan secara fisik (stock in hand) pada akhir periode
tahun buku, diperiksa sesuai dengan saldo pencatatan yang ada di sistem
pembukuan Kontraktor.

 Sundries
Sundries mencakup biaya lain-lain dari Kontraktor. Biaya tersebut diantaranya
biaya tanggung jawab sosial (corporate social responsibility), biaya konsultan
hukum sesuai dengan persetujuan dari SKK Migas, biaya asuransi, dan biaya
operasi lainnya. Pengujian bertujuan untuk meyakini bahwa biaya-biaya
tersebut telah mendapatkan persetujuan dari fungsi teknis SKK migas,
pengeluarannya secara nyata telah dikeluarkan dan terkait dengan operasional
hulu minyak dan gas bumi, serta sesuai dengan ketentuan kontrak, peraturan
pemerintah, dan ketentuan lain yang berlaku.

 Accrued Expense
Pengujian bertujuan untuk meyakini bahwa biaya operasi di periode tahun
sebelumnya telah dibalik (reverse) oleh Kontraktor di periode tahun berikutnya.
Dalam hal biaya akrual terjadi pada akhir kontrak, perlu dipastikan bahwa biaya
akrual telah sesuai dengan biaya aktual yang terjadi dan didukung dengan
dokumen pendukung yang memadai.

 Interest Cost Recovery (ICR)


Interest Cost Recovery (ICR) adalah biaya bunga atas pinjaman yang diperoleh
Kontraktor dari afiliasi atau induknya atau dari pihak ketiga yang bukan afiliasi
dengan tarif bunga yang tidak melampaui tarif komersial yang berlaku untuk
investasi modal. Pengujian bertujuan untuk meyakini bahwa ICR yang diklaim
dalam tahun yang diperiksa telah dicatat sesuai dengan ketentuan Kontrak Kerja
Sama yang bersangkutan dan persetujuan yang diberikan oleh SKK Migas serta
tersajikan dengan benar di dalam FQR.

 Alokasi Biaya (Cost Allocation)


Pengujian ini untuk meyakini bahwa alokasi biaya dari cost centre bersama
(common cost centre) ke cost centre yang lain dilakukan dengan menggunakan
metode yang konsisten.

|30
2) Biaya Depresiasi / Depreciation Expense
Biaya depresiasi / penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari aset
selama umur manfaatnya sesuai dengan kontrak kerja sama dari suatu wilayah
kerja. Pengujian biaya penyusutan adalah untuk meyakini bahwa semua aset HBM
telah diadministrasikan dalam Laporan Sistem Informasi Aset (SINAS) dari SKK Migas
dan telah dalam kondisi Placed into Services (PIS). Pemeriksa juga perlu meyakini
kebenaran nilai perolehan aset HBM dan pencatatan beban depresiasinya telah
sesuai dengan ketentuan kontrak kerja sama dan/atau ketentuan lain yang berlaku.
Dalam hal terdapat penghapusan aset, perlu dipastikan bahwa penghapusan
tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan. Selain itu apabila
terdapat transfer aset HBM, perlu dipastikan bahwa transfer aset tersebut telah
mendapat persetujuan dari SKK Migas.

3) Unrecovered Cost
Unrecovered Cost adalah bagian biaya operasi yang telah dikeluarkan namun
melebihi lifting minyak atau gas bumi setelah pengakuan FTP dan investment credit
pada tahun kalender yang sama, sehingga dikembalikan pada tahun-tahun
berikutnya pada saat lifting mencukupi.
Pengujian unrecovered cost untuk menyakini bahwa saldo unrecovered cost di dalam
Financial Quarterly Report (FQR) telah dihitung dan dilaporkan sesuai dengan
perhitungan dalam FQR tahun buku yang diperiksa. Pengujian dapat dilakukan
dengan membandingkan saldo awal unrecovered cost tahun buku yang diperiksa
dengan saldo akhir unrecovered cost tahun buku sebelumnya.

4) Suspend Account
Suspend Account adalah akun pencatatan pengeluaran yang belum dapat
dibebankan sebagai biaya oleh Kontraktor atas biaya-biaya di dalam AFE yang aktual
biayanya melebihi persetujuan AFE dan masih menunggu persetujuan closed out
report (COR).
Pengujian suspend account untuk menyakini bahwa perhitungan, penyajian, dan
pemulihan suspend account untuk AFE-AFE yang aktual biayanya melebihi
persetujuan AFE sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Closed Out Report AFE


Closed Out Report AFE adalah pertanggungjawaban pelaksanaan dan realisasi biaya
proyek/AFE pada masing-masing Wilayah Kerja KKKS berdasarkan AFE dan/atau

|31
revisi AFE yang disetujui oleh SKK Migas. Laporan ini menkonfirmasi berapa biaya
aktual atas suatu proyek (AFE) yang disetujui SKK Migas untuk dapat dikurangkan
cost recovery. Pengujian closed out report AFE bertujuan untuk menyakini bahwa
koreksi biaya dalam persetujuan Closed Out Report (COR) telah dicatat dan
dibebankan sebagai pengurang biaya operasi di Financial Quarterly Report (FQR)
oleh Kontraktor sesuai dengan hasil pembahasan COR.

6) Koreksi Audit
Pengujian atas koreksi audit adalah untuk meyakini bahwa Kontraktor telah
melaporkan seluruh koreksi hasil Pemeriksaan Bersama dan/atau berita acara
pemutakhiran temuan di Financial Quarterly Report (FQR) yang telah ditentukan.
7) Pembebanan Biaya dari Kantor Pusat (Parent Company Charges)
Pengeluaran atas tagihan dari Perusahaan Induk terdiri dari:
 Direct Charges
 Indirect Charges (Alokasi Overhead perusahaan induk)
 Technical Services Overseas
Pengujian atas pembebanan biaya dari kantor pusat dilakukan untuk meyakini
bahwa pembebanan direct charges, home office overhead, dan technical services
overseas telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan eksistensi biaya
serta manfaat atas biaya tersebut untuk KKKS dapat dipertanggungjawabkan.
Pengujian eksistensi dan manfaat biaya meliputi :
 menguji kelayakan kompetensi perusahaan induk untuk menyediakan jasa
tertentu serta kewajaran nilai direct atau indirect charges yang dibebankan.
 memastikan tidak terdapat duplikasi fungsi yang dilakukan sendiri oleh KKKS,
maupun oleh pihak lainnya atas direct atau indirect charges kantor pusat.
 memastikan bahwa jasa yang diberikan bukan untuk kebutuhan kantor pusat
atau pemegang saham sendiri (shareholder activity).
 memastikan manfaat yang diterima KKKS bukan hanya incidental benefit dari
anggota grup lainnya.
 memastikan KKKS mendapatkan alokasi biaya bukan hanya karena keuntungan
sebagai anggota grup tanpa eksistensi jasa.
 memastikan jasa dibayar bukan merupakan On-Call Services dengan
kemungkinan sangat kecil atas pelaksanaan jasa.
Sesuai Pasal 12 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2017 menyatakan
bahwa besaran biaya yang bisa dibebankan sebagai biaya operasi ditentukan oleh
Peraturan Menteri Keuangan, ketentuan mengenai hal tersebut telah diatur dalam

|32
Peraturan Menteri Keuangan nomor 256/PMK.011/2011. Berdasarkan PMK
tersebut dinyatakan bahwa pengeluaran alokasi biaya tidak langsung kantor pusat
yang dapat dikembalikan dan menjadi pengurang penghasilan bruto harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terkait langsung dengan
kegiatan operasi perminyakan di wilayah kerja Kontraktor yang bersangkutan di
Indonesia;
2) digunakan untuk menunjang usaha atau kegiatan di Indonesia;
3) Kontraktor telah menyerahkan laporan keuangan konsolidasi kantor pusat yang
telah diaudit; dan
4) Kontraktor telah menyerahkan dasar pengalokasian biaya tidak langsung Kantor
Pusat berupa:
 untuk Kontraktor pada masa Eksplorasi, yaitu Rencana Kerja dan Anggaran
yang telah disetujui oleh Badan Pelaksana;
 untuk Kontraktor pada masa Eksploitasi, yaitu:
i. persetujuan tertulis metode alokasi biaya tidak langsung Kantor Pusat
oleh Badan Pelaksana, dalam hal telah dilakukan kajian detil (detailed
study) oleh Badan Pelaksana; atau
ii. proposal metode alokasi biaya tidak langsung Kantor Pusat yang telah
dinyatakan lengkap oleh Badan Pelaksana, dalam hal belum dilakukan
kajian detil (detailed study) oleh Badan Pelaksana.
Adapun besaran pengeluaran alokasi biaya tidak langsung kantor pusat yang dapat
dikurangkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah sebagai berikut:
 paling tinggi 2% (dua persen) dari jumlah pengeluaran biaya modal dan biaya
bukan modal selama masa eksplorasi di wilayah kerja Kontraktor di Indonesia;
 paling tinggi 2% (dua persen) dari jumlah pengeluaran biaya modal dan biaya
bukan modal pada tahun yang bersangkutan selama masa eksploitasi di wilayah
kerja Kontraktor di Indonesia.

|33
b) Pengujian atas Lifting Share Analysis

Pemeriksaan atas lifting share analysis meliputi pengujian perhitungan atas Weighted
Average Price (WAP), Domestic Market Obligation (DMO), DMO Fee, Over/Under Lifting,
dan Lifting Price Variance.

(1) Weighted Average Price (WAP)


Weighted Average Price adalah metode membentuk nilai harga rata-rata tertimbang
yang digunakan untuk menghitung konversi US$ menjadi barrel untuk cost recovery
dan penghitungan over/under lifting dalam rentang tahunan. Perhitungan WAP
dilakukan dengan membandingkan antara selisih jumlah lifting dan DMO dalam US$
dengan nilai lifting dan DMO dalam barel.

( )
WAP minyak mentah ( ))

( )
WAP Gas (LNG) ( )

( )
WAP Gas (LPG) ( )

(2) Domestic Market Obligation (DMO)


Domestic Market Obligation adalah kewajiban penyerahan bagian kontraktor berupa
minyak dan/atau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri setelah
dimulainya produksi komersial. Besarnya DMO adalah persentase tertentu dari
contractor’s entitlement.

DMO dalam Barrel adalah= 25% x Contractor Share x Total Lifting

(3) Domestic Market Obligation Fee


Domestic Market Obligation’s Fee adalah imbalan yang dibayarkan oleh Pemerintah
kepada Kontraktor atas penyerahan minyak dan/atau gas bumi untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri dengan menggunakan harga yang ditetapkan oleh Menteri
yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas
Bumi. Besarnya penggantian tersebut diatur dalam kontrak dan dibedakan antara old
oil dan new oil. Biasanya besarnya penggantian untuk lima tahun pertama (new oil)
adalah sebesar harga yang telah diatur dalam section VI Production Sharing Contract.

|34
Biasanya untuk new oil nilai penggantiannya sebesar ICP. Setelah lima tahun (old oil)
nilai penggantian sebesar persentase tertentu dari harga minyak tersebut atau
ditentukan dalam Kontrak Kerja Sama.

Contoh Formula Domestic Marketing Obligation Fee


 New Oil = DMO (barel) x Indonesian Crude Price (ICP)
 Old Oil
o DMO (barel) x US$ 0,20, atau
o DMO (barel) x10% x ICP

(4) Perhitungan under/over lifting


Pada akhir tahun dilakukan perhitungan ulang pembagian produksi. Perhitungan
tersebut membandingkan realisasi lifting Kontraktor dengan bagian Kontraktor
(contractor entitlement). Pada perhitungan ini dapat terjadi selisih karena:
(1) lifting quantity variance, yaitu selisih kuantitas yang terjadi karena perbedaan
kuantitas actual lifting dengan kuantitas menurut pengakuan entitlement. Jika
kuantitas actual lifting Kontraktor melebihi kuantitas entitlement Kontraktor, maka
disebut over lifting. Sedangkan bila sebaliknya disebut under lifting.
(2) lifting price variance, yaitu selisih harga yang terjadi karena perbedaan harga
minyak mentah Indonesia bulanan dengan harga minyak mentah Indonesia rata-rata
tertimbang. Jika nilai pengakuan entitlement Kontraktor lebih besar dibandingkan nilai
lifting setelah penyesuaian lifting quantity variance, maka disebut unfavourable lifting
price variance. Sedangkan bila sebaliknya disebut favourable lifting price variance.
Hasil selisih ini akan menentukan berapa nilai yang harus disetor atau diperoleh dari
rekening Negara. Sebagai konsekuensinya, pihak yang telah memperoleh bagian terlalu
besar (over lifting) dari provisional entitlement wajib mengembalikannya dan
membayar secara tunai kepada pihak yang menerima kurang atas haknya (under
lifting).

|35
Formulasinya adalah sebagai berikut:

Minyak Mentah Barrel


Contractor Entitlement
Cost recovery : A
Contractor Share : B
FTP Share : C
DMO : (D) +
Total Contractor Entitlement : E
Total Contractor Lifting : F -
Over (Under) Lifting : G
Over (under) lifting × WAP = cash settlement yang harus dibayar ke kas negara
Simulasi penghitungan over/under lifting variance adalah:

Keterangan Jumlah (USD)

Contractor Entitlement
Cost recovery 1.062.990,00
Equity Share 189.842,36
FTP 118.643,92
Gross DMO (148.304,65) +
Contractor Entitlement 1.223.171,63
Contractor Lifting 1.237.207,00 -
Over Lifting (Barrel) 14.035,37

WAP = $ 53,90/barel, sehingga cash


settlementnya adalah:
Overlifting = 14.035,37 x $ 53,90 756.568,08
Sejumlah USD 756.568,08 yang harus disetor kontraktor ke kas negara

(5) Perhitungan Lifting Price Variance


Kontrak Kerja Sama dengan skema bagi hasil berbasis pada pembagian produksi,
artinya berapapun jumlah produksi pada titik serah (lifting) akan dibagi kepada para
pihak sesuai dengan ketentuan di dalam kontrak dalam bentuk barel. Perhitungan bagi
produksi dilakukan secara periodik setiap tahun dan harga yang digunakan adalah
harga rata-rata tertimbang dalam satu tahun (weighted average price).
Untuk efisiensi pola bagi hasil, dibuatlah pembagian sementara (provisional
entitlement), yang dilakukan setiap terjadi penjualan dengan menggunakan harga
patokan (ICP) saat tersebut. Pembagian sementara ini akan diakumulasikan dalam

|36
setahun dan kemudian dibandingkan dengan bagian perhitungan final pada akhir
tahun.
Sebagai akibatnya, akan timbul selisih perhitungan yang disebabkan oleh perbedaan
harga patokan (ICP) dan harga rata-rata tertimbang.
Price lifting variance adalah selisih yang terjadi antara realisasi nilai (USD) contractor
lifting dengan nilai Contractor Entitlement. Nilai Contractor Entitlement adalah nilai
realisasi barrel × WAP. Sedangkan nilai contractor lifting adalah akumulasi bagian
Kontraktor yang dihitung setiap dilakukan lifting dengan menggunakan harga
Indonesian Crude Price pada saat lifting tersebut. Lifting Price Variance favorable bagi
pemerintah apabila nilai Contractor Entitlement lebih besar dari nilai realisasi lifting
Kontraktor dan unfavorable bila sebaliknya.

Formulasi Perhitungan Lifting Price Variance:

Deskripsi USD
Realisasi Lifting Kontraktor A
(Over)/Under Lifting Variance B
Jumlah C
Lifting Entitlement
Cost recovery D
Equity Share E
FTP Share F
Gross DMO (G)
Jumlah Lifting Entitlement H
Lifting Price Variance C-H

|37
Simulasi perhitungan Lifting Price Variance dalam USD:
Keterangan USD

Contractor Lifting
- Lifting 66,480,564.11
- (Over)/Under Lifting (756,568.08)
Jumlah 65,723,996.03

Contractor Entitlement
- Cost recovery 57,299,819.00
- Equity Share 10,233,339.46
- FTP Share 6,395,375.85
- Gross DMO (7,994,219.81)
Jumlah 65,934,314.50
Lifting Price Variance (210,318.47)

Variance tersebut unfavorable bagi Kontraktor karena Contractor Lifting dalam USD
lebih kecil dari contractor entitlement, sehingga LPV tersebut akan menjadi unsur
pengurang dalam penghitungan PPh Migas.

c) Perhitungan Bagi Hasil antara Pemerintah dan Kontraktor


Perhitungan bagi hasil antara Pemerintah dan Kontraktor sesuai dengan yang tercantum
dalam Kontrak Kerja Sama. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:

Uraian Jumlah
Barel US$
Liftings
Oil/Condensate
Gas
LNG
Natural Gas
Propane/Butane
Gross Sales
Less : Government FTP
Less: Cost of LNG Sales
Net Back to Field/Gross Revenue
First Tranche Petroleum
Gross Revenue after FTP
Investment Credit
Cost Recovery
Unrecovered Other Cost

|38
Current Year Operating Cost
Depreciation – Prior Year Assets
Depreciation – Current Year Assets
Total Cost Recovery
Total Recoverables
Equity to be Split

Indonesia Share
Government Share
FTP Share
Equity Share
Lifting Price Variance
Net Domestic Market Obligation
Government Tax Entitlement
Total Indonesia Share

Contractor Share
FTP Share
Equity Share
Lifting Price Variance
Less: DMO
Add: DMO Adjusment
Taxable Share
Government Tax Entitlement
Net Contractor Share
Total Recoverables
Total Contractor Share

d) Perhitungan PPh Badan


Berdasarkan pemeriksaan Equity Share yang telah dilakukan, Pemeriksa membuat
penghitungan PPh Badan yang terutang sesuai dengan format yang ada pada Lampiran
Khusus SPT PPh Badan WP Kontraktor.
Penghasilan kena pajak bagi Kontraktor untuk kontrak bagi hasil dihitung berdasarkan
penghasilan dalam rangka kontrak bagi hasil dikurangi biaya bukan modal tahun berjalan,
penyusutan biaya modal tahun berjalan, dan biaya operasi yang belum dapat dikembalikan
pada tahun-tahun sebelumnya.
Besarnya pajak penghasilan yang terutang bagi Kontraktor dihitung berdasarkan
penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak yang ditentukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang pajak penghasilan.

|39
Atas penghasilan kena pajak yang telah dikurangi dengan pajak penghasilan terutang
dividend tax sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada pemeriksaan dividend tax, Pemeriksa membandingkan nilai setoran/kredit pajak PPh
Pasal 26 dividend tax Kontraktor dengan nilai yang seharusnya dilaporkannya berdasar
pada klausul Kontrak Kerja Sama. Perhitungan dividend tax diungkapkan dalam laporan
hasil pemeriksaan bersama namun tidak menjadi notisi/temuan. Selisih perhitungan
dividend tax dituliskan pada bagian penyampaian informasi/keterangan di dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan Bersama. Informasi/keterangan dimaksud akan disampaikan Satgas
Pemeriksaan Bersama kepada DJP untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
Perhitungan PPh Migas Kontraktor dihitung sebagai berikut:
Uraian Jumlah (US$)
FTP Share
Equity Share
Lifting Price Variance
Less: DMO
Add: DMO Adjusment
Taxable Share
Add : Investment Credit
Less : Bonus Payment
Add : Taxable Cummulative FTP
Taxable Income
PPh Badan
(Tarif PPh Badan sesuai PSC x taxable income)
Dividend Tax (tarif x (taxable income – PPh Badan)
Jumlah PPh Badan dan PBDR

Kewajiban PPh Badan dan Dividend Tax menjadi beban masing-masing partner dengan
perincian sebagai berikut:
 Partner 1 (persentase kepemilikan) = US$ xxxx
 Partner 2 (persentase kepemilikan) = US$ xxxx
 Dst …..

e) Other FQR Items

Pengujian atas pos-pos ini terdiri dari:


1. Klaim Asuransi

|40
Pengujian atas klaim asuransi adalah untuk meyakini bahwa kontraktor telah
menerima pembayaran klaim asuransi sesuai dengan Surat Persetujuan Proof of Loss
dari SKK Migas dan telah dicatat sebagai pengurang cost recovery.

2. Dana Abandonment and Site Restoration (ASR)


Abandonment and Site Restoration adalah kegiatan untuk menghentikan
pengoperasian sumur, fasilitas produksi, dan sarana penunjang lainnya secara
permanen dan menghilangkan kemampuannya untuk dapat dioperasikan kembali,
serta melakukan pemulihan lingkungan di Wilayah Kerja Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menyakini bahwa pencadangan dana
Abandonment and Site Restoration (ASR) telah dibebankan sebagai biaya operasi dan
disetorkan ke rekening bersama dana ASR sesuai dengan surat tagihan dari SKK Migas.
Pemeriksa juga perlu meyakini bahwa pemakaian dana pencadangan ASR untuk
kegiatan ASR dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Penjualan Produk Sampingan


Tujuan pemeriksaan atas pos ini adalah untuk menyakini bahwa dalam hal kontraktor
memiliki produk sampingan sebagai akibat dari produksi minyak mentah dan gas bumi
dan memiliki nilai jual yang ekonomis, hasil penjualan produk sampingan tersebut
telah dicatat sebagai pengurang cost recovery.

4. Bonus Produksi
Kontraktor diwajibkan membayar bonus produksi kepada Negara apabila telah
memenuhi ketentuan dalam kontrak seperti:
– Nilai produksi harian / Barrels of Oil per Day (BOPD) untuk wilayah kerja kontrak
tersebut telah mencapai tingkat produksi harian tertentu
– Akumulasi produksi untuk wilayah kerja kontrak tersebut telah mencapai jumlah
tertentu.
– Akumulasi produksi untuk wilayah kerja kontrak tersebut telah mencapai jumlah
tertentu atau melampaui periode waktu tertentu, mana yang lebih dulu.
Persyaratan tingkat produksi umumnya ditentukan berdasarkan produksi harian
secara terus menerus dalam rata-rata selama jangka waktu 120 hari. Setelah
memenuhi persyaratan ini, maka pembayaran bonus harus dilakukan dalam masa 30
hari.

Tujuan pemeriksaan bonus produksi adalah untuk meyakini bahwa dalam hal
kontraktor memiliki kewajiban terhadap Bonus Produksi di tahun periode yang di

|41
periksa, kontraktor telah membayar kewajiban bonus produksi yang ditetapkan dalam
Kontrak Kerja Sama.
Berdasarkan pos-pos yang menjadi titik kritis dalam penghitungan bagi hasil migas dan PPh
Migas, berikut disampaikan rujukan untuk pengujian pos-pos tersebut:
No Nama Kode Kondisi yang Diuji Rujukan Untuk Pengujian
Temuan
1 Bagi Hasil - Angka Lifting dalam FQR 1. Harga ICP yang diterbitkan oleh Pemerintah per
Lifting (Oil dan Gas) jenis minyak
2. Harga Kontrak Perjanjian Jual Beli Gas
3. Kuantitas dalam Bill of Loading dan dokumen
terkait
4. Kuantitas serah terima gas
5. Perhitungan Net Back Price/TPAA Certificate
2 Bagi Hasil - Investment Credit yang 1. Persentase IC dalam PSC dan Persetujuan POD
Incentive - dihitung dalam FQR, serta WP&B
Investment dengan lingkup 2. Kapitalisasi SINAS Migas atas Production
Credit (IC) pengujian besaran Facilities/Aset yang dihitung Investment
Capital Cost yang Creditnya
dijadikan dasar 3. AFE/Realisasi AFE/Closed Out AFE Approval
perhitungan dan tarif IC untuk Project terkait
yang berlaku
3 Bagi Hasil - Interest Cost Recovery 1. Mengacu pada PP 79 Tahun 2010 beserta
Incentive - yang dihitung dalam FQR, perubahannya (PP 27 Tahun 2017)
Interest Cost dengan lingkup 2. Persentase/Rujukan tarif interest dalam PSC,
Recovery pengujian besaran POD atau persetujuan tertentu dari SKK Migas
expenditure yang 3. AFE/Realisasi AFE/Closed Out AFE Approval
dijadikan dasar untuk Project terkait
perhitungan dan tarif ICR
yang berlaku
4 Bagi Hasil – Biaya remunerasi TKI dan 1. Mengacu pada Pasal 13 PP 79 Tahun 2010 dan
Operating TKA yang diperhitungkan peraturan turunannya
Costs – Biaya dalam FQR 2. Batas maksimal remunerasi sesuai dengan PMK
Gaji dan 258/PMK.011/2011
Tunjangan 3. Besaran remunerasi yang diberikan kepada TKI
dan TKA dapat mengacu kepada PTK 018 dan
Global Policy yang tidak ditolak SKK Migas dan
peraturan lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan di atasnya.
4. Peraturan Perusahaan/Perjanjian Kerja
Bersama
5. Persetujuan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
Asing dan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja
Asing
5 Bagi Hasil – Biaya Overseas Charges 1. Ketentuan PSC terkait pembebanan overhead
Operating yang diperhitungkan 2. Persetujuan Detail Study dari SKK Migas untuk
Costs – dalam FQR ketentuan atau batasan nilai
Pembebanan overhead/overseas charges yang dapat
Biaya dari dibebankan ke dalam biaya operasi
Kantor Pusat 3. Tagihan dari Kantor Pusat ke Kontraktor
6 Bagi Hasil – Realisasi biaya 1. Klausula dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

|42
No Nama Kode Kondisi yang Diuji Rujukan Untuk Pengujian
Temuan
Operating pengadaan barang/jasa 2. Bukti persetujuan SKK Migas atas Kontrak
Costs – yang diperhitungkan Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai tertentu
Kontrak sebagai Capital Cost atau 3. Realisasi pembayaran kontrak/list payment
Pengadaan Non Capital Cost pada kontrak dan bukti pengenaan denda atas
Barang FQR keterlambatan atau wanprestasi tertentu dari
dan/atau vendor
Jasa 4. Proses pengadaan mengacu kepada ketentuan
dalam PTK 007
5. Bukti-bukti realisasi Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa dan Berita Acara terkait progress
pekerjaan
6. Klausula Kontrak PSC atas Capital Cost atau Non
Capital Cost
7. Ketentuan PTK No 059 tentang Kebijakan
Akuntansi Kontrak Kerja Sama untuk Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
7 Bagi Hasil – Realisasi biaya 1. Klausul Kontrak PSC terkait perlakuan
Operating pengadaan material yang pembukuan material persediaan
Costs - diperhitungkan sebagai 2. Berita acara hasil stock opname/cek fisik
Material Capital Cost atau Non perperiode/setiap akhir tahun
Capital Cost pada FQR 3. Mutasi persediaan (daftar material masuk dan
keluar, saldo awal dan saldo akhir)
4. Stock Card material pada saat cek fisik
pemeriksaan
5. Ketentuan PTK No 059 tentang Kebijakan
Akuntansi Kontrak Kerja Sama untuk Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, yang terkait
dengan material persediaan dan material
project
8 Bagi Hasil – Realisasi biaya Asuransi 1. Asuransi atas asset negara yang dikelola
Operating yang diperhitungkan Kontraktor mengacu kepada persetujuan SKK
Costs– sebagai Capital Cost atau Migas
Asuransi Non Capital Cost pada 2. Asuransi terkait pelaksanaan kontrak mengacu
FQR kepada klausul dalam kontrak terkait
3. Pembebanan premi sebagai biaya operasi
mengacu kepada klausul kontrak induknya
9 Bagi Hasil – Realisasi biaya sundries 1. Pembebanan biaya administrative mengacu
Operating yang diperhitungkan kepada persetujuan WP&B
Costs– sebagai Capital Cost atau 2. Realisasi pembebanan biaya administrative
Sundries Non Capital Cost pada 3. Laporan pertanggung jawaban realisasi
FQR kegiatan
10 Bagi Hasil – Realisasi depresiasi yang 1. Ketentuan PSC terkait besaran nilai depresiasi
Operating diperhitungkan dalam atas asset
Costs– Biaya FQR 2. Persetujuan Placed Into Service dari SKK Migas
Depresiasi 3. Certificate of Completion sebagai dasar asset
tersebut telah digunakan
4. Data SINAS Migas
11 Bagi Hasil – Klaim DMO Fee yang 1. Ketentuan PSC dan amandemennya yang
DMO/DMO diperhitungkan dalam mengatur tentang tarif DMO untuk Old Oil dan
Fee FQR, yang meliputi New Oil Field

|43
No Nama Kode Kondisi yang Diuji Rujukan Untuk Pengujian
Temuan
kuantitas dan harga 2. Harga ICP yang diterbitkan oleh Pemerintah per
jenis minyak
3. Ketentuan dalam POD terkait penetapan status
lapangan (Old/New)
12 Bagi Hasil – Nilai Lifting Price 1. Angka lifting dalam FQR yang telah diperiksa
Lifting Price Variance yang 2. Weighted Average Price/ICP terkait
Variance diperhitungkan dalam 3. Perhitungan over/under lifting
FQR
13 Perpajakan – Pengujian terbatas atas 1. FQR yang diakui dan digunakan (disetujui) oleh
PPh Badan pembayaran PPh Badan SKK Migas
dan Dividend /PBDR 2. Bukti pembayaran Kontraktor ke Kas Negara
Tax atas PPS/PBDR

Contoh Perhitungan Bagi Hasil dan PPh Migas dalam Kontrak Kerjasama Migas

|44
D. Pelaporan Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.03/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pemeriksaan Bersama atas Pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Berbentuk Kontrak Bagi Hasil dengan
Pengembalian Biaya Operasi di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi diatur hal-hal sebagai
berikut:
1. Kegiatan Pemeriksaan Bersama harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan
Bersama.
2. Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup
atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan Bersama, memuat simpulan
Pemeriksa yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan
terhadap ketentuan yang berlaku, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait
dengan Pemeriksaan Bersama.
3. Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama memuat uraian hasil Pemeriksaan Bersama, yaitu:
a. Uraian umum, yang berisi antara lain dasar, tujuan, dan ruang lingkup Pemeriksaan
Bersama, serta profil kontrak kerja sama;
b. Uraian akun-akun dalam perhitungan bagi hasil dan PPh Migas;
c. Temuan hasil pemeriksaan bersama yang terdiri atas:
1) Temuan yang disetujui Kontraktor;
2) Temuan yang masih memerlukan pembahasan lebih lanjut (pending items).
d. Hal-hal lain menurut pertimbangan pemeriksa;
4. Setiap prosedur pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan
yang dikumpulkan serta simpulan yang diambil sehubungan dengan fakta dan data yang
ditemukan dalam pemeriksaan, harus dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
Laporan Hasil Pemeriksaan harus disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama memuat:
a. Uraian Umum
1) Dasar Pemeriksaan
2) Sifat dan Tujuan Pemeriksaan
3) Ruang Lingkup Pemeriksaan
4) Daerah Operasi dan Jangka Waktu Kontrak
5) Bagi Hasil
6) Sumber Pembiayaan
7) Organisasi dan Kepegawaian
8) Kebijakan Akuntansi
9) Administrasi dan Pengendalian

|45
b. Pos – pos Audit
1) Produksi
2) Lifting
3) Mutasi Persediaan
4) First Tranche Petroleum
5) Bonus
6) Investment Credit
7) Domestic Market Obligation (DMO)
8) Weighted Average Price (WAP)
9) (Over) / Under Lifting
10) Lifting Price Variance
11) Allocation from Home Office
12) Interest Recovery
13) Abandon and Site Restoration
14) Biaya Operasi
15) Bagi Hasil
16) Kewajiban PPh Badan dan Dividend Tax
17) Ikhtisar Temuan
c. Temuan Hasil Audit Tahun Buku xxxx
1) Temuan yang disetujui Kontraktor
(1) Temuan yang sudah ditindaklanjuti Kontraktor
(2) Temuan yang belum ditindaklanjuti Kontraktor
2) Temuan yang masih memerlukan pembahasan lebih lanjut (Pending Items)
d. Temuan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya.
e. Usul dan data untuk ditindaklanjuti.
Penjelasan dari masing-masing pos merujuk pada pedoman penyusunan Laporan Hasil
Pemeriksaan Bersama yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pedoman teknik pelaksanaan
pemeriksaan bersama ini.
6. Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama diadministrasikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Salinan LHPB kemudian disampaikan
kepada Kontraktor, Kepala BPKP, Direktur Jenderal Pajak, dan Direktur Jenderal Anggaran paling
lambat 1 (satu) bulan setelah tanggal LHPB diterbitkan.

|46
LAMPIRAN 1

CONTOH FORMAT SURAT SEBAGAIMANA TERLAMPIR PADA PERATURAN MENTERI KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/PMK.03/2018 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BERSAMA ATAS
KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA BAGI HASIL DENGAN PENGEMBALIAN BIAYA OPERASI DI BIDANG
HULU MIGAS (CONTOH FORMAT SURAT DAPAT DIUBAH DENGAN MENAMBAHKAN INFORMASI YANG
DIBUTUHKAN TANPA MENGURANGI SUBSTANSI DARI ISI SURAT TERSEBUT DENGAN PERSETUJUAN
SATGAS PEMERIKSAAN BERSAMA).

|47
A. FORMAT TANDA PENGENAL SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS
PEMERIKSAAN BERSAMA

LOGO
DJP, BPKP,
SKK Migas
TANDA PENGENAL
PEMERIKSA SATUAN TUGAS
PEMERIKSAAN BERSAMA

Muka Dalam:

SATUAN TUGAS Nama :………………………………….(4)


PEMERIKSAAN BERSAMA NIP/No Pegawai :………………………………….(5)

Adalah anggota Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama atau


TANDA PENGENALPEMERIKSA Tenaga Ahli yang berwenang melakukan Pemeriksaan
Bersama atas Kontraktor kontrak kerja sama di bidang
Pas hulu migas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2010 tentang Biaya Operasi Yang Dapat
Foto Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Nomor :……………………………………..(1) Tahun 2017.
Berlaku s.d. :……………………………………..(2)
………………………..,……………..(6)
Tanda Tangan : Ketua Satgas Pemeriksaan Bersama

………………………………………..(7)
………………………………….. (3) NIP…………………………………..(8)

|48
PETUNJUK PENGISIAN TANDA PENGENAL PEMERIKSA SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA

Bentuk : persegi empat, bersampul, dan dilipat.

Ukuran : panjang 14 cm.lebar 9 cm.

Warna :

Muka Dalam : Warna dasar : Putih

Warna tulisan : Hitam

Muka Luar/Sampul : Warna dasar : Merah, Putih

Warna tulisan : Hitam

Nomor 1 : Diisi dengan Nomor : ...... /PSPB/20....

Nomor 2 : Diisi dengan tanggal, bulan, dan tahun masa berlaku tanda pengenal Pemeriksa
Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama berakhir.

Nomor 3 : Tanda tangan Pemeriksa Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama.

Nomor 4 : Diisi dengan nama Pemeriksa Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama.

Nomor 5 : Diisi dengan NIP/nomor pegawai Pemeriksa Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama.

Nomor 6 : Diisi dengan tempat dan tanggal tanda pengenal Pemeriksa diterbitkan.

Nomor 7 : Diisi dengan nama jabatan dari pejabat yang menandatangani tanda pengenal
Pemeriksa.

Nomor 8 : Diisi dengan tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani tanda pengenal Pemeriksa.

|49
B. FORMAT SURAT TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

SURAT TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


Nomor : ST-................... ......... (2)

Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bersama memberi tugas kepada:

No Nama NIP / No Pegawai Jabatan

(3) (4) (5) (6)

untuk melakukan Pemeriksaan Bersama di bidang hulu migas berdasarkan Kontrak Kerja Sama dan
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi Yang Dapat Dikembalikan dan
Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 terhadap Kontraktor :

Nama : …………………………………………………………….………….. (7)


NPWP : ………………………………………………………………………… (8)
Alamat : ………………………………………………………………….…….. (9)
Tahun Buku : …………………………………………………………………….... (10)

Dengan waktu pelaksanaan selama ……..(11) hari kerja, dimulai tanggal …........(12) sampai dengan
tanggal ...........(13). Biaya sehubungan dengan penugasan ini dibebankan pada...............(14).
Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.

................. ,…………………… (15)


a.n. KETUA SATGAS PEMERIKSAAN BERSAMA
KEPALA UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA

…….......................................... (16)
NIP.......................................... (17)

|50
PETUNJUK PENGISIAN SURAT TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan Nomor Surat Tugas.

Nomor 3 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 4 : Diisi dengan nama Pemeriksa.

Nomor 5 : Diisi dengan NIP atau nomor pegawai Pemeriksa.

Nomor 6 : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa.

Nomor 7 : Diisi dengan nama Kontraktor yang akan diperiksa.

Nomor 8 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang akan diperiksa.

Nomor 9 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang akan diperiksa.

Nomor 10 : Diisi dengan Tahun Buku yang akan diperiksa.

Nomor 11 : Diisi dengan jangka waktu pengujian.

Nomor 12 : Diisi dengan tanggal mulai pengujian.

Nomor 13 : Diisi dengan tanggal selesai pengujian.

Nomor 14 : Diisi dengan pembebanan biaya penugasan.

Nomor 15 : Diisi dengan tempat dan tanggal Surat Tugas diterbitkan.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan cap jabatan dari pejabat yang menandatangani
surat.

Nomor 17 : Diisi dengan NIP dari pejabat yang menandatangani surat.

|51
C. FORMAT SURAT TUGAS PERPANJANGAN PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

SURAT TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


Nomor : ST-................... ......... (2)

Sesuai Surat Tugas Nomor ST..............(3) tanggal .................(4) perihal Pemeriksaan Bersama di
bidang hulu migas berdasarkan Kontrak Kerja Sama dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010
tentang Biaya Operasi Yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2017 terhadap Kontraktor :

Nama : ……………………………………………………………………….. (5)


NPWP : ……………………………………………………………………….. (6)
Alamat : ……………………………………………………………………….. (7)
Tahun Buku : ……………………………………………………………………….. (8)

Dan sehubungan dengan.................................(9) maka perlu dilakukan perpanjangan waktu penugasan


selama ...............(10) hari kerja terhitung mulai tanggal ...............(11) sampai dengan ...........(12), dengan
susunan tim sebagai berikut:

No Nama NIP / No Pegawai Jabatan

(13) (14) (15) (16)

Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.

................. ,…………………… (17)


a.n. KETUA SATGAS PEMERIKSAAN BERSAMA
KEPALA UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA

…….......................................... (18)
NIP.......................................... (19)

|52
PETUNJUK PENGISIAN SURAT TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan Nomor Surat Tugas perpanjangan Pemeriksaan Bersama.

Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Surat Tugas yang akan dilakukan perpanjangan waktu
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 4 : Diisi dengan tanggal Surat Tugas yang akan dilakukan perpanjangan waktu
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 5 : Diisi dengan nama Kontraktor yang akan diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang akan diperiksa.

Nomor 7 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang akan diperiksa.

Nomor 8 : Diisi dengan Tahun Buku yang akan diperiksa.

Nomor 9 : Diisi dengan Alasan perpanjangan waktu Pemeriksaan Bersama.

Nomor 10 : Diisi dengan penambahan hari perpanjangan penugasan Pemeriksaan Bersama.

Nomor 11 : Diisi dengan tanggal penambahan hari perpanjangan penugasan Pemeriksaan


Bersama dimulai.

Nomor 12 : Diisi dengan tanggal penambahan hari perpanjangan penugasan Pemeriksaan


Bersama berakhir.

Nomor 13 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 14 : Diisi dengan nama Pemeriksa.

Nomor 15 : Diisi dengan NIP atau nomor pegawai Pemeriksa.

Nomor 16 : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa.

Nomor 17 : Diisi dengan tempat dan tanggal Surat Tugas diterbitkan.

Nomor 18 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan cap jabatan dari pejabat yang menandatangani
surat.

Nomor 19 : Diisi dengan NIP dari pejabat yang menandatangani surat.

|53
D. FORMAT SURAT YANG BERISI PERUBAHAN TIM PEMERIKSA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

SURAT TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA PERUBAHAN


Nomor : ST-P-................... ......... (2)

Dalam rangka melanjutkan Pemeriksaan Bersama terhadap Kontraktor :

Nama : ……………………………………………………………………….. (3)


NPWP : ……………………………………………………………………….. (4)
Alamat : ……………………………………………………………………….. (5)
Nomor dan Tanggal ST : ……………………………………………………………………….. (6)

Dengan ini ditugaskan kepada Saudara:

No Nama NIP / No Pegawai Jabatan

(7) (8) (9) (10)

menggantikan

No Nama NIP / No Pegawai Jabatan

(11) (12) (13) (14)

untuk melakukan Pemeriksaan Bersama di bidang hulu migas berdasarkan Kontrak Kerja Sama dan
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi Yang Dapat Dikembalikan dan
Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017.

................. ,…………………… (15)


a.n. KETUA SATGAS PEMERIKSAAN BERSAMA
KEPALA UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA

…….......................................... (16)
NIP.......................................... (17)

|54
PETUNJUK PENGISIAN SURAT YANG BERISI PERUBAHAN TIM PEMERIKSA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor Surat Tugas perubahan.

Nomor 3 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 4 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 7 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 8 : Diisi dengan nama Pemeriksa yang diberi tugas untuk menyelesaikan Pemeriksaan
Bersama.

Nomor 9 : Diisi dengan NIP atau nomor pegawai Pemeriksa yang diberi tugas untuk
menyelesaikan Pemeriksaan Bersama.

Nomor 10 : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa yang diberi tugas untuk menyelesaikan
pemeriksaan.

Nomor 11 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 12 : Diisi dengan nama Pemeriksa yang dialihtugaskan atau digantikan.

Nomor 13 : Diisi dengan NIP atau nomor pegawai Pemeriksa yang dialihtugaskan atau digantikan.

Nomor 14 : Diisi dengan jabatan dalam timPemeriksa yang dialihtugaskan atau digantikan.

Nomor 15 : Diisi dengan tempat dan tanggal surat diterbitkan.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan cap jabatan dari pejabat yang menandatangani
surat.

Nomor 17 : Diisi dengan NIP dari pejabat yang menandatangani surat.

|55
E. FORMAT SURAT TUGAS MEMBANTU PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

SURAT TUGAS MEMBANTU PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BERSAMA


Nomor : ................... ......... (2)

Sehubungan dengan pemeriksaan bersama terhadap Kontraktor :

Nama : ……………………………………………………………………………….. (3)


NPWP : ……………………………………………………………………………….. (4)
Alamat : ……………………………………………………………………………….. (5)
Tahun Buku : ……………………………………………………………………………….. (6)
Nomor dan Tanggal ST : ……………………………………………………………………………….. (7)

dengan ini ditugaskan kepada Saudara :

Nama : ……………………………………………………………………………….. (8)


NIP/Nomor Pegawai : ……………………………………………………………………………….. (9)
Pekerjaan / Jabatan : ………………………………………………………………………………. (10)
Alamat : ………………………………………………………………………………..(11)

sebagai Tenaga Ahli untuk membantu pelaksanaan Pemeriksaan Bersama sesuai dengan keahlian
Saudara dalam bidang ………………………(12).

................. ,…………………… (13)


a.n. KETUA SATGAS PEMERIKSAAN BERSAMA
KEPALA UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA

…….......................................... (14)
NIP.......................................... (15)

|56
PETUNJUK PENGISIAN SURAT TUGAS MEMBANTU PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor Surat Tugas.

Nomor 3 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 4 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya Pemeriksaan Bersama.

Nomor 7 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 8 : Diisi dengan nama tenaga ahli yang ditugaskan untuk membantu pelaksanaan
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 9 : Diisi dengan NIP atau nomor pegawai dari tenaga ahli yang ditugaskan untuk
membantu pelaksanaan Pemeriksaan Bersama apabila tenaga ahli tersebut Pegawai
Negeri Sipil.

Nomor 10 : Diisi dengan pekerjaan dan/atau jabatan tenaga ahli yang ditugaskan untuk
membantu pelaksanaan Pemeriksaan Bersama.

Nomor 11 : Diisi dengan alamat tenaga ahli yang ditugaskan untuk membantu pelaksanaan
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 12 : Diisi dengan keahlian yang dimiliki oleh tenaga ahli.

Nomor 13 : Diisi dengan tempat dan tanggal Surat Tugas diterbitkan.

Nomor 14 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan cap jabatan dari pejabat yang menandatangani
surat.

Nomor 15 : Diisi dengan NIP dari pejabat yang menandatangani surat.

|57
F. FORMAT BERITA ACARA PERTEMUAN DIMULAINYA PEMERIKSAAN BERSAMA
SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA
UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

BERITA ACARA PERTEMUAN DIMULAINYA PEMERIKSAAN BERSAMA

Pada hari ini tanggal………… bulan………… tahun………… (2) berdasarkan Surat Tugas nomor
……………tanggal..................... (3), kami yang tersebut di bawah ini:
No Nama NIP / No Pegawai Jabatan

(4) (5) (6) (7)

telah melakukan pertemuan dengan:


Nama : ……………………………………………………………………………. (8)
Jabatan : ……………………………………………………………………………. (9)
Alamat : …………………………………………………………………………… (10)
dalam hal ini bertindak selaku:
Pimpinan Kuasa (11)
dari Kontraktor:
Nama : ……………………………………………………………………………. (12)
NPWP : ……………………………………………………………………………. (13)
Alamat : ……………………………………………………………………………. (14)
untuk:
1. menjelaskan alasan dan tujuan dilakukan Pemeriksaan Bersama;
2. menjelaskan hak dan kewajiban Kontraktor selama dan setelah pelaksanaan Pemeriksaan Bersama;
Demikian berita acara hasil pertemuan dengan Kontraktor ini dibuat dengan sebenarnya dan
ditandatangani oleh:

Pimpinan/Kuasa Tim Pemeriksa


Pengendali Teknis,

…………………………………(15 ) …………………………………………..
NIP……………………………….(16 )

Ketua Tim,

…………………………………………..
NIP……………………………….( 17 )

Anggota Tim,

…………………………………………..
NIP……………………………….( 18 )

|58
PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA PERTEMUAN DIMULAINYA PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun ditandatanganinya berita acara hasil
pertemuan dengan Kontraktor.

Nomor 3 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 4 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 5 : Diisi dengan nama Pemeriksa.

Nomor 6 : Diisi dengan NIP atau nomor pegawai Pemeriksa.

Nomor 7 : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa.

Nomor 8 : Diisi dengan nama pimpinan yang mewakili Kontraktor, atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 9 : Diisi dengan jabatan pimpinan yang mewakili Kontraktor, atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 10 : Diisi dengan alamat pimpinan yang mewakili Kontraktor, atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda v pada kotak yang diperlukan.

Nomor 12 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 13 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 14 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 15 : Diisi dengan tanda tangan dan nama pimpinan atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai Pengendali Teknis Tim
Pemeriksa.

Nomor 17 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 18 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai Anggota Tim Pemeriksa.

|59
G. FORMAT SURAT PERMINTAAN PEMINJAMAN LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

Nomor : ……………………………(2) …………………….,………………(3)


Sifat : Segera
Lampiran : ……………………………(4)
Hal : Permintaan Peminjaman Laporan, Buku, Catatan,
dan/atau Dokumen

Yth ………………….
...........................
........................... (5)

Sehubungan dengan pelaksanaan Surat Tugas nomor............................. tanggal………………. (6),


dengan ini diminta kepada Saudara untuk meminjamkan laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan serta dokumen lain yang berhubungan dengan
kegiatan usaha Saudara sebagaimana daftar terlampir.

Laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen yang diperlukan dalam Pemeriksaan Bersama
tersebut diharapkan sudah kami terima paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah surat ini Saudara terima.
Laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen tersebut di atas akan dikembalikan kepada Saudara setelah
Pemeriksaan selesai dilaksanakan.

Demikian untuk menjadi perhatian Saudara dan atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Pengendali Teknis,

Diterima Oleh : …………………………………


NIP …………………………(7)
Nama :………………….( 7 )
Jabatan :………………….( 8 )
Tanggal :………………….( 9 )

|60
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMINJAMAN LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU
DOKUMEN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor surat permintaan peminjaman laporan, buku, catatan, dan/atau
dokumen.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat dan tanggal surat permintaan peminjaman laporan, buku,
catatan, dan/atau dokumen diterbitkan.

Nomor 4 : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan.

Nomor 5 : Diisi dengan nama dan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 7 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP pengendali teknis serta cap unit pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 8 : Diisi dengan nama penerima surat permintaan peminjaman laporan, buku, catatan,
dan/atau dokumen.

Nomor 9 : Diisi dengan jabatan penerima surat permintaan peminjaman laporan, buku, catatan,
dan/atau dokumen.

Nomor 10 : Diisi dengan tanggal terima surat permintaan peminjaman laporan, buku, catatan,
dan/atau dokumen.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap Kontraktor penerima surat permintaan
peminjaman laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen.

|61
H. FORMAT DAFTAR LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN YANG WAJIB DIPINJAMKAN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

DAFTAR LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN YANG WAJIB DIPINJAMKAN DALAM
RANGKA PEMERIKSAAN BERSAMA

Nama Kontraktor :………………………………………………………(2)


NPWP :………………………………………………………(3)
Alamat Kontraktor :………………………………………………………(4)
No Jenis/Nama Laporan, Buku, Catatan dan/atau Dokumen Keterangan

(5) (6) (7)

………………………..,……….(8)
Pengendali Teknis,

…………………………………..…

NIP……………………………….(9)

|62
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMINJAMAN LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU
DOKUMEN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 4 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 6 : Diisi dengan jenis nama laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen lainnya yang
wajib dipinjamkan serta tahun bukunya.

Nomor 7 : Diisi dengan kondisi atau kelengkapan laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen
yang dipinjam.

Nomor 8 : Diisi dengan tempat dan tanggal daftar laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen
yang wajib dipinjamkan diterbitkan.

Nomor 9 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP pengendali teknis serta cap unit pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

|63
I. FORMAT BUKTI PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU
DOKUMEN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

BUKTI PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN


LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN

Nama Kontraktor : ……………………………………………………..(2)


NPWP : ……………………………………………………..(3)
Nomor dan Tanggal ST : ……………………………………………………..(4)

No Jenis/Nama Laporan, Buku, Keterangan Dipinjamkan Dikembalikan


Catatan dan/atau Dokumen Lengkap/Tidak Lengkap/Tidak
Lengkap Lengkap

(5) (6) (7) (8) (9)

Diterima Oleh : Diserahkan Oleh :

Tanggal :………………………………..(10) Tanggal :………………………………..(12)

………………………………………………… ………………………………………….. (13)


NIP………………………………………(11)

Diterima Oleh : Dikembalikan Oleh :

Tanggal :………………………………..(14) Tanggal :………………………………..(16)

…………………………………………..(15) …………………………………………………
NIP………………………………………(17)

|64
PETUNJUK PENGISIAN BUKTI PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN LAPORAN, BUKU, CATATAN,
DAN/ATAU DOKUMEN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 4 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 5 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 6 : Diisi dengan laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam, baik dalam
bentuk manual atau data elektronik.

Nomor 7 : Diisi dengan jumlah dan satuan laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen yang
dipinjam, misalnya 1 odner, 2 set, 3 usb, dan sebagainya.

Nomor 8 : Diisi dengan "Lengkap" atau "Tidak Lengkap" atas keberadaaan laporan, buku,
catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam pada saat peminjaman.

Nomor 9 : Diisi dengan "Lengkap" atau "Tidak Lengkap" atas keberadaaan laporan, buku,
catatan, dan/atau dokumen yang' dipinjam pada saat pengembalian.

Nomor 10 : Diisi dengan tanggal peminjaman laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Tim Pemeriksa yang menerima laporan,
buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam.

Nomor 12 : Diisi dengan tanggal penyerahan laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen.

Nomor 13 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan jabatan pimpinan atau kuasa dari Kontraktor
yang menyerahkan laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam.

Nomor 14 : Diisi dengan tanggal terima pengembalian laporan, buku, catatan, dan/atau
dokumen.

Nomor 15 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan jabatan pimpinan atau kuasa dari Kontraktor
yang menerima laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam.

Nomor 16 : Diisi dengan tanggal pengembalian laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen.

|65
J. FORMAT SURAT PERINGATAN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

Nomor : ……………………………(2)………………….,………………(3)
Sifat : Segera
Lampiran : ……………………………(4)
Hal : Surat Peringatan

Yth ………………….
...........................
........................... (5)

Sebagai pelaksanaan Pemeriksaan berdasarkan Surat Tugas nomor.............................


tanggal………………. (6), Saudara telah diminta untuk meminjamkan laporan, buku, catatan, dan/atau
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, serta dokumen lain yang berhubungan
dengan kegiatan usaha Saudara dengan Surat Permintaan Peminjaman Laporan, buku, catatan,
dan/atau dokumen nomor……………….. tanggal……………….. (7), namun sampai dengan tanggal surat ini
dibuat, Saudara:

sama sekali tidak meminjamkan

meminjamkan sebagian (8)

buku atau catatan dan dokumen yang kami perlukan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Saudara diminta agar segera menyerahkan laporan, buku,
catatan, dan/atau dokumen seperti dalam daftar terlampir paling lambat pada tanggal………… (9).

Perlu kami ingatkan bahwa terhadap Saudara,Bagi Hasil dan PPh Migas yang terutang akan
dihitung secara jabatan apabila Saudara tidak memenuhi permintaan peminjaman laporan, buku,
catatan, dan/atau dokumen tersebut di atas.

Atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.

Diterima Oleh :………….( 11 ) Pengendali Teknis,

Jabatan :………….( 12 )
Tanggal :………….( 13 )
…………………………………
Tanda Tangan/Cap :………….( 14 ) NIP…………………………….(10)

|66
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERINGATAN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor surat peringatan.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat dan tanggal surat peringatan diterbitkan.

Nomor 4 : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan.

Nomor 5 : Diisi dengan nama dan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 7 : Diisi dengan nomor dan tanggal surat permintaan peminjaman laporan, buku,
catatan, dan/atau dokumen.

Nomor 8 : Diisi dengan menandai v pada kotak yang diperlukan.

Nomor 9 : Diisi dengan batas waktu harus diserahkannya laporan, buku, catatan, dan/atau
dokumen yang dipinjam paling lambat dalam 3 (tiga) hari kerja.

Nomor 10 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP pengendali teknis serta cap unit pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 11 : Diisi dengan nama penerima surat peringatan.

Nomor 12 : Diisi dengan jabatan penerima surat peringatan.

Nomor 13 : Diisi dengan tanggal terima surat peringatan.

Nomor 14 : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap Kontraktor penerima surat peringatan.

|67
K. FORMAT DAFTAR LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN YANG BELUMDIPINJAMKAN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

DAFTAR LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN YANG BELUM DIPINJAMKAN DALAM
RANGKA PEMERIKSAAN BERSAMA

Nama Wajib Kontraktor :………………………………………………………(2)


NPWP :………………………………………………………(3)
Alamat Kontraktor :………………………………………………………(4)
No Jenis/Nama Laporan, Buku, Catatan dan/atau Dokumen Keterangan

(5) (6) (7)

………………………..,……….(8)

Pengendali Teknis,

…………………………………

NIP…………………………….(9)

|68
PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN YANG BELUM
DIPINJAMKAN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 4 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 6 : Diisi dengan jenis nama laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen lainnya yang
belum dipinjamkan serta tahun bukunya.

Nomor 7 : Diisi dengan keterangan yang diperlukan.

Nomor 8 : Diisi dengan tempat dan tanggal daftar laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen
yang belum dipinjamkan diterbitkan.

Nomor 9 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP pengendali teknis serta cap unit pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

|69
L. FORMAT BERITA ACARA KLARIFIKASI TIDAK DIPENUHINYA PEMINJAMAN LAPORAN, BUKU,
CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

BERITA ACARA KLARIFIKASI TIDAK DIPENUHINYA PEMINJAMAN LAPORAN, BUKU, CATATAN, DAN/ATAU
DOKUMEN

Pada hari ini tanggal………… bulan………… tahun………… (2) berdasarkan Surat Tugas nomor
……………tanggal..................... (3), maka kami yang tersebut di bawah ini selaku tim Pemeriksa yang
ditugaskan untuk melakukan Pemeriksaan Bersama terhadap Kontraktor:

Nama : ……………………………………………………………………….. (4)


NPWP : ……………………………………………………………………….. (5)
Alamat : ……………………………………………………………………….. (6)

dengan ini menyatakan bahwa seluruh/ sebagian*) laporan, buku, catatan, dan/atau dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Surat Permintaan Peminjaman Laporan, Buku, Catatan, dan/atau
Dokumen Nomor: …………………….(7) tidak dipenuhi peminjamannya oleh Kontraktor kepada tim
Pemeriksa dengan alasan…………………………..(8)

Demikian Berita Acara Klarifikasi Tidak Dipenuhinya Peminjaman Laporan, Buku, Catatan,
dan/atau Dokumen ini dibuat dengan sebenarnya kemudian ditutup dan ditandatangani oleh tim
Pemeriksa.

Mengetahui Tim Pemeriksa


Kepala Unit Pelaksana Pengendali Teknis,
Pemeriksaan Bersama

………………………………………. ………………………………………..
NIP ………..…………………(12 ) NIP……………………………….(9 )
Ketua Tim,

………………………………………..
NIP……………………………….( 10 )

Anggota Tim,

………………………………………..
NIP……………………………….( 11 )

|70
PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA KLARIFIKASI TIDAK DIPENUHINYA PEMINJAMAN LAPORAN, BUKU,
CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun ditandatanganinya berita acara klarifikasi
tidak dipenuhinya peminjaman buku, catatan dan dokumen.

Nomor 3 : Diisi dengan Nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 4 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 7 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Permintaan Peminjaman Laporan, Buku,
Catatan, dan/atau Dokumen.

Nomor 8 : Diisi dengan alasan Kontraktor tidak menyampaikan laporan, buku, catatan, dan/atau
dokumen.

Nomor 9 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Teknis Tim Pemeriksa.

Nomor 10 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa.

Nomor 12 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP dan cap Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

|71
M. FORMAT SURAT PANGGILAN UNTUK MEMBERlKAN PENJELASAN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

Nomor : ………………………(2) …………………….,………………(3)


Sifat : Segera
Lampiran : ……………………………(4)
Hal : Panggilan Untuk Memberikan Penjelasan

Yth ………………….
...........................
........................... (5)

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor ……./PMK.03/….. tentang Tata
Cara Pemeriksaan Bersama atas Kontraktor Kerja Sama Bagi Hasil dengan Pengembalian Biaya Operasi di
Bidang Hulu Migas dan sehubungan dengan Laporan, Buku, Catatan, dan/atau Dokumen yang telah
dipinjamkan kepada tim Pemeriksa berdasarkan Surat Tugas nomor…………….. tanggal ....... ,....... (6),
dengan ini diminta kedatangan Saudara pada

Hari/Tanggal : ……………………………………………………………………….. (7)


Pukul : ……………………………………………………………………….. (8)
Tempat : ……………………………………………………………………….. (9)

untuk memberikan penjelasan kepada tim Pemeriksa


atas:…………………………………....................……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………(10).

Demikian untuk dimaklumi

Kepala Unit Pelaksana


Diterima Oleh :…………….( 12 )
Pemeriksaan Bersama
Jabatan :…………….( 13 )
Tanggal :…………….( 14 )
Tanda Tangan/Cap :…………( 15 )
……………………………
NIP. …………………….(11)

|72
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PANGGILAN UNTUK MEMBERlKAN PENJELASAN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor surat panggilan.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat dan tanggal surat panggilan diterbitkan.

Nomor 4 : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan.

Nomor 5 : Diisi dengan nama dan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 7 : Diisi dengan hari/tanggal Kontraktor diminta datang untuk memberikan penjelasan.

Nomor 8 : Diisi dengan waktu Kontraktor diminta datang untuk memberikan penjelasan.

Nomor 9 : Diisi dengan tempat pertemuan dimana Kontraktor diminta datang untuk
memberikan penjelasan.

Nomor 10 : Diisi dengan pokok temuan yang akan dimintakan penjelasan.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP kepala unit pelaksana Pemeriksaan
Bersama serta cap unit pelaksana Pemeriksaan Bersama.

Nomor 12 : Diisi dengan nama penerima surat panggilan.

Nomor 13 : Diisi dengan jabatan penerima surat panggilan.

Nomor 14 : Diisi dengan tanggal terima surat panggilan.

Nomor 15 : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap Kontraktor penerima surat panggilan.

|73
N. FORMAT SURAT PANGGILAN UNTUK MEMBERlKAN KETERANGAN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

Nomor : ………………………(2) ………………….,………………(3)


Sifat : Segera
Lampiran : ……………………………(4)
Hal : Panggilan Untuk Memberikan Keterangan

Yth ………………….
...........................
........................... (5)

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor ……./PMK.03/…..tentang Tata


Cara Pemeriksaan Bersama atas Kontraktor Kerja Sama Bagi Hasil dengan Pengembalian Biaya Operasi di
Bidang Hulu Migas yang dilakukan terhadap Kontraktor :

Nama : ……………………………………………………………………….. (6)


NPWP : ……………………………………………………………………….. (7)
Tahun : ……………………………………………………………………….. (8)

Berdasarkan Surat Tugas nomor……………….Tanggal…………………..(9), diminta kedatangan Saudara pada:

Hari/Tanggal : ………………………………………………………………………. (10)


Pukul : ………………………………………………………………………. (11)
Tempat : …………………………………………………………………….... (12)

untuk memberikan keterangan kepada tim Pemeriksa


atas:…………………………………....................……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………(13)

Demikian untuk dimaklumi.

Kepala Unit Pelaksana


Diterima Oleh :…………….( 15 ) Pemeriksaan Bersama

Jabatan :…………….( 16 )

Tanggal :…………….( 17 )
……………………………
Tanda Tangan/Cap :…………( 18 ) NIP……………………..(14)

|74
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PANGGILAN UNTUK MEMBERlKAN KETERANGAN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor surat panggilan.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat dan tanggal surat panggilan diterbitkan.

Nomor 4 : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan.

Nomor 5 : Diisi dengan nama dan alamat pihak ketiga yang dimintai keterangan.

Nomor 6 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 7 : Diisi dengan NPWP Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 8 : Diisi dengan tahun buku Pemeriksaan Bersama.

Nomor 9 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas Pemeriksaan Bersama.

Nomor 10 : Diisi dengan hari/tanggal pihak ketiga diminta datang untuk memberikan keterangan.

Nomor 11 : Diisi dengan waktu pihak ketiga diminta datang untuk memberikan keterangan.

Nomor 12 : Diisi dengan tempat pertemuan dimana pihak ketiga diminta datang untuk
memberikan keterangan.

Nomor 13 : Diisi dengan pokok temuan atau permasalahan yang akan dimintai
keterangan/konfirmasi.

Nomor 14 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan
Bersama serta cap Unit Pelaksana Pemeriksaan Bersama.

Nomor 15 : Diisi dengan nama penerima surat panggilan.

Nomor 16 : Diisi dengan jabatan penerima surat panggilan.

Nomor 17 : Diisi dengan tanggal terima surat panggilan.

Nomor 18 : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap pihak ketiga penerima surat panggilan.

|75
O. FORMAT BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN

Pada hari ini tanggal………… bulan………… tahun………… (2) bertempat di……………………(3), kami
Tim Pemeriksa :
No Nama NIP / No Pegawai Jabatan

(4) (5) (6) (7)

berdasarkan Surat Tugas nomor ……………tanggal..................... (8), telah meminta penjelasan sesuai
dengan Surat Panggilan nomor:............................ tanggal …………………..(9), kepada:
Nama : …………………………………………………………………….. (10)
Jabatan : …………………………………………………………………….. (11)
Alamat : …………………………………………………………………….. (12)
dalam hal ini bertindak selaku :
Pimpinan Kuasa (13)
dari Kontraktor :
Nama : …………………………………………………………………….. (14)
NPWP : …………………………………………………………………….. (15)
Alamat : …………………………………………………………………….. (16)
Dengan penjelasan sebagai berikut :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………(17)
Demikian berita acara pemberian penjelasan ini dibuat dengan sebenarnya dan ditandatangani
oleh:
Pimpinan/Kuasa Tim Pemeriksa
Pengendali Teknis,

………………………………………….
…………………………………(18 ) NIP……………………………….(19 )
Ketua Tim,

………………………………………….
NIP……………………………….( 20 )
Anggota Tim,

………………………………………….
NIP……………………………….( 21 )

|76
PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun di tandatanganinya berita acara.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat ditandatanganinya berita acara.

Nomor 4 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 5 : Diisi dengan nama Pemeriksa.

Nomor 6 : Diisi dengan NIP atau nomor pegawai Pemeriksa.

Nomor 7 : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa.

Nomor 8 : Diisi dengan Nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 9 : Diisi dengan Nomor dan tanggal surat panggilan.

Nomor 10 : Diisi dengan namapihak yang mewakili dari Kontraktor, atau kuasa Kontraktor.

Nomor 11 : Diisi dengan jabatan pihak yang mewakili dari Kontraktor, atau kuasa Kontraktor.

Nomor 12 : Diisi dengan alamat pihak yang mewakili dari Kontraktor, atau kuasa Kontraktor.

Nomor 13 : Diisi dengan tanda v pada kotak yang diperlukan.

Nomor 14 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 15 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 16 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 17 : Diisi dengan penjelasan yang diberikan oleh pimpinan Kontraktor, atau kuasa
Kontraktor.

Nomor 18 : Diisi dengan tanda tangan dan nama pimpinan atau kuasa Kontraktor.

Nomor 19 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Teknis Tim Pemeriksa.

Nomor 20 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 21 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa.

|77
P. FORMAT SURAT PERMINTAAN INFORMASI, KETERANGAN DAN/ATAU BUKTI KEPADA PIHAK
KETIGA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

Nomor : ……………………………(2) ………………….,………………(3)


Sifat : Segera
Lampiran : ……………………………(4)
Hal : Permintaan Informasi, Keterangan dan/atau Bukti Mengenai
…………………………………………….(5)

Yth ………………….
...........................
........................... (6)

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor ……./PMK03/…..tentang Tata


Cara Pemeriksaan Bersama atas Kontraktor Kerja Sama Bagi Hasil dengan Pengembalian Biaya Operasi di
Bidang Hulu Migas yang dilakukan pemeriksaan terhadap Kontraktor :

Nama : ……………………………………………………………………….. (7)


NPWP : ……………………………………………………………………….. (8)
Tahun : ……………………………………………………………………….. (9)

Berdasarkan Surat Tugas Nomor……………….Tanggal…………………..(10), diminta kepada Saudara untuk


memberikan informasi, keterangan, dan/atau bukti atas hal berikut :
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………(11)

Informasi, keterangan, dan/atau bukti yang kami minta mohon untuk dapat Saudara sampaikan
paling lambat selama 14 (empat belas) hari kerja sejak surat ini diterima.

Demikian untuk menjadi perhatian


Kepala unit Pelaksana
Diterima Oleh :………...( 13 ) Pemeriksaan Bersama

Jabatan :………...( 14 )

Tanggal :………...( 15 )
…………………………..
Tanda Tangan/Cap :…..……( 16 ) NIP……………………...(12)

|78
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN INFORMASI, KETERANGAN DAN/ATAU BUKTI KEPADA PIHAK
KETIGA

Nomor 1 : Diisi dengan alamat unit pelaksana Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor surat permintaan informasi, keterangan dan/atau bukti.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat dan tanggal surat permintaan informasi, keterangan dan/atau
bukti diterbitkan.

Nomor 4 : Diisi dengan jumlah lampiran.

Nomor 5 : Diisi dengan jenis informasi, keterangan dan/atau bukti yang diminta.

Nomor 6 : Diisi dengan nama dan alamat pihak ketiga yang diminta untuk memberikan
informasi, keterangan dan/atau bukti.

Nomor 7 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 8 : Diisi dengan NPWP Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 9 : Diisi dengan tahun buku pemeriksaan.

Nomor 10 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 11 : Diisi dengan penjelasan atas informasi, keterangan dan/atau bukti yang diminta dan
kaitannya dengan pemeriksaan yang dilakukan.

Nomor 12 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan
Bersama serta cap unit pelaksana pemeriksaan bersama.

Nomor 13 : Diisi dengan nama penerima surat permintaan informasi, keterangan dan/atau bukti.

Nomor 14 : Diisi dengan jabatan penerima surat permintaan informasi, keterangan dan/atau
bukti.

Nomor 15 : Diisi dengan tanggal terima surat permintaan informasi, keterangan dan/atau bukti.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap Kontraktor penerima surat permintaan
informasi, keterangan dan/atau bukti.

|79
Q. FORMAT NOTISI TEMUAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

Nomor : …………………………(2) …………….,……………(3)


Sifat : Sangat Segera
Lampiran : …………………………(4)
Hal : Notisi

Yth ………………….
...........................
........................... (5)

Sehubungan dengan Surat Tugas nomor............................. tanggal………………. (6), bersama ini


disampaikan temuan hasil Pemeriksaan Bersama sebagaimana terlampir.

Mengingat hasil Pemeriksaan Bersama tersebut berkaitan dengan kewajiban Bagi Hasil dan PPh
Migas yang harus Saudara penuhi, maka kepada Saudara akan disampaikan undangan untuk melakukan
pembahasan hasil Pemeriksaan Bersama.

Saudara diwajibkan memberikan tanggapan tertulis atas hasil Pemeriksaan Bersama dan hadir
dalam pembahasan hasil Pemeriksaan Bersama sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasama Saudara diucapkan terima kasih.

Kepala Unit Pelaksana


Diterima Oleh :………………….( 8 )
Pemeriksaan Bersama
Jabatan :………………….( 9 )

Tanggal :………………..( 10 )

Tanda Tangan/Cap :……………….( 11 )


…………………………………….
NIP. ……………………………(7)

|80
PETUNJUK PENGISIAN NOTISI TEMUAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor Notisi.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat dan tanggal Notisi diterbitkan.

Nomor 4 : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan.

Nomor 5 : Diisi dengan nama dan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas,

Nomor 7 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP kepala unit pelaksana Pemeriksaan
Bersama serta cap unit pelaksana Pemeriksaan Bersama.

Nomor 8 : Diisi dengan nama penerima Notisi.

Nomor 9 : Diisi dengan jabatan penerima Notisi.

Nomor 10 : Diisi dengan tanggal terima Notisi.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap Kontraktor penerima Notisi.

|81
R. FORMAT DAFTAR NOTISI TEMUAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

LAMPIRAN NOTISI

Nomor dan Tanggal ST : ……………………………………………………..(2)


Nama Kontraktor : ……………………………………………………..(3)
NPWP : ……………………………………………………..(4)
Tahun : ……………………………………………………..(5)

1. Deskripsi Temuan……………......................................................................(6)

Uraian kondisi temuan pemeriksaan…………………………….......................(7)

2. Deskripsi Temuan……………......................................................................(6)

Uraian kondisi temuan pemeriksaan………………………………....................(7)

3. Dst

…………………, …………………………(8)

Mengetahui Tim Pemeriksa


Kepala Unit Pelaksana Pengendali Teknis,
Pemeriksaan Bersama

……………………………… …………………………………
NIP………………………….(12) NIP……………………………….(9)

Ketua Tim,

…………………………………
NIP……………………………….(10)

Anggota Tim,

…………………………………
NIP……………………………….(11)

|82
PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN NOTISI

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan Nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 3 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 4 : Diisi dengan NPWP Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan tahun buku pemeriksaan.

Nomor 6 : Diisi dengan deskripsi temuan pemeriksaan.

Nomor 7 : Diisi dengan uraian kondisi temuan pemeriksaan termasuk dasar hukumnya.

Nomor 8 : Diisi dengan tempat dan tanggal diterbitkannya Notisi.

Nomor 9 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Teknis Tim Pemeriksa.

Nomor 10 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa.

Nomor 12 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP dan cap Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

|83
S. FORMAT UNDANGAN PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

Nomor : ……………………………(2) ……………….,………………(3)


Sifat : Segera
Lampiran : ……………………………(4)
Hal : Undangan Pembahasan Hasil Pemeriksaan Bersama

Yth ………………….
...........................
........................... (5)

Sehubungan dengan Notisi nomor ......tanggal ..... (5) yang telah disampaikan kepada Saudara
pada tanggal ........ (6), dengan ini kami mengundang Saudara pada:

Hari/Tanggal : ……………………………………………………………………….. (7)


Pukul : ……………………………………………………………………….. (8)
Tempat : ……………………………………………………………………….. (9)

untuk melakukan pembahasanatas temuan hasil Pemeriksaan yang telah disampaikan kepada Saudara.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasama Saudara diucapkan terima kasih.

Diterima Oleh :…………..( 11 ) Kepala Unit Pelaksana


Pemeriksaan Bersama
Jabatan :…………..( 12 )

Tanggal :……….….( 13 )
……………………………………..
Tanda Tangan/Cap :……….….( 14 ) NIP…………………………….(10)

|84
PETUNJUK PENGISIAN UNDANGAN PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor surat undangan.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat dan tanggal surat undangan diterbitkan.

Nomor 4 : Diisi dengan jumlah dokumen yang dilampirkan.

Nomor 5 : Diisi dengan nama dan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 7 : Diisi dengan hari dan tanggal pimpinan/kuasa dari Kontraktor diminta datang untuk
pembahasan hasil Pemeriksaan Bersama.

Nomor 8 : Diisi dengan waktu pimpinan/kuasa dari Kontraktor diminta datang untuk
pembahasan hasil Pemeriksaan Bersama.

Nomor 9 : Diisi dengan tempat pertemuan dimana pimpinan/kuasa dari Kontraktor diminta
datang untuk pembahasan hasil pemeriksaan.

Nomor 10 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan
Bersama serta cap unit pelaksana Pemeriksaan Bersama.

Nomor 11 : Diisi dengan nama penerima surat undangan.

Nomor 12 : Diisi dengan jabatan penerima surat undangan.

Nomor 13 : Diisi dengan tanggal terima surat undangan.

Nomor 14 : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap Kontraktor penerima surat undangan.

|85
T. FORMAT BERITA ACARA PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

BERITA ACARA PEMBAHASAN …….. (2)


HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor dan Tanggal ST : ………………………………………………………………………………………………..(3)


Nama Kontraktor : ………………………………………………………………………………………………..(4)
NPWP : ………………………………………………………………………………………………..(5)
Tahun : ………………………………………………………………………………………………..(6)

No Uraian Nilai Temuan Tanggapan Tanggapan Status TL


Temuan Kontraktor Pemeriksa

IDR US$ Mata Uang Equivalen S BS D


Lainnya dalam US$
Setuju Masih
Namun Dalam
Belum Pembahasan
Dikoreksi

(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

Total (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27)

|86
…………………….. , ………………(28)

Pimpinan/Kuasa Tim Pemeriksa


Pengendali Teknis,

…………………………………….(29 ) …………………………………………..
NIP……………………………….(30)

Ketua Tim,

…………………………………
NIP……………………………….(31)

Anggota Tim,

…………………………………
NIP……………………………….(32)

|87
PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA PEMBAHASAN …….
HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan pertama, kedua, dst. Berita acara ini merupakan berita acara
pembahasan yang dilakukan oleh tim pemeriksa selama waktu pembahasan.

Nomor 3 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 4 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan tahun buku pemeriksaan.

Nomor 7 : Diisi dengan nomor 1, 2, dst.

Nomor 8 : Diisi dengan uraian temuan pemeriksaan.

Nomor 9 : Diisi dengan nilai temuan dalam mata uang IDR (hanya jika nilai temuan dalam IDR).

Nomor 10 : Diisi dengan nilai temuan dalam mata uang US$ (hanya jika nilai temuan dalam US$).

Nomor 11 : Diisi dengan nilai temuan dalam mata uang lainnya (hanya jika nilai temuan dalam
mata uang lainnya).

Nomor 12 : Diisi dengan nilai temuaan ekuivalen dalam US$. Untuk nilai temuan dalam mata
uang selain US$, di konversi menggunakan kurs tengah BI pada akhir tahun buku yang
diperiksa.

Nomor 13 : Diisi dengan tanggapan Kontraktor atas temuan tersebut.

Nomor 14 : Diisi dengan tanggapan pemeriksa atas jawaban Kontraktor.

Nomor 15 : Diisi dengan nilai temuan dalam ekuivalen US$ sesuai dengan hasil pembahasan.
Kolom ini diisi apabila KKKS telah melakukan koreksi atas nilai temuan tersebut.

Nomor 16 : Diisi dengan nilai temuan dalam ekuivalen US$ sesuai dengan hasil pembahasan.
Kolom ini diisi apabila KKKS setuju atas temuan pemeriksaan namun KKKS belum
melakukan koreksi atas nilai temuan tersebut.

Nomor 17 : Diisi dengan nilai temuan dalam ekuivalen US$ sesuai dengan hasil pembahasan.
Kolom ini diisi apabila pembahasan selanjutnya masih dilakukan.

|88
Nomor 18 : Diisi dengan nilai temuan dalam ekuivalen US$ sesuai dengan hasil pembahasan.
Kolom ini diisi apabila tim pemeriksa dapat menerima jawaban dari KKKS.

Nomor 19 : Diisi dengan tindak lanjut yang akan dilakukan oleh KKKS atau tim pemeriksa.

Nomor 20 : Diisi dengan total nilai dalam kolom 9.

Nomor 21 : Diisi dengan total nilai dalam kolom 10.

Nomor 22 : Diisi dengan total nilai dalam kolom 11.

Nomor 23 : Diisi dengan total nilai dalam kolom 12.

Nomor 24 : Diisi dengan total nilai dalam kolom 15.

Nomor 25 : Diisi dengan total nilai dalam kolom 16.

Nomor 26 : Diisi dengan total nilai dalam kolom 17.

Nomor 27 : Diisi dengan total nilai dalam kolom 18.

Nomor 28 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun ditandatanganinya berita acara.

Nomor 29 : Diisi dengan nama pimpinan yang mewakili Kontraktor atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 30 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Teknis Tim Pemeriksa.

Nomor 31 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 32 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa.

|89
U. FORMAT BERITA ACARA PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

BERITA ACARA PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

Pada hari ini tanggal………… bulan………… tahun………… (2) bertempat di……………………,(3) kami:
No Nama NIP / No Pegawai Jabatan

(4) (5) (6) (7)

berdasarkan Surat Tugas nomor ……………tanggal..................... (8), telah melakukan Pemeriksaan


Bersama atas kewajiban Bagi Hasil dan PPh Migas terhadap Kontraktor:
Nama : ………………………………………………………………………………(9)
NPWP : …………………………………………………… ……………………...(10)
dan memberitahukan serta melakukan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan Bersama dengan:
Pimpinan Kuasa (11)
Nama : …………………………………………………………………………….. (12)
Jabatan : …………………………………………………………………………….. (13)
Alamat : …………………………………………………………………………….. (14)
Berupa pos-pos sebagaimana tersebut dalam lampiran.

Demikian berita acara Pembahasan Hasil Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya dan
ditandatangani oleh:

Pimpinan/Kuasa Tim Pemeriksa


Pengendali Teknis,

…………………………………(15 ) …………………………………….
NIP……………………………….(16 )

Penelaah, Ketua Tim,


Pengendali Mutu Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama

…………………………………………… …………………………………….
NIP…………………………………(19) NIP……………………………….( 17 )

|90
Mengetahui, Anggota Tim,
Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama

…………………………………………… …………………………………….
NIP…………………………………(20) NIP……………………………….( 18 )

|91
PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun ditandatanganinya berita acara.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat ditandatanganinya berita acara. Berita acara ini merupakan
berita acara terakhir pembahasan hasil pemeriksaan bersama.

Nomor 4 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 5 : Diisi dengan nama Pemeriksa.

Nomor 6 : Diisi dengan NIP atau nomor pegawai Pemeriksa.

Nomor 7 : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa.

Nomor 8 : Diisi dengan Nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 9 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 10 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda v pada kotak yang diperlukan.

Nomor 12 : Diisi dengan nama pimpinan yang mewakili Kontraktor atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 13 : Diisi dengan jabatan pimpinan yang mewakili Kontraktor atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 14 : Diisi dengan alamat pimpinan yang mewakili Kontraktor atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 15 : Diisi dengan tanda tangan dan nama pimpinan atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Teknis Tim Pemeriksa.

Nomor 17 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 18 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa.

Nomor 19 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Mutu Tim Pemeriksa.

Nomor 20 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP dan cap Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

|92
V. FORMAT LAMPIRAN BERITA ACARA PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

LAMPIRAN BERITA ACARA PEMBAHASAN

Nomor dan Tanggal ST : ……………………………………………………………………………..……..(2)


Nama Kontraktor : ……………………………………………………………………………..……..(3)
NPWP : ……………………………………………………………………………..……..(4)
Tahun : …………………………………………………………………………..………..(5)

1. Pokok Masalah Koreksi ……………………………………………………………………………………..………..(6)


………………………………………………………….……………………………………………………………..……..….(7)
a. Dasar Koreksi Pemeriksa berdasarkan Notisi
………………………………………………………………………………………………………………………………(8)
b. Tanggapan Kontraktor atas Notisi
……………………………………………………………………………………………………………………………..(9)
c. Pendapat Pemeriksa dalam Pembahasan
……………………………………………………………………………………………………………………….……(10)
d. Pendapat Kontraktor dalam Pembahasan
…………………………………………………………………………………………………………………....………(11)
2. Pokok Masalah Koreksi ………………………………………………………………………………….……..……. (6)
………………………………………………………………………………………………………………….………………… (7)
a. Dasar Koreksi Pemeriksa berdasarkan Notisi Temuan
…………………………………………………………………………………………………………………….…...….. (8)
b. Tanggapan Kontraktor atas Notisi Temuan
……………………………………………………………………………………..…………………………………….... (9)
c. Pendapat Pemeriksa dalam Pembahasan
……………………………………………………………………………………………………………………...……. (10)
d. Pendapat Kontraktor dalam Pembahasan
…………………………………………………………………………………………………………………….………. (11)
3. Dst

……………………,…………………….. (12)
Pimpinan/Kuasa Tim Pemeriksa
Pengendali Teknis,

…………………………………………..
…………………………………….(13 ) NIP……………………………….(14)

|93
Penelaah, Ketua Tim,
Pengendali Mutu Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama

…………………………………………… …………………………………
NIP…………………………………(17) NIP……………………………….( 15 )

Mengetahui, Anggota Tim,


Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama

…………………………………………… …………………………………
NIP…………………………………(18) NIP……………………………….( 16 )

|94
PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN BERITA ACARA PEMBAHASAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan Nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 3 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 4 : Diisi dengan NPWP Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan tahun buku pemeriksaan.

Nomor 6 : Diisi dengan klasifikasi jenis pos-pos koreksi, antara lain:

 dokumen tidak lengkap/tidak diberikan

 tidak sesuai dengan WP&B dan/atau AFE

 tidak sesuai dengan Pasal 11 PMK Nomor …./PMK.03/20…


 dan sebagainya

Nomor 7 : Diisi dengan pos yang dikoreksi, jumlah menurut FQR, jumlah menurut Pemeriksa dan
nilai koreksinya.

Nomor 8 : Diisi dengan dasar penjelasan dilakukannya koreksi menurut Pemeriksa termasuk
dasar hukumnya sebagaimana tercantum dalam notisi.

Nomor 9 : Diisi sesuai dengan tanggapan Kontraktor sebagaimana tercantum dalam tanggapan
tertulis.

Nomor 10 : Diisi dengan pendapat Pemeriksa atas tanggapan tertulis maupun tanggapan yang
disampaikan oleh Kontraktor pada saat Pembahasan.

Nomor 11 : Diisi dengan pendapat Kontraktor dalam Pembahasan.

Nomor 12 : Diisi dengan tempat dan tanggal dilakukannya Pembahasan.

Nomor 13 : Diisi dengan tanda tangan dan nama pimpinan atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 14 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Teknis Tim Pemeriksa.

Nomor 15 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa.

Nomor 17 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP dan Pengendali Mutu Tim Pemeriksa.

|95
Nomor 18 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP dan cap Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

|96
W. FORMAT PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

Nomor : …………………(2) …………………….,………………(3)


Sifat : Segera
Hal : Pemberitahuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan Bersama

Yth ………………….
...........................
........................... (4)

Sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Bersama pemenuhan kewajiban Bagi Hasil dan
PPh Migas terhadap Kontraktor di bawah ini:

Nama : ……………………………………………………………………………….. (5)


NPWP : ……………………………………………………………………………….. (6)
Alamat : ……………………………………………………………………………….. (7)
Tahun : ……………………………………………………………………………….. (8)

berdasarkan Surat Tugas nomor ………………….tanggal............ (9) bersama ini diberitahukan bahwa jangka
waktu pemeriksaan terhadap Saudara, kami perpanjang selama………….. (10) hari kerja dengan alasan
……………………..(11)

Demikian untuk menjadi perhatian.

Kepala Unit Pelaksana


Diterima Oleh :……………………(13)
Pemeriksaan Bersama
Jabatan :……………….…..(14)

Tanggal :……….………...(15)

Tanda Tangan/Cap :………………….(16) …………………………………….


NIP …………………………..(12)

|97
PETUNJUK PENGISIAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan nomor surat undangan.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat dan tanggal surat undangan diterbitkan.

Nomor 4 : Diisi dengan nama dan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 6 : Diisi dengan NPWP Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 7 : Diisi dengan alamat Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 8 : Diisi dengan tahun buku pemeriksaan.

Nomor 9 : Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Tugas.

Nomor 10 : Diisi dengan periode perpanjangan.

Nomor 11 : Diisi dengan alasan perpanjangan jangka waktu pemeriksaan.

Nomor 12 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan
Bersama serta cap Unit Pelaksana Pemeriksaan Bersama.

Nomor 13 : Diisi dengan nama penerima surat pemberitahuan perpanjangan.

Nomor 14 : Diisi dengan jabatan penerima surat pemberitahuan perpanjangan.

Nomor 15 : Diisi dengan tanggal terima surat pemberitahuan perpanjangan.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan penerima dan cap Kontraktor penerima surat
pemberitahuan perpanjangan.

|98
X. FORMAT BERITA ACARA PEMUTAKHIRAN TINDAK LANJUT TEMUAN PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

BERITA ACARA PEMUTAKHIRAN TINDAK LANJUT TEMUAN PEMERIKSAAN BERSAMA

Pada hari ini tanggal………… bulan………… tahun………… (2) bertempat di……………………,(3) kami:
No Nama / NIP / No Pegawai Pangkat/Gol Jabatan

(4) (5) (6) (7)

berdasarkanLaporan Hasil Pemeriksaan Bersama nomor ……………tanggal..................... (8), telah


melakukan pemutakhiran tindak lanjut temuan pemeriksaan (pending items) terhadap Kontraktor:
Nama : ……………………………………………………………………………….. (9)
NPWP : …………………………………………….……………………………….. (10)
setelah melakukan pembahasan dengan:
Pimpinan Kuasa (11)
Nama : …………………………………………….……………………………….. (12)
Jabatan : …………………………………………….……………………………….. (13)
Alamat : …………………………………………….……………………………….. (14)
Berupa pos-pos sebagaimana tersebut dalam lampiran.

Demikian berita acara pemutakhiran tindak lanjut temuan Pemeriksaan Bersama ini dibuat
dengan sebenarnya dan ditandatangani oleh:

Pimpinan/Kuasa Tim Pemutakhiran


Pengendali Teknis,

…………………………………….
…………………………………(15 ) NIP……………………………….(16 )
Mengetahui,
Kepala Unit Pelaksana Ketua Tim,
Pemeriksaan Bersama

…………………………………………… …………………………………….
NIP…………………………………(19) NIP……………………………….( 17 )
Anggota Tim,

…………………………………….
NIP……………………………….( 18 )

|99
PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA PEMUTAKHIRAN TINDAK LANJUT TEMUAN PEMERIKSAAN
BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun ditandatanganinya berita acara.

Nomor 3 : Diisi dengan tempat ditandatanganinya berita acara.

Nomor 4 : Diisi dengan nomor urut.

Nomor 5 : Diisi dengan nama dan NIP Pemeriksa.

Nomor 6 : Diisi dengan pangkat dan golongan Pemeriksa.

Nomor 7 : Diisi dengan jabatan dalam tim Pemeriksa, "Pengendali Teknis", "Ketua Tim", atau
"Anggota Tim".

Nomor 8 : Diisi dengan Nomor dan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama.

Nomor 9 : Diisi dengan nama Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 10 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.

Nomor 11 : Diisi dengan tanda v pada kotak yang diperlukan.

Nomor 12 : Diisi dengan nama pimpinan yang mewakili Kontraktor atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 13 : Diisi dengan jabatan pimpinan yang mewakili Kontraktor atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 14 : Diisi dengan alamat pimpinan yang mewakili Kontraktor atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 15 : Diisi dengan tanda tangan dan nama pimpinan atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Teknis Tim Pemeriksa.

Nomor 17 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 18 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa.

Nomor 19 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP dan cap Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

|100
Y. FORMAT LAMPIRAN BERITA ACARA PEMUTAKHIRAN TINDAK LANJUT TEMUAN PEMERIKSAAN
BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA


UNIT PELAKSANA PEMERIKSAAN BERSAMA
....................................................................................... (1)

LAMPIRAN BERITA ACARA PEMUTAKHIRANTINDAK LANJUT TEMUAN PEMERIKSAAN BERSAMA


Nomor dan Tanggal LHPB : …………………………………………………………………..(2)
Nama Kontraktor : …………………………………………………………………..(3)
NPWP : …………………………………………………………………..(4)
Tahun : …………………………………………………………………..(5)

1. Pokok Masalah Koreksi Berdasarkan LHPB …………….………………………………….(6)


……………………………………………………………………………….……………….….……….……(7)
a. Tanggapan Kontraktor berdasarkan LHPB
…………………………………………………………………………..……..……………………..…(8)
b. Pendapat Kontraktor dalam Pemutakhiran
……………………………………………………………………………..……..……………………..(9)
c. Pendapat Pemeriksa dalam Pemutakhiran
………………………………………………………………………………..….…………………….(10)

2. Pokok Masalah Koreksi Berdasarkan LHPB …………………….……..………………….(6)


…………………………..……………………………………………………………………….……….……(7)
d. Tanggapan Kontraktor berdasarkan LHPB
………………………………………………………………………………..…………....………..…(8)
e. Pendapat Kontraktor dalam Pemutakhiran
…………………………………………………………………………………..……………….……..(9)
f. Pendapat Pemeriksa dalam Pemutakhiran
………………………………………………………………………………….……………………..(10)
3. Dst
……………………………………………(11)
Pimpinan/Kuasa Tim Pemeriksa
Pengendali Teknis,

…………………………………………..
…………………………………(12 ) NIP……………………………….(13)

Mengetahui, Ketua Tim,


Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama

…………………………………………… …………………………………
NIP…………………………………(16) NIP……………………………….( 14 )

|101
Anggota Tim,

…………………………………
NIP……………………………….( 15 )

|102
PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRANBERITA ACARA PEMUTAKHIRANTINDAK LANJUT TEMUAN
PEMERIKSAAN BERSAMA

Nomor 1 : Diisi dengan kop surat Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

Nomor 2 : Diisi dengan Nomor dan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama.

Nomor 3 : Diisi dengan namaKontraktor yang diperiksa.

Nomor 4 : Diisi dengan NPWP Kontraktor yang diperiksa.

Nomor 5 : Diisi dengan tahun buku pemeriksaan.

Nomor 6 : Diisi dengan klasifikasi jenis pos-pos koreksi, antara lain:

a. dokumen tidak lengkap/tidak diberikan

b. tidak sesuai dengan WP&B dan/atau AFE

c. tidak sesuai dengan Pasal 11 PMK Nomor …./PMK.03/20…

d. dan sebagainya

Nomor 7 : Diisi dengan pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dan penjelasan sesuai LHPB.

Nomor 8 : Diisi sesuai dengan tanggapan Kontraktor sebagaimanatercantum dalam LHPB.

Nomor 9 : Diisi dengan pendapat Kontraktor dalamPemutakhiran.

Nomor 10 : Diisi dengan pendapat Pemeriksa setelah melakukan pembahasan dengan Kontraktor
dan mempertimbangkan bukti pendukung yang ada.

Nomor 11 : Diisi dengan tempat dan tanggal dilakukannya pembahasan.

Nomor 12 : Diisi dengan tanda tangan dan nama pimpinan atau kuasa dari Kontraktor.

Nomor 13 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Pengendali Teknis Tim Pemeriksa.

Nomor 14 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.

Nomor 15 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa.

Nomor 16 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP dan cap Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan Bersama.

|103
LAMPIRAN 2
STANDAR PEMERIKSAAN BERSAMA

Pemeriksaan Bersama dilaksanakan sesuai dengan standar Pemeriksaan Bersama. Standar Pemeriksaan
Bersama digunakan sebagai ukuran mutu pemeriksaan yang merupakan capaian minimum yang harus
dicapai dalam melaksanakan Pemeriksaan Bersama. Standar Pemeriksaan Bersama meliputi:
1. Standar Umum;
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama; dan
3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan Bersama.

1. Standar Umum
a. Kompetensi dan Kecermatan Profesional
Penugasan pemeriksaan harus dilakukan dengan kompetensi dan kecermatan profesional
1) Kompetensi Pemeriksa
Pemeriksa harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan,
pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung
jawabnya.
2) Latar Belakang Pendidikan Pemeriksa
Pemeriksa harus mempunyai tingkat pendidikan formal yang diperlukan, telah mendapat
pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup, serta memiliki keterampilan sebagai
Pemeriksa.
3) Kompetensi Standar
Kompetensi standar yang harus dimiliki oleh pemeriksa adalah kompetensi umum,
kompetensi teknis pemeriksaan, dan kompetensi kumulatif.
4) Penggunaan Tenaga Ahli
Tim Pemeriksa dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu, baik
yang berasal dari instansi anggota Satgas Pemeriksaan Bersama, maupun yang berasal dari
luar instansi anggota Satgas Pemeriksaan Bersama yang telah ditunjuk oleh Ketua Satgas
Pemeriksaan Bersama sebagai tenaga ahli, seperti penerjemah bahasa, ahli di bidang
teknologi informasi, geologi, teknik perminyakan, ahli hukum, dan lain sebagainya.
5) Kecermatan Profesional Pemeriksa
Pemeriksa harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
(due professional care) dan hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan pemeriksaan.
6) Integritas Pemeriksa
Pemeriksa harus jujur dan bersih dari tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara.

|104
b. Kewajiban Pemeriksa
1) Mengikuti Standar Pemeriksaan
Pemeriksa harus mengikuti Standar Pemeriksaan dalam segala pekerjaan pemeriksaan yang
dianggap material.
2) Meningkatkan Kompetensi
Pemeriksa wajib meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta kompetensi
lain melalui pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional
education) guna menjamin kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan
pemeriksaan.

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama


a. Mengelola Kegiatan Pemeriksaan Bersama
Satgas Pemeriksaan Bersama mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Pengarah
mengarahkan dan mengoordinasikan keseluruhan proses kegiatan Satgas serta
menetapkan langkah-langkah strategis Pemeriksaan Bersama.
2) Penanggung Jawab / Ketua Satgas
mengendalikan keseluruhan proses kegiatan Satgas dan koordinasi antar instansi anggota
Satgas dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan tindak lanjut Pemeriksaan
Bersama.
3) Unit Pelaksana Pemeriksaan Bersama
bertanggung jawab secara umum atas pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan Bersama oleh
Tim Pemeriksa dan tindak lanjutnya serta melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh
Ketua Satgas Pemeriksaan Bersama untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan
Bersama.
4) Sekretariat
mengadministrasikan keseluruhan proses kegiatan Tim Pemeriksa, termasuk proses surat
menyurat dan koordinasi, serta melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Satgas
Pemeriksaan Bersama untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan Bersama.
5) Pengendali Mutu
a) melakukan supervisi terhadap pelaksanaan pemeriksaan dan pemutakhiran temuan;
b) melakukan reviu terhadap hasil pemeriksaan;

|105
c) menyelesaikan perbedaan pendapat antar anggota Tim Pemeriksa terkait temuan
hasil Pemeriksaan dalam hal belum dapat diputuskan di dalam Tim Pemeriksa;
d) melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Satgas Pemeriksaan Bersama
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan Bersama.
6) Pemeriksa
melakukan pemeriksaan atas bagi hasil dan pajak penghasilan di bidang usaha hulu minyak
dan gas bumi.
b. Sifat Kerja Kegiatan Pemeriksaan Bersama
Kegiatan Pemeriksaan Bersama bersifat pengujian kepatuhan terhadap
1) Kontrak Kerja Sama;
2) Peraturan Pemerintah tentang Biaya Operasi yang dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak
Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi; dan
3) Peraturan lain di bidang hulu minyak dan gas bumi.
Pemeriksaan Bersama bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban bagi hasil dan
PPh Migas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Menyusun Rencana Kegiatan Pemeriksaan Bersama
Perencanaan Pemeriksaan Bersama dilakukan oleh Satgas Pemeriksaan Bersama sebelum
dimulainya Pemeriksaan Bersama dan ditetapkan dalam rapat koordinasi antar instansi anggota
Satgas Pemeriksaan Bersama. Pada perencanaan Pemeriksaan Bersama dibahas hal-hal sebagai
berikut:
1) Kontraktor yang diperiksa;
2) Tahun buku yang diperiksa;
3) Jadwal pemeriksaan bersama;
4) Anggaran;
5) Susunan tim pemeriksa;
6) Hal-hal penting lainnya berdasarkan pertimbangan Satgas Pemeriksaan Bersama.
Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama dilaksanakan kepada semua Kontraktor, namun guna
peningkatan efektivitas kerja, disusun skala prioritas Kontraktor yang akan diperiksa terlebih
dahulu, yaitu:
1) Pengakhiran kontrak (terminasi);
2) Sepuluh besar kontraktor produksi terbesar;
3) Frekuensi pemeriksaan terhadap satu Kontraktor;
4) Temuan data Kontraktor yang perlu ditindaklanjuti (contoh: data vendor);
5) Current issue yang perlu ditindaklanjuti;
6) Permintaan pemeriksaan dari instansi lain terkait operasi industri hulu migas.

|106
d. Persiapan Pemeriksaan Bersama
Pemeriksa harus melakukan persiapan pemeriksaan yang baik sesuai dengan tujuan
Pemeriksaan Bersama, paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data
Kontraktor, menyusun rencana pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program pemeriksaan
(audit program), serta mendapat pengawasan yang seksama.
e. Pelaksanaan Penugasan Pemeriksaan Bersama
Pemeriksaan Bersama dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode dari
teknik pemeriksaan sesuai dengan program pemeriksaan (audit program). Adapun tahapan
pelaksanaan pemeriksaan adalah:
1) Mengidentifikasi Informasi
Pemeriksa harus mengidentifikasi informasi Kontraktor yang cukup, kompeten, dan
relevan.
2) Menganalisis dan Mengevaluasi Informasi
Pemeriksa harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pemeriksaan bersama
pada analisis dan evaluasi informasi yang tepat.
3) Mendokumentasikan Informasi
Pemeriksa harus menyiapkan dan menatausahakan pendokumentasian informasi
pemeriksaan bersama dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama (KKPB). KKPB
harus memberikan gambaran mengenai:
1. Prosedur pemeriksaan bersama yang dilaksanakan;
2. Data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh;
3. Pengujian yang telah dilakukan;
4. Simpulan dan hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan Pemeriksaan
Bersama.
4) Supervisi Penugasan
Pada setiap tahap penugasan pemeriksaan bersama, pelaksanaan pemeriksaan bersama
harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya
kualitas, dan meningkatnya kompetensi pemeriksa.

3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Bersama


a. Komunikasi Hasil Penugasan Pemeriksaan Bersama
1) Metodologi, Bentuk, Isi, dan Frekuensi Komunikasi
Komunikasi pemeriksaan harus dibuat secara tertulis berupa Laporan Hasil Pemeriksaan
Bersama (LHPB). LHPB disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos
yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan Bersama, memuat simpulan pemeriksa
yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap

|107
ketentuan yang berlaku, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait
dengan Pemeriksaan Bersama.
LHPB memuat uraian hasil Pemeriksaan Bersama, meliputi:
a) uraian umum, yang meliputi dasar, tujuan, dan ruang lingkup Pemeriksaan Bersama,
serta profil kontrak kerja sama;
b) uraian akun dalam perhitungan bagi hasil dan PPh Migas;
c) temuan hasil Pemeriksaan Bersama;
d) pending items; dan
e) hal lain menurut pertimbangan Pemeriksa.
2) Tanggapan Kontraktor
Pemeriksa harus meminta tanggapan/pendapat kontraktor terhadap hasil pemeriksaan dan
menuangkannya dalam berita acara Pembahasan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari LHPB.
3) Pendistribusian Hasil Pemeriksaan Bersama
Pemeriksa harus mengkomunikasikan dan mendistribusikan hasil penugasan pemeriksaan
bersama kepada pihak yang tepat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Pemantauan Tindak Lanjut
Pemeriksa harus memantau dan mendorong tindak lanjut atas simpulan, fakta, usulan dan data
pemeriksaan.

|108
LAMPIRAN 3
FORMAT PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR AUDIT
RENCANA PELAKSANAAN AUDIT

KKKS : ……………………………… (1)


Wilayah Kerja : ……………………………… (2)
NPWP : ……………………………… (3)
Tahun Buku : ……………………………… (4)

DIKERJAKAN OLEH: DIREVIU OLEH


BAGIAN AUDIT 5) 6) 7) 8) 9)
INISIAL HARI INISIAL HARI KETERANGAN
A. Rekonsiliasi FQR dan General Ledger
B. Produksi dan Lifting
1. Produksi
1.1. Minyak Mentah
1.2. Gas
2. Lifting
2.1. Minyak Mentah
2.2. Gas
C. First Tranche Petroleum
D. Cost of LNG Sales
1. FTP
2. Debt Service
3. Transportation
4. Plant Operating Cost
5. LNG Sales Liability Recovery'
6. Credit Support Liability Recovery
7. LNG Sales Liability Recovery' (GOI Act)
E. Investment Credit
F. Biaya Operasi
1. Current Year Non Capital Expenditure
1.1. Salary dan Benefit
1.2. Contract Services
1.2.1. Kapal Penunjang Operasi
1.2.2. Rig Pengeboran
1.2.3. EPC/EPCI/Turn Key
1.2.9. Others Contract Services
1.2.9.1. Kontrak Jasa
1.2.9.2. Kontrak Barang
1.2.9.3. Pencapaian TKDN
1.3. Material
1.4. Sundries
1.5. Biaya Akrual
1.6. Interest Cost Recovery
1.7. Alokasi Biaya
2. Biaya Depresiasi
3. Unrecovered Cost
4. Suspend Account
5. Closed Out Report AFE
6. Audit Correction
G. Lifting Share Analysis
1. Domestic Market Obligation (DMO)
2. Weighted Average Price (WAP)
3. Over/(Under) Lifting
4. Lifting Price Variance
5. Corporate Income and Dividend Tax
6. Bonus Produksi
H. Others FQR Item
1. Klaim Asuransi
2. Dana ASR
3. Penjualan Produk Sampingan

…………..., …………/……………../…………… (10)

Disetujui Oleh Dibuat Oleh


Pengendali Teknis Tim Pemeriksa Bersama Ketua Tim Pemeriksa Bersama

(11) (12)

(………………………………………………………………) (………………………………………………………………)

|109
PETUNJUK PENGISIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMERIKSAAN (AUDIT PLAN)

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan inisial nama tim Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan untuk bagian
audit tersebut.
Nomor 6 : Diisi dengan estimasi jumlah hari kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan di bagian audit tersebut.
Nomor 7 : Diisi dengan tim Pemeriksa yang melaksanakan reviu pelaksanaan audit untuk bagian
audit tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diisi dengan nama ketua tim pemeriksa apabila bagian audit tersebut dilakukan oleh
anggota tim pemeriksa bersama,
 Diisi dengan nama pengendali teknis tim pemeriksa apabila bagian audit tersebut
dilakukan oleh ketua tim pemeriksa bersama.
Nomor 8 : Diisi dengan estimasi jumlah hari kerja yang diperlukan untuk mereviu pelaksanaan
pemeriksaan di bagian audit tersebut.
Nomor 9 : Diisi dengan keterangan yang dirasakan perlu untuk disajikan,
Nomor 10 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan rencana pelaksanaan Audit.
Nomor 11 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai pengendali teknis tim
pemeriksa.
Nomor 12 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai ketua tim pemeriksa.

|110
PROGRAM AUDIT

Program audit adalah rencana pemeriksaan yang terdiri atas prosedur-prosedur pemeriksaan yang
didesain untuk mencapai tujuan pemeriksaan yang dikembangkan selama fase persiapan pemeriksaan.
Selain itu, program audit juga dibuat untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi tim pemeriksa.
Program audit dalam Pemeriksaan Bersama disusun berdasarkan pos-pos pelaporan Financial Quarterly
Report (FQR) sebagaimana yang diatur dalam dalam PTK 063 mengenai Financial Budget & Reporting.
Program audit Pemeriksaan Bersama terdiri dari 8 (delapan) bagian dengan rincian sebagai berikut:

PROGRAM AUDIT PROGRAM AUDIT PROGRAM AUDIT

A. Rekonsiliasi FQR dan General Ledger F. Biaya Operasi G. Lifting Share Analysis
1. Biaya Operasi Tahun Berjalan 1. Domestic Market Obligation (DMO)
B. Produksi dan Lifting 1.1. Gaji dan Tunjangan 2. Weighted Average Price (WAP)
1. Produksi 1.2. Kontrak 3. Over/(Under) Lifting
2. Lifting 1.2.1. Kapal Penunjang Operasi 4. Lifting Price Variance
2.1. Minyak Bumi 1.2.2. Rig Pengeboran 5. Corporate Income and Dividend Tax
2.2. Gas Bumi 1.2.3. EPC/EPCI/Turn Key
1.2.4. Kontrak Lainnya H. Others FQR Item
C. First Tranche Petroleum 1.2.4.1. Kontrak Pengadaan Jasa 1. Klaim Asuransi
1.2.4.2. Kontrak Pengadaan Barang 2. Dana Abandonment and Site Restoration
D. Cost of LNG Sales 1.2.4.3. Realisasi TKDN 3. Penjualan Produk Sampingan
1. First Tranche Petroleum 1.3. Material 4. Bonus Produksi
2. LNG Debt Service 1.4. Sundries
3. Transportation Expenditure 1.5. Biaya Akrual
4. LNG Plant Operating Expenditure 1.6. Interest Cost Recovery
5. LNG Sales Cost and Liability Recovery 1.7. Alokasi Biaya
6. Credit Support Liability Recovery 1.8. Tagihan dari Kantor Pusat
7. LNG Sales Liability Recovery (GOI Act) 2. Biaya Depresiasi
3. Unrecovered Cost
E. Investment Credit 4. Suspend Account
5. Closed Out Report AFE
6. Koreksi Audit
7. Pembebanan Biaya dari Kantor Pusat

Untuk keperluan administrasi, program audit dicetak dan ditandatangani oleh pengendali teknis tim
pemeriksa, ketua tim pemeriksa, dan anggota tim pemeriksa yang mengerjakan program audit tersebut.
Satu program audit tidak harus dilaksanakan oleh satu orang tim pemeriksa namun dimungkinkan
dilaksanakan oleh beberapa orang anggota tim pemeriksa. Dalam hal ini, program audit yang dicetak
dan ditandatangani disesuaikan dengan tim pemeriksa yang melakukan pemeriksaan. Contoh
pelaksanaan dari hal ini sebagai berikut:
a. Misalnya program audit untuk pemeriksaan biaya gaji dan tunjangan yang terdiri dari pemeriksaan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Asing (TKA). Pemeriksaan gaji dan tunjangan TKI
dilaksanakan oleh anggota A dan pemeriksaan gaji dan tunjangan TKA dilaksanakan oleh anggota B.
Dalam hal ini, program audit yang dicetak sebagai berikut:
 Program audit gaji dan tunjangan yang ditandatangani oleh anggota A, ketua tim pemeriksa dan
pengendali teknis tim pemeriksa. Bagian yang diisi hanya untuk bagian TKI saja.

|111
 Program audit gaji dan tunjangan yang ditandatangani oleh anggota B, ketua tim pemeriksa dan
pengendali teknis tim pemeriksa. Bagian yang diisi hanya untuk bagian TKA saja.
b. Misalnya program audit untuk pemeriksaan kapal penunjang operasi dilaksanakan oleh anggota A
dan B. Anggota A memeriksa kontrak kapal X dan ketua tim pemeriksa memeriksa kontrak kapal
XX. Dalam hal ini, program audit dicetak sebagai berikut:
 Program audit kapal penunjang operasi untuk pemeriksaan kapal X ditandatangani oleh anggota
A dan B, ketua tim pemeriksa, dan pengendali teknis tim pemeriksa.
 Program audit kapal penunjang operasi untuk pemeriksaan kapal XX yang ditandatangani oleh
ketua tim pemeriksa dan pengendali teknis tim pemeriksa.

|112
A. REKONSILIASI FQR DAN GENERAL LEDGER

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Angka yang disajikan di dalam Financial Quarterly Report (FQR) Report 1 sesuai dengan angka yang
disajikan di dalam FQR report lainnya;
2. Biaya operasi yang dilaporkan di dalam FQR R-4, R-8, R-11 sesuai dengan rincian di general ledger;
3. Perhitungan depresiasi di FQR R-14 sesuai dengan perhitungan depresiasi dari sistem informasi
SINAS;
4. Cost of LNG Sales (water fall) yang dilaporkan di dalam FQR sesuai dengan rincian di general ledger.

1) 2) 3)

PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS


OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen terkait dengan proses
penyusunan Financial Quarterly Report (FQR) di
Kontraktor, diantaranya:
 Minutes of Meeting (MoM) pembahasan
over/(under) lifting periode tahun yang
diperiksa,
 FQR final periode tahun yang diperiksa,
 Detail ledger untuk periode tahun yang
diperiksa,
 Mapping General Ledger dengan FQR untuk
periode tahun yang diperiksa.

2. Lakukan rekonsiliasi FQR dengan


membandingkan nilai-nilai sebagai berikut:
REPORT 1
 Jumlah lifting minyak mentah dan
kondensat di R-1 dengan jumlah lifting di R-
16.1 dan R-2A.
 Jumlah lifting gas di R-1 dengan jumlah
lifting gas di R-16.2 dan R-2A.
 Jumlah First Tranche Petroleum (FTP) di R-1
dengan total jumlah FTP di R-16.1 dan R-
16.2.

|113
1) 2) 3)

PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS


OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 Jumlah Cost of LNG Sales di R-1 dengan total
jumlah Water Fall (WF) di FQR masing-
masing Water Fall (WF).
 Jumlah unrecovered cost di R-1 dengan
jumlah unrecovered cost di R-3.
 Jumlah current year operating expenditure
di R-1 dengan jumlah current year operating
expenditure di R-3.
 Jumlah Depreciation – Prior Year
Expenditure di R-1 dengan jumlah
Depreciation – Prior Year Expenditure di R-
14.
 Jumlah Depreciation – Current Year
Expenditure di R-1 dengan jumlah
Depreciation – Current Year Expenditure di
R-14.
 Jumlah Equity to Be Split di R-1 dengan total
jumlah Equity to Be Split di R-16.1 dan R-
16.2.
 Jumlah Domestic Requirement di R-1 dengan
Jumlah Domestic Requirement di R-16.1.
 Jumlah Lifting Price Variance di R-1 dengan
Jumlah Lifting Price Variance di R-16.1.
 Jumlah Gross Domestic Adjustment di R-1
dengan jumlah Gross Domestic Adjustment
di R-16.1.

REPORT-3
 Jumlah Exploration Non-Capital di R-3
dengan Jumlah Exploration Non-Capital di R-
4.
 Jumlah Exploration Capital di R-3 dengan
jumlah Exploration Capital di R-4.
 Jumlah Production Non-Capital di R-3

|114
1) 2) 3)

PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS


OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
dengan Jumlah Production Non-Capital di R-
8.
 Jumlah Administrative Non-Capital di R-3
dengan jumlah Administrative Non-Capital
di R-11.

REPORT-14
 Jumlah Depreciation expense – Production di
R-14 dengan Jumlah Depreciation expense –
Production di R-8.
 Jumlah Depreciation expense –
Administrative di R-14 dengan Jumlah
Depreciation expense – Production di R-11.

3. Lakukan rekonsiliasi FQR dengan detail ledger


dengan membandingkan nilai-nilai sebagai
berikut:
 Lakukan rekonsiliasi jumlah biaya operasi di
R-4 per line item dengan total biaya di Detail
Ledger.
 Lakukan rekonsiliasi jumlah biaya operasi di
R-8 per line item dengan total biaya di Detail
Ledger.
 Lakukan rekonsiliasi jumlah biaya operasi di
R-11 per line item dengan total biaya di
Detail Ledger.
 Lakukan rekonsiliasi jumlah cost of LNG
Sales di FQR Water Fall (WF) per WF dan line
item dengan total biaya di Detail Ledger.

4. Lakukan rekonsiliasi FQR R-14 dengan data Sinas


dengan membandingkan hal-hal sebagai berikut:
 Lakukan rekonsiliasi jumlah nilai perolehan
aset HBM tahun sebelumnya di R-14 dengan
nilai perolehan aset HBM tahun sebelumnya

|115
1) 2) 3)

PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS


OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
di FQR R-14.1 dan R-14.2 dan di Laporan
Sinas.
 Lakukan rekonsiliasi jumlah akumulasi
depresiasi aset HBM tahun sebelumnya di R-
14 dengan nilai akumulasi depresiasi tahun
sebelumnya di FQR R-14.1 dan R-14.2 dan di
Laporan Sinas.
 Lakukan rekonsiliasi pertambahan jumlah
nilai perolehan aset HBM tahun berjalan di
R-14 dengan nilai perolehan asset tahun
berjalan di FQR R-14.1 dan R-14.2 dan di
laporan Sinas.
 Lakukan rekonsiliasi jumlah depresiasi tahun
PIS berjalan di R-14 dengan nilai total jumlah
depresiasi tahun berjalan di FQR R-14.1 dan
R-14.2 dan di laporan Sinas.
 Lakukan rekonsiliasi jumlah depresiasi tahun
PIS sebelumnya di R-14 dengan nilai total
jumlah depresiasi tahun berjalan di FQR R-
14.1 dan R-14.2 dan di laporan Sinas.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|116
B. PRODUKSI DAN LIFTING

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Semua produksi dan lifting minyak mentah, kondensat, dan gas bumi selama periode tahun buku
yang diperiksa telah dihitung dengan benar;
2. Semua produksi dan lifting minyak mentah, kondensat, dan gas bumi yang dihitung telah dilaporkan
dalam Financial Quarterly Report (FQR) periode tahun buku yang diperiksa;
3. Nilai Lifting minyak mentah dan kondensat serta gas bumi yang dilaporkan dalam FQR periode tahun
buku yang diaudit dicatat sesuai dengan ketentuan Kontrak Kerja Sama dan PTK 059 tahun 2015;
4. Nilai Production Loss dan Site Consumption dapat diyakini kewajarannya.

1) 2) 3)
INDEKS
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS
SILANG
OLEH & TANGGAL KKPB
KKPB
A. Produksi
1. Dapatkan informasi yang berhubungan dengan
fungsi/bagian produksi, serta dapatkan
laporan-laporan yang dihasilkan diantaranya;
 Laporan produksi per lapangan,
 Daftar sertifikasi dan jadwal kalibrasi,
 Lifting procedure untuk masing-masing
terminal,
 Laporan produksi dari sistem SOT SKK
Migas.
2. Dapatkan atau susun daftar produksi minyak
mentah dan/atau kondensat dan/atau gas
untuk tahun buku yang diperiksa. Kemudian
rinci menurut field dan bandingkan dengan
data SOT Produksi SKK Migas serta angka
produksi yang dilaporkan dalam FQR.
3. Dapatkan data own use dan production losses
dan konfirmasi kewajarannya ke fungsi terkait
di SKK Migas.
4. Bandingkan produksi tahun buku yang

|117
1) 2) 3)
INDEKS
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS
SILANG
OLEH & TANGGAL KKPB
KKPB
diperiksa dengan produksi tahun sebelumnya
serta teliti/ analisis sebab-sebab perbedaaan
yang terjadi.
5. Periksa apakah alat-alat ukur produksi telah
dikalibrasi sebagaimana mestinya oleh Badan
Metrologi dan dapatkan sertifikat kalibrasinya.
6. Dapatkan data stock take report per 31
Desember dan bandingkan saldo tersebut
dengan saldo akhir persediaan minyak mentah,
kondensat, LNG, dan/atau LPG (Prophane dan
Butane) di Laporan FQR.
7. Pada akhir masa Kontrak Kerja Sama, dapatkan
data stock take report per tanggal terakhir
Kontrak Kerja Sama dan bandingkan saldo
tersebut dengan saldo akhir persediaan minyak
mentah dan kondensat di Laporan FQR.
8. Buat mutasi minyak mentah dan kondensat
serta gas alam (LNG dan LPG) untuk tahun
buku yang diperiksa.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

B. Lifting
B.1. Minyak Mentah dan Kondensat
1. Dapatkan informasi yang berhubungan dengan
fungsi/bagian lifting, serta dapatkan laporan-
laporan yang dihasilkan diantaranya:
 Laporan A-01 dan A-02 dari SKK Migas,
 Bill of Lading,
 Certificate of Quantity,
 Laporan Surveyor,

|118
1) 2) 3)
INDEKS
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS
SILANG
OLEH & TANGGAL KKPB
KKPB
 Daftar harga Indonesian Crude price (ICP).
2. Dapatkan atau susun daftar lifting minyak
mentah dan kondensat untuk tahun buku yang
diperiksa dan rinci menurut field.
3. Periksa apakah alat-alat ukur lifting telah
dikalibrasi sebagaimana mestinya oleh Badan
Metrologi dan dapatkan sertifikat kalibrasinya.
4. Bandingkan daftar lifting dengan Laporan A-01
dan A-02 yang dikeluarkan oleh SKK Migas dan
analisis sebab-sebab perbedaan yang terjadi
serta tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling).
5. Atas sampel yang dipilih, teliti apakah daftar
lifting tersebut di atas telah didukung dengan
bukti-bukti yang memadai seperti Bill of
Lading, Laporan Surveyor dan Certificate of
Quantity.
6. Teliti konsistensi pelaksanaan cut off atas
lifting yang terkait dengan Indonesia Crude
Price (ICP).
7. Bandingkan nilai lifting per bulan dengan harga
yang ditetapkan Pemerintah (ICP) yang
berlaku.
8. Buat rincian pelaksanaan lifting oleh
Kontraktor dan oleh Pemerintah.
9. Pastikan cut-off lifting pada akhir tahun buku
untuk meyakini tidak terdapat lifting tahun
buku yang diperiksa dilaporkan pada tahun
berikutnya.
10. Pada akhir masa Kontrak Kerja Sama, pastikan
cut-off lifting pada akhir Kontrak Kerja Sama
untuk meyakini tidak terdapat lifting periode

|119
1) 2) 3)
INDEKS
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS
SILANG
OLEH & TANGGAL KKPB
KKPB
kontrak berikutnya yang dilaporkan dalam
periode Kontrak Kerja Sama.
11. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
12. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

B.2. Gas Bumi


1. Dapatkan informasi yang berhubungan dengan
fungsi/bagian lifting, serta dapatkan laporan-
laporan yang dihasilkan diantaranya:
 Laporan A-03 dan A-04 dari SKK Migas,
 Bill of Lading,
 Gas Sales Agreement dan amandemennya,
 Berita Acara Penyerahan Gas.
2. Dapatkan atau susun daftar lifting gas bumi
untuk tahun buku yang diperiksa dan rinci
menurut:
 Jenis produk baik natural gas, LNG, atau
LPG (Propane dan Butane), dan
 per customer untuk masing-masing kontrak
gas.
3. Periksa apakah alat-alat ukur lifting telah
dikalibrasi sebagaimana mestinya oleh Badan
Metrologi dan dapatkan sertifikat kalibrasinya.
4. Bandingkan daftar lifting dengan Laporan A-03
dan Laporan A-04 yang dikeluarkan oleh SKK
Migas dan analisis sebab-sebab perbedaan
yang terjadi serta tentukan transaksi yang akan
diuji (sampling).
5. Atas sampel yang dipilih, teliti apakah daftar
lifting tersebut di atas telah didukung dengan
bukti-bukti yang memadai seperti Bill of

|120
1) 2) 3)
INDEKS
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS
SILANG
OLEH & TANGGAL KKPB
KKPB
Lading, Certificate of Quantity, Manifest Cargo,
Gas Sales Agreement atau Berita Acara
Penyerahan Gas.
6. Identifikasi apakah terdapat gas make up atau
Take or Pay (TOP) dan yakinkan pencatatan
atas kedua hal tersebut sesuai dengan PTK
yang berlaku.
7. Bandingkan nilai lifting per bulan dengan harga
yang ditetapkan dalam Gas Sales Agreement
(GSA) yang berlaku.
8. Untuk LNG, teliti apakah terdapat kewajiban
yang diakibatkan perubahan alokasi penjualan
kargo LNG. Jika terdapat hal tersebut, lakukan
proses verifikasi sebagaimana yang di atur
dalam Program Audit D.5 mengenai LNG Sales
Cost and Liability Recovery.
9. Buat rincian pelaksanaan lifting oleh
Kontraktor dan oleh Pemerintah.
10. Pastikan cut off lifting pada akhir tahun buku
untuk meyakini tidak terdapat lifting tahun
yang diaudit dilaporkan pada tahun berikutnya.
11. Pada akhir masa Kontrak Kerja Sama, pastikan
cut off lifting pada akhir Kontrak Kerja Sama
untuk meyakini tidak terdapat lifting periode
kontrak berikutnya yang dilaporkan dalam
periode Kontrak Kerja Sama.
12. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
13. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

|121
Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|122
C. FIRST TRANCHE PETROLEUM

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:

1. First Tranche Petroleum (FTP) untuk periode yang diperiksa telah dihitung, dibagi, dan dilaporkan
dalam FQR sesuai dengan ketentuan Kontrak Kerja Sama.
2. Penghitungan akumulasi FTP terhadap saldo unrecovered cost dilakukan sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku

1) 2) 3)
INDEKS
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS
SILANG
& TANGGAL KKPB
KKPB
1. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan fungsi-fungsi lifting serta dapatkan
laporan tentang jumlah lifting minyak
mentah, kondensat dan gas bumi untuk
periode yang diaudit diantaranya:
 Kontrak PSC dan amandemennya,
 Perhitungan FTP yang dilakukan oleh
KKKS,
 Laporan Konsolidasi FQR tahun-tahun
sebelumnya yang disusun oleh SKK Migas.
2. Yakinkan bahwa ketentuan mengenai FTP
tercakup di dalam kontrak PSC yang berlaku.
3. Uji apakah total FTP, FTP bagian kontraktor,
dan FTP bagian pemerintah yang dilaporkan
dalam FQR periode yang diperiksa telah
dihitung berdasarkan PSC yang berlaku.
4. Untuk Kontraktor yang belum ETBS, hitung
nilai akumulasi FTP, berdasarkan Laporan FQR
tahun-tahun sebelumnya, sampai dengan
FQR periode yang diperiksa dan bandingkan
dengan saldo unrecovered cost di FQR
periode audit yang diperiksa. Apabila
akumulasi FTP lebih besar dibandingkan saldo

|123
1) 2) 3)
INDEKS
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS
SILANG
& TANGGAL KKPB
KKPB
unrecovered cost, sajikan perhitungannya di
dalam laporan.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|124
D. COST OF LNG SALES

D.1 FIRST TRANCHE PETROLEUM


Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:

1. FTP untuk periode yang diperiksa telah dihitung, dibagi dan dilaporkan dalam FQR sesuai dengan
ketentuan PSC.
2. Penghitungan akumulasi FTP terhadap saldo unrecovered cost dilakukan sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan fungsi-fungsi lifting serta dapatkan
laporan tentang jumlah lifting minyak mentah
dan kondensat serta gas bumi untuk periode
yang diaudit diantaranya:
 Kontrak PSC dan turunannya yang
menyatakan besaran FTP,
 Perhitungan FTP yang dilakukan oleh
KKKS,
 Akumulasi FTP sesuai dengan pelaporan
FQR dari KKKS.
2. Uji apakah total FTP, FTP bagian kontraktor,
dan FTP bagian pemerintah yang dilaporkan
dalam FQR periode yang di audit telah
dihitung berdasarkan TJVA yang berlaku.
3. Untuk Kontraktor yang belum ETBS, hitung
nilai akumulasi FTP, berdasarkan Laporan FQR
tahun-tahun sebelumnya, sampai dengan
FQR periode yang diaudit dan bandingkan
dengan saldo unrecovered cost di FQR
periode audit yang diperiksa. Apabila
akumulasi FTP lebih besar dibandingkan saldo
unrecovered cost, sajikan perhitungannya di

|125
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
dalam laporan.
4. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|126
D.2 LNG DEBT SERVICE
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Pembayaran pokok pinjaman dilakukan sesuai dengan skedul pembayaran pokok pinjaman dari
masing-masing jenis pinjaman.
2. Variabel yang digunakan untuk menghitung bunga pinjaman sesuai dengan perjanjian pinjaman
masing-masing jenis pinjaman.
3. Semua pembayaran pokok dan bunga pinjaman telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai
dengan ketentuan penyusunan FQR;

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan pembayaran pokok dan bunga
pinjaman di KKKS diantaranya:
 Daftar pinjaman dari bank atau Lembaga
keuangan lainnya,
 Kontrak pinjaman antara bank atau
Lembaga keuangan lainnya dengan
KKKS,
 Kertas Kerja pembayaran pokok dan
bunga pinjaman periode tahun yang
diperiksa dari KKKS,
 Work Program & Budget (WP&B) tahun
yang diperiksa.
2. Lakukan rekonsiliasi jumlah pokok pinjaman
awal tahun yang diperiksa dengan jumlah
pokok pinjaman akhir tahun periode
sebelumnya (Y-1) untuk masing-masing jenis
pinjaman. Analisis perbedaan yang terjadi.
3. Dapatkan variabel-variabel yang digunakan
oleh pemberi pinjaman (lender) dalam
melakukan penghitungan pinjaman dan
bunga pinjaman untuk masing-masing
pinjaman diantaranya: tingkat bunga, jumlah
hari yang digunakan, jangka waktu

|127
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
pembayaran, atau skedul pembayaran
pokok pinjaman.
4. Uji apakah variabel-variabel dalam prosedur
no.3 telah sesuai dengan masing-masing
kontrak pinjaman dan kondisi aktual yang
ada.
5. Hitung ulang pembayaran pokok dan bunga
pinjaman untuk masing-masing pinjaman
dan bandingkan hasilnya dengan yang
dilaporkan dalam FQR. Analisis perbedaan
yang terjadi.
6. Hitung saldo akhir pokok pinjaman per
tahun buku yang di periksa untuk masing-
masing jenis pinjaman setelah
memperhitungkan pembayaran pokok
pinjaman di tahun yang diperiksa.
7. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
8. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|128
D.3 TRANSPORTATION EXPENDITURE
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Kontrak kapal LNG yang dilakukan oleh Kontraktor telah dilaporkan ke SKK Migas dalam daftar
procurement list dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Biaya sewa dan operasional kapal LNG yang dibebankan sebagai cost of LNG sales sesuai dengan
kontrak kapal dan amandemennya serta ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya sewa dan operasional kapal LNG yang dibebankan sebagai cost of LNG sales adalah untuk
periode yang bersangkutan dan dialokasikan dengan metode yang konsisten ke cost center yang
terkait.
4. Semua biaya telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan ketentuan penyusunan
Financial Quarterly Report (FQR).

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Sewa Kapal LNG
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
sewa kapal LNG dari fungsi perkapalan
(marine) di KKKS, diantaranya:
 Daftar kapal LNG yang dioperasikan,
 Certificate on Hire dan Certificate off
Hire untuk kapal yang dioperasikan,
 MoM teknis dengan fungsi perkapalan
SKK Migas dalam pembahasan WP&B
original atau WP&B revisi untuk
periode yang diperiksa,
 Kontrak kapal LNG dan amandemennya
beserta Contract Expenditure Report,
 List transaksi di General Ledger.
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar transaksi
general ledger atau Contract Expenditure
Report.
3. Teliti kelengkapan bukti-bukti untuk sampel
yang dipilih dan yakinkan bahwa tarif sewa
kapal sesuai dengan kontrak dan

|129
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
amandemennya serta ketentuan lain yang
berlaku.
4. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak atau pencairan jaminan
pelaksanaan (performance bond). Jika
terdapat pinalti yang seharusnya dikenakan
oleh Kontraktor kepada supplier, periksa
apakah Kontraktor telah menghitung pinalti
dan membebankan sebagai pengurang
biaya operasi. Periksa kesesuaian antara
pembebanan pinalti sebagai pengurang
biaya operasi dengan klausul pinalti dalam
kontrak.
5. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan Perpanjangan
Jangka Waktu Kerja (PJWK). Jika terdapat
PLK dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK tersebut
beserta persetujuan revisi AFE nya.
6. Dalam hal terdapat PLK/PJWK, teliti
kemungkinan realisasi biaya PLK/PJWK
melebihi nilai persetujuan PLK/PJWK dan
AFE.
7. Verifikasi Laporan Hasil Pekerjaan/Laporan
Penerimaan Barang dan yakinkan sesuai
dengan kontrak atau amandemennya.
8. Apabila terdapat kapal pengganti,
bandingkan kesesuaian spesifikasi kapal
pengganti dengan kapal utama dan analisis
perbedaan yang ada.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.

|130
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

B. Biaya Operasi Kapal LNG


1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
biaya operasional kapal LNG dari fungsi
perkapalan (marine) di KKKS, diantaranya:
 Daftar kapal LNG yang dioperasikan,
 Rencana dan aktual pelaksanaan
pemeliharaan kapal (in service/ dry
docking),
 Daily Vessel Activity,
 MoM teknis dengan fungsi perkapalan
SKK Migas dalam pembahasan WP&B
original atau WP&B revisi untuk
periode yang diperiksa,
 Kontrak kapal LNG dan amandemennya
beserta Contract Expenditure Report,
 Kontrak lainnya terkait dengan
operasional kapal LNG diantaranya
kontrak untuk jasa manning, asuransi,
docking, port & marine services,
 List transaksi di General Ledger.
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar transaksi
general ledger atau Contract Expenditure
Report.
3. Teliti kelengkapan bukti-bukti dan
kesesuaiannya dengan kontrak beserta
amandemennya serta ketentuan lain yang
berlaku dan yakinkan kebenaran
pembukuannya dengan -sebagai contoh-

|131
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Untuk biaya port & marine services,
yakinkan bahwa biaya port & marine
service tersebut sesuai dengan
pelabuhan yang disinggahi kapal LNG
untuk men-deliver kargo.
 Untuk biaya fuel/bunkering:
o Rekonsiliasi jumlah bahan bakar
yang di pesan dalam purchase order
dengan bahan bakar yang diterima
dan analisis rentang perbedaan
kuantitas yang terjadi apakah masih
dalam batas toleransi atau tidak.
o Dapatkan Berita Acara Stock Taking
untuk fuel yang ada di kapal LNG
dan lakukan rekonsiliasi hasil Berita
Acara tersebut dengan mutasi fuel
yang ada di Daily Vessel Activity.
Analisis perbedaan yang terjadi.
 Untuk biaya manning, yakinkan bahwa
tarif biaya yang digunakan sesuai
dengan kontrak dan bandingkan jumlah
personil yang ditagihkan dengan jumlah
personil yang ada di Daily Vessel
Activity. Analisis perbedaan yang
terjadi.
 Untuk biaya in service maintenance &
repairs, bandingkan jumlah hari
pemeliharaan dengan jumlah hari
pemeliharaan yang diperbolehkan di
dalam kontrak. Analisis apabila ada
perbedaan.
 Untuk biaya dry docking, dapatkan

|132
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
penjelasan dari KKKS apakah biaya
tersebut merupakan biaya
pencadangan dry docking atau biaya
aktual kegiatan dry docking. Jika
merupakan biaya pencadangan,
dapatkan akumulasi pencadangan biaya
dry docking dan realisasi biaya dry
docking yang ada untuk menentukan
saldo pencadangan dry docking yang
masih ada pada akhir tahun yang
diperiksa.
4. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak atau pencairan jaminan
pelaksanaan (performance bond). Jika
terdapat pinalti yang seharusnya dikenakan
oleh KKKS kepada kontraktor, periksa
apakah KKKS telah menghitung pinalti dan
membebankan sebagai pengurang biaya
operasi. Periksa kesesuaian antara
pembebanan pinalti sebagai pengurang
biaya operasi dengan klausul pinalti dalam
kontrak.
5. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan Perpanjangan
Jangka Waktu Kerja (PJWK). Jika terdapat
PLK dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK tersebut
beserta persetujuan revisi AFE nya.
6. Dalam hal terdapat PLK/PJWK, teliti
kemungkinan realisasi biaya PLK/PJWK
melebihi nilai persetujuan PLK/PJWK dan

|133
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
AFE.
7. Verifikasi Laporan Hasil Pekerjaan/Laporan
Penerimaan Barang dan yakinkan sesuai
dengan kontrak atau amandemennya.
8. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
9. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|134
D.4 LNG PLANT OPERATING EXPENDITURE
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
A. Kegiatan Pemeliharaan Kilang (Turn Around/TAR)
1. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan rutin pemeliharaan kilang (Turn Around/TAR) merupakan
pengeluaran yang terkait dengan operasional hulu minyak dan gas bumi sesuai dengan ketentuan
PSC dan ketentuan lain yang berlaku.
2. Biaya untuk pengeluaran TAR tersebut dibebankan sebagai cost of LNG Sales – Plant Operating Cost
sesuai dengan ketentuan PSC dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya untuk pengeluaran TAR tersebut telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan
ketentuan penyusunan Financial Quarterly Report (FQR).

B. Biaya Kilang lainnya


1. Pengeluaran untuk pembelian barang/jasa dalam rangka pemeliharaan kilang LNG merupakan
pengeluaran yang terkait dengan operasional hulu minyak dan gas bumi sesuai dengan ketentuan
PSC dan ketentuan lain yang berlaku.
2. Biaya untuk pengeluaran pemeliharaan kilang tersebut dibebankan sebagai cost of LNG Cost – Plant
Operating Cost sesuai dengan ketentuan PSC dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya untuk pengeluaran pemeliharaan kilang LNG tersebut telah dibukukan dan disajikan dalam
laporan sesuai dengan ketentuan penyusunan Financial Quarterly Report (FQR).

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Kegiatan pemeliharaan rutin kilang (Turn
Around/TAR)
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
kegiatan pemeliharaan rutin kilang (TAR)
dari fungsi terkait di KKKS, diantaranya:
 Daftar Procurement List,
 Daftar kontrak pengadaan barang/jasa
untuk kegiatan TAR,
 Jadwal pemeliharaan kilang untuk
masing-masing train,
 Rencana dan aktual pelaksanaan
kegiatan TAR,
 MoM teknis dengan fungsi SKK Migas

|135
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
dalam pembahasan WP&B original atau
WP&B revisi untuk periode yang
diperiksa,
 Kontrak dan amandemennya untuk
kontrak kegiatan TAR dan Contract
Expenditure Report,
 Surat Persetujuan SKK Migas atas
penunjukan pemenang tender.
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar transaksi
general ledger atau Purchase Order (PO)
atau Contract Expenditure Report.
3. Jika diperlukan, untuk sampel pengujian
yang telah ditetapkan, yakinkan bahwa
proses administrasi kontrak dan
amandemennya (jika ada) sesuai dengan
ketentuan PTK yang berlaku.
4. Teliti kelengkapan bukti-bukti dan
kesesuaiannya dengan kontrak beserta
amandemennya dan yakinkan kebenaran
pembukuannya (kapitalisasi atau biaya),
serta teliti apakah dapat dibebankan sebagai
biaya operasi dan di-recovery untuk tahun
buku yang diaudit.
5. Dalam hal terjadi pembelian barang impor
atau material impor untuk kegiatan TAR,
yakinkan bahwa pembelian barang atau
material impor tersebut dilakukan dengan
menggunakan master list.
6. Jika pembayaran merupakan pembayaran
per-termin, teliti persentase penyelesaian
pekerjaan sampai dengan invoice terakhir
dan bandingkan persentase tersebut dengan
pembayaran saat ini dan akumulasi

|136
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
pembayaran yang ada. Analisis perbedaan
yang terjadi.
7. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak atau pencairan jaminan
pelaksanaan (performance bond). Jika
terdapat pinalti yang seharusnya dikenakan
oleh KKKS kepada kontraktor, periksa
apakah KKKS telah menghitung pinalti dan
membebankan sebagai pengurang biaya
operasi. Periksa kesesuaian antara
pembebanan pinalti sebagai pengurang
biaya operasi dengan klausul pinalti dalam
kontrak.
8. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan Perpanjangan Janga
Waktu Kerja (PJWK). Jika terdapat PLK
dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK.
9. Apabila terjadi klaim dalam masa
pemeliharaan, yakinkan bahwa KKKS telah
menagihkan klaim tersebut ke penyedia
barang/jasa dan dicatat di dalam FQR sesuai
dengan ketentuan kontrak yang berlaku.
10. Dapatkan data sisa material persediaan
kegiatan TAR dan yakinkan bahwa sisa
material persediaan tersebut sudah dicatat
di dalam sistem material persediaan dengan
nilai sesuai ketentuan PTK yang berlaku.
11. Verifikasi Laporan Hasil Pekerjaan dan
yakinkan sesuai dengan kontrak atau
amandemennya.
12. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.

|137
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
13. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.
B. Biaya Operasional Kilang Lainnya
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
kegiatan pemeliharaan rutin kilang (TAR)
dari fungsi terkait di KKKS, diantaranya:
 Daftar Procurement List,
 Daftar kontrak pengadaan barang/jasa;
 MoM teknis dengan fungsi SKK Migas
dalam pembahasan WP&B original atau
WP&B revisi untuk periode yang
diperiksa,
 Kontrak dan amandemennya untuk
transaksi yang dijadikan sampel.
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar transaksi
general ledger atau Purchase Order (PO)
atau Contract Expenditure Report.
3. Jika sampel pengujian merupakan transaksi
pengadaan jasa, lakukan prosedur audit
sesuai dengan Program Audit nomor
F.1.2.4.1 mengenai Kontrak Pengadaan Jasa.
4. Jika sampel pengujian merupakan transaksi
pembelian barang, lakukan prosedur audit
sesuai dengan Program Audit nomor
F.1.2.4.2 mengenai Kontrak Pengadaan
Barang.
5. Jika sampel pengujian merupakan transaksi
non pengadaan jasa atau pembelian barang,
lakukan prosedur audit yang sesuai dengan
masing-masing transaksi sebagaimana yang
ada di dalam Program Audit Bagian F
mengenai Biaya Operasi.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.

|138
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|139
D.5 LNG SALES COST AND LIABILITY RECOVERY
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:

1. Biaya yang dibebankan sebagai LNG sales cost and liability recovery sesuai dengan kondisi yang di
terima oleh KKKS akibat perubahan alokasi penjualan kargo LNG dan Gas Sales Agreement.
2. Biaya yang terjadi akibat perubahan alokasi penjualan kargo LNG telah mendapatkan persetujuan
dari SKK Migas.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan biaya yang terjadi sehubungan
dengan LNG sales cost and liability recovery
untuk periode yang diaudit diantaranya:
 Kertas kerja KKKS untuk perhitungan
LNG sales liability recovery,
 Gas Sales Agreement (GSA),
 Rincian General Ledger untuk LNG sales
liability recovery,
 Work Program & Budget (WP&B).
2. Dapatkan penjelasan dari KKKS mengenai
dasar transaksi yang terjadi sehingga
terdapat LNG sales cost and liability
recovery.
3. Analisis dasar transaksi tersebut untuk
menentukan apakah secara keseluruhan,
negara memperoleh manfaat secara
finansial dari transaksi yang ada.
4. Yakinkan bahwa volume gas yang
diperhitungkan sebagai LNG sales cost and
liability recovery dapat di-klaim sebagai
cost of LNG Sales.
5. Dapatkan persetujuan SKK Migas atas LNG
sales cost and liability recovery.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.

|140
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|141
D.5 CREDIT SUPPORT LIABILITY RECOVERY

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Perhitungan credit support liability recovery telah sesuai dengan kondisi aktual yang terjadi dan
didukung dengan dokumen pendukung yang memadai.
2. Perhitungan credit support liability recovery di tahun yang diperiksa telah mendapatkan persetujuan
dari SKK Migas.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data yang
berhubungan dengan credit support liability
recovery untuk periode yang diaudit
diantaranya:
 Kertas kerja KKKS untuk perhitungan
credit support liability recovery,
 Work Program & Budget (WP&B).
2. Dapatkan penjelasan dari KKKS mengenai
dasar perhitungan credit support liability
recovery.
3. Bandingkan nilai credit support liability
recovery yang ditagihkan di tahun audit
yang diperiksa dengan dokumen
pendukung yang ada.
4. Dapatkan persetujuan SKK Migas atas credit
support liability recovery.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________
Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:
Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|142
D.7 LNG SALES LIABILITY RECOVERY (GOVERNMENT OF INDONESIA ACT)
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa biaya yang dibebankan sebagai LNG sales liability recovery
(GOI Act) sesuai dengan kondisi yang diakibatkan perubahan kebijakan Pemerintah Indonesia dan telah
mendapatkan persetujuan dari SKK Migas.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan biaya yang terjadi sehubungan
dengan LNG sales liability recovery untuk
periode yang diaudit diantaranya:
 Kertas kerja KKKS untuk perhitungan
LNG sales liability recovery,
 Rincian General Ledger untuk LNG sales
liability recovery,
 Work Program & Budget (WP&B) dan
MoM teknis WP&B tahun yang
diperiksa.
2. Dapatkan penjelasan dari KKKS mengenai
dasar transaksi yang terjadi sehingga
terdapat LNG sales liability recovery (GOI
Act).
3. Dapatkan persetujuan SKK Migas atas LNG
sales liability recovery (GOI Act).
4. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________
Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:
Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|143
E. INVESTMENT CREDIT

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Investment credit yang diklaim dalam tahun yang diperiksa telah sesuai dengan ketentuan kontrak
PSC yang bersangkutan dan ketentuan dalam PTK yang berlaku.
2. Investment credit yang diklaim dalam tahun yang diperiksa telah dihitung sesuai dengan ketentuan
kontrak PSC yang bersangkutan dan ketentuan dalam PTK yang berlaku.
3. Investment credit dilaporkan dalam FQR sesuai dengan ketentuan dalam PTK yang berlaku.
4. Investment credit telah dihitung sebagai komponen Taxable Income.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan fungsi bagian/departemen yang
menghitung investment credit, dan peroleh
laporan yang dihasilkan diantaranya:
 Production Sharing Contract (PSC)
beserta amandemennya,
 Persetujuan Plan of Development
(POD), Authorization For Expenditure
(AFE), Closed Out AFE,
 Persetujuan Work Program and Budget
(WP&B),
 Persetujuan Placed Into Service (PIS),
 Kertas kerja penghitungan investment
credit dari KKKS.
2. Teliti apakah PSC yang diperiksa memiliki
klausul mengenai Investment Credit atau
tidak.
3. Teliti apakah terdapat persetujuan SKK
Migas mengenai investment credit di POD
lapangan terkait maupun di WP&B tahun
audit yang diperiksa.

|144
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
4. Bandingkan jumlah pengajuan klaim
investment credit tahun audit yang
diperiksa dengan klaim investment credit
tahun sebelumnya dan analisis perbedaan
yang ada.
5. Teliti apakah AFE yang diajukan untuk
investment credit telah mendapatkan
persetujuan PIS dari SKK Migas. Jika belum
mendapatkan persetujuan PIS dari SKK
Migas, maka pengajuan Investment Credit
belum dapat diterima.
6. Teliti apakah AFE yang diajukan untuk
investment credit telah mendapatkan
persetujuan closed out dari SKK Migas. Jika
belum, maka nilai maksimal yang bisa di
ajukan dalam perhitungan investment
credit maksimal sebesar persetujuan AFE.
7. Teliti apakah komponen pengeluaran
kapital yang diajukan untuk investment
credit telah sesuai dengan PSC dan PTK
yang berlaku, dan pastikan bahwa investasi
yang diklaim benar-benar merupakan direct
production facilities sebagaimana yang
dinyatakan dalam PSC.
8. Yakinkan tarif perhitungan investment
credit yang diminta, sesuai dengan PSC
yang bersangkutan.
9. Hitung ulang klaim investment credit dan
bandingkan dengan perhitungan KKKS.
Analisis perbedaan yang terjadi.
10. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
11. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

|145
Simpulan (4) : _______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:


Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|146
F. BIAYA OPERASI

F.1 BIAYA OPERASI TAHUN BERJALAN

F.1.1 GAJI DAN TUNJANGAN


Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
1. Biaya salary and benefit untuk pekerja TKI dicatat dan dibebankan sebagai biaya operasi sesuai
dengan ketentuan PSC, ketentuan Peraturan Perusahaan/PP, Perjanjian Kerja Bersama/PKB,
dan/atau ketentuan lain yang berlaku.
2. Biaya salary and benefit untuk pekerja TKI sesuai dengan perhitungan pajak penghasilan yang
dilaporkan untuk masing-masing pekerja.
3. Biaya salary and benefit untuk pekerja TKI adalah benar-benar untuk pekerja yang bekerja pada
periode tahun buku yang diperiksa.
4. Pencadangan dan pembayaran dana pesangon dilakukan sesuai dengan ketentuan SKK Migas.
5. Pembayaran insentif tahunan dilakukan sesuai dengan ketentuan SKK Migas.
B. Tenaga Kerja Asing (TKA)
1. Biaya salary and benefit untuk TKA dicatat dan dibebankan sebagai biaya operasi sesuai dengan
ketentuan PSC, peraturan ketenagakerjaan yang berlaku dan PTK 018 mengenai Pedoman
Pengelolaan KKKS.
2. Biaya salary and benefit untuk TKA adalah benar-benar untuk expatriate yang bekerja pada
periode tahun buku yang diperiksa.
3. Pembayaran remunerasi TKA sesuai dengan PMK nomor 258/PMK.11/2011 mengenai Batasan
Maksimum Biaya Remunerasi Tenaga Kerja Asing Untuk KKKS Minyak dan Gas Bumi.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Tenaga Kerja Indonesia
A.1. Gaji dan Tunjangan
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
pembayaran gaji dan tunjangan TKI dari
fungsi SDM di KKKS, diantaranya:

|147
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 Peraturan Perusahaan (PP) atau
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah
mendapatkan pengesahan dari SKK
Migas,
 Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
(RPTK),
 Payroll register,
 Daftar pekerja baru di tahun
bersangkutan dan daftar pekerja yang
keluar baik karena resign atau karena
Penugasan baru di WK yang lain,
 Formulir 1721 A1 masing-masing pekerja,
 Surat Perjanjian Kerja atau Surat Pindah
atau Surat PHK,
 Daftar rincian biaya gaji dan tunjangan di
General Ledger,
 Surat persetujuan SKK Migas atas Skala
Upah TKI.
2. Lakukan rekonsiliasi:
 Total biaya gaji dan tunjangan selama
satu tahun di Payroll Register dengan
total biaya gaji dan tunjangan TKI di
General Ledger.
 Total penghasilan yang dilaporkan dalam
Formulir 1721 A1 untuk beberapa pekerja
(sampling) dengan biaya gaji dan
tunjangan atas nama pekerja tersebut di
Payroll Register.
Analisis perbedaan yang terjadi.
3. Periksa pembayaran gaji dan tunjangan untuk
pekerja baru dan pastikan periode
pembayaran gaji dan tunjangan tersebut
dimulai pada saat pekerja tersebut mulai

|148
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
bekerja.
4. Periksa pembayaran gaji dan tunjangan
pekerja yang pindah/resign dan pastikan
periode pembayaran gaji dan tunjangan
berhenti pada saat pekerja tersebut mulai
tidak bekerja di KKKS yang bersangkutan.
5. Uji besaran gaji pokok (basic salary) dengan
batasan yang diperbolehkan di dalam PP/PKB
(Salary Range) dan analisis perbedaan yang
terjadi.
6. Tentukan sampel pekerja yang mewakili
golongan (grade) jabatan, dan:
 bandingkan posisi pekerja tersebut
dengan RPTK yang disetujui SKK Migas.
 Pastikan bahwa gaji yang dibebankan
sesuai dengan surat persetujuan skala
upah yang disetujui SKK Migas.
 pastikan tunjangan yang diterima sesuai
dengan ketentuan PTK yang berlaku atau
PP/PKB yang ada.
7. Uji besaran total kenaikan gaji (basic salary)
dengan persetujuan SKK Migas dalam WP&B
tahun yang diperiksa.
8. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
9. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

A.2. Pencadangan dan Pencairan Dana Pesangon


1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
pencadangan dana pesangon diantaranya:
 Perjanjian antara KKKS dan DPLK,
 Perhitungan Aktuaria,
 Bukti setor ke rekening DPLK.

|149
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
2. Pastikan DPLK yang ditunjuk oleh KKKS sesuai
dengan ketentuan yang diatur oleh SKK
Migas.
3. Dapatkan bukti setoran pencadangan dana
pesangon ke rekening DPLK dan bandingkan
dengan perhitungan aktuaria.
4. Periksa beban pencadangan dana pesangon
sebagai biaya operasi dan pastikan jumlahnya
maksimal sebesar penyetoran dana pesangon
di rekening DPLK.
5. Periksa pembayaran pesangon untuk pekerja
yang berhenti bekerja dan pastikan
pembayaran uang pesangon untuk pekerja
yang berhenti tersebut menggunakan dana
yang ada di rekening DPLK.
6. Pada saat pencairan (terminasi WK), pastikan
saldo pencadangan dana pesangon di
rekening DPLK berjumlah nihil dan sisa dana
yang ada harus dikembalikan ke Negara
melalui mekanisme pengurang biaya operasi.
7. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
8. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

A.3. Pembayaran Insentif Tahunan TKI


1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
pembayaran insentif tahunan diantaranya:
 Dokumen pembayaran dari KKKS,
 MoM WP&B dengan fungsi SDM KKKS,
 Surat Persetujuan SKK Migas atas
pemberian insentif.
2. Hitung batas maksimal pemberian insentif
tahunan sesuai dengan persetujuan SKK

|150
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
Migas.
3. Bandingkan pembebanan aktual insentif yang
dilakukan oleh KKKS dengan hasil
perhitungan ulang dan analisis perbedaan
yang terjadi.
4. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

B. Tenaga Kerja Asing (TKA)


B.1. Gaji dan Tunjangan
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
pembayaran gaji dan tunjangan TKA dari
fungsi SDM di KKKS, diantaranya:
 Daftar TKA untuk periode tahun buku
yang diperiksa,
 Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
(RPTKA) untuk periode terkait,
 Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) untuk pekerja terkait,
 Dokumen Exit Permit Only (EPO) untuk
masing-masing TKA,
 Persetujuan SKK Migas atas TKA tersebut,
 Informasi mengenai data keluarga TKA
dalam proses pengajuan IMTA,
 Payroll Register untuk TKA,
 SPT pajak untuk masing-masing TKA.
2. Bandingkan daftar pekerja TKA dengan Surat
persetujuan penggunaan TKA dari SKK Migas
dan posisi yang disetujui dalam RPTKA.
3. Periksa pembayaran gaji dan tunjangan untuk
TKA yang baru mulai bekerja di pertengahan
tahun dan pastikan periode pembayaran gaji
dan tunjangan tersebut dimulai pada saat

|151
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
TKA tersebut mulai bekerja dan setelah
sesuai dengan periode IMTA yang
bersangkutan.
4. Periksa pembayaran gaji dan tunjangan untuk
TKA yang kembali ke negara asal dan pastikan
periode pembayaran gaji dan tunjangan
berhenti pada saat pekerja tersebut sudah
tidak bekerja di KKKS yang bersangkutan.
5. Uji besaran remunerasi TKA dengan
Peraturan Menteri Keuangan no 258 tahun
2011 atau revisinya dan analisis perbedaan
yang terjadi.
6. Uji besaran remunerasi TKA dengan
persentase remunerasi yang dapat
dibebankan sebagai biaya operasi sesuai
dengan Persetujuan SKK Migas atas TKA
tersebut.
7. Bandingkan komponen remunerasi TKA
dengan PTK 018 mengenai Pedoman
Pengelolaan SDM KKKS dan analisis
perbedaan yang terjadi.
8. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
9. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

B.3. Pembayaran Insentif Tahunan TKA


1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
pembayaran insentif tahunan diantaranya:
 Dokumen pembayaran dari KKKS,
 MoM WP&B dengan fungsi SDM KKKS,
 Surat Persetujuan SKK Migas atas
pemberian insentif.
2. Hitung batas maksimal pemberian insentif

|152
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
tahunan sesuai dengan persetujuan SKK
Migas.
3. Bandingkan pembebanan aktual insentif yang
dilakukan oleh KKKS dengan hasil
perhitungan ulang dan analisis perbedaan
yang terjadi.
4. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|153
F.1.2 KONTRAK

F.1.2.1 KAPAL PENUNJANG OPERASI


Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Kegiatan kontrak kapal dan sarana penyimpanan di laut yang dilakukan oleh KKKS telah dilaporkan
ke SKK Migas dalam daftar procurement list sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Biaya terkait dengan operasional kapal sesuai dengan ketentuan PSC, kontrak kapal beserta
amandemennya, dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya sewa kapal yang dibebankan sebagai biaya operasi sesuai dengan kontrak kapal dan
amandemennya serta ketentuan lain yang berlaku.
4. Biaya yang dibebankan adalah biaya untuk periode yang bersangkutan dan dialokasikan dengan
metode yang konsisten ke cost center yang terkait.
5. Selisih penerimaan bahan bakar di kapal (menurut berita acara penerimaan bahan bakar di kapal)
dan purchase order/delivery order masih dalam batas kewajaran yang dapat diterima.
6. Penghitungan hak dan kewajiban terkait Fuel on Board (FOB) di kapal dilakukan sesuai dengan
kontrak yang ada.
7. Semua biaya telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan ketentuan penyusunan
Financial Quarterly Report (FQR).

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Biaya Sewa Kapal
1. Dapatkan dokumen terkait dengan peng-
operasian kapal dari fungsi perkapalan
(marine) di KKKS, diantaranya:
 Daftar kapal yang dioperasikan,
 Certificate on Hire dan Certificate off
Hire untuk kapal yang dioperasikan,
 MoM teknis dengan fungsi perkapalan
SKK Migas dalam pembahasan WP&B
original atau WP&B revisi untuk periode
yang diperiksa,
 Kontrak dan amandemennya untuk
kapal-kapal yang dioperasikan dalam

|154
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
periode audit yang diperiksa,
 Surat Persetujuan SKK Migas atas
penunjukan pemenang tender yang nilai
pengadaannya sesuai dengan yang
diatur PTK 007 Buku Kedua mengenai
Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai
KKKS Buku Kedua tentang Pedoman
Pengelolaan Barang/jasa.
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar transaksi
general ledger atau Purchase Order (PO)
atau Contract Expenditure Report.
3. Jika diperlukan, untuk sampel pengujian
yang telah ditetapkan, yakinkan bahwa
proses administrasi kontrak dan
amandemennya (jika ada) sesuai dengan
ketentuan PTK yang berlaku.
4. Teliti kelengkapan bukti-bukti untuk sampel
yang dipilih dan pastikan kebenaran
pembukuannya (kapitalisasi atau biaya),
serta teliti apakah dapat dibebankan sebagai
biaya operasi dan di-recovery untuk tahun
buku yang diaudit.
5. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak atau pencairan jaminan
pelaksanaan (performance bond). Jika
terdapat pinalti yang seharusnya dikenakan
oleh KKKS kepada kontraktor, periksa
apakah KKKS telah menghitung pinalti dan
membebankan sebagai pengurang biaya
operasi. Periksa kesesuaian antara

|155
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
pembebanan pinalti sebagai pengurang
biaya operasi dengan klausul pinalti dalam
kontrak.
6. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan Perpanjangan
Jangka Waktu Kerja (PJWK). Jika terdapat
PLK dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK tersebut beserta
persetujuan revisi AFE nya apabila nilai
revisinya sesuai dengan yang diatur dalam
PTK 007 Buku Kedua mengenai Pedoman
Pengelolaan Rantai Suplai KKKS Buku Kedua
tentang Pedoman Pengelolaan Barang/jasa.
7. Dalam hal terdapat PLK/PJWK, teliti
kemungkinan realisasi biaya PLK/PJWK
melebihi nilai persetujuan PLK/PJWK dan
AFE.
8. Hitung jumlah hari dimana kapal tidak
beroperasi akibat perbaikan rutin maupun
kerusakan kapal. Bandingkan jumlah hari
tersebut dengan jumlah hari yang
diperbolehkan di dalam kontrak dan
amandemennya.
9. Apabila terdapat kapal pengganti,
bandingkan kesesuaian spesifikasi kapal
pengganti dengan kapal utama dan analisis
perbedaan yang ada.
10. Verifikasi Laporan Hasil Pekerjaan dan
yakinkan sesuai dengan kontrak atau
amandemennya.
11. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
12. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

|156
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB

B. Pembelian Bahan Bakar Kapal


1. Dapatkan dokumen terkait dengan pengisian
bahan bakar kapal dari fungsi perkapalan
(marine) di KKKS, diantaranya:
 Daftar Purchase Order pembelian bahan
bakar dari pertamina,
 Delivery Order,
 Berita Acara Penerimaan Bahan Bakar di
kapal.
2. Rekonsiliasi purchase order dari KKKS,
delivery order dari Pertamina, dan Berita
Acara Penerimaan Bahan Bakar di Kapal
serta analisis perbedaan yang terjadi untuk
meyakinkan perbedaan yang ada masih
dalam batas yang dapat diterima.
3. Tentukan sampel pemeriksaan pembelian
bahan bakar untuk kapal.
4. Teliti kelengkapan bukti-bukti sampel yang
ada dan yakinkan kebenaran pembukuannya
serta teliti apakah dapat dibebankan sebagai
biaya operasi dan di-recovery untuk tahun
buku yang diperiksa.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

C. Fuel on Board pada saat kapal off hire


1. Dapatkan dokumen terkait dengan peng-
operasian kapal pendukung operasi dari
fungsi perkapalan (marine) di KKKS,
diantaranya:
 Daftar kapal yang dioperasikan,

|157
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 Certificate on Hire dan Certificate off
Hire untuk kapal yang dioperasikan,
 Kontrak dan amandemennya untuk
kapal-kapal yang dioperasikan.
2. Tentukan sampel yang dipilih berdasarkan
data kapal yang off hire dalam periode audit
yang diperiksa.
3. Hitung selisih Fuel on Board berdasarkan
jumlah fuel yang ada di Certificate off Hire
dikurangi jumlah fuel yang ada di Certificate
on Hire.
4. Hitung hak/kewajiban KKKS atas selisih Fuel
on Board tersebut dan yakinkan bahwa KKKS
telah melakukan penyesuaian pencatatan
biaya di FQR atas hak/kewajiban yang ada.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|158
F.1.2.2 RIG PENGEBORAN
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Kegiatan kontrak rig pengeboran yang dilakukan oleh KKKS telah dilaporkan ke SKK Migas dalam
daftar procurement list sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Biaya terkait dengan kontrak rig pengeboran sesuai dengan ketentuan PSC, kontrak rig pengeboran
beserta amandemennya, dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya yang dibebankan adalah biaya untuk periode yang bersangkutan dan dialokasikan dengan
metode yang konsisten ke cost center yang terkait.
4. Semua biaya telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan ketentuan penyusunan
FQR.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
proses sewa rig pengeboran di KKKS,
diantaranya:
 Daftar procurement list,
 Daftar rencana dan aktual pengeboran
selama tahun yang di periksa,
 Daftar kontrak sewa rig,
 Kontrak beserta amandemennya sewa
rig yang menjadi sampel pengujian,
 Daily Drilling Report (DDR),
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta MoM teknis yang terkait,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),
 Notulen Pembahasan Operasi antara
SKK Migas dan KKKS terkait dengan non
productive time (NPT),
 Notulen Pembahasan Operasi antara
SKK Migas dan KKKS terkait dengan Lost
in Hole,
 Contract Expenditure Report untuk

|159
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
masing-masing kontrak pengadaan
barang,
 Summary biaya per cost center dan AFE
yang bersumber dari General Ledger dan
sub ledger.
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar rencana dan
aktual pengeboran atau daftar transaksi
general ledger atau Contract Expenditure
Report.
3. Jika diperlukan, untuk sampel pengujian
yang telah ditetapkan, yakinkan bahwa
proses administrasi kontrak dan
amandemennya (jika ada) sesuai dengan
ketentuan PTK yang berlaku.
4. Teliti kelengkapan bukti-bukti dan
kesesuaiannya dengan kontrak beserta
amandemennya dan yakinkan kebenaran
pembukuannya (kapitalisasi atau biaya),
serta teliti apakah dapat dibebankan sebagai
biaya operasi dan di-recovery untuk tahun
buku yang diperiksa.
5. Bandingkan kesesuaian penerapan tarif
pengoperasian rig dalam kondisi aktual
sebagaimana yang terdapat di dalam DDR
dengan tarif yang diatur dalam kontrak.
6. Hitung jumlah non productive time (NPT)
untuk masing-masing rig pengeboran dan
bandingkan dengan jumlah hari NPT yang
diperbolehkan di dalam kontrak dan
amandemennya, serta serta bandingkan
dengan Notulen Pembahasan Operasi antara
SKK Migas dan KKKS terkait dengan non
productive time (NPT) apakah atas NPT

|160
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
tersebut sudah disetujui oleh fungsi teknik
SKK Migas.
Atas NPT yang tidak sesuai dengan kontrak
dan tidak disetujui oleh SKK Migas, hitung
pinalti yang seharusnya dikenakan sesuai
dengan kontrak dan periksa apakah pinalti
tersebut telah dikenakan kepada kontraktor
(vendor).
7. Jika terdapat tagihan lost in hole, dapatkan
Berita Acara Lost in Hole dan yakinkan
bahwa tarif tagihan tersebut sesuai dengan
nilai perlengkapan (equipment) yang hilang
yang diatur di dalam lampiran kontrak serta
bandingkan dengan notulen pembahasan
operasi antara SKK Migas dan KKKS terkait
dengan Lost in Hole apakah item-item Lost in
Hole tersebut sudah disetujui oleh fungsi
teknik SKK Migas.
Atas item-item Lost in Hole yang tidak
disetujui oleh SKK Migas, periksa apakah
sudah dibebankan sebagai biaya operasi
dengan memperhitungkan penyusutan yang
ada;
8. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak atau pencairan jaminan
pelaksanaan (performance bond). Jika
terdapat pinalti yang seharusnya dikenakan
oleh KKKS kepada kontraktor, periksa
apakah KKKS telah menghitung pinalti dan
membebankan sebagai pengurang biaya
operasi. Periksa kesesuaian antara
pembebanan pinalti sebagai pengurang

|161
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
biaya operasi dengan klausul pinalti dalam
kontrak.
9. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan Perpanjangan
Jangka Waktu Kontrak (PJWK). Jika terdapat
PLK dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK tersebut beserta
persetujuan revisi AFE nya.
10. Dalam hal terdapat PLK/PJWK, teliti
kemungkinan realisasi biaya PLK/PJWK
melebihi nilai persetujuan PLK/PJWK dan
AFE.
11. Uji ketepatan konsistensi alokasi ke masing-
masing sumur dan analisis jika ada
perubahan metode alokasi.
12. Pada akhir masa kontrak rig pengeboran,
hitung sisa fuel di Rig Pengeboran tersebut
dan tentukan hak/kewajiban KKKS atas sisa
fuel tersebut. Apabila sisa fuel tersebut
merupakan hak KKKS, dapatkan invoice
penagihan atau bukti lainnya yang dapat
menjelaskan bahwa KKKS telah
melaksanakan haknya dan dicatat sebagai
pengurang biaya operasi.
13. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
14. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

|162
Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:
Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|163
F.1.2.3 EPC/EPCI/TURN KEY

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Kegiatan kontrak Engineering Procurement Construction (EPC)/ Engineering Procurement
Construction Installation (EPCI)/Turn Key yang dilakukan oleh KKKS telah dilaporkan ke SKK Migas
dalam daftar procurement list sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Kontraktor telah mencatat dan membebankan biaya proyek EPC/EPCI/Turn key sesuai dengan
ketentuan PSC dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya yang dibebankan adalah biaya untuk periode yang bersangkutan dan apabila dialokasikan ke
beberapa cost centre maka proses alokasi dilakukan dengan metode yang konsisten.
4. Semua biaya telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan ketentuan penyusunan
Financial Quarterly Report (FQR).

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data terkait proyek
EPC/EPCI/Turn key, diantaranya:
 Daftar Procurement List,
 Daftar proyek EPC/EPCI/Turn key yang
sedang berjalan dan/atau telah selesai
dalam periode tahun buku yang
diperiksa,
 Realisasi biaya dan pencatatan di
General Ledger sampai dengan akhir
periode tahun buku yang diperiksa,
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta moM teknis terkait,
 Persetujuan Placed into Services (PIS),
 Persetujuan Closed Out Report (COR),
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),
 Contract Expenditure Report untuk
masing-masing kontrak proyek
EPC/EPCI/Turn key,

|164
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Biaya Kontrak proyek EPC/EPCI/Turn key
sudah dibebankan sebagai biaya operasi
namun belum mendapatkan persetujuan
PIS dari SKK Migas
1. Teliti apakah terdapat biaya kontrak proyek
EPC/EPCI/Turn key yang dibebankan
sebagai biaya operasi di FQR tahun yang
diperiksa.
2. Dalam hal kontrak proyek EPC/EPCI/Turn
key tersebut sudah dibebankan sebagai
biaya operasi, yakinkan sudah terdapat
persetujuan PIS dari SKK Migas untuk AFE-
AFE terkait dengan EPCI project.
3. Apabila AFE-AFE kontrak proyek
EPC/EPCI/Turn key tersebut belum
mendapatkan persetujuan PIS, koreksi
biaya EPCI ke dalam akun Asset Under
Construction/Work in Progress.
4. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

B. Biaya Kontrak proyek EPC/EPCI/Turn key


sudah dibebankan sebagai biaya operasi
dan mendapatkan persetujuan PIS dari SKK
Migas namun belum mendapatkan
persetujuan Closed Out Report (COR) dari
SKK Migas
1. Teliti apakah terdapat biaya kontrak proyek
EPC/EPCI/Turn key yang dibebankan sebagai
biaya operasi di FQR tahun yang diperiksa.
2. Dalam hal kontrak proyek EPC/EPCI/Turn key

|165
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
tersebut sudah dibebankan sebagai biaya
operasi, yakinkan bahwa sudah terdapat
persetujuan PIS dari SKK Migas untuk AFE-
AFE terkait dengan proyek EPC/EPCI/Turn
key.
3. Apabila AFE-AFE proyek EPC/EPCI/Turn key
tersebut sudah mendapatkan persetujuan
PIS dari SKK Migas namun belum
mendapatkan persetujuan Closed Out Report
dari SKK Migas, yakinkan bahwa pencatatan
biaya proyek EPC/EPCI/Turn key tersebut
dicatat maksimal sebesar persetujuan AFE
dan dicatat sesuai ketentuan PTK 059/2017.
4. Berdasarkan data AFE proyek EPC/EPCI/Turn
key di prosedur nomor B.3 diatas, tentukan
transaksi yang akan diuji (sampling)
berdasarkan daftar transaksi general ledger
atau Purchase Order/Service Order (PO/SO)
dari masing-masing AFE, procurement list
atau Contract Expenditure Report.
5. Dapatkan invoice pembebanan biaya
periode tahun buku yang diperiksa termasuk
supporting documentnya.
6. Teliti kelengkapan bukti-bukti dan
kesesuaiannya dengan kontrak beserta
amandemennya dan yakinkan kebenaran
pembukuannya (kapitalisasi atau biaya),
serta teliti apakah dapat dibebankan sebagai
biaya operasi dan di-recovery untuk tahun
buku yang diaudit.
7. Teliti pengenaan pembebanan tarif di
invoice dengan yang seharusnya
sebagaimana telah diatur dalam kontrak

|166
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
menyangkut besaran tarif dan juga
kesesuaian jenis item pekerjaan.
8. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur dalam
kontrak atau pencairan jaminan pelaksanaan
(performance bond). Jika terdapat pinalti
yang seharusnya dikenakan oleh KKKS
kepada kontraktor, periksa apakah KKKS
telah menghitung pinalti dan membebankan
sebagai pengurang biaya operasi. Periksa
kesesuaian antara pembebanan pinalti
sebagai pengurang biaya operasi dengan
klausul pinalti dalam kontrak.
9. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan Perpanjangan Jangka
Waktu Kerja (PJWK). Jika terdapat PLK
dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK tersebut beserta
persetujuan revisi AFE nya.
10. Dalam hal terdapat PLK/PJWK, teliti
kemungkinan realisasi biaya PLK/PJWK
melebihi nilai persetujuan PLK/PJWK dan
AFE.
11. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
12. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

C. Biaya Kontrak proyek EPC/EPCI/Turn key


sudah dibebankan sebagai biaya operasi
dan sudah mendapatkan persetujuan
Closed Out Report (COR) dari SKK Migas
1. Teliti apakah terdapat biaya kontrak proyek

|167
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
EPC/EPCI/Turn key yang dibebankan sebagai
biaya operasi di FQR tahun yang diperiksa.
2. Dalam hal kontrak proyek EPC/EPCI/Turn key
tersebut sudah dibebankan sebagai biaya
operasi, yakinkan bahwa sudah terdapat
persetujuan PIS dari SKK Migas dan
persetujuan Closed Out Report (COR) untuk
AFE-AFE terkait dengan proyek EPC/EPCI/
Turn key.
3. Yakinkan total pencatatan biaya proyek
EPC/EPCI/Turn key di FQR sudah sama
dengan persetujuan Closed Out Report
(COR) dan dicatat dalam kelompok akun
sesuai ketentuan PTK 059/2017 serta
yakinkan kebenaran pembukuannya
(kapitalisasi atau biaya).
4. Apabila terdapat koreksi biaya proyek
EPC/EPCI/Turn key di dalam persetujuan
COR SKK Migas, yakinkan bahwa koreksi
biaya tersebut telah dicatat (sebagai koreksi
biaya operasi atau re-klasifikasi) sesuai
dengan persetujuan COR di FQR tahun buku
yang diperiksa.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

|168
Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|169
F.1.2.4 KONTRAK LAINNYA

F.1.2.4.1 KONTRAK PENGADAAN JASA


Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Kegiatan pengadaan jasa yang dilakukan oleh KKKS telah dilaporkan ke SKK Migas dalam daftar
procurement list sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Biaya terkait dengan pengadaan jasa sesuai dengan ketentuan PSC, kontrak pengadaan jasa beserta
amandemennya, dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya yang dibebankan adalah biaya untuk periode yang bersangkutan dan dialokasikan dengan
metode yang konsisten ke cost center yang terkait.
4. Semua biaya pengadaan jasa telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan ketentuan
penyusunan Financial Quarterly Report (FQR).
5. Pinalti atas pelanggaran dalam kontrak telah dihitung dan dibebankan sebagai pengurang biaya
operasi

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
proses pengadaan jasa di KKKS, diantaranya:
 Daftar Procurement List,
 Daftar kontrak pengadaan jasa,
 Kontrak beserta amandemennya untuk
pengadaan jasa yang menjadi sampel
pengujian,
 Daftar Work Order/Service Order
(WO/SO) untuk masing-masing kontrak,
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta MoM teknis yang terkait,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),
 Contract Expenditure Report untuk
masing-masing kontrak pengadaan
barang,
 Summary biaya per cost center dan AFE

|170
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
yang bersumber dari General Ledger dan
sub ledger.
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar transaksi
general ledger atau WO/SO) dari masing-
masing kontrak, procurement list atau
Contract Expenditure Report.
3. Jika diperlukan, untuk sampel pengujian
yang telah ditetapkan, yakinkan bahwa
proses amandemen kontrak (jika ada) sesuai
dengan ketentuan PTK yang berlaku.
4. Teliti kelengkapan bukti-bukti dan
kesesuaiannya dengan kontrak beserta
amandemennya dan yakinkan kebenaran
pembukuannya (kapitalisasi atau biaya),
serta teliti apakah dapat dibebankan sebagai
biaya operasi dan di-recovery untuk tahun
buku yang diaudit.
5. Jika pembayaran merupakan pembayaran
per-termin, teliti persentase penyelesaian
pekerjaan sampai dengan invoice terakhir
dan bandingkan persentase tersebut dengan
pembayaran saat ini dan akumulasi
pembayaran yang ada. Analisis perbedaan
yang terjadi.
6. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak atau pencairan jaminan
pelaksanaan (performance bond). Jika
terdapat pinalti yang seharusnya dikenakan
oleh KKKS kepada kontraktor, periksa
apakah KKKS telah menghitung pinalti dan
membebankan sebagai pengurang biaya

|171
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
operasi. Periksa kesesuaian antara
pembebanan pinalti sebagai pengurang
biaya operasi dengan klausul pinalti dalam
kontrak.
7. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan PJWK. Jika terdapat
PLK dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK tersebut beserta
persetujuan revisi AFE nya.
8. Dalam hal terdapat PLK/PJWK, teliti
kemungkinan realisasi biaya PLK/PJWK
melebihi nilai persetujuan PLK/PJWK dan
AFE.
9. Verifikasi Laporan Hasil Pekerjaan dan
yakinkan sesuai dengan kontrak atau
amandemennya.
10. Apabila terjadi klaim dalam masa
pemeliharaan, yakinkan bahwa KKKS telah
menagihkan klaim tersebut ke penyedia
barang/jasa dan dicatat di dalam FQR sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
11. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
12. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________
Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:
Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|172
F.1.2.4.2 KONTRAK PENGADAAN BARANG
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Kegiatan pengadaan barang yang dilakukan oleh KKKS telah dilaporkan ke SKK Migas dalam daftar
procurement list sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Biaya terkait dengan pengadaan barang sesuai dengan ketentuan PSC, kontrak pengadaan barang
beserta amandemennya, dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya yang dibebankan adalah biaya untuk periode yang bersangkutan dan dialokasikan dengan
metode yang konsisten ke cost center yang terkait.
4. Semua biaya pengadaan barang telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan
ketentuan penyusunan Financial Quarterly Report (FQR).
5. Pinalti atas pelanggaran dalam kontrak telah dihitung dan dibebankan sebagai pengurang biaya
operasi.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
proses pengadaan barang di KKKS,
diantaranya:
 Daftar Procurement List,
 Daftar kontrak pengadaan barang,
 Kontrak beserta amandemennya untuk
pengadaan barang yang menjadi sampel
pengujian,
 Daftar Purchase Order (PO) untuk
masing-masing kontrak,
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta MoM teknis yang terkait,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),
 Contract Expenditure Report untuk
masing-masing kontrak pengadaan
barang,
 Summary biaya per cost center dan AFE
yang bersumber dari General Ledger dan
sub ledger,

|173
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar transaksi
general ledger atau Purchase Order (PO),
procurement list atau Contract Expenditure
Report.
3. Jika diperlukan, Untuk sampel pengujian
yang telah ditetapkan, yakinkan bahwa
proses amandemen kontrak (jika ada) sesuai
dengan ketentuan PTK yang berlaku.
4. Teliti kelengkapan bukti-bukti dan
kesesuaiannya dengan kontrak beserta
amandemennya dan yakinkan kebenaran
pembukuannya (kapitalisasi atau biaya),
serta teliti apakah dapat dibebankan sebagai
biaya operasi dan di-recovery untuk tahun
buku yang diaudit.
5. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak atau pencairan jaminan
pelaksanaan (performance bond). Jika
terdapat pinalti yang seharusnya dikenakan
oleh KKKS kepada kontraktor, periksa
apakah KKKS telah menghitung pinalti dan
membebankan sebagai pengurang biaya
operasi. Periksa kesesuaian antara
pembebanan pinalti sebagai pengurang
biaya operasi dengan klausul pinalti dalam
kontrak.
6. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan Perubahan Jangka
Waktu Kerja (PJWK). Jika terdapat PLK
dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK tersebut beserta

|174
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
persetujuan revisi AFE nya.
7. Dalam hal terdapat PLK/PJWK, teliti
kemungkinan realisasi biaya PLK/PJWK
melebihi nilai persetujuan PLK/PJWK.
8. Verifikasi Laporan Hasil Pekerjaan/Laporan
Penerimaan Barang dan yakinkan sesuai
dengan kontrak atau amandemennya.
9. Lakukan pemeriksaan fisik di lapangan dan
analisis aktual hasil pemeriksaan fisik di
lapangan dengan Laporan Hasil Pekerjaan
(jika diperlukan).
10. Apabila terjadi klaim dalam masa
pemeliharaan, yakinkan bahwa KKKS telah
menagihkan klaim tersebut ke penyedia
barang/jasa dan dicatat di dalam FQR sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
11. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
12. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|175
F.1.2.4.3 REALISASI TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN)
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Realisasi pencapaian TKDN sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam kontrak dan
amandemennya.
2. Kewajiban keuangan yang dibebankan ke penyedia jasa/barang KKKS apabila persentase realisasi
TKDN lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan yang diatur di dalam kontrak dan
amandemennya telah dihitung oleh KKKS.
3. Kewajiban keuangan yang ditagihkan KKKS ke penyedia jasa/barang telah dilaporkan di dalam FQR
tahun yang diperiksa.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
perhitungan realisisasi pencapaian TKDN
dari fungsi pengadaan barang di KKKS,
diantaranya:
 Laporan kontrak yang selesai di tahun
audit yang diperiksa,
 Laporan realisasi pencapaian/Sertifikat
TKDN dari masing-masing penyedia
jasa/barang untuk masing-masing
kontrak,
 Kontrak dan amandemennya.
2. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar laporan
kontrak yang selesai di tahun audit yang
diperiksa.
3. Bandingkan persentase pencapaian aktual
TKDN yang dilaporkan oleh penyedia
jasa/barang KKKS dengan batasan minimal
persentase TKDN yang diatur di dalam
kontrak dan amandemennya. Analisis
perbedaan yang terjadi.
4. Yakinkan apakah KKKS yang bersangkutan
sudah menerapkan ketentuan PTK 007

|176
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
terkait sanksi finansial dan administratif
apabila realisasi persentase pencapaian
aktual TKDN lebih rendah dibandingkan
kontrak dan amandemennya.
5. Dapatkan dokumen penagihan atau bukti
lainnya terkait dengan penerapan sanksi
finansial di KKKS. Apabila KKKS belum
melakukan penagihan, hitung ulang sanksi
finansial yang seharusnya dikenakan dan
yakinkan bahwa pencatatan sanksi finansial
tersebut sesuai dengan PTK 059 mengenai
Kebijakan Akuntansi Kontrak Kerja Sama
untuk Kegiatan Usaha Hulu Migas.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|177
F.1.3 MATERIAL
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Transaksi perolehan material persediaan telah dilaksanakan dan dinilai sesuai ketentuan PSC dan
PTK yang berlaku.
2. Pengadaan material impor dilakukan dengan menggunakan master list.
3. Transaksi pemakaian dan pembebanan material persediaan dilakukan sesuai dengan ketentuan PSC
dan PTK yang berlaku.
4. Transaksi transfer in dan transfer out material persediaan telah dilaksanakan dan dinilai sesuai
ketentuan PSC dan PTK yang berlaku.
5. Transaksi penghapusan material persediaan di pembukuan KKKS dilakukan setelah KKKS
mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan.
6. Penghitungan jumlah net changes dan pembebanan net changes sebagai biaya operasi dilakukan
secara konsisten dan sesuai dengan PTK yang berlaku.
7. Jumlah material persediaan secara fisik (stock in hand) pada akhir periode tahun buku yang di
periksa sesuai dengan saldo pencatatan yang ada di sistem pembukuan KKKS.

1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Perolehan Material Persediaan
1. Dapatkan dokumen/data yang
berhubungan dengan fungsi departemen
yang mengelola persediaan, dan peroleh
laporan-laporan yang dihasilkan
diantaranya:
 Daftar Procurement List,
 Daftar Master List,
 Daftar Purchase Order,
 Laporan Pengadaan KKKS (SC-08, SC-09
dan SC-10),
 Laporan material persediaan (MP-01,
MP-02, MP-03 dan MP-04),
 Daftar material persediaan eks-project,
 Daftar Two Years Operating Spare

|178
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
(TYOS).
2. Dapatkan rincian material masing-masing
warehouse dan menurut klasifikasinya
seperti jenis material (material MRO dan
material kapital), frekuensi penggunaan
(fast moving, slow moving, surplus dan
dead stock), dan kategori lainnya (excess,
unidentified, overage, rusak atau dalam
perbaikan, dalam proses write-off, serta
dalam penyelesaian bea cukai).
3. Teliti laporan-laporan yang dihasilkan dan
kebenaran klasifikasi rincian material
tersebut.
4. Berdasarkan daftar Purchase Order dalam
tahun buku yang diaudit, tetapkan transaksi
yang diuji (sampling).
5. Uji semua bukti-bukti pendukung atas
sample audit yang dipilih, apakah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan teliti
kelengkapan bukti-bukti penerimaan
barang dan kelengkapan bukti-bukti
pembayaran serta ketepatan pembebanan
dalam biaya operasi (kapitalisasi atau
operating expenditure).
6. Untuk pembelian material impor, yakinkan
bahwa pengadaan material impor tersebut
sesuai dengan master list. Apabila terdapat
pembelian material impor yang tidak
menggunakan master list, dapatkan
persetujuan SKK Migas atas hal tersebut.
Lakukan pemeriksaan apakah terdapat
pembebanan Bea Masuk dan Pajak Dalam
Rangka Impor atas pembelian material

|179
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
impor yang tidak menggunakan master list,,
kemudian bandingkan dengan persetujuan
SKK Migas atas pembebanan tersebut.
7. Untuk material persediaan yang diperoleh
dari material eks-project atau material
TYOS, yakinkan bahwa material eks-project
atau material TYOS tersebut telah dicatat di
dalam sistem inventori dan dinilai sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8. Lakukan Pemeriksaan fisik di lapangan atas
sampel yang dipilih berdasarkan prosedur
nomor 4 dan sampel material persediaan
yang lain untuk meyakinkan bahwa saldo
fisik material persediaan sesuai dengan
saldo pencatatan.
9. Buat Berita Acara pemeriksaan fisik
material persediaan.
10. Lakukan penghitungan persentase batas
maksimal material berlebih sesuai dengan
PTK atau peraturan lain yang berlaku.
11. Analisis apakah kelebihan pembelian
material persediaan dalam prosedur nomor
A.10 diatas dapat dibebankan sebagai biaya
operasi.
12. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
13. Buat kesimpulan hasil Pemeriksaan
Bersama.

B. Pemakaian Material Persediaan


1. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan fungsi departemen yang mengelola
persediaan, dan peroleh laporan-laporan

|180
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
yang dihasilkan diantaranya:
 Daftar Purchase Order,
 Laporan MP-01, MP-02, MP-03 dan MP-
04,
 Berita Acara Pemeriksaan fisik material
persediaan akhir tahun atau per
pelaksanaan terakhir,
 Persetujuan transfer aset dari SKK
Migas dan laporan realisasinya,
 Bukti pembayaran/penerimaan uang
atas transfer asset.
2. Dapatkan rincian material menurut masing-
masing Gudang (warehouse) dan menurut
klasifikasinya seperti jenis material
(material MRO dan material kapital),
frekuensi penggunaan (fast moving, slow
moving, surplus dan dead stock), dan
kategori lainnya (excess, unidentified,
overage, rusak atau dalam perbaikan,
dalam proses write-off, serta dalam
penyelesaian bea cukai).
3. Teliti laporan-laporan yang dihasilkan dan
kebenaran klasifikasi rincian material
tersebut.
4. Berdasarkan data mutasi material
persediaan, tentukan sampel
pemakaian/pengeluaran material
persediaan baik material MRO maupun
material capital.
5. Uji semua bukti-bukti pendukung atas
sample audit terkait pemakaian/
pengeluaran material persediaan yang
dipilih, apakah sesuai dengan ketentuan

|181
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
yang berlaku dan teliti kelengkapan bukti-
bukti pengeluaran material persediaan
serta ketepatan pembebanan dalam biaya
operasi (kapitalisasi atau operating
expenditure).
6. Yakinkan pengembalian material
persediaan untuk material persediaan yang
telah dikeluarkan sebelumnya (return to
stock) telah dicatat sesuai kondisi
sebenarnya.
7. Teliti kewajaran penilaian material yang
ada. Untuk surplus material dengan nilai
lebih besar dari US$1, lakukan kontrol
hubungan dengan control account-nya
(expenses account).
8. Teliti apakah terdapat pencatatan
penurunan grade material. Jika ada,
yakinkan bahwa pencatatan penurunan
grade material tersebut tidak
mempengaruhi biaya operasi.
9. Lakukan Pemeriksaan fisik di lapangan atas
sampel yang dipilih dalam prosedur no. 4
dan sampel material persediaan yang lain
untuk meyakinkan bahwa saldo fisik
material persediaan sesuai dengan saldo
pencatatan.
10. Buat berita acara pemeriksaan fisik material
persediaan.
11. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
12. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

|182
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
C. Transfer Material Persediaan (In/Out)
1. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan fungsi departemen yang mengelola
persediaan, dan peroleh laporan-laporan
yang dihasilkan diantaranya:
 Persetujuan transfer aset dari SKK
Migas dan laporan realisasinya,
 Bukti pembayaran/penerimaan uang
atas transfer asset.
2. Teliti laporan-laporan yang dihasilkan dan
kebenaran klasifikasi rincian material
tersebut (lihat nomor 2).
3. Berdasarkan laporan realisasi transfer aset
(transfer in dari KKKS lain atau transfer out
ke KKKS lain), yakinkan bahwa
penerimaan/pengeluaran material
persediaan sudah dicatat di dalam sistem
material persediaan sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya.
4. Berdasarkan laporan realisasi transfer,
yakinkan bahwa pembayaran uang atas
transfer in material persediaan dari KKKS
lain atau penerimaan uang atas transfer out
material ke KKKS lain sudah diterima dan di
catat sesuai ketentuan PTK yang berlaku.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

D. Penghapusan Material Persediaan

|183
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi terkait penghitungan
penghapusan material persediaan
diantaranya:
 Form Usulan Penghapusan Persediaan
(FUPP),
 Surat persetujuan penghapusan dari
Kementerian Keuangan.
2. Teliti laporan-laporan yang dihasilkan dan
kebenaran klasifikasi rincian material
tersebut.
3. Berdasarkan surat persetujuan
penghapusan material persediaan dari
Kementerian Keuangan, yakinkan bahwa
saldo material persediaan sudah
disesuaikan dengan persetujuan tersebut
dan pembebanan biaya operasi atas
penghapusan material persediaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

E. Net Changes
1. Dapatkan informasi terkait penghitungan
net changes diantaranya:
 Laporan MP-01, MP-02, MP-03 dan MP-
04,
 Saldo akhir material persediaan periode
1 (satu) tahun audit sebelumnya,
 Kertas Kerja dari KKKS untuk
pembebanan net changes di dalam FQR
tahun audit yang diperiksa.

|184
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
2. Yakinkan bahwa kertas kerja penghitungan
net changes hanya untuk perhitungan net
changes material Maintenance Repair
Operation (MRO).
3. Yakinkan saldo awal material persediaan di
kertas kerja pembebanan net changes sama
dengan saldo akhir material periode 1
(satu) tahun sebelumnya.
4. Yakinkan saldo penerimaan dan
pengeluaran material persediaan di kertas
kerja pembebanan net changes memiliki
saldo yang sama dengan laporan MP-04.
5. Hitung ulang net changes untuk periode
yang diperiksa dan bandingkan hasil
penghitungan ulang tersebut dengan hasil
KKKS dan analisis perbedaan yang terjadi.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|185
F.1.4 SUNDRIES

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


A. Biaya Tanggung Jawab Sosial (TJS)
1. Biaya TJS yang diakui sebagai biaya operasi merupakan biaya untuk program TJS yang telah
mendapat persetujuan dari fungsi teknis di SKK Migas.
2. Biaya TJS yang dibebankan sebagai biaya operasi adalah biaya TJS untuk periode yang
bersangkutan dan nilainya tidak melebihi persetujuan dari fungsi teknis di SKK Migas.
3. Semua kegiatan dan biaya TJS telah dilaporkan ke fungsi teknis SKK Migas dan dibukukan dan
disajikan dalam laporan sesuai dengan ketentuan penyusunan FQR.

B. Biaya Konsultan Hukum


1. Biaya konsultan hukum yang diakui sebagai biaya operasi merupakan biaya untuk jasa konsultan
hukum yang telah mendapat persetujuan khusus dari fungsi teknis di SKK Migas,
2. Biaya konsultan hukum yang dibebankan sebagai biaya operasi adalah biaya konsultan untuk
periode yang bersangkutan dan nilainya tidak melebihi persetujuan dari fungsi teknis di SKK
Migas.
3. Semua biaya konsultan hukum telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan
ketentuan penyusunan FQR.

C. Biaya Asuransi
1. Biaya asuransi yang proses pengadaanya melalui SKK Migas diakui dan dibebankan sebagai biaya
operasi sesuai dengan laporan penutupan asuransi KKKS di tahun audit yang diperiksa.
2. Biaya asuransi telah dibukukan dan disajikan dalam laporan sesuai dengan periode masa
manfaat dari asuransi tersebut dan sesuai ketentuan penyusunan FQR.

D. Biaya Alokasi Overhead dari Kantor Pusat


1. Total biaya alokasi overhead kantor pusat yang dibebankan di tahun berjalan tidak melebihi
batasan maksimal yang diatur dalam persetujuan SKK Migas.
2. Komponen biaya alokasi overhead sesuai dengan komponen biaya yang disetujui oleh SKK
Migas.

E. Biaya Operasi lainnya


1. Pengeluaran untuk pembelian barang/jasa merupakan pengeluaran yang terkait dengan
operasional hulu minyak dan gas bumi sesuai dengan ketentuan PSC dan ketentuan lain yang
berlaku.

|186
2. Biaya untuk pengeluaran tersebut dibebankan sebagai biaya operasi sesuai dengan ketentuan
PSC dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya untuk pengeluaran tersebut dilaporkan telah dibukukan dan disajikan dalam laporan
sesuai dengan ketentuan penyusunan FQR.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Biaya Program Tanggung Jawab Sosial
(TJS)
1. Dapatkan dokumen terkait dengan biaya
TJS di KKKS, diantaranya:
 Persetujuan WP&B tahun yang
diperiksa beserta MoM teknis yang
terkait,
 Laporan pelaksanaan kegiatan TJS
tahun yang diperiksa,
 Cost Centre kegiatan TJS di General
Ledger (GL) dan rincian transaksi di GL
di cost centre tersebut,
 Cost Centre/Account Non Cost Recovery
di General Ledger (GL) dan rincian
transaksi di cost centre tersebut.
2. Analisis laporan kegiatan TJS tahun yang
diperiksa dan bandingkan dengan
persetujuan di WP&B, apakah kegiatan TJS
tersebut merupakan kegiatan cost recovery
atau tidak.
3. Untuk kegiatan TJS yang termasuk dalam
bagian Non-Cost Recovery (NCR), tentukan
transaksi yang akan di uji (sampling) dan
kemudian bandingkan biaya kegiatan TJS
NCR tersebut dengan detail transaksi biaya
di akun atau cost centre yang
dikelompokkan sebagai akun/cost centre
NCR. Analisis perbedaan yang terjadi.

|187
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
4. Konfirmasikan ke KKKS mengenai
pencatatan biaya TJS NCR, apabila biaya
atas kegiatan tersebut tidak terdapat dalam
GL NCR dan selanjutnya yakinkan bahwa
pencatatan biaya tersebut tidak dicatat
sebagai biaya operasi.
5. Untuk kegiatan TJS yang termasuk dalam
bagian Cost Recovery, tentukan transaksi
yang akan di uji (sampling).
6. Teliti kelengkapan bukti-bukti untuk sampel
yang dipilih (prosedur no.5) dan pastikan
kebenaran pembukuannya.
7. Verifikasi Laporan Hasil Pekerjaan/Laporan
Penerimaan Barang untuk sampel yang
dipilih (prosedur no. 5) dan yakinkan sesuai
dengan kontrak atau amandemennya.
8. Lakukan pemeriksaan fisik di lapangan dan
analisis aktual hasil pemeriksaan fisik di
lapangan dengan Laporan Hasil Pekerjaan
(jika diperlukan) dan buat Berita Acara
Pemeriksaan Lapangan.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

B. Biaya Konsultan Hukum


1. Dapatkan dokumen terkait dengan biaya
konsultan hukum di KKKS, diantaranya:
 Persetujuan WP&B tahun yang
diperiksa beserta MoM teknis yang
terkait,
 Surat Persetujuan SKK Migas atas
penggunaan jasa konsultan hukum,
 Kontrak dengan Konsultan Hukum,

|188
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 General Ledger untuk biaya konsultan
hukum.
2. Dapatkan rincian biaya konsultan hukum
dari general ledger berdasarkan cost centre
atau nama vendor.
3. Berdasarkan rincian biaya tersebut,
yakinkan bahwa penggunaan konsultan
hukum tersebut telah mendapat
persetujuan dari SKK Migas.
4. Teliti kelengkapan bukti-bukti dan
kesesuaiannya dengan kontrak beserta
amandemennya dan yakinkan kebenaran
pembukuannya.
5. Untuk penggunaan konsultan hukum yang
tidak mendapatkan persetujuan SKK Migas,
lakukan pengecekan ke daftar kontrak jasa
tahun yang diperiksa untuk meyakinkan
bahwa tidak terdapat kontrak jasa untuk
konsultan hukum tersebut.
6. Apabila dalam prosedur B.5 di atas
terdapat kontrak dengan konsultan hukum
yang tidak mendapatkan persetujuan SKK
Migas, yakinkan bahwa biaya konsultan
hukum tersebut dicatat sebagai biaya di
akun atau cost centre NCR.
7. Apabila dalam point B.6 tidak terdapat
biaya konsultan hukum tersebut di
kelompok biaya/cost centre NCR,
konfirmasikan ke KKKS mengenai
pencatatan biayanya dan yakinkan bahwa
biaya tersebut tidak dicatat sebagai biaya
operasi.
8. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
9. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan

|189
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
Bersama.

C. Biaya Asuransi Konsorsium SKK Migas


1. Dapatkan dokumen terkait dengan biaya
asuransi konsorsium SKK Migas di KKKS,
diantaranya:
 Persetujuan WP&B tahun yang
diperiksa beserta MoM teknis yang
terkait,
 Laporan Pendahuluan, Laporan
Adjustment dan Laporan Akhir dari
Konsorsium Asuransi,
 Rincian biaya asuransi dari General
Ledger.
2. Berdasarkan rincian biaya asuransi dari
General Ledger, pisahkan transaksi
pembayaran asuransi yang proses
pengadaannya langsung dilakukan oleh
KKKS dan asuransi yang proses
pengadaannya dilakukan oleh SKK Migas
(konsorsium).
3. Teliti laporan akhir asuransi dan dapatkan
informasi, apakah terdapat koreksi
penyesuaian pembayaran asuransi pada
akhir tahun di laporan tersebut.
4. Dapatkan penyesuaian pembayaran yang
terjadi di prosedur C.3 diatas dan yakinkan
bahwa penyesuaian tersebut telah dicatat
di FQR sesuai dengan kondisi aktual.
5. Bandingkan biaya asuransi konsorsium
dengan laporan akhir asuransi. Analisis
perbedaan yang terjadi.
6. Untuk biaya asuransi yang proses

|190
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
pengadaannya langsung dilakukan oleh
KKKS, tentukan transaksi yang akan di uji
(sampling) berdasarkan rincian transaksi
biaya asuransi di GL.
7. Dapatkan invoice pembebanan biaya
periode tahun buku yang diperiksa untuk
transaksi yang di uji termasuk supporting
dokumennya.
8. Teliti pembebanan biaya asuransi tersebut
di FQR dengan periode manfaat dari
pembayaran asuransi.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

D. Biaya alokasi overhead dari Kantor Pusat


1. Dapatkan dokumen terkait dengan biaya
alokasi overhead dari kantor pusat,
diantaranya:
 Persetujuan WP&B tahun yang
diperiksa,
 Persetujuan SKK Migas atas metode
alokasi biaya overhead,
 Kertas kerja penghitungan biaya alokasi
overhead.
2. Hitung total pengeluaran KKKS di tahun
berjalan dengan cara sebagai berikut:
Total pengeluaran di FQR R-3 - Biaya
overhead yang dibebankan di R-11.
3. Tentukan persentase maksimal biaya
alokasi overhead yang dapat dibebankan
sebagaimana persetujuan SKK Migas.
4. Teliti apakah cost centre yang dibebankan

|191
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
dalam biaya alokasi overhead kantor pusat
merupakan cost centre yang disetujui oleh
SKK Migas.
5. Hitung batasan maksimal biaya alokasi
overhead yang dapat dibebankan di tahun
berjalan dengan cara sebagai berikut:
Persentase X total pengeluaran KKKS
(prosedur no. D.2).
6. Bandingkan hasil penghitungan pemeriksa
dalam prosedur D.4 dengan penghitungan
yang dilakukan oleh KKKS. Analisis
perbedaan yang terjadi.
7. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
8. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

E. Biaya Operasi Lainnya


1. Dapatkan rincian biaya operasi lainnya dari
General Ledger (GL).
2. Berdasarkan rincian biaya tersebut,
tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) dengan berdasarkan deskripsi
transaksi, nama akun, atau informasi lainya.
3. Dapatkan invoice pembebanan biaya
periode tahun buku yang diperiksa untuk
transaksi yang di uji termasuk supporting
dokumennya.
4. Teliti pengenaan pembebanan tarif di
invoice dengan yang seharusnya
sebagaimana telah diatur dalam kontrak
menyangkut besaran tarif dan juga
kesesuaian jenis item pekerjaan.
5. Yakinkan bahwa biaya tersebut sesuai
dengan Peraturan Pemerintah mengenai

|192
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
biaya operasi yang dapat ditagihkan di
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi.
6. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak atau pencairan jaminan
pelaksanaan (performance bond). Jika
terdapat pinalti yang seharusnya dikenakan
oleh KKKS kepada kontraktor, periksa
apakah KKKS telah menghitung pinalti dan
membebankan sebagai pengurang biaya
operasi. Periksa kesesuaian antara
pembebanan pinalti sebagai pengurang
biaya operasi dengan klausul pinalti dalam
kontrak.
7. Teliti kemungkinan adanya Perubahan
Lingkup Kerja (PLK) dan Perpanjangan
Jangka Waktu Kerja (PJWK). Jika terdapat
PLK dan/atau PJWK, dapatkan dokumen
persetujuan atas PLK/PJWK tersebut
beserta persetujuan revisi AFE nya.
8. Dalam hal terdapat PLK/PJWK, teliti
kemungkinan realisasi biaya PLK/PJWK
melebihi nilai persetujuan PLK/PJWK dan
AFE.
9. Jika diperlukan, lakukan pemeriksaan fisik
di lapangan dan analisis aktual hasil
pemeriksaan fisik di lapangan dengan
Laporan Hasil Pekerjaan.
10. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
11. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

|193
Simpulan (4) : _______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|194
F.1.5 BIAYA AKRUAL

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Biaya akrual yang diakui dan dicatat sebagai biaya operasi di periode tahun sebelumnya telah di
balik (reverse) oleh KKKS di periode tahun berikutnya.
2. Biaya akrual yang di akui dan dicatat oleh KKKS pada akhir kontrak PSC telah sesuai dengan biaya
aktual yang terjadi dan didukung dengan dokumen pendukung yang memadai.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan data terkait dengan biaya akrual,
diantaranya:
 Rincian biaya akrual selama tahun audit
yang diperiksa,
 Rincian biaya akrual yang dicatat pada
akhir Desember satu tahun sebelum
periode yang diperiksa (Y-1),
 Aktual invoice dari vendor untuk
pengiriman jasa/penerimaan barang
pada masa PSC yang diterima oleh KKKS
setelah periode PSC berakhir.
2. Bandingkan biaya akrual pada awal Januari
tahun buku yang diperiksa dengan biaya
akrual pada akhir Desember satu tahun
buku sebelum periode yang diperiksa (Y-1)
dan yakinkan bahwa seluruh biaya akrual
pada akhir Desember tersebut sudah
dibalik (reverse) pada awal Januari tahun
buku yang diperiksa.
3. Yakinkan bahwa biaya akrual pada akhir
Januari tahun buku yang diperiksa sampai
dengan awal Desember tahun buku yang
diperiksa berjumlah nihil (nol).
4. Untuk FQR periode terakhir (PSC berakhir),
bandingkan biaya akrual yang dicatat pada

|195
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
akhir periode PSC dengan aktual biaya
berdasarkan invoice yang diterima dan
analisis perbedaan yang terjadi.
5. Teliti kelengkapan bukti-bukti untuk invoice
aktual yang diterima setelah periode PSC
berakhir dan pastikan kebenaran
pembukuannya.
6. Verifikasi Laporan Hasil Pekerjaan/Laporan
Penerimaan Barang untuk sampel yang
dipilih (prosedur no. 5) dan yakinkan sesuai
dengan kontrak atau amandemennya.
7. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
8. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|196
F.1.6 INTEREST COST RECOVERY

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Interest Cost Recovery (ICR) yang diklaim dalam tahun yang diperiksa telah dicatat sesuai dengan
ketentuan kontrak PSC yang bersangkutan dan persetujuan yang diberikan oleh SKK Migas.
2. ICR yang diklaim dalam tahun yang diperiksa telah dihitung sesuai dengan ketentuan kontrak PSC
yang bersangkutan dan persetujuan yang diberikan oleh SKK Migas.
3. ICR dilaporkan dalam FQR sesuai dengan ketentuan dalam PTK yang berlaku.

1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi/data yang
berhubungan dengan fungsi/bagian/
departemen yang menghitung Interest Cost
Recovery (ICR) di KKKS, dan peroleh
laporan-laporan yang dihasilkan
diantaranya:
 Production Sharing Contract (PSC)
beserta amandemennya,
 Persetujuan Plan of Development
(POD), Authorization For Expenditure
(AFE), Closed Out Report AFE (COR),
 Persetujuan Work Program and Budget
(WP&B),
 Persetujuan Placed Into Service (PIS),
 Kertas kerja penghitungan ICR dari
KKKS.
2. Rekonsiliasi jumlah pengajuan klaim ICR
tahun audit yang diperiksa di kertas kerja
penghitungan ICR dengan klaim ICR di FQR
tahun audit yang diperiksa. Analisis
perbedaan yang terjadi.
3. Verifikasi pengeluaran yang digunakan oleh
KKKS dalam menghitung ICR sesuai dengan

|197
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
tingkat suku bunga dengan persetujuan SKK
Migas.
4. Verifikasi tingkat bunga yang digunakan
oleh KKKS dalam menghitung ICR sesuai
dengan tingkat suku bunga yang disetujui
oleh SKK Migas.
5. Verifikasi jumlah hari yang digunakan oleh
KKKS dalam menghitung ICR sesuai dengan
kondisi aktual yang ada.
6. Teliti apakah komponen pengeluaran yang
diajukan untuk ICR telah sesuai dengan PSC
atau persetujuan SKK Migas.
7. Teliti jumlah pengeluaran yang diajukan
untuk ICR dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
 apabila pengeluaran tersebut sudah
mendapatkan persetujuan PIS dari SKK
Migas namun belum memperoleh
persetujuan COR dari SKK Migas, maka
maksimal jumlah yang bisa
diperhitungkan dalam penghitungan
ICR adalah sebesar persetujuan AFE dan
revisinya,
 apabila sudah mendapatkan
persetujuan COR dari SKK Migas, maka
maksimal jumlah yang bisa
diperhitungkan dalam penghitungan
ICR adalah sebesar persetujuan COR.
8. Hitung ulang penghitungan ICR dan
bandingkan hasil perhitungan ulang
tersebut dengan kertas kerja ICR dari KKKS
dan pembebanan ICR di FQR tahun buku
yang diperiksa. Analisis perbedaan yang

|198
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
terjadi.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|199
F.1.7 ALOKASI BIAYA

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Alokasi biaya dari cost centre bersama (common cost centre) ke cost centre lain atau Wilayah Kerja
lain dilakukan dengan menggunakan metode yang konsisten.
2. Alokasi biaya Bersama (common cost) ke biaya minyak (cost of oil) dan biaya gas (cost of gas)
dilakukan dengan menggunakan metode yang konsisten.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Alokasi Biaya Umum dan Administrasi
(Common cost centre/Shared Service
Department)
1. Dapatkan dokumen/data terkait alokasi
biaya umum dan administrasi di KKKS,
diantaranya:
 Cost Centre pengirim yang akan di
alokasikan ke Cost Centre lain,
 Metode alokasi yang digunakan dan
persetujuan SKK Migas atas metode
tersebut,
 Total biaya di cost centre pengirim dan
jurnal alokasi yang dihasilkan,
 Kertas Kerja alokasi biaya umum dan
administrasi.
2. Uji konsistensi metode alokasi tahun yang
diperiksa dengan metode alokasi tahun
sebelumnya. Analisis apabila terjadi
perbedaan.
3. Tentukan cost centre pengirim yang akan di
uji (sampling).
4. Hitung ulang alokasi biaya di cost centre yang
dijadikan sample dengan menggunakan
metode alokasi yang telah ditetapkan
sebelumnya dan bandingkan hasilnya

|200
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
dengan kertas kerja alokasi dari KKKS.
Analisis perbedaan yang terjadi.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

B. Alokasi Biaya Minyak dan Gas


1. Dapatkan dokumen/data terkait alokasi
minyak dan gas di KKKS, diantaranya:
 Common cost centre,
 Metode alokasi minyak dan gas bumi
yang digunakan,
 Kertas Kerja alokasi minyak dan gas
bumi.
2. Yakinkan bahwa biaya yang terkait langsung
dengan minyak dan gas bumi sudah dicatat
di cost centre yang terkait langsung dengan
minyak dan gas bumi.
3. Uji konsistensi metode alokasi tahun yang
diperiksa dengan metode alokasi tahun
sebelumnya. Analisis perbedaan yang terjadi.
4. Tentukan cost centre common cost yang
akan di uji (sampling).
5. Hitung ulang alokasi biaya di cost centre yang
dijadikan sample dengan menggunakan
metode alokasi yang telah ditetapkan dan
bandingkan hasilnya dengan kertas kerja
alokasi dari KKKS. Analisis perbedaan yang
terjadi.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

|201
Simpulan (4) : _______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|202
F.2 BIAYA DEPRESIASI
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Semua aset HBM telah diadministrasikan dan dilaporkan dalam Laporan Sinas Migas.
2. Aset HBM diakui dan dicatat dalam Laporan Sinas Migas setelah aset HBM tersebut telah dalam
kondisi Placed Into Service (PIS).
3. Nilai perolehan awal aset HBM dan kapitalisasi pengeluaran setelah perolehan awal (subsequent
expenditure) dicatat di dalam Sinas Migas sesuai dengan ketentuan PSC dan ketentuan lain yang
berlaku.
4. Beban depresiasi atas nilai perolehan awal aset HBM dihitung dan dibebankan sebagai biaya operasi
sejak aset HBM tersebut dalam kondisi PIS.
5. Beban depresiasi atas subsequent expenditure aset HBM di hitung dan dibebankan sebagai biaya
operasi sejak subsequent expenditure tersebut dalam kondisi PIS.
6. Penghapusan aset HBM dari Sinas Migas dilakukan KKKS setelah usulan penghapusan mendapatkan
persetujuan Menteri Keuangan.
7. Pencatatan transfer aset HBM dan Facility Sharing Agreement (FSA) dilakukan sesuai dengan
persetujuan SKK Migas atas transfer aset HBM tersebut.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Penambahan Aset HBM baru (PIS)
1. Dapatkan dokumen/data yang berhubungan
dengan bagian/departemen yang melakukan
administrasi fixed asset dan perhitungan
depresiasi, serta perolehan laporan-laporan
yang dihasilkan, diantaranya;
 Laporan Aset dari Sistem Informasi Aset
(SINAS) Migas,
 Detail perhitungan depresiasi di FQR
tahun yang diperiksa,
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta MoM teknis yang terkait,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),

|203
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 Persetujuan Placed Into Service (PIS),
 Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan
(PPP),
 Persetujuan Closed Out Report (COR).
2. Berdasarkan Laporan Aset dari Sinas Migas,
identifikasikan pertambahan aset HBM baru
yang dicatat di FQR tahun yang diperiksa,
baik yang berasal dari PIS tahun yang
diperiksa maupun dari PIS tahun
sebelumnya.
3. Teliti bukti-bukti pendukung atas pengakuan
penambahan aset HBM yang meliputi:
 Persetujuan PIS atau PPP dari SKK Migas
untuk penambahan aset HBM yang
memiliki persetujuan AFE,
 PIS internal dari KKKS yang
bersangkutan untuk penambahan aset
HBM yang tidak memerlukan
persetujuan AFE,
 Batasan kapitalisasi sebagaimana yang
diatur dalam PTK 059 mengenai
Kebijakan Akuntansi untuk Kegiatan
Hulu Migas.
Yakinkan tahun PIS yang diakui oleh KKKS
telah sesuai dengan dokumen PIS/PPP atau
PIS internal.
4. Yakinkan klasifikasi penambahan aset HBM
tersebut sesuai dengan pengelompokan
yang telah ditentukan di di dalam PSC.
5. Teliti bukti-bukti pendukung atas pencatatan
nilai aset HBM sesuai dengan ketentuan PSC,
diantaranya:

|204
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 Kontrak pengadaan/pembelian,
Purchase Order/Service Order, Delivery
Order, Berita Acara Penerimaan Hasil
Pekerjaan Barang/Jasa, dan invoice,
 Persetujuan AFE dan Closed Out AFE.
6. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak. Jika terdapat pinalti yang
seharusnya dikenakan oleh KKKS kepada
kontraktor, periksa apakah KKKS telah
mengenakan pinalti kepada kontraktor.
Periksa kesesuaian antara perhitungan
pinalti yang telah dikenakan kepada
kontraktor dengan klausul pinalti dalam
kontrak. Pastikan pinalti yang dikenakan
telah dicatat sebagai pengurang biaya
operasi.
7. Uji perhitungan biaya penyusutan serta
kesesuaiannya dengan aturan yang berlaku
dan dialokasikan secara tepat ke dalam
operasi oil dan gas.
8. Lakukan pengecekan fisik secara sampling
atas mutasi penambahan Aset HBM. Buat
Berita Acara Pemeriksaan Audit yang
ditandatangani oleh Pejabat Kontraktor dan
Tim Pemeriksa Bersama.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

B. Penambahan Nilai Perolehan Aset HBM

|205
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
(Subsequent Expenditure)
1. Dapatkan dokumen/data yang behubungan
dengan bagian/departemen yang melakukan
administrasi fixed asset dan perhitungan
depresiasi, serta perolehan laporan-laporan
yang dihasilkan, diantaranya;
 Laporan Aset dari Sistem Informasi Aset
(SINAS),
 Detail perhitungan depresiasi di FQR
tahun yang diperiksa,
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta MoM teknis yang terkait,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),
 Persetujuan Placed Into Service (PIS),
 Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan
(PPP),
 Persetujuan Closed Out Report (COR).
2. Lakukan rekonsialiasi nilai perolehan, beban
depresiasi tahun berjalan dan akumulasi
depresiasi aset HBM menurut FQR dengan
Laporan Sinas Migas.
3. Berdasarkan Laporan Aset dari Sinas,
identifikasikan pertambahan nilai perolehan
aset HBM untuk aset HBM yang telah ada di
tahun sebelumnya (Subsequent
Expenditure).
4. Teliti bukti-bukti pendukung atas pengakuan
penambahan nilai perolehan aset HBM yang
meliputi:
 Persetujuan PIS atau PPP dari SKK Migas
untuk AFE terkait,
 PIS internal dari KKKS yang

|206
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
bersangkutan apabila tidak memerlukan
persetujuan AFE,
 Batasan kapitalisasi sebagaimana yang
diatur dalam PTK 059 mengenai
Kebijakan Akuntansi untuk Kegiatan
Hulu Migas.
5. Yakinkan tahun PIS yang diakui oleh KKKS
telah sesuai dengan dokumen PIS/PPP atau
PIS internal.
6. Yakinkan klasifikasi penambahan aset HBM
tersebut sesuai dengan klasifikasi aset HBM
induk.
7. Teliti bukti-bukti pendukung atas pencatatan
pertambahan nilai perolehan HBM sesuai
dengan ketentuan PSC, diantaranya:
 Kontrak pengadaan/pembelian,
Purchase Order/Service Order, Delivery
Order, Berita Acara Penerimaan Hasil
Pekerjaan Barang/Jasa, dan invoice,
 Persetujuan AFE dan Closed Out AFE.
8. Teliti kemungkinan adanya keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan dan periksa potensi
pengenaan pinalti sebagaimana diatur
dalam kontrak. Jika terdapat pinalti yang
seharusnya dikenakan oleh KKKS kepada
kontraktor, periksa apakah KKKS telah
mengenakan pinalti kepada kontraktor.
Periksa kesesuaian antara perhitungan
pinalti yang telah dikenakan kepada
kontraktor dengan klausul pinalti dalam
kontrak. Pastikan pinalti yang dikenakan
telah dicatat sebagai pengurang biaya
operasi.

|207
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
9. Uji perhitungan biaya penyusutan serta
kesesuaiannya dengan aturan yang berlaku
dan telah dialokasikan secara tepat
ke dalam operasi oil dan gas.
10. Lakukan pengecekan fisik secara sampling
atas mutasi penambahan nilai perolehan
Aset HBM. Buat Berita Acara yang
ditandatangani oleh Pejabat Kontraktor dan
Tim Pemeriksa Bersama.
11. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
12. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

C. Koreksi Nilai Perolehan Aset HBM


1. Dapatkan dokumen/data yang behubungan
dengan bagian/departemen yang melakukan
administrasi fixed asset dan perhitungan
depresiasi, serta perolehan laporan-laporan
yang dihasilkan, diantaranya;
 Laporan Aset dari Sistem Informasi Aset
(SINAS),
 Detail perhitungan depresiasi di FQR
tahun yang diperiksa,
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta MoM teknis yang terkait,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),
 Persetujuan Placed Into Service (PIS),
 Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan
(PPP),
 Persetujuan Closed Out Report (COR).
2. Berdasarkan Laporan Aset dari Sinas,

|208
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
identifikasikan koreksi penambahan/
pengurangan nilai perolehan aset HBM yang
telah ada.
3. Teliti bukti-bukti pendukung atas koreksi
penambahan/pengurangan nilai perolehan
HBM sesuai dengan ketentuan PSC,
diantaranya koreksi persetujuan Closed Out
AFE.
4. Uji perhitungan biaya penyusutan akibat
koreksi serta kesesuaiannya dengan aturan
yang berlaku dan telah dialokasikan secara
tepat ke dalam operasi oil dan gas.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

D. Penghapusan Aset HBM


1. Dapatkan dokumen/data yang behubungan
dengan bagian/departemen yang melakukan
administrasi fixed asset dan perhitungan
depresiasi, serta perolehan laporan-laporan
yang dihasilkan, diantaranya;
 Laporan Aset dari Sistem Informasi Aset
(SINAS),
 Detail perhitungan depresiasi di FQR
tahun yang diperiksa,
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta MoM teknis yang terkait,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),
 Persetujuan Placed Into Service (PIS),
 Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan

|209
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
(PPP),
 Persetujuan Closed Out Report (COR).
2. Berdasarkan Laporan Aset dari Sinas,
identifikasikan transaksi penghapusan aset
HBM.
3. Yakinkan bahwa aset HBM yang dihapuskan
sudah mendapatkan persetujuan
penghapusan dari Menteri Keuangan.
4. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

E. Facility Sharing Agreement (FSA)


1. Dapatkan dokumen/data yang berhubungan
dengan perjanjian pemanfaatan fasilitas
Bersama/Facility Sharing Agreement (FSA)
dan peroleh laporan-laporan yang dihasilkan
diantaranya:
 Daftar perjanjian FSA,
 Perjanjian FSA antara KKKS dengan KKKS
lain,
 Surat Persetujuan FSA dari SKK Migas,
 Invoice tagihan atau invoice penagihan
ke/dari KKKS lain.
2. Berdasarkan perjanjian FSA yang ada,
tentukan apakah KKKS yang diperiksa
merupakan KKKS yang akan menagihkan
invoice ke KKKS lain atau pihak yang akan
menerima invoice.
3. Jika menerbitkan invoice ke KKKS lain,
yakinkan bahwa nilai invoice yang ditagihkan
sesuai dengan perjanjian FSA yang ada dan

|210
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
nilainya dicatat sebagai pengurang biaya
operasi.
4. Jika menerima invoice dari KKKS lain,
yakinkan bahwa invoice yang diterima sesuai
dengan perjanjian FSA yang ada dan telah
dicatat sebagai biaya operasi sesuai dengan
ketentuan PTK yang berlaku.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

F. Transfer Aset HBM


1. Dapatkan dokumen/data yang behubungan
dengan bagian/departemen yang melakukan
administrasi fixed asset dan perhitungan
depresiasi, serta perolehan laporan-laporan
yang dihasilkan, diantaranya;
 Laporan Aset dari Sistem Informasi Aset
(SINAS),
 Detail perhitungan depresiasi di FQR
tahun yang diperiksa,
 Persetujuan WP&B tahun yang diperiksa
beserta MoM teknis yang terkait,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE),
 Persetujuan Placed Into Service (PIS),
 Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan
(PPP),
 Persetujuan Closed Out Report (COR).
2. Berdasarkan Laporan Aset dari Sinas,
identifikasikan transaksi transfer aset aset
HBM.

|211
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
3. Dapatkan informasi yang berhubungan
dengan perjanjian transfer aset HBM dan
peroleh laporan-laporan yang dihasilkan
diantaranya:
 Surat Persetujuan SKK Migas atas
transfer aset HBM,
 Laporan Realisasi transfer aset,
 Invoice tagihan atau invoice penagihan
ke/dari KKKS lain,
 Bukti penerimaan atau bukti
pembayaran atas transfer aset HBM.
4. Berdasarkan laporan realisasi transfer aset,
tentukan apakah KKKS yang diperiksa
merupakan KKKS yang men-transfer aset
HBM atau yang men-transfer aset HBM.
5. Jika men-transfer aset HBM ke KKKS lain,
yakinkan bahwa nilai invoice yang ditagihkan
sesuai dengan surat persetujuan SKK Migas
dan laporan realisasi transfer aset.
6. Jika menerima transfer aset dari KKKS lain,
yakinkan bahwa invoice yang diterima sesuai
dengan surat persetujuan SKK Migas dan
laporan realisasi transfer aset Buat Kertas
Kerja Pemeriksaan Bersama.
7. Yakinkan bahwa aset HBM ditransfer ke
KKKS lain/diterima dari KKS lain sudah
dicatat sebagai penambahan / pengurangan
di dalam Sinas Migas.
8. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
9. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

|212
Simpulan (4) : _______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|213
F.3 UNRECOVERED COST
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa saldo unrecovered cost di dalam Financial Quarterly Report
(FQR) tahun buku yang diperiksa dihitung dan dilaporkan sesuai dengan perhitungan dalam FQR tahun
buku yang diperiksa

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
unrecovered cost diantaranya:
 Saldo akhir unrecovered cost periode
sebelumnya,
 Laporan Pemeriksaan Biaya Sunk Cost
dari SKK Migas.
2. Bandingkan saldo awal unrecovered cost
periode yang diperiksa dengan saldo akhir
unrecovered cost periode sebelumnya dan
analisis perbedaan yang terjadi.
3. Untuk FQR pertama dalam periode POD
eksploitasi, bandingkan saldo awal
unrecovered cost dengan saldo unrecovered
cost/sunk cost dari Laporan Hasil Audit Sunk
Cost yang dilakukan oleh SKK Migas. Jika
perlukan, lakukan pengujian biaya
unrecovered cost untuk pos-pos tertentu.
4. Bandingkan saldo penambahan dan
pengurangan unrecovered cost dengan data
dari FQR periode yang diperiksa dan analisis
perbedaan yang terjadi.
5. Untuk KKKS yang menggunakan POD Basis,
bandingkan saldo akhir unrecovered cost dari
FQR POD Eksplorasi dengan saldo awal FQR
POD Eksploitasi pada tahun pertama FQR
POD Eksplorasi dan analisis perbedaan yang
terjadi.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.

|214
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|215
F.4 SUSPEND ACCOUNT
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Perhitungan dan penyajian penundaan pembebanan biaya operasi (suspend account) untuk AFE-
AFE yang aktual biayanya melebihi persetujuan AFE sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Perhitungan dan penyajian pemulihan penundaan biaya (recovered of suspend account) untuk AFE-
AFE yang di suspend dilakukan sesuai dengan persetujuan Closed Out Report (COR).

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
penundaan pembebanan biaya operasi
(suspend account) sehubungan dengan
belum adanya persetujuan Closed out Report
di KKKS, diantaranya:
 Daftar Authorization For Expenditure
(AFE) yang sudah mendapatkan
persetujuan Placed Into Service (PIS) atau
Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan
(PPP),
 Persetujuan Work Program and Budget
(WP&B) dan AFE,
 Kertas kerja perhitungan suspend
account.
2. Yakinkan saldo awal suspend account di
tahun yang diperiksa sesuai dengan saldo
akhir suspend account tahun sebelumnya.
3. Verifikasi penambahan suspend account di
tahun berjalan dengan mempertimbangkan
total aktual biaya AFE dan nilai persetujuan
AFE/AFE revisi.
4. Verifikasi pengurangan suspend account di
tahun berjalan dengan membandingkan total
aktual biaya AFE, persetujuan COR dan total
suspend yang ada dengan prosedur sebagai
berikut:

|216
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 Bandingkan nilai persetujuan COR
dengan total nilai yang sudah di cost
recovery di tahun sebelumnya,
 Bandingkan selisih nilai yang ada dari
prosedur diatas dengan nilai yang
dibebankan sebagai cost recovery di
tahun berjalan (pemulihan suspen),
 Analisis perbedaan yang ada.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|217
F.5 CLOSED OUT REPORT AFE

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Koreksi biaya dalam persetujuan Closed Out Report (COR) telah dicatat dan dibebankan sebagai
pengurang biaya operasi di Financial Quarterly Report (FQR) oleh KKKS sesuai dengan hasil
pembahasan COR.
2. Koreksi biaya dalam persetujuan Closed Out Report (COR) telah dicatat oleh KKKS di FQR sesuai
dengan hasil pembahasan COR.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen terkait Closed Out
Report dari KKKS, diantaranya:
 Daftar AFE yang sudah mendapatkan
persetujuan Closed Out Report (COR) di
tahun yang diperiksa,
 Surat Persetujuan COR dari SKK Migas,
 MoM Pembahasan COR dengan
SKK Migas.
2. Berdasarkan daftar AFE yang sudah
mendapatkan persetujuan COR dan Surat
Persetujuan COR, identifikasikan Surat
Persetujuan COR yang nilai persetujuannya
lebih rendah dibandingkan dengan nilai
yang diajukan oleh KKKS.
3. Berdasarkan prosedur nomor 2 di atas,
identifikasikan apakah koreksi yang ada
merupakan koreksi biaya operasi atau
re-klasifikasi biaya. Informasi tersebut
diperoleh dari MoM pembahasan COR.
4. Apabila koreksi merupakan koreksi biaya
operasi, dapatkan jurnal koreksi dari KKKS
dan yakinkan bahwa pencatatan atas
jurnal koreksi tersebut sudah terdapat di
dalam FQR.

|218
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
5. Apabila koreksi merupakan koreksi
re-klasifkasi biaya, dapatkan jurnal koreksi
dari KKKS dan yakinkan pencatatan atas
jurnal tersebut sudah sesuai dengan MoM
hasil pembahasan COR.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|219
F.6. KOREKSI AUDIT
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. KKKS telah melaporkan seluruh koreksi audit yang dilakukan KKKS di Financial Quarterly Report
(FQR) tahun yang diperiksa.
2. Nilai koreksi audit yang dilaporkan di FQR sesuai dengan Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama atau
Berita Acara pemutakhiran temuan pemeriksaan.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data yang
berhubungan dengan koreksi audit
diantaranya:
 Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama
(LHPB) tahun sebelumnya,
 Berita Acara (BA) Pemutakhiran temuan
pemeriksaan yang dilaksanakan di
tahun yang diperiksa,
 Daftar koreksi audit dari KKKS yang
dilaporkan dalam FQR.
2. Rekonsiliasi daftar koreksi audit KKKS yang
dilaporkan dalam FQR dengan LHPB tahun
sebelumnya dan BA pemutakhiran temuan
pemeriksaan. Analisis perbedaan yang
terjadi.
3. Identifikasikan jurnal koreksi di FQR untuk:
 Temuan audit di LHPB tahun
sebelumnya dengan kategori “setuju
dan sudah melakukan koreksi;
 Hasil pemutakhiran dimana KKKS setuju
dan telah melakukan koreksi
sebagaimana yang dinyatakan dalam
Berita Acara Pemutakhiran dimana
pelaksanaan pemutakhiran tersebut
dilakukan di tahun yang di periksa;

|220
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
4. Yakinkan bahwa jurnal koreksi dalam
prosedur nomor 3 di atas sudah dicatat di
FQR sesuai dengan rekomendasi yang ada
di LHPB maupun hasil Berita Acara
Pemutakhiran.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|221
F.7. PEMBEBANAN BIAYA DARI KANTOR PUSAT

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:

1. Biaya dibebankan dari Kantor Pusat merupakan pengeluaran yang terkait dengan operasional hulu
minyak dan gas bumi sesuai dengan ketentuan PSC dan ketentuan lain yang berlaku.
2. Biaya dari Kantor Pusat tersebut dibebankan sebagai biaya operasi sesuai dengan ketentuan PSC dan
ketentuan lain yang berlaku.
3. Biaya dari Kantor Pusat tersebut telah dilaporkan sesuai dengan ketentuan penyusunan Financial
Quarterly Report (FQR).

1) 2) 3)

DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS


PROSEDUR AUDIT
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB

1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan


pembebanan biaya kantor pusat,
diantaranya:
 Daftar biaya TKA yang dibebankan di
Wilayah Kerja di Indonesia,
 Biaya alokasi kantor pusat dan rincian
cost centre terkait,
 Rincian biaya Technical Service Overseas
(TSO),
 Rincian biaya langsung (direct charges)
yang dibebankan ke Wilayah Kerja di
Indonesia;
 Persetujuan SKK Migas atas penggunaan
TKA (RPTKA) dan IMTA
 Persetujuan SKK Migas atas TSA,
 WP&B tahun berjalan dan MoM Teknis
nya.
2. Untuk pengujian atas biaya TKA, lakukan
prosedur audit sesuai dengan Program Audit
nomor F.1.1 mengenai gaji dan tunjangan.
3. Untuk pengujian atas biaya alokasi overhead
kantor pusat, lakukan prosedur audit sesuai
dengan Program Audit nomor F.1.4

|222
1) 2) 3)

DILAKSANAKAN INDEKS INDEKS


PROSEDUR AUDIT
OLEH & TANGGAL KKPB SILANG KKPB
mengenai biaya sundries.
4. Untuk biaya yang dibebankan secara
langsung (direct charges), lakukan Program
Audit nomor F.1.4 mengenai biaya sundries
bagian biaya operasi lainnya.
5. Untuk biaya TSA, tentukan transaksi yang
akan diuji (sampling) berdasarkan general
ledger atau tagihan dari kantor pusat
(intercompany billing).
6. Teliti pengenaan pembebanan tarif TSA di
General Ledger atau intercompany billing
dengan persetujuan SKK Migas. Analisis
perbedaan yang terjadi.
7. Yakinkan bahwa biaya TSA tersebut telah
dimasukkan dalam komponen biaya proyek
yang terkait.
8. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
9. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _______________________________________________________________________


_______________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|223
G. LIFTING SHARE ANALYSIS

G.1 DOMESTIC MARKET OBLIGATION


Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Domestic Market Obligation (DMO) untuk periode yang diperiksa telah dihitung disajikan dan
dilaporkan dalam Financial Quarterly Report (FQR) sesuai dengan ketentuan PSC.
2. Domestic Market Obligation (DMO) Fee untuk periode yang diperiksa telah dihitung disajikan dan
dilaporkan dalam Financial Quarterly Report (FQR) sesuai dengan ketentuan PSC.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data yang berhubungan
dengan fungsi/bagian lifting serta dapatkan
laporan-laporan yang dihasilkan
diantaranya:
 Total Lifting tahun buku yang diperiksa,
 Weighted Average price (WAP) minyak
tahun buku yang diperiksa.
2. Dapatkan ketentuan mengenai penetapan
old dan new oil dari SKK MIGAS,
3. Teliti dan pilah jumlah lifting menurut Old
Oil dan New Oil,
4. Teliti perhitungan Gross DMO yang
dilakukan Kontraktor apakah sesuai dengan
perhitungan berikut :
% DMO Sesuai dengan PSC x bagian
Kontraktor x total lifting.
5. Uji perhitungan Gross DMO tersebut atas
pemisahan Old Oil maupun New Oil.
6. Periksa dasar harga yang diterapkan atas
perhitungan Gross DMO, yaitu
menggunakan WAP.
7. Uji perhitungan nilai DMO fee baik untuk Old

|224
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
Oil maupun New Oil. Uji perhitungan DMO
Fee dengan perhitungan sebagai berikut :
New Oil : Gross DMO (barrel) x ICP
Old Oil : Gross DMO (barrel) x ketentuan
harga yang berlaku yang diatur
dalam kontrak.
8. Periksa penyajian DMO dan DMO Fee pada
FQR.
9. Teliti DMO menurut FQR dan entitlement
report dan bandingkan dengan invoice yang
dikirimkan ke SKK MIGAS dan transfer
pembayaran.
10. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
11. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : ____________________________________________________________________


____________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|225
G.2 WEIGHTED AVERAGE PRICE

Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:


1. Penghitungan Weighted Average Price (WAP) dilakukan untuk masing-masing jenis minyak untuk
periode yang diperiksa.
2. Penyajian Weighted Average Price (WAP) dalam Financial Quarterly Report (FQR) untuk masing-
masing jenis minyak sesuai dengan ketentuan PSC.

1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan dokumen/data yang diperlukan
untuk menghitung WAP diantaranya:
 Total lifting di tahun berjalan dalam
Barrel untuk masing-masing jenis
minyak,
 Total lifting dalam US$ untuk
masing-masing jenis minyak,
 Perhtungan WAP KKKS dalam FQR
untuk masing-masing jenis minyak.
2. Hitung ulang WAP untuk masing-masing
jenis minyak di tahun audit yang diperiksa
dengan formula sebagai berikut.
Total Lifting dalam US$
Total lifting dalam barrel
3. Bandingkan hasil perhitungan ulang WAP
yang dilakukan Tim Pemeriksa Bersama
dengan perhitungan WAP yang dilakukan
oleh KKKS. Analisis perbedaan yang terjadi.
4. Periksa penyajian pos-pos dalam FQR yang
dihitung dengan dasar WAP.
5. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
6. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

|226
Simpulan (4) : ____________________________________________________________________
____________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|227
G.3 OVER/(UNDER) LIFTING
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Over/(under) lifting telah dihitung sesuai dengan perhitungan selisih antara actual lifting kontraktor
dan entitlement kontraktor.
2. Over/(under) lifting yang dihitung yang dilaporkan dalam Financial Quarterly Report (FQR) telah
sesuai dengan ketentuan PSC dan ketentuan lain yang berlaku.
3. KKKS telah membayar dan menyetorkan saldo over lifting yang ada.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Over/(Under) Lifting Minyak Mentah
1. Dapatkan informasi/data terkait dengan
perhitungan over/(under) lifting minyak
diantaranya:
 Total lifting kontraktor, bagian First
Tranche Petroleum (FTP) dari kontraktor,
cost recoverable, bagian equity share
dari kontraktor, Gross Domestic Market
Obligation untuk periode tahun audit
yang diperiksa dan Weighted Average
Price (WAP),
 Perhitungan Over/(Under) Lifting minyak
yang dilakukan oleh KKKS.
2. Hitung ulang contractor entitlement untuk
minyak dalam satuan barrel di tahun audit
yang diperiksa dengan formula sebagai
berikut:
Bagian FTP dari kontraktor
+ cost recoverable
+ bagian equity share dari kontraktor
- Gross Domestic Market Obligation
3. Hitung ulang over/(under) lifting untuk
minyak dalam satuan barrel di tahun audit
yang diperiksa dengan formula sebagai

|228
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
berikut:
Total lifting Kontraktor dikurangi Contractor
Entitlement (dari prosedur no A.2).
4. Hitung ulang over/(under) lifting minyak
dalam US$ dengan formula sebagai berikut:
total over/(under) lifting dari prosedur
no.A.3) X WAP.
5. Bandingkan perhitungan over/(under) lifting
minyak di prosedur no A.3 dan A.4 dengan
perhitungan yang dilakukan oleh KKKS.
Analisis perbedaan yang terjadi.
6. Jika posisi akhir adalah over lifting dapatkan
invoice penagihan dari SKK Migas dan bukti
pembayaran tagihan atas invoice tersebut.
7. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
8. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

B. Over/(Under) Lifting Gas


1. Dapatkan informasi/data terkait dengan
perhitungan over/(under) lifting gas
diantaranya:
 Total lifting kontraktor, bagian First
Tranche Petroleum (FTP) dari kontraktor,
cost recoverable dan bagian equity share
dari kontraktor,
 Perhitungan Over/(Under) Lifting gas
yang dilakukan oleh KKKS.
2. Hitung ulang contractor entitlement untuk
gas dalam satuan US$ di tahun audit yang
diperiksa dengan formula sebagai berikut:
Bagian FTP dari kontraktor

|229
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
+ cost recoverable
+ bagian equity share dari kontraktor.
3. Hitung ulang over/(under) lifting untuk gas
dalam US$ di tahun audit yang diperiksa
dengan formula sebagai berikut:
Total lifting Kontraktor dikurangi Contractor
Entitlement (dari prosedur no B.2).
4. Bandingkan perhitungan over/(under) lifting
gas di prosedur no B.3 dengan perhitungan
yang dilakukan oleh KKKS. Analisis
perbedaan yang terjadi.
5. Jika posisi akhir adalah over lifting, dapatkan
invoice penagihan dari SKK Migas dan bukti
pembayaran tagihan atas invoice tersebut.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : ___________________________________________________________________


___________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|230
G.4 LIFTING PRICE VARIANCE
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Lifting price variance untuk periode yang diperiksa telah dihitung, disajikan dan dilaporkan dalam
Financial Quarterly Report (FQR) sesuai dengan PSC dan ketentuan yang berlaku.
2. Lifting price variance telah dicatat dengan benar dalam perhitungan Taxable Income.

1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi/data terkait dengan
perhitungan Lifting Price Variance (LPV)
diantaranya:
 Lifting kontraktor untuk minyak,
 Over/(under) lifting minyak,
 Bagian Kontraktor untuk First Tranche
Petroleum (FTP) minyak,
 Cost recoverable minyak,
 Gross Domestic Market Obligation
(DMO) untuk periode tahun audit,
 Bagian Kontraktor untuk equity share
minyak.
2. Hitung ulang nilai lifting kontraktor dalam
US$ dengan formula sebagai berikut:
Total lifting kontraktor untuk minyak +
Over/(under) lifting minyak.
3. Hitung ulang Kontraktor entitlement dalam
US$ dengan formula sebagai berikut:
Bagian FTP dari kontraktor
+ cost recoverable
+ bagian equity share dari kontraktor
- Gross DMO.
4. Hitung ulang LPV dengan formula sebagai
berikut:
Lfting Kontraktor dalam US$ (prosedur

|231
1) 2) 3)
PROSEDUR AUDIT DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
no.2) dikurangi Kontraktor entitlement
dalam US$ (prosedur no.3). Jika hasilnya
negative maka LPV disebut unfavourable.
Jika hasilnya positif maka LPV disebut
favourable.
5. Bandingkan hasil perhitungan ulang LPV
dalam prosedur no. 4 diatas dengan
perhitungan yang dilakukan KKKS. Analisis
perbedaan yang terjadi.
6. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
7. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : ___________________________________________________________________


___________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|232
G.5 CORPORATE INDOME AND DIVIDEN TAX
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. PPh Badan dan PPh Pasal 26 ayat (4) untuk masing-masing pemegang Particiapting Interest di
periode yang diperiksa telah dihitung, disajikan dan dilaporkan dalam Financial Quarterly Report
(FQR) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Untuk meyakinkan bahwa PPh Badan dan PPh Pasal 26 ayat (4) telah disetor pada Kas Negara dalam
jumlah yang benar dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Minyak Mentah
1. Dapatkan informasi/data terkait dengan
perhitungan corporate income and dividen
tax untuk minyak diantaranya:
 FTP bagian Kontraktor untuk minyak,
 Equity Share bagian Kontraktor untuk
minyak,
 Lifting Price Variance (LPV),
 Domestic Market obligation,
 Domestic market Obligation
Adjustment,
 Rate corporate tax dan dividen tax,
 Investment Credit untuk minyak,
 Pembayaran Bonus untuk minyak,
 Taxable Cummulative FTP Share,
 Persentase masing-masing
Participating Interest (PI),
 Perhitungan corporate tax dan dividen
tax dari KKKS.
2. Uji apakah akumulasi FTP sampai dengan
FQR periode yang diaudit yang diperoleh
KKKS sudah melebihi nilai unrecovered Cost
untuk periode yang sama. Jika nilai
akumulasi FTP tersebut sudah melebihi,

|233
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
hitung kewajiban perpajakan yang timbul
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku.
3. Hitung ulang Taxable Share untuk minyak
dengan formula sebagai berikut:
FTP bagian Kontraktor
+ Equity Share bagian Kontraktor
+ Lifting Price Variance (LPV)
- Domestic Market obligation
+ Domestic Market Obligation Adjustment.
4. Hitung ulang Taxable Income untuk minyak
dengan formula sebagai berikut:
Taxable Share
+ Investment Credit
- Bonus Payment
+ Taxable Cummulative FTP Share
Dalam perhitungan taxable income, teliti
kembali apakah pembayaran bonus dapat
diperhitungkan sebagai pengurang taxable
share sesuai dengan PSC yang berlaku.
5. Hitung ulang Corporate Tax untuk
masing-masing pemegang Participating
Interest dengan formula sebagai berikut:
% Tax Rate X Taxable Income X % PI.
6. Hitung ulang Dividen Tax untuk
masing-masing pemegang Participating
Interest dengan formula sebagai berikut:
% Tax Rate X (Taxable Income – Corporate
Tax ) X % PI.
7. Bandingkan hasil perhitungan corporate tax
(prosedur no.A.5) dan dividen tax (prosedur

|234
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
no.A.6) dengan perhitungan yang dilakukan
oleh KKKS. Analisis perbedaan yang terjadi.
Apabila terjadi perbedaan dalam
penghitungan dividen tax yang disebabkan
perbedaan tarif PPh Pasal 26 (4) tidak
dimasukkan dalam notisi namun informasi
tersebut dimasukkan dalam bagian
penyampaian informasi atau keterangan di
dalam LHPB dan akan ditindaklanjuti oleh
DJP.
8. Periksa apakah corporate tax dan dividen
tax telah disetor di rekening Kas Negara
dengan jumlah yang benar dan tepat waktu
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila terjadi keterlambatan penyetoran
pajak, maka hal tersebut tidak dimasukkan
dalam notisi namun dimasukkan dalam
bagian penyampaian informasi atau
keterangan di dalam LHPB dan akan
ditindaklanjuti oleh DJP.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

B. Gas Bumi
1. Dapatkan informasi/data terkait dengan
perhitungan corporate income and dividen
tax untuk gas diantaranya:
 FTP bagian Kontraktor untuk gas,
 Equity Share bagian Kontraktor untuk
gas,
 Rate corporate tax dan dividen tax,
 Investment Credit,

|235
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 Pembayaran Bonus,
 Taxable Cummulative FTP Share
 Persentase masing-masing
Participating Interest (PI),
 Perhitungan corporate tax dan dividen
tax dari KKKS.
2. Uji apakah akumulasi FTP sampai dengan
FQR periode yang di audit yang diperoleh
KKKS (pada nomor 4) sudah melebihi nilai
unrecovered Cost untuk periode yang sama.
Jika nilai akumulasi FTP tersebut sudah
melebihi, hitung kewajiban perpajakan
yang timbul sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku.
3. Hitung ulang Taxable Share untuk gas
dengan formula sebagai berikut:
FTP bagian Kontraktor
+ Equity Share bagian Kontraktor
+ Lifting Price Variance (LPV)
- Domestic Market obligation
+ Domestic Market Obligation Adjustment.
4. Hitung ulang Taxable Income untuk gas
dengan formula sebagai berikut:
Taxable Share
+ Investment Credit
- Bonus Payment
+ Taxable Cummulative FTP Share
Dalam perhitungan taxable income, teliti
kembali apakah pembayaran bonus dapat
diperhitungkan sebagai pengurang taxable
share sesuai dengan PSC yang berlaku.

|236
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
5. Hitung ulang Corporate Tax untuk
masing-masing pemegang Participating
Interest denagn formula sebagai berikut:
% Tax Rate X Taxable Income X % PI.
6. Hitung ulang Dividen Tax untuk
masing-masing pemegang Participating
Interest dengan formula sebagai berikut:
% Tax Rate X (Taxable Income – Corporate
Tax)X % PI.
7. Bandingkan hasil perhitungan corporate tax
(prosedur no.B.5) dan dividen tax (prosedur
no.B.6) dengan perhitungan yang dilakukan
oleh KKKS. Analisis perbedaan yang terjadi.
Apabila terjadi perbedaan dalam
penghitungan dividen tax yang disebabkan
perbedaan tarif PPh Pasal 26 (4) tidak
dimasukkan dalam notisi namun informasi
tersebut dimasukkan dalam bagian
penyampaian informasi atau keterangan di
dalam LHPB dan akan ditindaklanjuti oleh
DJP.
8. Periksa apakah corporate tax dan dividen
tax telah disetor di rekening Kas Negara
dengan jumlah yang benar dan tepat waktu
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila terjadi keterlambatan penyetoran
pajak, maka hal tersebut tidak dimasukkan
dalam notisi namun dimasukkan dalam
bagian penyampaian informasi atau
keterangan di dalam LHPB dan akan
ditindaklanjuti oleh DJP.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan

|237
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
Bersama.

Simpulan (4) : ___________________________________________________________________


___________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|238
H. OTHERS FQR ITEMS

H.1 KLAIM ASURANSI


Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. KKKS telah menerima pembayaran klaim asuransi sesuai dengan Surat Persetujuan Proof of Loss dari
SKK Migas.
2. Penerimaan klaim asuransi telah dicatat sebagai pengurang cost recovery.

1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan informasi/data terkait dengan
pembayaran klaim asuransi ke KKKS
melalui:
 Laporan Perkembangan Klaim,
 Surat Persetujuan Proof of Loss dari
SKK Migas.
2. Teliti Laporan Perkembangan Klaim dan
Surat Persetujuan Proof of Loss.
3. Pastikan bahwa pembayaran klaim asuransi
dari Konsorsium Asuransi telah diterima
oleh KKKS (maksimal 30 hari sejak
diterimanya Surat Persetujuan Proof of Loss
oleh Konsorsium Asuransi).
4. Bandingkan jumlah pembayaran klaim
asuransi yang diterima oleh KKKS telah
sama dengan Surat Persetujuan SKK Migas
Proof of Loss.
5. Pastikan bahwa jumlah pembayaran klaim
asuransi telah dicatat sebagai pengurang
dari cost recovery dengan memastikan GL
dan mapping ke FQR line terkait.
6. Apabila proses klaim dan/atau pembayaran

|239
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
asuransi belum selesai pada saat kontrak
PSC berakhir, maka pembebanan biaya
pengurusan klaim asuransi sebagai biaya
operasi sesuai persetujuan SKK Migas.
7. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
8. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : ___________________________________________________________________


___________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|240
H.2 DANA ABANDONMENT AND SITE RESTORATION
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Pencadangan dana Abandonment and Site Restoration (ASR) telah disetorkan ke rekening bersama
dana ASR sesuai dengan surat tagihan dari SKK Migas.
2. Pembebanan penyetoran dana ASR sebagai biaya operasi sebesar dana yang disetorkan di rekening
Bersama dana ASR.
3. Pemakaian dana pencadangan ASR untuk kegiatan ASR dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
A. Pemeriksaan Setoran Dana ASR
1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
pencadangan dana ASR diantaranya:
 Bukti setoran pencadangan dana ASR
yang dilakukan oleh KKKS,
 Surat tagihan SKK Migas untuk
pencadangan dana ASR selama
periode tahun berjalan.
2. Bandingkan antara bukti setoran ASR KKKS
dengan surat tagihan SKK Migas. Analisis
perbedaan yang terjadi.
3. Teliti General Ledger (GL), dan mapping GL
ke FQR untuk memastikan jumlah yang
dibebankan sebagai biaya operasi telah
sama dengan bukti setoran pencadangan
ASR.

B. Penggunaan Dana Pencadangan ASR


1. Dapatkan dokumen/data terkait dengan
penggunaan dana pencadangan ASR
diantaranya:
 Mutasi rekening pencadangan dana
ASR,

|241
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
 Persetujuan WP&B tahun yang
diperiksa beserta MoM teknis yang
terkait,
 MoM teknis dengan fungsi SKK Migas
dalam pembahasan WP&B original
atau WP&B revisi untuk periode yang
diperiksa,
 Persetujuan Authorization For
Expenditures (AFE), Persetujuan
Penyelesaian Pekerjaan (PPP) dan
Closed Out Report (COR),
 Persetujuan SKK Migas atas
pemakaian dana ASR.
2. Dapatkan konfirmasi dari KKKS atas
penggunaan dana ASR beserta dokumen
pendukungnya, diantaranya Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana
ASR dan Persetujuan SKK Migas atas
penggunaan dana ASR.
3. Tentukan transaksi yang akan diuji
(sampling) berdasarkan daftar transaksi
general ledger atau Contract Expenditure
Report.
4. Jika sampel pengujian merupakan
transaksi pembelian barang, lakukan
prosedur audit sesuai dengan Program
Audit nomor F.1.2.9.2 mengenai Kontrak
Barang.
5. Jika sampel pengujian merupakan
transaksi pengadaan jasa, lakukan
prosedur audit sesuai dengan Program
Audit nomor F.1.2.9.3 mengenai Kontrak
Jasa.

|242
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
6. Jika sampel pengujian merupakan
transaksi non pengadaan jasa atau
pembelian barang, lakukan prosedur audit
yang sesuai dengan masing-masing
transaksi sebagaimana yang ada di dalam
Program Audit Bagian F mengenai Biaya
Operasi.
7. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
8. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan.

Simpulan (4) : ___________________________________________________________________


___________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|243
H.3 PENJUALAN PRODUK SAMPINGAN
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. KKKS memiliki produk sampingan sebagai akibat dari produksi minyak mentah dan gas bumi dan
memiliki nilai jual yang ekonomis.
2. Hasil penjualan produk sampingan tersebut telah dicatat sebagai pengurang cost recovery.

1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKPB
1. Dapatkan data penjualan produk
sampingan minyak mentah dan gas bumi
sampai dengan tahun yang diperiksa dan
bandingkan dengan Kertas Kerja
Pemeriksaan Bersama (KKPB) tahun lalu,
Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama
(LHPB), sumber-sumber lainnya dan
persetujuan SKK Migas atas penjualan
produk sampingan.
2. Uji perhitungan penjualan produk
sampingan berdasarkan invoice penjualan.
3. Yakinkan bahwa jumlah penjualan produk
telah dicatat sebagai pengurang biaya
operasi.
4. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
5. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

Simpulan (4) : _____________________________________________________________________


____________________________________________________________________
Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:
Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|244
H.4 BONUS PRODUKSI
Tujuan audit adalah untuk meyakini bahwa:
1. Kontraktor memiliki atau tidak memiliki kewajiban terhadap Bonus Produksi di tahun periode yang
diperiksa.
2. Kontraktor telah membayar kewajiban bonus produksi yang ditetapkan dalam PSC.

1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKA
1. Dapatkan data akumulasi produksi minyak
mentah dan gas bumi sampai dengan
tahun yang diperiksa dan uji kebenarannya
dengan membandingkan dengan KKA
tahun lalu, LHPB, dan sumber-sumber
lainnya.
2. Tentukan apakah bonus produksi yang
dinyatakan di dalam PSC di hitung
berdasarkan akumulasi produksi atau
pencapaian produksi telah mencapai
jumlah tertentu dalam jangka waktu yang
ditetapkan.
3. Jika bonus produksi didasarkan atas
akumulasi produksi, bandingkan akumulasi
produksi yang telah diuji di atas dengan
akumulasi produksi menurut ketentuan PSC
untuk memastikan apakah KKKS telah
berkewajiban untuk membayar Bonus
Produksi.
4. Jika bonus produksi didasarkan atas
pencapaian produksi per hari, dapatkan
angka produksi minyak mentah dan gas
bumi dalam tahun yang diperiksa dan
hitung angka produksi rata-rata per hari
(Barrel of Production per Day/BOPD).
(1 tahun = 365/366 hari)
5. Bandingkan angka produksi minyak mentah

|245
1) 2) 3)
DILAKSANAKAN OLEH INDEKS INDEKS
PROSEDUR AUDIT
& TANGGAL KKPB SILANG KKA
dan gas bumi per hari dalam tahun yang
diperiksa (prosedur nomor 4) dengan angka
produksi minyak mentah dan gas bumi per
hari menurut ketentuan PSC untuk
memastikan apakah KKKS telah
berkewajiban untuk membayar Bonus
Produksi.
6. Yakinkan apakah KKKS telah berkewajiban
membayar bonus seperti diatur dalam
kontrak dengan meneliti apakah akumulasi
produksi minyak mentah dan gas bumi
telah mencapai jumlah produksi yang
ditetapkan atau melebihi angka produksi
rata-rata per hari atau masa produksi telah
mencapai jangka waktu yang ditetapkan.
7. Teliti apakah pada FQR R.1 terdapat
pelaporan pembayaran bonus produksi.
8. Dapatkan bukti membayaran/transfer
bonus produksi yang disetorkan oleh KKKS
ke Kas Negara.
9. Buat Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama.
10. Buat Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
Bersama.

|246
Simpulan (4) :____________________________________________________________________
___________________________________________________________________

Mengetahui: Direviu Oleh: Dibuat Oleh:

Pengendali Teknis Ketua Tim Pemeriksa Anggota Tim Pemeriksa

(5) (6) (7)

(…………………………..) (…………………………..) (…………………………..)

|247
PROSEDUR PENGISIAN PROGRAM AUDIT

Nomor 1 : Diisi dengan inisial nama tim Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan tersebut dan
tanggal kapan pemeriksaan diselesaikan.
Nomor 2 : Diisi dengan indeks Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama (KKPB).
Nomor 3 : Diisi dengan indeks silang Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama (KKPB). Kolom ini diisi jika
ada indeks silang.
Nomor 4 : Diisi dengan simpulan pemeriksaan.
Nomor 5 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai pengendali teknis tim
Pemeriksa.
Nomor 6 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai ketua tim Pemeriksa.
Nomor 7 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor anggota tim Pemeriksa yang
melaksanakan prosedur audit di bagian tersebut.

|248
LAMPIRAN 4
FORMAT KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA

Kertas Kerja Pemeriksaan Bersama (KKPB) adalah semua dokumentasi prosedur audit dan temuan
pemeriksaan yang dikumpulkan oleh pemeriksa dalam menjalankan pemeriksaan. Dokumentasi dalam
kertas kerja pemeriksaan dapat berasal dari KKKS, analisa yang dibuat oleh pemeriksa serta dokumen
pihak ketiga.
Dalam pemeriksaan bersama ini, KKPB terdiri dari:
1. KKPB Induk yaitu KKPB yang merangkum seluruh temuan pemeriksaan bersama sejak notisi
pemeriksaan, pembahasan notisi pemeriksaan sampai dengan Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama.
2. KKPB per Pos; yaitu KKPB yang dibuat oleh masing-masing anggota tim pemeriksa sesuai dengan
pemeriksaan pos-pos FQR yang dilakukan.
KKPB Induk memiliki nomor indeks K.0.0. Untuk KKPB per Pos, penomoran indeks KKPB dilakukan
mengikuti penomoran indeks dari masing-masing program audit yang ada. Misalnya Program Audit
biaya gaji dan tunjangan yang memiliki nomor indeks F.1.1 maka KKPB untuk biaya gaji dan tunjangan
memiliki kode indeks K.F.1.1 – XX dimana XX diisi dengan angka 01-99 sesuai dengan penomoran yang
ditentukan oleh ketua tim pemeriksa. Rincian lengkap mengenai penomoran KKPB per Pos sebagai
berikut:
PROGRAM AUDIT KERTAS KERJA PROGRAM AUDIT KERTAS KERJA

A. Rekonsiliasi FQR dan General Ledger K.A.1 Rekonsiliasi FQR R-1 F. Biaya Operasi
K.A.2 Rekonsiliasi FQR R-4 dengan General Ledger 1. Biaya Operasi Tahun Berjalan
K.A.3 Rekonsiliasi FQR R-8 dengan General Ledger 1.1. Gaji dan Tunjangan K.F.1 Gaji dan Tunjangan
K.A.4 Rekonsiliasi FQR R-11 dengan General Ledger 1.2. Kontrak
K.A.5 Rekonsiliasi FQR R-14 dengan General Ledger 1.2.1. Kapal Penunjang Operasi K.F.1.2.1 Kapal Penunjang Operasi
K.A.6 Rekonsiliasi Water Fall (WF) dengan General Ledger 1.2.2. Rig Pengeboran K.F.1.2.2 Rig Pengeboran
1.2.3. EPC/EPCI/Turn Key K.F.1.2.3 EPC/EPCI/Turn Key
B. Produksi dan Lifting 1.2.4. Kontrak Lainnya
1. Produksi K.B.1.1 Produksi - Minyak 1.2.4.1. Kontrak Pengadaan Jasa K.F.1.2.4.1 Kontrak Pengadaan Jasa
Produksi - Gas Kontrak Pengadaan Barang
1.2.4.2. Kontrak Pengadaan Barang
K.B.1.2 K.F.1.2.4.2
2. Lifting 1.2.4.3. Realisasi TKDN K.F.1.2.4.3 Realisasi TKDN
2.1. Minyak Bumi K.B.2.1 Lifting - Minyak 1.3. Material K.F.1.3 Material
2.2. Gas Bumi K.B.1.2 Lifting - Gas 1.4. Sundries K.F.1.4 Sundries
1.5. Biaya Akrual K.F.1.5 Biaya Akrual
C. First Tranche Petroleum K.C First Tranche Petroleum 1.6. Interest Cost Recovery K.F.1.6 Interest Cost Recovery
1.7. Alokasi Biaya K.F.1.7 Alokasi Biaya
D. Cost of LNG Sales 1.8. Tagihan dari Kantor Pusat K.F.1.8 Tagihan dari Kantor Pusat
1. First Tranche Petroleum K.D.1 First Tranche Petroleum 2. Biaya Depresiasi K.F.2 Biaya Depresiasi
2. LNG Debt Service K.D.2 LNG Debt Service 3. Unrecovered Cost K.F.3 Unrecovered Cost
3. Transportation Expenditure K.D.3 Transportation Expenditure 4. Suspend Account K.F.4 Suspend Account
4. LNG Plant Operating Expenditure K.D.4 LNG Plant Operating Expenditure 5. Closed Out Report AFE K.F.5 Closed Out Report AFE
5. LNG Sales Cost and Liability Recovery K.D.5 LNG Sales Cost and Liability Recovery 6. Koreksi Audit K.F.6 Koreksi Audit
6. Credit Support Liability Recovery K.D.6 Credit Support Liability Recovery
7. LNG Sales Liability Recovery (GOI Act) K.D.7 LNG Sales Liability Recovery (GOI Act) G. Lifting Share Analysis G. Lifting Share Analysis
1. Domestic Market Obligation (DMO) K.G.1 Domestic Market Obligation (DMO)
E. Investment Credit K.E Investment Credit 2. Weighted Average Price (WAP) K.G.2 Weighted Average Price (WAP)
3. Over/(Under) Lifting K.G.3 Over/(Under) Lifting
4. Lifting Price Variance K.G.4 Lifting Price Variance
5. Corporate Income and Dividend Tax K.G.5 Corporate Income and Dividend Tax

H. Others FQR Item H. Others FQR Item


1. Klaim Asuransi K.H.1 Klaim Asuransi
2. Dana Abandonment and Site Restoration K.H.2 Dana Abandonment and Site Restoration
3. Penjualan Produk Sampingan K.H.3 Penjualan Produk Sampingan
4. Bonus Produksi K.H.4 Bonus Produksi

Untuk Keperluan administrasi, pelaksanaan penyimpanan file KKPB sebagai berikut:


1. KKPB induk wajib di cetak dan ditandatangani seluruh tim pemeriksa sebagaimana format dan
petunjuk pengisian yang ada.

|249
2. Dalam hal ada temuan dalam proses pengujian, KKPB dicetak dan dan ditandangani oleh seluruh tim
pemeriksa
3. Hasil pengujian yang tidak terdapat temuan, KKPB tidak perlu dicetak, namun disimpan dalam
bentuk elektronik (pdf) dan dibuatkan summary atas KKPB tersebut serta ditandatangani seluruh tim
pemeriksa
Tim Pemeriksaan Bersama harus menyerahkan seluruh KKPB sebagaimana dimaksud di atas kepada
Sekretariat Pemeriksaan Bersama setelah LHPB terbit.
Penyimpanan KKPB, baik KKPB induk maupun KKPB per pos, serta dokumen-dokumen pendukungnya
dilakukan oleh Sekretariat Pemeriksaan Bersama.

|250
A. KERTAS KERJA PEMERIKSAAN INDUK

KKKS : ……………………….…...…… (1)


Wilayah Kerja : ……………………….…...…… (2) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA - INDUK
No. KKPB : K.0.0
NPWP : ……………………….…...…… (3) RINGKASAN TEMUAN PEMERIKSAAN BERSAMA
Tahun Buku : ……………………….…...…… (4)

HASIL TEMUAN PEMERIKSAAN HASIL PEMBAHASAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA


5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20)
BAGIAN AUDIT Nilai Nilai
NILAI TEMUAN
Item Ref. KKPB Item IDR US$ Referensi Item IDR US$ Referensi
IDR US$ Setuju Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju
A. Rekonsiliasi FQR dan General Ledger
B. Produksi dan Lifting
1. Produksi
1.1. Minyak Mentah
1.2. Gas
2. Lifting
2.1. Minyak Mentah
2.2. Gas
C. First Tranche Petroleum
D. Cost of LNG Sales
1. FTP
2. Debt Service
3. Transportation
4. Plant Operating Cost
5. LNG Sales Liability Recovery'
6. Credit Support Liability Recovery
7. LNG Sales Liability Recovery' (GOI Act)
E. Investment Credit
F. Biaya Operasi
1. Current Year Non Capital Expenditure
1.1. Salary dan Benefit
1.2. Contract Services
1.2.1. Kapal Penunjang Operasi
1.2.2. Rig Pengeboran
1.2.3. EPC/EPCI/Turn Key
1.2.9. Others Contract Services
1.2.9.1. Kontrak Jasa
1.2.9.2. Kontrak Barang
1.2.9.3. Pencapaian TKDN
1.3. Material
1.4. Sundries
1.5. Biaya Akrual
1.6. Interest Cost Recovery
1.7. Alokasi Biaya
2. Biaya Depresiasi
3. Unrecovered Cost
4. Suspend Account
5. Closed Out Report AFE
6. Audit Correction
G. Lifting Share Analysis
1. Domestic Market Obligation (DMO)
2. Weighted Average Price (WAP)
3. Over/(Under) Lifting
4. Lifting Price Variance
5. Corporate Income and Dividend Tax
6. Bonus Produksi
H. Others FQR Item
1. Klaim Asuransi
2. Dana ASR
3. Penjualan Produk Sampingan
TOTAL

Ditelaah oleh : Disusun Oleh :


Pengendali Teknis Ketua Tim Anggota 1 Anngota 2 Anggota 2 Angota 3 Anggota 4 Anggota 5 Anggota 6 Anggota 7

(21) (22) (23) (23) (23) (23) (23) (23) (23) (23)

(___________) (___________) (___________) (___________) (___________) (___________) (___________) (___________) (___________) (___________)

|251
PETUNJUK PENGISIAN
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA INDUK

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan jumlah item temuan sesuai dengan bagian audit masing-masing.
Nomor 6 : Diisi dengan nilai temuan Pemeriksaan dalam mata uang IDR (jika temuan dalam IDR) di
bagian audit masing-masing.
Nomor 7 : Diisi dengan nilai temuan Pemeriksaan dalam mata uang US$ (jika temuan dalam US$) di
bagian audit masing-masing.
Nomor 8 : Diisi dengan no KKPB temuan pemeriksaan.
Nomor 9 : Diisi dengan jumlah item temuan sesuai dengan hasil Berita Acara Pembahasan Notisi
Pemeriksaan.
Nomor 10 : Diisi dengan nilai temuan yang disetujui KKKS untuk di koreksi dalam mata uang IDR
(jika temuan dalam IDR) sesuai dengan hasil Berita Acara Pembahasan Notisi
Pemeriksaan.
Nomor 11 : Diisi dengan nilai temuan yang tidak disetujui KKKS untuk di koreksi dalam mata uang IDR
jika temuan dalam IDR) sesuai dengan hasil Berita Acara Pembahasan Notisi Pemeriksaan.
Nomor 12 : Diisi dengan nilai temuan yang disetujui KKKS untuk di koreksi dalam mata uang US$
(jika temuan dalam US$) sesuai dengan hasil Berita Acara Pembahasan Notisi
Pemeriksaan.
Nomor 13 : Diisi dengan nilai temuan yang tidak disetujui KKKS untuk di koreksi dalam mata uang US$
(jika temuan dalam US$) sesuai dengan hasil Berita Acara Pembahasan Notisi
Pemeriksaan.
Nomor 14 : Diisi dengan tanggal Berita Acara Hasil Pembahasan Notisi Pemeriksaan.
Nomor 15 : Diisi dengan jumlah item temuan sesuai dengan hasil Berita Acara Pembahasan Notisi
Pemeriksaan yang masuk dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama (LHPB)
Nomor 16 : Diisi dengan nilai temuan yang disetujui KKKS untuk di koreksi dalam mata uang IDR
(jika temuan dalam IDR) yang masuk dalam LHPB.
Nomor 17 : Diisi dengan nilai temuan yang tidak disetujui KKKS untuk di koreksi dalam mata uang IDR
jika temuan dalam IDR) yang masuk dalam LHPB.

|252
Nomor 18 : Diisi dengan nilai temuan yang disetujui KKKS untuk di koreksi dalam mata uang US$
(jika temuan dalam US$) yang masuk dalam LHPB.
Nomor 19 : Diisi dengan nilai temuan yang tidak disetujui KKKS untuk di koreksi dalam mata uang US$
(jika temuan dalam US$) yang masuk dalam LHPB.
Nomor 20 : Diisi dengan referensi dalam LHPB yang memuat temuan tersebut.
Nomor 21 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai pengendali teknis tim
pemeriksa.
Nomor 22 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai ketua tim pemeriksa.
Nomor 23 : Diisi dengan tanda tangan, nama, dan NIP/nomor pegawai seluruh anggota tim
pemeriksa.

|253
B. KERTAS KERJA PEMERIKSAAN PER POS

K.A - REKONSILIASI FQR DAN GENERAL LEDGER


K.A.1 – REKONSILIASI FQR R-1
KKKS : ………………..…...…… (1) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA No. KKPB : K.A.1-XX.…….………… (5)
Wilayah Kerja : ………………..…...…… (2) Tanggal : ……….……….………… (6)
NPWP : ………………..…...…… (3) Bagian : REKONSILIASI FQR DAN GL Dibuat Oleh/Paraf : ……….……….………… (7)
Tahun Buku : ………………..…...…… (4) Perihal : REKONSILIASI FQR R-1 Direviu Oleh/Paraf : ……….……….………… (8)
Halaman : ……….……….………… (9)

Data dari FQR R-1 Data dari FQR R-… Nilai dalam FQR 14)
10) 11) 12) 13) Keterangan
Deskripsi Report Deskripsi
BBLS/MMSCF US$ BBLS/MMSCF US$
Lifting Oil/Condensate (MBBLS) FR 16.1 Total oil liftings
FR 2A
Lifting Gas
Lifting Gas (MMCF) FR 16.2 Total gas liftings
Lifting LNG (MMCF) FR 16.2 Total LNG liftings
Lifting LPG (MT) FR 16.2 Total Propane/Butane liftings
Total Lifting Gas (MMCF) FR 2A Total gas liftings
Cost of LNG Sales FR WF 2 Total Water Fall 2
+ WF 3 Total Water Fall 3
+ WF dst Total Water Fall selanjutnya
First Tranche Petroleum FR 16.1 Total First Tranche Petroleum of oil, LPG, and gas
+FR 16.2
Cost recovery : Unrecovered Other Costs FR 3 Total addition to unrecovered other cost
Cost recovery : Current Year Operating Costs FR 3 Total recovered as current year operating cost
Cost recovery : Depreciation - Prior Year Assets FR 14 Total previous year depreciation
Cost recovery : Depreciation - Current Year Assets FR 14 Total current year depreciation
Equity to be split FR 16.1 Total equity to be split of oil, LPG, and gas
+ FR 16.2
Domestic Requirement FR 16.1 Domestic Requirement
Lifting Price Variance FR 16.1 VARIANCE Favourable/(Unfavourable)
Less: Gross Domestic Adjustment FR 16.1 Domestic Requirement Adjustment

Data dari FQR R-3 Data dari FQR R-… Nilai dalam FQR 19)
15) 16) 17) 18) Keterangan
Deskripsi Report Deskripsi
BBLS/MMSCF US$ BBLS/MMSCF US$
Exploration Non-Capital FR 4 Total Non-Capital Expense
Exploration Capital FR 4 Total Capital Expense
Production Non-Capital FR 8 Total non-capital production expense
Administrative Non-Capital FR 11 Total non-capital administrative expense

Data dari FQR R-… Nilai dalam FQR 24)


Dara dari FQR R-14 20) 21) 22) 23) Keterangan
Report Deskripsi
BBLS/MMSCF US$ BBLS/MMSCF US$
Production FR 8 Depreciation
Administrative FR 11 Depreciation

Catatan………..…(25) :

Kesimpulan……..(26):

|254
PETUNJUK PENGISIAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA
REKONSILIASI FQR R-1

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan 2 digit (01 – 99) nomor kertas kerja. Urutan nomor merupakan
kewenangan Ketua tim pemeriksa bersama.
Nomor 6 : Diisi dengan tanggal kertas kerja pemeriksaan bersama diselesaikan.
Nomor 7 : Diisi dengan nama tim pemeriksa yang membuat kertas kerja pemeriksaan bersama dan
paraf yang bersangkutan.
Nomor 8 : Diisi dengan nama anggota Tim Pemeriksa yang melakukan review terhadap kertas kerja
pemeriksaan bersama serta paraf dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diisi dengan nama Ketua Tim Pemeriksa apabila Kertas Kerja Pemeriksaan dibuat
oleh Anggota Tim
 Diisi dengan nama Pengendali Teknis Tim Pemeriksa apabila Kertas Kerja
Pemeriksaan dibuat oleh Ketua Tim
Nomor 9 : Diisi dengan nomor halaman dan total halaman kertas kerja pemeriksaan bersama
dengan format “nomor halaman / total halaman”. Bagian ini diisi hanya apabila kertas
kerja ini di cetak.
Nomor 10 : Diisi dengan data terkait dari FQR R-1 dalam satuan bbls atau MMSCF.
Nomor 11 : Diisi dengan data terkait dari FQR R-1dalam satuan US$.
Nomor 12 : Diisi dengan data terkait dari FQR Report terkait sesuai dengan keperluan dalam satuan
bbls atau MMSCF.
Nomor 13 : Diisi dengan data terkait dari FQR Report terkait sesuai dengan keperluan dalam satuan
US$.
Nomor 14 : Diisi dengan keterangan apakah terdapat perbedaan atau tidak antara nilai dalam
nomor 10 dengan nomor 12 dan nomor 11 dengan nomor 14.
Nomor 15 : Diisi dengan data terkait dari FQR R-1 dalam satuan bbls atau MMSCF.
Nomor 16 : Diisi dengan data terkait dari FQR R-1 dalam satuan US$.
Nomor 17 : Diisi dengan data terkait dari FQR Report terkait sesuai dengan keperluan dalam satuan
bbls atau MMSCF.

|255
Nomor 18 : Diisi dengan data terkait dari FQR Report terkait sesuai dengan keperluan dalam satuan
US$.
Nomor 19 : Diisi dengan keterangan apakah terdapat perbedaan atau tidak antara nilai dalam
nomor 15 dengan nomor 17 dan nomor 16 dengan nomor 18.
Nomor 20 : Diisi dengan data terkait dari FQR R-1 dalam satuan bbls atau MMSCF.
Nomor 21 : Diisi dengan data terkait dari FQR R-1dalam satuan US$.
Nomor 22 : Diisi dengan data terkait dari FQR Report terkait sesuai dengan keperluan dalam satuan
bbls atau MMSCF.
Nomor 23 : Diisi dengan data terkait dari FQR Report terkait sesuai dengan keperluan dalam satuan
US$.
Nomor 24 : Diisi dengan keterangan apakah terdapat perbedaan atau tidak antara nilai dalam
nomor 20 dengan nomor 22 dan nomor 21 dengan nomor 23.
Nomor 25 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap tim pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam kertas
kerja pemeriksaan bersama.
Nomor 26 : Diisi dengan kesimpulan pemeriksaan bersama.

|256
K.A.2 REKONSILIASI FQR R-4 DENGAN GENERAL LEDGER

KKKS : ………………..…...…… (1) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA No. KKPB : K.A.2 - XX…….........…...(5)
Wilayah Kerja : ………………..…...…… (2) Tanggal : ……….………………… (6)
NPWP : ………………..…...…… (3) Bagian : REKONSILIASI FQR DAN GL Dibuat Oleh/Paraf : ……….………………… (7)
Tahun Buku : ………………..…...…… (4) Perihal : REKONSILIASI FQR R-4 DENGAN LEDGER Direviu Oleh/Paraf : ……….………………… (8)
Halaman : ……….………………… (9)

10) 11) 12) 13)


Line NILAI DALAM
EXPENDITURES CATEGORIES NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 DRILLING EXPENDITURES
2 Development Drilling :
3 Tangible Costs
4 Casing & Tubing
5 Well Equipment - Surface
6 Well Equipment - Subsurface
7 Other Tangible Costs
8 Total Tangible Costs
9 Intangible Costs
10 Preparation & Termination
11 Drilling Operation
12 Formation Evaluation
13 Completion
14 General
15 Other Intangible Costs
16 Total Intangible Costs
17 Total Development Drilling
18 Exploration Drilling :
19 Tangible Costs
20 Casing & Tubing
21 Well Equipment - Surface
22 Well Equipment - Subsurface
23 Other Tangible Costs
24 Total Tangible Costs
25 Intangible Costs
26 Preparation & Termination
27 Drilling Operation
28 Formation Evaluation
29 Completion
30 General
31 Other Intangible Costs
32 Total Intangible Costs
33 Total Exploration Drilling
34 Total Tangible Expenditures
35 Total Intangible Expenditures
36 Total Drilling Expenditures
37 GGR EXPENDITURES
38 G&G Study
39 GGR Study
40 Seismic & Other Surveys
41 Capital Expenditures
42 Total Non-Capital Expenditures
43 Total GGR Expenditures
44 PRE-DEVELOPMENT COST
45 Capital Expenditures
46 Non-Capital Expenditures
47 Total Pre-Development Cost
48 EXPLORATION ADMINISTRATION EXPENDITURES
49 Administration
50 Depreciation
51 Other
52 Capital Expenditures
53 Total Non-Capital Expenditures
54 Total Expl. Administration Expenditures
55 TOTAL EXPLORATION & DEVELOPMENT EXPEND.
56 Less: Depreciation Expense
57 TOTAL NON-CAPITAL EXPENDITURES
58 TOTAL CAPITAL EXPENDITURES

Catatan………..…(14) :

Kesimpulan……..(15):

|257
PETUNJUK PENGISIAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA
REKONSILIASI FQR R-4 DENGAN GENERAL LEDGER

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan 2 digit (01 – 99) nomor kertas kerja. Urutan nomor merupakan
kewenangan kertas kerja pemeriksaan bersama.
Nomor 6 : Diisi dengan tanggal kertas kerja pemeriksaan bersama diselesaikan.
Nomor 7 : Diisi dengan nama tim pemeriksa yang membuat kertas kerja pemeriksaan bersama dan
paraf yang bersangkutan.
Nomor 8 : Diisi dengan nama anggota tim pemeriksa yang melakukan review terhadap kertas kerja
pemeriksaan bersama serta paraf dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diisi dengan nama ketua tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan bersama
dibuat oleh anggota tim.
 Diisi dengan nama pengendali teknis tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan
bersama dibuat oleh ketua tim.
Nomor 9 : Diisi dengan nomor halaman dan total halaman kertas kerja pemeriksaan bersama
dengan format “nomor halaman / total halaman”. Bagian ini diisi hanya apabila kertas
kerja ini di cetak.
Nomor 10 : Diisi dengan nilai di FQR R-4 dalam US$.
Nomor 11 : Diisi dengan nilai ledger dalam US$.
Nomor 12 : Diisi dengan selisih antara nilai dalam FQR R-4 dikurangi nilai ledger.
Nomor 13 : Diisi dengan keterangan atas selisih yang terjadi.
Nomor 14 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap tim pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam kertas
kerja pemeriksaan bersama.
Nomor 15 : Diisi dengan kesimpulan pemeriksaan Bersama.

|258
K.A.3 REKONSILIASI FQR R-8 DENGAN GENERAL LEDGER

KKKS : ………………..…...…… (1) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA No. KKPB : K.A.3 - XX…….........…...(5)
Wilayah Kerja : ………………..…...…… (2) Tanggal : ……….………………… (6)
NPWP : ………………..…...…… (3) Bagian : REKONSILIASI FQR DAN GL Dibuat Oleh/Paraf : ……….………………… (7)
Tahun Buku : ………………..…...…… (4) Perihal : REKONSILIASI FQR R-8 DENGAN LEDGER Direviu Oleh/Paraf : ……….………………… (8)
Halaman : ……….………………… (9)

10) 11) 12) 13)


Line NILAI DALAM
EXPENDITURES CATEGORIES NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 DIRECT PRODUCTION EXPENSES - OIL
2 Oil Well Operations
3 Oil Production and Processing Facilities
4 Secondary and Tertiary Recovery Operations
5 Storage, Handling, Transportation, Delivery
6 Supervision
7 Facilities and Equipment Maintenance
8 Other Direct Production Expenses - Oil
9 Total Direct Production Expenses - Oil
10 DIRECT PRODUCTION EXPENSES - GAS
11 Gas Well Operations
12 Gas Production Facilities Operations
13 Improved Gas Recovery
14 Gas Transportation
15 Supervision
16 Facilities and Equipment Maintenance
17 Other Direct Production Expenses - Gas
18 Total Direct Production Expenses - Gas
19 GAS PROCESSING
20 Gas Plant
21 Storage, Handling, Transportation, Delivery
22 Supervision
23 Facilities and Equipment Maintenance
24 Other Gas Proces.Exp.(Incl.flaring costs)
25 Total Gas Processing
26 UTILITIES AND AUXILIARY OPERATIONS
27 Production Tools and Equipt.Maintenance
28 Steam Services
29 Electricity Services
30 Industrial and Domestic Water Service
31 Compressed Air Service
32 Other
33 Total Utilities and Auxilliaries
34 TOTAL PRODUCTION OPERATIONS
35 FIELD OFFICE, SVCS AND GENERAL ADMIN.
36 General and Administration
37 Technical Support Service
38 Material Services
39 Transportation Costs
40 Office and Misc.Building Operations
41 Personnel Expenses
42 Public Relations
43 Asset Retirement
44 Depreciation
45 Other
46 Total Field Office, Svcs.and General
47 TOTAL PRODUCTION EXPENSES
48 Less: Depreciation Expenses
49 NON-CAPITAL PROD. EXPENDITURES
50 ALLOCATED TO OIL OPERATIONS
51 ALLOCATED TO GAS OPERATIONS

Catatan………..…(14) :

Kesimpulan……..(15):

|259
PETUNJUK PENGISIAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA
REKONSILIASI FQR R-8 DENGAN GENERAL LEDGER

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan 2 digit (01 – 99) nomor kertas kerja. Urutan nomor merupakan
kewenangan ketua tim pemeriksa bersama.
Nomor 6 : Diisi dengan tanggal kertas kerja pemeriksaan bersama diselesaikan.
Nomor 7 : Diisi dengan nama tim pemeriksa yang membuat kertas kerja pemeriksaan bersama dan
paraf yang bersangkutan.
Nomor 8 : Diisi dengan nama anggota tim pemeriksa yang melakukan review terhadap kertas kerja
pemeriksaan bersama serta paraf dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diisi dengan nama ketua tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan bersama
dibuat oleh anggota tim.
 Diisi dengan nama pengendali teknis tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan
bersama dibuat oleh ketua tim.
Nomor 9 : Diisi dengan nomor halaman dan total halaman kertas kerja pemeriksaan bersama
dengan format “nomor halaman / total halaman”. Bagian ini diisi hanya apabila kertas
kerja ini di cetak.
Nomor 10 : Diisi dengan nilai di FQR R-4 dalam US$.
Nomor 11 : Diisi dengan nilai ledger dalam US$.
Nomor 12 : Diisi dengan selisih antara nilai dalam FQR R-4 dikurangi nilai ledger.
Nomor 13 : Diisi dengan keterangan atas selisih yang terjadi.
Nomor 14 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap tim pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam kertas
kerja pemeriksaan bersama.
Nomor 15 : Diisi dengan kesimpulan pemeriksaan bersama.

|260
K.A.4 REKONSILIASI FQR R-11 DENGAN GENERAL LEDGER

KKKS : ………………..…...…… (1) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA No. KKPB : K.A.4 - XX…….........…...(5)
Wilayah Kerja : ………………..…...…… (2) Tanggal : ……….………………… (6)
NPWP : ………………..…...…… (3) Bagian : REKONSILIASI FQR DAN GL Dibuat Oleh/Paraf : ……….………………… (7)
Tahun Buku : ………………..…...…… (4) Perihal : REKONSILIASI FQR R-11 DENGAN LEDGER Direviu Oleh/Paraf : ……….………………… (8)
Halaman : ……….………………… (9)

10) 11) 12) 13)


Line NILAI DALAM
NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 FINANCE & ADMINISTRATION
2 Legal Services
3 Audit Services
4 Tax Services
5 Business Insurance
6 Other
7 Total Finance and Administration
8 MATERIAL SERVICES
9 Materials Administration
10 Handling and Transportation
11 Stock Differences
12 Material Disposal
13 Reconditioning
14 Other
15 Total Materials Services
16 TRANSPORTATION COSTS
17 Air
18 Automobile
19 Other
20 Total Transportation Costs
21 PERSONNEL EXPENSES
22 Employee Relation
23 Training
24 Travel and Accommodation
25 Welfare
26 Other
27 Total Personnel Expenses
28 PUBLIC RELATIONS
29 Trips
30 Other
31 Total Public Relations
32 COMMUNITY RELATION
33 Community Projects
34 Other
35 Total Community Relation
36 GENERAL OFFICE EXPENSES
37 Stationary and Supplies
38 Communications
39 Furniture and Equipment (low value)
40 Rents, Licences
41 Travel and Accommodation (non-allocated)
42 Computerization
43 Depreciation
44 Other
45 Total General Office Expenses
46 HOME OFFICE OVERHEAD
47 TOTAL ADMINISTRATIVE EXPENSES
48 Less: Depreciation Expenses
49 NON-CAPITAL ADMIN. EXPENDITURES
50 ALLOCATED TO OIL OPERATIONS
51 ALLOCATED TO GAS OPERATIONS

Catatan………..…(14) :

Kesimpulan……..(15):

|261
PETUNJUK PENGISIAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA
REKONSILIASI FQR R-11 DENGAN GENERAL LEDGER

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan 2 digit (01 – 99) nomor kertas kerja. Urutan nomor merupakan
kewenangan Ketua tim pemeriksa bersama.
Nomor 6 : Diisi dengan tanggal kertas kerja pemeriksaan bersama diselesaikan.
Nomor 7 : Diisi dengan nama tim pemeriksa yang membuat kertas kerja pemeriksaan bersama dan
paraf yang bersangkutan.
Nomor 8 : Diisi dengan nama anggota tim pemeriksa yang melakukan review terhadap kertas kerja
pemeriksaan bersama serta paraf dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diisi dengan nama ketua tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan bersama
dibuat oleh anggota tim
 Diisi dengan nama pengendali teknis tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan
bersama dibuat oleh ketua tim
Nomor 9 : Diisi dengan nomor halaman dan total halaman kertas kerja pemeriksaan bersama
dengan format “nomor halaman / total halaman”. Bagian ini diisi hanya apabila kertas
kerja ini di cetak.
Nomor 10 : Diisi dengan nilai di FQR R-4 dalam US$.
Nomor 11 : Diisi dengan nilai ledger dalam US$.
Nomor 12 : Diisi dengan selisih antara nilai dalam FQR R-4 dikurangi nilai ledger.
Nomor 13 : Diisi dengan keterangan atas selisih yang terjadi.
Nomor 14 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap tim pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam kertas
kerja pemeriksaan Bersama.
Nomor 15 : Diisi dengan kesimpulan pemeriksaan bersama.

|262
K.A.5 REKONSILIASI FQR R-14 DENGAN GENERAL LEDGER

KKKS : ………………..…...…… (1) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA No. KKPB : K.A.5 - XX…….........…...(5)
Wilayah Kerja : ………………..…...…… (2) Tanggal : ……….………………… (6)
NPWP : ………………..…...…… (3) Bagian : REKONSILIASI FQR DAN GL Dibuat Oleh/Paraf : ……….………………… (7)
Tahun Buku : ………………..…...…… (4) Perihal : REKONSILIASI FQR R-14 DENGAN SINAS Direviu Oleh/Paraf : ……….………………… (8)
Halaman : ……….………………… (9)

10) 11) 12) 13) 14)

DESKRIPSI NILAI DALAM NILAI DALAM NILAI DALAM


SELISIH KETERANGAN
FQR R-14 FQR R-14.1 + R.14-2 SINAS

Nilai Perolehan
Saldo tahun Sebelumnya
+ Pertambahan (Net)
Saldo Akhir

Akumulasi Depresiasi
Saldo tahun sebelumnya
+ Depresiasi
Depresiasi tahun PIS berjalan
Depresiasi tahun PIS sebelumnya
Saldo Akhir akumulasi Depresiasi

15) Catatan

16) Kesimpulan

|263
PETUNJUK PENGISIAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA
REKONSILIASI FQR R-14 DENGAN SINAS

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan 2 digit (01 – 99) nomor kertas kerja. Urutan nomor merupakan
kewenangan ketua tim pemeriksa bersama.
Nomor 6 : Diisi dengan tanggal kertas kerja pemeriksaan bersama diselesaikan.
Nomor 7 : Diisi dengan nama tim pemeriksa yang membuat kertas kerja pemeriksaan bersama dan
paraf yang bersangkutan.
Nomor 8 : Diisi dengan nama anggota tim pemeriksa yang melakukan review terhadap kertas kerja
pemeriksaan bersama serta paraf dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diisi dengan nama ketua tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan bersama
dibuat oleh anggota tim.
 Diisi dengan nama pengendali teknis tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan
bersama dibuat oleh ketua tim.
Nomor 9 : Diisi dengan nomor halaman dan total halaman kertas kerja pemeriksaan bersama
dengan format “nomor halaman / total halaman”. Bagian ini diisi hanya apabila kertas
kerja ini di cetak.
Nomor 10 : Diisi dengan nilai di FQR R-14 dalam US$.
Nomor 11 : Diisi dengan nilai di FQR R-14.1 + R-14.2 dalam US$.
Nomor 12 : Diisi dengan nilai di Sinas dalam US$.
Nomor 13 : Diisi dengan selisih antara nilai dalam kolom 10 dikurangi kolom 11 dan selisih antara
nilai dalam kolom 10 dikurangi nilai dalam kolom 11.
Nomor 14 : Diisi dengan keterangan atas selisih yang terjadi.
Nomor 14 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap tim pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam kertas
kerja pemeriksaan bersama.
Nomor 15 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap tim pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam kertas
kerja pemeriksaan Bersama.
Nomor 16 : Diisi dengan kesimpulan pemeriksaan bersama.

|264
K.A.6 REKONSILIASI WATER FALL DENGAN GENERAL LEDGER

KKKS : ………………..…...…… (1) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA No. KKPB : K.A.6 - XX…….........…...(5)
Wilayah Kerja : ………………..…...…… (2) Tanggal : ……….………………… (6)
NPWP : ………………..…...…… (3) Bagian : REKONSILIASI FQR DAN GL Dibuat Oleh/Paraf : ……….………………… (7)
Tahun Buku : ………………..…...…… (4) Perihal : REKONSILIASI WATER FALL (WF) Direviu Oleh/Paraf : ……….………………… (8)
DENGAN LEDGER Halaman : ……….………………… (9)

WF 2 - Debt Service
10) 11) 12) 13)
Line NILAI DALAM
DESKRIPSI NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 Pinjaman Komersial A
2 Principal
3 Interest
4 Total Pinjaman Komersial A
5
6 Pinjaman Komersial B
7 Principal
8 Interest
9 Total Pinjaman Komersial A

WF 3 - LNG Transportation Cost


10) 11) 12) 13)
Line NILAI DALAM
DESKRIPSI NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 CAPITAL ELEMENT
2 Daily Charter Hire Capital Element
3
4 OPERATING ELEMENT
5 Daily Charter Hire Operating Element
6 Manning Costs
7 Stores & Consumables
8 In Service Maintenance & Repairs
9 Drydocking
10 Vessel Insurance
11 Management & Administrative
12 SUBTOTAL OPERATING ELEMENT
13 TOTAL DAILY CHARTER HIRE
14
15 OTHER LNG TRANSPORTATION EXP
16 Bunkering Costs
17 Emergency Maintenance & Repairs
18 Port & Marine Services
19 Cargo Insurance
20 Surveyor Fees
21 Vetting Inspections
22 Diversion Fees
23 Other Costs
24
25 SUPPORT AND SERVICES
26
27 TOTAL LNG TRANSPORTATION EXP

WF 4 - Plant Operating Cost


10) 11) 12) 13)
Line NILAI DALAM
DESKRIPSI NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 GAS PROCESSING & STORAGE
2 Turbo Machinaries
3 Boil of Gas
4 Steam Turbine Generator
5 Plant Mechanical Maintenance
6 Crane/Lifting Maintenance
7 Inspection
8 Materials
9 Total Gas Processing
10 UTILITIES & AUXILIARY OPERATIONS
11 Laboratory Services
12 Chemical & Catalyst
13 Electrical & Instrument Services
14 Civil Works
15 Marine Operations
16 Inspection
17 Materials & Supply
18 Materials & Waste Disposal
19 Others
20 Total Utilities & Auxiliaries

|265
KKKS : ………………..…...…… (1) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA No. KKPB : K.A.6 - XX…….........…...(5)
Wilayah Kerja : ………………..…...…… (2) Tanggal : ……….………………… (6)
NPWP : ………………..…...…… (3) Bagian : REKONSILIASI FQR DAN GL Dibuat Oleh/Paraf : ……….………………… (7)
Tahun Buku : ………………..…...…… (4) Perihal : REKONSILIASI WATER FALL (WF) Direviu Oleh/Paraf : ……….………………… (8)
DENGAN LEDGER Halaman : ……….………………… (9)

21 FIELD OFFICE; SERVICES & GEN. ADMIN


22 Ground Keeping
23 Non Production Facilities/Infrastructure Maintenance
24 Equipment Maintenance
25 Field Office and Admin
26 Camp & Catering
27 Transportation Costs
28 Personnel Expenses
29 Business Related
30 Field Logistics
31 Insurance
32 Security
33 Community Development
34 Health; Safety & Environment
35 Others
36 Total Field Office; Services & Gen.
37 TOTAL PRODUCTION OPERATIONS
38 SUPPORT & SERVICES COSTS
39 Finance & Administration
40 Engineering/Professional Services
41 Material Services
42 Transporation Costs
43 Public Relations
44 Community Development
45 General Office Expenses
46 Communication
47 Computerization
48 Rents, Licenses
49 Overhead from Abroad
50 Allocation In (Out)
51 Others
52 Total Support & Services Costs
53 TOTAL LNG OPERATING EXPENDITURES

WF 5 - LNG Sales Recovery Liability


10) 11) 12) 13)
Line NILAI DALAM
DESKRIPSI NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 LNG Sales Liabilites Recovery
2 (k eterangan sesuai FQR Water Fall)
3
4

WF 6 - Credit Support Liability Recovery


10) 11) 12) 13)
Line NILAI DALAM
DESKRIPSI NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 Credit Support Liability Recovery
2 (k eterangan sesuai FQR Water Fall)
3
4

WF 7 - LNG Sales Recovery Liability (GOI Act)


10) 11) 12) 13)
Line NILAI DALAM
DESKRIPSI NILAI DALAM FQR SELISIH KETERANGAN
LEDGER
1 LNG Sales Recovery Liability (GOI Act)
2 (k eterangan sesuai FQR Water Fall)
3
4

Catatan………..…(14) :

Kesimpulan……..(15):

|266
PETUNJUK PENGISIAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA
REKONSILIASI FQR WATER FALL (WF) DENGAN LEDGER

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan 2 digit (01 – 99) nomor kertas kerja. Urutan nomor merupakan
kewenangan ketua tim pemeriksa bersama.
Nomor 6 : Diisi dengan tanggal kertas kerja pemeriksaan bersama diselesaikan.
Nomor 7 : Diisi dengan nama tim pemeriksa yang membuat kertas kerja pemeriksaan bersama dan
paraf yang bersangkutan.
Nomor 8 : Diisi dengan nama anggota tim pemeriksa yang melakukan review terhadap kertas kerja
pemeriksaan bersama serta paraf dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diisi dengan nama ketua tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan bersama
dibuat oleh anggota tim
 Diisi dengan nama pengendali teknis tim pemeriksa apabila kertas kerja
pemeriksaan bersama dibuat oleh Ketua Tim
Nomor 9 : Diisi dengan nomor halaman dan total halaman kertas kerja pemeriksaan bersama
dengan format “nomor halaman / total halaman”. Bagian ini diisi hanya apabila kertas
kerja ini di cetak.
Nomor 10 : Diisi dengan nilai di FQR R-14 dalam US$.
Nomor 11 : Diisi dengan nilai di FQR R-14.1 + R-14.2 dalam US$.
Nomor 12 : Diisi dengan nilai di Sinas dalam US$.
Nomor 13 : Diisi dengan selisih antara nilai dalam kolom 10 dikurangi kolom 11 dan selisih antara
nilai dalam kolom 10 dikurangi nilai dalam kolom 11.
Nomor 14 : Diisi dengan keterangan atas selisih yang terjadi.
Nomor 14 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap Tim Pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam kertas
kerja pemeriksaan bersama.
Nomor 15 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap tim pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam
kertas kerja pemeriksaan bersama.
Nomor 16 : Diisi dengan kesimpulan pemeriksaan bersama.

|267
K.B s.d K.H - KERTAS KERJA PEMERIKSAAN POS-POS BAGIAN B s.d H

KKKS : ………………..…...…… (1) KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA No. KKPB : ……….………………… (7)
Wilayah Kerja : ………………..…...…… (2) Tanggal : ……….………………… (8)
NPWP : ………………..…...…… (3) Bagian : ......................... (5) Dibuat Oleh/Paraf : ……….………………… (9)
Tahun Buku : ………………..…...…… (4) Perihal : ......................... (6) Direviu Oleh/Paraf : ……….………………… (10)
Halaman : ……….………………… (11)

………………………………………………………………………….. (12)

Catatan………..…(13) :

Kesimpulan……..(14):

|268
PETUNJUK PENGISIAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BERSAMA
UNTUK BAGIAN B (PRODUKSI DAN LIFTING) S.D H (OTHERS FQR ITEM)

Nomor 1 : Diisi dengan nama Kontraktor yang di periksa.


Nomor 2 : Diisi dengan nama Wilayah Kerja yang diperiksa.
Nomor 3 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Kontraktor sebagai operator yang diperiksa.
Nomor 4 : Diisi dengan tahun buku dilakukannya pemeriksaan bersama.
Nomor 5 : Diisi dengan bagian pos yang diperiksa. Misalnya biaya operasi
Nomor 6 : Diisi dengan perihal yang diperiksa. Misalnya kapal penunjang operasi
Nomor 7 : Diisi dengan format: Nomor Indeks KKPB – XX dimana kode XX diisi dengan 2 digit (01
– 99) nomor kertas kerja. Urutan nomor merupakan kewenangan ketua tim
pemeriksa bersama.
Nomor 8 : Diisi dengan tanggal kertas kerja pemeriksaan bersama diselesaikan.
Nomor 9 : Diisi dengan nama tim pemeriksa yang membuat kertas kerja pemeriksaan bersama
dan
paraf yang bersangkutan.
Nomor 10 : Diisi dengan nama anggota tim pemeriksa yang melakukan review terhadap kertas
kerja pemeriksaan bersama serta paraf dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diisi dengan nama ketua tim pemeriksa apabila kertas kerja pemeriksaan
bersama dibuat oleh anggota tim.
 Diisi dengan nama pengendali teknis tim pemeriksa apabila kertas kerja
pemeriksaan bersama dibuat oleh ketua tim.
Nomor 11 : Diisi dengan nomor halaman dan total halaman kertas kerja pemeriksaan dengan
format “nomor halaman / total halaman”. Bagian ini diisi hanya apabila kertas kerja
ini di cetak.
Nomor 12 : Diisi dengan hasil kerja yang dilakukan oleh tim pemeriksa.
Nomor 13 : Diisi dengan hal-hal yang dianggap Tim Pemeriksa perlu untuk dimasukkan dalam
kertas kerja pemeriksaan bersama.
Nomor 14 : Diisi dengan kesimpulan hasil pemeriksaan bersama.

|272
LAMPIRAN 5
FORMAT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

SATUAN TUGAS PEMERIKSAAN BERSAMA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA ATAS PELAKSANAAN KONTRAK KERJA SAMA BERBENTUK
KONTRAK BAGI HASIL DENGAN PENGEMBALIAN BIAYA OPERASI
DI BIDANG USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

KONTRAK KERJA SAMA


NAMA KONTRAKTOR : XXXXXXXXX
NPWP : XXXXXX
TAHUN BUKU XXX

NOMOR :
TANGGAL :

|270
DAFTAR ISI
HALAMAN

BAB I SIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

BAB II URAIAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA


1. Umum
a. Dasar Pemeriksaan
b. Sifat dan Tujuan Pemeriksaan
c. Ruang Lingkup Pemeriksaan
d. Daerah Operasi dan Jangka Waktu Kontrak
e. Bagi Hasil
f. Sumber Pembiayaan
g. Organisasi dan Kepegawaian
h. Kebijakan Akuntansi
i. Administrasi dan Pengendalian
2. Pos – pos Pemeriksaan Bersama
a. Produksi
b. Lifting
c. Mutasi Persediaan
d. First Tranche Petroleum (FTP)
e. Bonus
f. Investment Credit
g. Domestic Market Obligation
h. Weighted Average Price (WAP)
i. (Over) / Under Lifting
j. Lifting Price Variance
k. Alocation from Home Office
l. Interest Recovery
m. Abandon and Site Restoration
n. Biaya Operasi
o. Bagi Hasil
p. Kewajiban PPs/PPh Badan dan PBDR/BPT
q. Ikhtisar Temuan

3. Temuan Hasil Pemeriksaan Bersama Tahun Buku xxxxxx


a. Temuan yang disetujui Kontraktor
1) Temuan yang sudah ditindaklanjuti Kontraktor
2) Temuan yang belum ditindaklanjuti Kontraktor
b. Temuan yang masih memerlukan pembahasan lebih lanjut

4. Temuan Hasil Pemeriksaan Tahun Sebelumnya

5. Usulan dan Data untuk Ditindaklanjuti

|271
BAB I
SIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

Simpulan hasil Pemeriksaan Bersama menjelaskan kesimpulan atas pos-pos yang diperiksa dan
penjelasan ringkas atas temuan-temuan hasil pemeriksaan. Adapun struktur penulisannya sebagai
berikut:
1. Produksi
Minyak Mentah
(Berisi gambaran umum jumlah produksi minyak mentah pada tahun buku yang diperiksa dengan
membandingkannya dengan target dan realisasi beserta penjelasan kenaikan dan penurunannya).
Tahun xxx Realisasi tahun xxxx terhadap target
Uraian
Realisasi Target (%)
Produksi …. …. ….
Produksi/hari …. …. ….
Akumulasi produksi minyak mentah sampai dengan tahun 20xx sebesar xxxxxx barel.

Gas Bumi
(Berisi gambaran umum jumlah produksi gas bumi pada tahun buku yang diperiksa dengan
membandingkannya dengan target dan realisasi beserta penjelasan kenaikan dan penurunannya).
Tahun xxx Realisasi tahun xxxx terhadap target
Uraian
Realisasi Target (%)
Produksi …. …. ….
Produksi/hari …. …. ….
Akumulasi produksi gas bumi sampai dengan tahun 20xx sebesar xxxx mscf.

2. Lifting
Minyak Mentah
(Berisi gambaran umum jumlah lifting minyak mentah pada tahun buku yang diperiksa dengan
membandingkannya dengan target dan realisasi lifting beserta penjelasan kenaikan dan
penurunannya).
Tahun xxx Realisasi tahun xxxx terhadap target
Uraian
Realisasi Target (%)
Lifting …. …. ….
Lifting/hari …. …. ….

|272
Gas Bumi
(Berisi gambaran umum jumlah lifting gas bumi pada tahun buku yang diperiksa dengan
membandingkannya dengan target dan realisasi lifting beserta penjelasan kenaikan dan
penurunannya).
Tahun xxx Realisasi tahun xxxx terhadap target
Uraian
Realisasi Target (%)
Lifting …. …. ….
Lifting/hari …. …. ….

3. Mutasi Persediaan
(Berisi mutasi persediaan minyak mentah/gas bumi selama satu tahun buku).
Uraian Minyak Mentah (Barel) Gas Bumi (Mscf)
Saldo Awal (1 Jan XXXX)
- Produksi
- Production loss & site consumption
- Tersedia untuk di lifting
- Lifting
Saldo Akhir (31 Desember XXXX)

4. First Tranche Petroleum (FTP)


(Berisi penjelasan jumlah FTP minyak mentah/gas bumi selama tahun buku yang diperiksa berikut
pembagiannya untuk pemerintah dan kontraktor. Dalam hal daerah kontrak yang bersangkutan
masih belum ada Equity To Be Split (ETBS), maka akumulasi bagian dari FTP untuk Kontraktor
harus diungkapkan).
Minyak Bumi:
Uraian Volume (barel) Nilai (US$)
Pemerintah RI .... ....
Kontraktor .... ....
Jumlah .... ....
Gas Bumi:
Uraian Volume (mscf) Nilai (US$)
Pemerintah RI .... ....
Kontraktor .... ....
Jumlah .... ....

5. Bonus
(Berisi penjelasan nilai bonus yang dibayarkan oleh kontraktor pada tahun buku yang diperiksa
dalam hal produksi minyak mentah/gas bumi telah mencapai nilai yang dipersyaratkan di dalam
kontrak).

|273
6. Investment Credit
(Berisi penjelasan nilai investment credit yang diklaim oleh kontraktor pada tahun buku yang
diperiksa).

7. Domestic Market Obligation (DMO)


(Berisi penjelasan jumlah DMO minyak mentah/gas bumi yang diberikan kontraktor selama tahun
buku yang diperiksa berikut jumlah DMO fee yang diterimanya).

8. Weighted Average Price (WAP)


(Berisi penjelasan nilai harga rata-rata tertimbang (weighted average price) minyak mentah/gas
bumi pada tahun buku yang diperiksa).

9. Over / Under Lifting


(berisi penjelasan besaran over/under lifting minyak mentah/gas bumi berikut nominal uang yang
diserahkan pada tahun buku yang diperiksa).

10. Lifting Price Variance (LPV)


(berisi penjelasan besaran lifting price variance pada tahun buku yang diperiksa disertai
keterangan status favourable/unfavourable).

11. Overhead Allocation


(berisi penjelasan besaran allocation from home office pada tahun buku yang diperiksa dan
keterangan apakah biaya ini telah mendapat persetujuan SKK MIgas).

12. Interest Cost Recovery (ICR)


(berisi penjelasan besaran allocation from home office pada tahun buku yang diperiksa).

13. Abandon and Site Restoration (ASR)


(berisi gambaran nilai cadangan abandon and site restoration yang dibentuk pada tahun buku
yang diperiksa berikut penjelasan mengenai rekening penyimpanan dana tersebut dan nilai
akumulasi dana cadangan ini).

14. Biaya Operasi


(Berisi penjelasan biaya operasi yang diakui selama tahun buku yang diperiksa dengan perincian
sebagai berikut:

Uraian Nilai (US$)


Saldo biaya operasi yang belum mendapat
penggantian pada awal tahun XXXX

|274
Jumlah biaya operasi tahun XXXX
Biaya operasi yang mendapat penggantian
(cost recoverable) tahun XXXX
Saldo biaya operasi yang belum mendapat
penggantian akhir tahun XXXX

15. Perhitungan Bagi Hasil


(Berisi penjelasan nilai bagi hasil minyak mentah/gas bumi antara Pemerintah dan Kontraktor
pada tahun buku yang diperiksa, dengan penulisan sebagai berikut:
Uraian Minyak Mentah (USD) Gas Bumi (USD) Jumlah (USD)
Pemerintah RI
Kontraktor
Jumlah

16. Kewajiban PPh Badan dan Dividend Tax


(Berisi penjelasan nilai PPh Badan dan Dividend Tax yang wajib dibayarkan oleh kontraktor pada
tahun buku yang diperiksa berikut perincian beban dari masing-masing partner. Atas nilai tersebut
juga dijelaskan berapa nilai yang sudah dibayar oleh kontraktor ke rekening kas negara).

17. Ikhtisar Temuan


(Berisi daftar ringkas temuan pemeriksa yang dirinci dari masing-masing pos yang diuji. Terdapat
perbedaan dalam penyajian format ikhtisar temuan untuk jenis pemeriksaan tahun berjalan dan
pemeriksaan setelah tahun berjalan.
a. Format Ikhtisar Temuan pada Pemeriksaan Tahun Berjalan (Current Audit)
Pos FQR Nilai FQR Q4 Temuan yang Final FQR Q4 Temuan memerlukan
Report 1 Unaudited* disetujui (Audited) pembahasan lebih
lanjut
Lifting
 Minyak
 Gas Bumi
First Tranche
Petroleum (FTP)
Cost of LNG Sales
Investment Credit
Biaya Operasi
.........
*nilai Final FQR Q4 adalah nilai FQR setelah proses analisis dan evaluasi dengan divisi akuntansi
SKK Migas.

|275
b. Format Ikhtisar Temuan pada Pemeriksaan Setelah Tahun Berjalan (Post Audit)
Temuan yang disetujui Temuan
Seluruh perlu
Pos FQR Nilai Jumlah Temuan sudah Temuan belum
No Temuan pembahasan
Report 1 FQR Temuan ditindaklanjuti ditindaklanjuti
lebih lanjut
(USD/Rp) (USD/Rp) (USD/Rp)
(USD/Rp)
1 Tahun
2014
 Lifting
 Biaya
Operas
i
 ......
2 2015
 Lifting
 Biaya
Operas
i
 ..........

Rincian Temuan Hasil Pemeriksaan Tahun Buku yang Diperiksa


a) Temuan yang Disetujui
 Temuan yang sudah ditindaklanjuti (dirinci masing-masing temuan pemeriksaan)
o ......
 Temuan yang belum ditindaklanjuti
o ........
b) Temuan yang perlu pembahasan lebih lanjut (dirinci masing-masing temuan pemeriksaan)
 .........

18. Temuan Hasil Pemeriksaan Tahun Sebelumnya


(berisi penjelasan temuan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya yang telah selesai ditindak lanjuti
oleh kontraktor. Penjelasan dari masing-masing temuan terdiri dari temuan pemeriksa dan tindak
lanjut kontraktor).

19. Hal - Hal Lain yang Perlu Mendapat Perhatian


(berisi penjelasan-penjelasan lain yang dipandang perlu untuk diinformasikan dalam laporan hasil
pemeriksaan bersama ini, seperti: pengalihan participating interest, pengakhiran kontrak, dan
lain sebagainya).

|276
BAB II
URAIAN HASIL PEMERIKSAAN BERSAMA

1. Umum
a. Dasar Pemeriksaan
1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Pasal 63 huruf c
antara lain menyatakan semua kontrak yang ditandatangani dengan Pertamina dinyatakan
tetap berlaku sampai dengan berakhirnya kontrak yang bersangkutan dan Pasal 66 ayat
(2) yang antara lain menyarakan bahwa segala peraturan pelaksanaan dari Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Negara dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
dengan peraturan baru berdasarkan undang-undang ini.
2) Production Sharing Contract Blok Minyak yang diperiksa …….
3) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi Yang Dapat
Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 139, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5173) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6066).
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.03/2018 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Bersama Atas Pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Berbentuk Kontrak Bagi Hasil Dengan
Pengembalian Biaya Operasi Di Bidang Hulu Migas.

b. Sifat dan Tujuan Pemeriksaan Bersama


(Berisi sifat dan tujuan pelaksanaan pemeriksaan. Pemeriksaan bersifat pengujian kepatuhan
terhadap kriteria pemeriksaan yang meliputi:
1) Kontrak Kerja Sama
Hal ini juga meliputi dokumen pengawasan pelaksanaan kontrak kerjasama yang disahkan
oleh SKK Migas, meliputi: Plan of Development (POD), Work, Plan, and Budget (WP&B),
dan AFE (Authorization for Expenditure), berikut Minutes of Meeting (MoM) yang
mendukung pengesahan dokumen-dokumen terkait penganggaran pelaksanaan kontrak
kerja sama tersebut.
2) Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah yang dimaksud disini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak
Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017.
3) Peraturan lainnya di bidang hulu migas yang berlaku
Kriteria pemeriksaan atas peraturan ini meliputi Peraturan Menteri Keuangan dan
turunannya, Peraturan Menteri ESDM dan turunannya, Peraturan Menteri Tenaga Kerja

|277
dan Transmigrasi dan turunannya, dan Pedoman Tata Kerja SKK Migas sepanjang
peraturan-peraturan ini tidak bertentangan dengan hierarki peraturan di atasnya. Dalam
hal terdapat kriteria pemeriksaan yang saling bertentangan, Pemeriksa dapat mengajukan
permohonan asistensi kepada Pengendali Mutu.
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Bagi Hasil dan
PPh Migas antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Kontraktor sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam PSC termasuk perhitungan serta pembayaran PPh Migas atas
bagi hasil bagian Kontraktor dan peraturan lainnya di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi
yang berlaku.

c. Ruang Lingkup Pemeriksaan Bersama


Penjelasan pada bagian ini meliputi:
1) Pemeriksaan meliputi atas perhitungan produksi, lifting minyak mentah dan/atau gas bumi,
biaya operasi, perhitungan bagi hasil antara Pemerintah dan Kontraktor, dan kewajiban PPh
Migas Kontraktor yang juga menjadi hak Pemerintah.
2) Pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan standar Pemeriksaan Bersama.
3) Tanggal Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama.

d. Daerah Operasi dan Jangka Waktu Kontrak


(Berisi penjelasan terkait profil kontraktor dan PSC yang dilakukan pemeriksaan. Penjelasan
tersebut meliputi kontrak-kontrak kerjasama terkait pelaksanaan pengusahaan migas,
wilayah kerja PSC, dan jangka waktu kontrak).

e. Bagi Hasil
(Berisi ketentuan dalam PSC mengenai porsi/persentase bagi hasil minyak mentah/gas bumi
antara Pemerintah RI dan kontraktor sebelum PPh Badan dan PBDR/BPT).
Bagian Minyak Mentah Gas
- Pemerintah RI xx xxx
- KKKS xx xxx
Jumlah 100% 100%

f. Sumber Pembiayaan
(Berisi sumber pembiayaan dalam kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi pada
wilayah kerja perminyakan yang diperiksa, termasuk juga penjelasan interest participant yang
terlibat pada wilayah kerja ini dan nilai interestnya).
No Kontraktor & Partner Asal Negara % Interest

1 A X xx
2 B Y xx
3 dst C Z xx
Jumlah 100%

|278
g. Organisasi dan Kepegawaian
1) Struktur Organisasi
(berisi struktur organisasi kontraktor berikut nama-nama yang menjabat pada struktur
organisasi tersebut pada tahun buku yang diperiksa), misal:
No Jabatan Nama Pejabat
1 General manager …………………………
2 ……………………. ………………………….
3 Dst …………… ………………………….

2) Kepegawaian
(Berisi jumlah pegawai kontraktor pada tahun buku yang diperiksa)
Nasional Expatriates Jumlah
Uraian
(Orang) (Orang) (Orang)
Per 1 Januari 20xx xx xx xxx
Mutasi: xx xx xxx
- Penambahan xx xx xxx
- Pengurangan/mutasi (xx) (xx) (xxx)
Per 31 Desember 20xx xx xx xxx

h. Kebijakan Akuntansi
1) Pengakuan Penghasilan
(Berisi kebijakan akuntansi terkait pengakuan penghasilan. Hal yang berlaku umum,
pengakuan penghasilan minyak mentah dan gas bumi berdasarkan pelaksanaan lifting
minyak mentah dan gas bumi. Lifting Minyak mentah dinilai berdasarkan Indonesia Crude
Price (ICP). Penghasilan ini kemudian dilaporkan dalam Financial Quarterly Report (FQR).

2) First Tranche Petroleum (FTP)


(Berisi porsi perhitungan FTP berdasarkan pasal-pasal pada PSC berikut penjelasan terkait
besaran persentase bagian pemerintah dan kontraktor).

3) Investment Credit
(Berisi penjelasan mekanisme dan besaran investment credit yang berhak diperoleh oleh
Kontraktor seperti yang tercantum dalam PSC).

4) Bonus
(berisi syarat dan ketentuan pembayaran bonus oleh kontraktor kepada Pemerintah RI
sebagaimana tercantum dalam PSC).

5) Domestic Market Obligation (DMO)


(berisi syarat dan ketentuan kewajiban DMO kontraktor dan haknya untuk memperoleh
DMO fee atas penyerahan DMO tersebut).

|279
6) Interest Recovery
(berisi penjelasan bahwa kontraktor dapat mengklaim interest recovery atas capital
investmentnya sebagaimana tercantum dalam PSC. Atas rencana dan pembiayaan capital
investment harus dimasukkan dalam WP&B dan telah mendapat persetujuan SKK Migas).

7) Abandonment and Site Restoration


(Berisi penjelasan mengenai ketentuan pencadangan biaya untuk penanganan pasca
operasi selutuh sumur eksplorasi dan pemulihan lokasi pemboran sebagaimana tercantum
dalam PSC).

8) Pengakuan Biaya (Material, Aktiva Tetap, Biaya Lain-lain)


(berisi penjelasan mengenai kebijakan pengakuan biaya Kontraktor sebagaimana tercantum
dalam PSC. Pada umumnya, pengklasifikasian biayanya terdiri dari:
a) Material
 Non-capital material diakui sebagai biaya pada saat landed di wilayah Indonesia.
 Capital material diakui sebagai biaya melalui depresiasi atas pemakaian material
yang dikapitalisasi menjadi aktiva tetap. Perhitungan depresiasi dilakukan setelah
aktiva dinyatakan Placed into Services.
b) Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang diperoleh Kontraktor adalah milik Pemerintah RI. Metode depresiasi
yang diterapkan sesuai dengan ketentuan dalam PSC.
c) Biaya-biaya lain
Biaya-biaya yang timbul selain dari material dan depresiasi aktiva tetap seperti biaya
eksplorasi, produksi dan administrasi, diakui pada saat terjadinya.

9) Kewajiban Perpajakan
(berisi penjelasan tentang besaran kewajiban PPh Badan dan dividend tax dari Kontraktor
sebagaimana yang tercantum dalam PSC).

10) Pembebanan Biaya Home Office (Overhead Allocation)


(Berisi penjelasan mengenai ketentuan pembebanan biaya home office yang dapat
dialokasikan pada biaya operasi sebagaimana tercantum dalam PSC. Pada umumnya
pembebanan biaya ini harus ditetapkan berdasarkan detailed study dan diterapkan secara
konsisten setiap tahun serta mendapatkan persetujuan dari SKK Migas).

11) Administrasi dan Pengendalian Intern


(Penjelasan apakah sistem pengendalian internal dari kontraktor sudah cukup memadai
guna menunjang aktivitas perusahaan. Penjelasan tersebut meliputi apakah kontraktor
telah melaksanakan administrasi sesuai dengan pedoman dalam PSC, peraturan-peraturan
yang diterbitkan oleh SKK Migas, dan praktik akuntansi yang berlaku umum dalam usaha
minyak dan gas bumi).

|280
12) Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
(Berisi hasil pemenuhan TKDN atas seluruh pengadaan barang/jasa dari Kontraktor kepada
SKK Migas).

2. Pos-Pos Pemeriksaan
a. Produksi Minyak Mentah/Gas Bumi
Berisi perincian produksi minyak/gas bumi pada tahun buku yang diperiksa, yang meliputi
perincian dari masing-masing area dan perbandingan antara target dan realisasi. Contoh tabel
yang digunakan adalah:
Produksi Minyak Mentah:
Tahun xxx Realisasi tahun xxxx terhadap target
Uraian
Realisasi Target (%)
Produksi …. …. ….
Produksi/hari …. …. ….
Pada bagian ini juga dijelaskan nilai akumulasi produksi minyak mentah sampai dengan
tahun buku yang diperiksa.

Produksi Gas Bumi:


Tahun xxx Realisasi tahun xxxx terhadap target
Uraian
Realisasi Target (%)
Produksi …. …. ….
Produksi/hari …. …. ….
Pada bagian ini juga dijelaskan nilai akumulasi produksi gas bumi sampai dengan tahun buku
yang diperiksa.

b. Lifting
Berisi perincian lifting minyak/gas bumi pada tahun buku yang diperiksa, yang meliputi pula
perbandingan antara target dan realisasi.
Minyak Bumi
Tahun xxx Realisasi tahun xxxx terhadap target
Uraian
Realisasi Target (%)
Lifting Bbls …. …. ….
Nilai US$ …. …. ….

Gas Bumi
Tahun xxx Realisasi tahun xxxx terhadap target
Uraian
Realisasi Target (%)
Lifting Bbls …. …. ….
Nilai US$ …. …. ….

|281
c. Mutasi Persediaan
Berisi mutasi persediaan minyak bumi/gas bumi selama tahun xxxx, dengan perincian sebagai
berikut:
Minyak Bumi
Uraian Minyak Mentah Gas Bumi
(Bbls) (Mscf)
Persediaan 1 Januari xxxx
Produksi tahun xxxx
Production loss & Site Consumption
Jumlah Tersedia untuk di lifting
Lifting tahun xxxx
Persediaan 31 Desember xxxx

d. First Tranche Petroleum (FTP)


Berisi perincian perhitungan FTP untuk tahun buku yang diperiksa, dengan perincian sebagai
berikut:
Minyak Mentah
Uraian Volume (Barel) Nilai (US$)
Lifting
FTP = 20% x lifting
Bagian Pemerintah RI (74.7899%)
Bagian Kontraktor (25.2101%)
Jumlah

Gas Bumi
Uraian Volumen (Mscf) Nilai (US$)
Lifting
FTP = 20% x lifting
Bagian Pemerintah RI
Bagian Kontraktor
Jumlah
Catatan: Khusus yang belum memperoleh equity to be split, akumulasi FTP bagian Kontraktor
(contractor’s equity share) sampai dengan tahun yang diperiksa harus diungkapkan dalam
laporan untuk data perhitungan pajak PPs/PPh dan PBDR apabila dalam periode FQR terdapat
equty to be split.

e. Bonus
Berisi penjelasan pembayaran bonus kontraktor selama tahun buku yang diperiksa.

|282
f. Investment Credit
Berisi penjelasan investment credit yang diklaim oleh kontraktor pada tahun buku yang
diperiksa.

g. Domestic Market Obligation (DMO)


Berisi perincian nilai DMO yang diserahkan kontraktor dan nilai DMO fee yang diterima
kontraktor pada tahun buku yang diperiksa dengan perincian sebagai berikut:
(1) DMO gross (barel) = 25% x contractor share x total lifting (barel)
= nilai DMO (barel) x ICP
= xxx (US$)

(2) DMO fee = 15% x DMO gross (US$)

(3) DMO net = DMO gross – DMO fee

h. Weighted Average Price (WAP)


Minyak Mentah:
Berisi perhitungan WAP minyak mentah pada tahun xxx, dengan perincian sebagai berikut:
WAP = Total lifting (US$)
Total lifting (barel)
= US$ xxxx per barel

Gas Bumi:
Berisi perhitungan WAP gas bumi pada tahun xxx, dengan perincian sebagai berikut:
WAP = Total lifting (US$)
Total lifting (mscf)
= US$ xxxx per mscf

i. Over (Under) Lifting


Berisi perhitungan over/under lifting minyak mentah/gas bumi pada tahun buku yang diperiksa,
dengan perhitungan sebagai berikut:
Minyak Mentah
Uraian Barel
a. Contractor entitlement
- FTP Share
- Investment Credit
- Cost Recovery
- Equity Share
- DMO Gross
Jumlah Contractor Entitlement

|283
b. Contractor Lifting
c. Over (under) lifting
d. Over (under) lifting (US$)
Terkait nilai over/under lifting juga dijelaskan mekanisme dilakukan
settlement/pembayarannya.

Gas Bumi
Uraian Mscf
a. Contractor entitlement
- FTP Share
- Investment Credit
- Cost Recovery
- Equity Share
- DMO Gross
Jumlah Contractor Entitlement
b. Contractor Lifting
c. Over (under) lifting
d. Over (under) lifting (US$)
Terkait nilai over/under lifting juga dijelaskan mekanisme dilakukan
settlement/pembayarannya.

j. Lifting Price Variance (LPV)


Berisi perhitungan lifting price variance Kontraktor pada tahun buku yang diperiksa, dengan
perhitungan sebagai berikut:
Uraian Lifting (US$) Entitlement (US$)
Contractor Lifting
Over/Under Lifting
Contractor FTP Share
Cost Recovery
Investment Credit
Contractor Equity Share
DMO Gross
Jumlah
Variance favourable/unfavourable
Bila LPV unfavourable bagi kontraktor maka akan menambah bagian Pemerintah RI,
sedangkan bila LPV favourable bagi kontraktor maka akan mengurangi bagian Pemerintah RI.

k. Overhead Allocation

|284
Berisi perhitungan nilai allocation from home office pada tahun buku yang diperiksa. Perlu
ditekankan bahwa atas biaya ini telah dilakukan detailed study yang disetujui oleh SKK Migas.

l. Interest Cost Recovery (ICR)


Berisi nilai interest recovery yang diklaim oleh kontraktor pada tahun buku yang diperiksa.

m. Abandon and Site Restoration (ASR)


Berisi nilai cadangan abandon and site restoration yang dibentuk pada tahun buku yang
diperiksa berikut nilai akumulasinya serta nama bank dan nomor rekeningnya tempat
penyimpanannya.

n. Biaya Operasi
Berisi rincian biaya operasi yang belum mendapat penggantian pada awal tahun, biaya operasi
selama tahun buku yang diperiksa, biaya operasi yang mendapat penggantian selama tahun
buku yang diperiksa, dan biaya operasi yang belum mendapat penggantian pada akhir tahun
buku yang diperiksa. Adapun rincian perhitungan biaya operasi tersebut adalah sebagai
berikut:
 Biaya Operasi yang belum mendapat penggantian per 1 Januari XXXX
Uraian Akun Minyak Mentah Gas Bumi Total Nilai (US$)
…….
Jumlah

 Jumlah Pengeluaran Biaya Operasi tahun XXXX


Uraian Akun Minyak Mentah Gas Bumi Total Nilai (US$)
Non Capital Expenditures
- …….
Sub jumlah
Capital Expenditures
- …….
Sub jumlah
Jumlah

 Biaya Operasi yang Mendapat Penggantian dalam tahun XXXX


Uraian Akun Minyak Mentah Gas Bumi Nilai (US$)
Non Capital Expenditures
Current Year
Depreciation
Prior years depreciation
Jumlah

|285
 Biaya Operasi yang belum mendapat penggantian per 31 Desember Tahun XXX
Uraian Akun Minyak Mentah Gas Bumi Total
(US$) (US$)
Saldo per 1 Januari XXXX
Pengeluaran tahun XXXX
Jumlah
Cost Recovery tahun XXXX (-)
Saldo biaya operasi 31
Desember XXXX

o. Perhitungan Bagi Hasil


Berisi rincian perhitungan bagi hasil minyah mentah/gas bumi antara Pemerintah RI dan
kontraktor untuk tahun buku yang diperiksa, dengan perincian sebagai berikut:

Uraian Jumlah
Barel US$
Liftings
Oil/Condensate
Gas
LNG
Natural Gas
Propane/Butane
Gross Sales
Less : Government FTP
Less: Cost of LNG Sales
Net Back to Field/Gross Revenue
First Tranche Petroleum
Gross Revenue after FTP
Investment Credit
Cost Recovery
Unrecovered Other Cost
Current Year Operating Cost
Depreciation – Prior Year Assets
Depreciation – Current Year Assets
Total Cost Recovery
Total Recoverables
Equity to be Split

Indonesia Share
Government Share
FTP Share

|286
Equity Share
Lifting Price Variance
Net Domestic Market Obligation
Government Tax Entitlement
Total Indonesia Share

Contractor Share
FTP Share
Equity Share
Lifting Price Variance
Less: DMO
Add: DMO Adjusment
Taxable Share
Government Tax Entitlement
Net Contractor Share
Total Recoverables
Total Contractor Share

p. Kewajiban Perpajakan
Berisi rincian perhitungan PPh Badan dan Dividend Tax kontraktor (operator dan partner)
pada tahun buku yang diperiksa, dengan perincian perhitungan sebagai berikut:

Uraian Jumlah (US$)


FTP Share
Equity Share
Lifting Price Variance
Less: DMO
Add: DMO Adjusment
Taxable Share
Add : Investment Credit
Less : Bonus Payment
Add : Taxable Cummulative FTP
Taxable Income
PPh Badan
(Tarif PPh Badan sesuai PSC x taxable income)
Dividend Tax (tarif x (taxable income – PPh Badan)
Jumlah PPh Badan dan PBDR

Kewajiban PPh Badan dan PBDR/BPT menjadi beban masing-masing patner dengan
perincian sebagai berikut:
 Patner 1 (persentase kepemilikan) = US$ xxxx
 Patner 2 (persentase kepemilikan) = US$ xxxx
 Dst …..

|287
Penjelasan terkait apakah atas kewajiban PPh Badan dan BPT telah dilakukan pembayaran
oleh masing-masing partner.

q. Ikhtisar Temuan
Ikhtisar Temuan berisi daftar temuan pemeriksa yang dirinci dari masing-masing pos yang diuji.
Terdapat perbedaan dalam penyajian format ikhtisar temuan untuk jenis pemeriksaan tahun
berjalan dan pemeriksaan setelah tahun berjalan.
1) Ikhtisar Temuan pada Pemeriksaan Tahun Berjalan (Current Audit)
Pos FQR Nilai FQR Q4 Temuan yang Final FQR Q4 Temuan memerlukan
Unaudited* disetujui (Audited) pembahasan lebih lanjut

Lifting
 Minyak
 Gas Bumi
First Tranche
Petroleum (FTP)
Cost of LNG Sales
Investment Credit
Biaya Operasi
.........
*nilai Final FQR Q4 adalah nilai FQR setelah proses analisis dan evaluasi dengan divisi akuntansi
SKK Migas.

2) Ikhtisar Temuan pada Pemeriksaan Setelah Tahun Berjalan (Post Audit)


Temuan yang disetujui Temuan
Seluruh Temuan perlu
Nilai Jumlah Temuan sudah
No Pos Temuan belum pembahasan
FQR Temuan ditindaklanjuti
ditindaklanjuti lebih lanjut
(USD/Rp) (USD/Rp)
(USD/Rp) (USD/Rp)
1 Tahun
2014
 Lifting
 Biaya
Operas
i
 ......
2 2015
 Lifting
 Biaya
Operas

|288
i
 ..........

Rincian Temuan Hasil Pemeriksaan Tahun Buku yang Diperiksa adalah sebagai berikut:
a) Temuan yang Disetujui.
 Temuan yang sudah ditindaklanjuti (dirinci masing-masing temuan pemeriksaan).
o ......
 Temuan yang belum ditindaklanjuti.
o ........
b) Temuan yang perlu pembahasan lebih lanjut (dirinci masing-masing temuan pemeriksaan).
 .........

3. Temuan Hasil Pemeriksaan Bersama Tahun xxxx.


a. Temuan yang disetujui KKKS.
Berisi rincian masing-masing temuan yang terdiri dari:
1) temuan pemeriksa yang sudah ditindaklanjuti Kontraktor.
2) temuan pemeriksa yang belum ditindaklanjuti Kontraktor.

b. Temuan yang Memerlukan Pembahasan Lebih Lanjut (Pending Items).


Berisi rincian masing-masing temuan pemeriksa yang masih memerlukan pembahasan lebih
lanjut.

4. Temuan Hasil Pemeriksaan Bersama Tahun Buku Sebelumnya.


Berisi rincian masing-masing temuan yang terdiri dari:
a. Temuan yang disetujui KKKS.
Berisi rincian masing-masing temuan yang terdiri dari:
1) temuan pemeriksa yang sudah ditindaklanjuti Kontraktor.
2) temuan pemeriksa yang belum ditindaklanjuti Kontraktor.

b. Temuan yang tidak disetujui KKKS (Pending Items).


Berisi rincian masing-masing temuan pemeriksa yang masih memerlukan pembahasan lebih
lanjut.

5. Usulan dan Data untuk Ditindaklanjuti.


a. Menerbitkan SKP untuk tahun buku yang diperiksa.
b. Hal - hal Lain yang Perlu Mendapat Perhatian.
(berisi penjelasan-penjelasan lain yang dipandang perlu untuk diinformasikan dalam laporan
audit ini, seperti: pengalihan parcitipating interest, pengakhiran kontrak, dan lain sebagainya).

|289
c. Usulan data yang perlu ditindaklanjuti (misal: dividend tax, data vendor, Data pembayaran
pajak FTP, data selisih perhitungan pajak atas investment credit).
d. Apabila dikemudian hari terdapat data baru termasuk data yang semula belum terungkap
dan/atau kesalahan atas usulan hasil pemeriksaan supaya ditindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.

|290
LAMPIRAN 6
GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PSC

Industri migas mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan industri lain pada umumnya.
Kekhasan tersebut diantaranya adalah ketidakpastian akan hasil/penemuan minyak dan gas, sehingga
barang produksi migas belum tentu ada, selain itu, kekhususan pada rezim migas di Indonesia adalah
adanya penggantian biaya operasi (cost recovery) yang dikeluarkan Kontraktor setelah berproduksi
oleh Negara. Pembukuan atas operasional suatu Wilayah Kerja (WK) diamanatkan dalam PSC Section
Books and Accounts and Audits, dan mekanismenya telah diatur dalam Pedoman Tata Kerja (PTK)
Nomor PTK-059/SKKO0000/2015/S0 beserta revisinya yang terbit di tahun 2018 tentang Kebijakan
Akuntansi Kontrak Kerja Sama untuk Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dan PTK
Nomor 063/SKKMA0000/2017/S0 tentang Financial Budget and Reporting Manual of Production
Sharing Contract dan Chart of Account.

SKK Migas melakukan pengelolaan dan pengendalian atas Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
dengan melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan atas dokumen rencana kerja dan anggaran serta
laporan finansial kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi yang disusun oleh KKKS.
Rencana kerja dan anggaran serta laporan finansial yang disusun dan dilaporkan oleh KKKS kepada
SKK Migas, merupakan output dari suatu sistem pencatatan dan pembukuan yang dilakukan oleh KKKS
secara manual maupun elektronik.

|291
Untuk tertib pembukuan dan pelaksanaan Pemeriksaan dalam pelaksanaan PSC, Section Books and
Accounts, and Audits dalam PSC, mengatur tentang kewajiban menggunakan prosedur akuntansi
sebagaimana tercantum dalam Kontrak dan sesuai dengan metode yang ditetapkan oleh SKK Migas.

Exhibit C

PSC Exhibit C Accounting Procedure yang memuat ketentuan sebagai berikut:


Article I: General Provisions (ketentuan umum)
1. Definitions
2. Account and Statements
Article II: Operating Cost
1. Definitions
2. Non Capital Cost
3. Capital Cost
Article III: Accounting Methods to used to Calculate Recovery of Operating Cost (Metode Akuntansi
yang digunakan untuk Perhitungan Pemulihan Biaya-Biaya Operasi)
1. Depreciation
2. Overhead Allocation
3. Interest Recovery
4. Gas Cost
5. Inventory Accounting
6. Insurance and Claim
Article IV: Implementation of Accounting Procedure (Implementasi Prosedur Akuntansi)

|292
Kebijakan akuntansi yang disusun oleh SKK Migas bertujuan untuk :
1. Memberikan pedoman pencatatan dan pembukuan akuntansi atas transaksi-transaksi yang
terkait dengan pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang dilakukan oleh
KKKS berdasarkan Kontrak Kerja Sama.
2. Mendasari pembuatan rencana kerja dan anggaran yang disebut dengan Work Program and
Budget (WP&B), dan laporan finansial rutin yang disebut Financial Quarterly report (FQR) oleh
KKKS.
3. Mendukung agar WP&B, AFE dan FQR yang telah disusun oleh KKKS dapat dimanfaatkan
secara optimal oleh penggunanya karena dapat dipahami, relevan, dan dapat diandalkan
dalam setiap pengambilan keputusan, serta dapat diperbandingkan antara satu dengan yang
lain.
4. Mendukung agar pencatatan dan pembukuan yang diselenggarakan oleh KKKS dapat menjadi
dasar Penghitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan dalam rangka KKS.

Pengguna utama anggaran dan laporan finansial Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi adalah
Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana diwakili oleh SKK Migas. Pengguna lainnya adalah semua
pihak lainnya yang secara sah memiliki akses terhadap WP&B, FQR, serta FMR, dan memiliki
kepentingan terhadap operasional Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi berdasarkan KKS.

Siklus Akuntansi PSC

Siklus Akuntansi PSC mencakup siklus Perencanaan (penganggaran), transaksi, pencatatan transaksi
dalam Jurnal, posting ke Buku Besar (General Ledger), pelaporan transaksi keuangan KKKS, dan Audit.

Dalam siklus ini, kegiatan audit masuk ke dalam siklus, karena secara simultan, SKK Migas melakukan
audit KKKS, baik pada saat pelaksanaan maupun pada setelah selesai kegiatan dan tahun buku (
current and post audit). Sehingga proses audit tidak saja menguji kewajaran dari pencatatan dan
pelaporan transaksi keuangan, namun juga menguji kesesuaian anggaran dengan implementasinya di
lapangan. Setelah itu, adanya koreksi audit akan ditampilkan dalam laporan tahun berjalan.

Audit yang dilakukan SKK Migas dalam hal ini termasuk Closed Out AFE, Penghitungan
Over/Underlifting, dan Pemeriksaan Bagi Hasil setiap tahun buku.

|293
1. Perencanaan / Penganggaran
Guna memudahkan pengawasan, perencanaan penganggaran dikelompokan menjadi dua,
yaitu kegiatan yang bersifat rutin dan kegiatan yang bersifat tidak rutin atau disebut sebagai
proyek. Kegiatan rutin dianggarkan dalam bentuk WP&B (Work Program & Budget), sedangkan
kegiatan tidak rutin / proyek dianggarkan dalam format AFE (Authorization For Expenditure).
Anggaran WP&B dan AFE diajukan oleh KKKS kepada SKK Migas untuk dianalisa dan disetujui
sebagai dasar rencana dan anggaran kegiatan KKKS.
a. Work Program & Budget (WP&B)
WP&B merupakan mekanisme penganggaran yang diajukan oleh KKKS setiap tahunnya
kepada SKK Migas, berupa Annual Plan dan disajikan dalam Budget Schedule. WP&B
mencakup seluruh kegiatan dan anggaran kegiatan yang akan dilakukan oleh KKKS untuk
tahun tertentu, baik kegiatan rutin maupun non rutin.

Budget Schedule (BS) berfungsi mengidentifikasi dan menyajikan ikhtisar aspek finansial
dari Annual Plan. Alur informasi dimulai dari ringkasan yang mendetail dari pendapatan
bagian KKKS dan bagian Pemerintah Indonesia (Budget Schedule 1).

Dalam mempersiapkan Anggaran Tahunan, Operator memulai dengan menyusun :


1. Pengendalian Proyek (BS 18 sampai dengan 24)
2. Financial budget detail (BS 5,6,7,9,10,12,13,14,15,16, dan 17)
3. Intermediate Summary (BS 4,8, dan 11)
4. Final Summary (BS 3, 2A, 2, dan 1)

Jenis BS yang disampaikan dalam WP&B adalah sebagai berikut:

1. Report Schedule 1: Budgeted Financial Status Report

|294
2. Report Schedule 2: Budgeted Key Items Analysis
3. Report Schedule 2A: Budgeted Inventories and Reserves Analysis
4. Report Schedule 3: Expenses and Expenditures Budget Summary
5. Report Schedule 4: Exploration & Development Expenditures Budget
6. Report Schedule 5: Budgeted Exploration Drilling Capital and Operating Expenditures
7. Report Schedule 6: Budgeted Development Drilling Capital and Operating
Expenditures
8. Report Schedule 7: Budgeted Miscellaneous Exploration and Development Capital and
Operating Expenditures
9. Report Schedule 8: Production Expenses Budget
10. Report Schedule 9: Budgeted Production Facilities Capital Expenditures
11. Report Schedule 10: Budgeted Miscellaneous Production Capital Expenditures
12. Report Schedule 11: Administrative Expenses Budget
13. Report Schedule 12: Budgeted Miscellaneous Administrative Capital Expenditure
14. Report Schedule 13: Budgeted Capital Assets to be Placed into Service
15. Report Schedule 14: Budgeted Depreciation Schedule
16. Report Schedule 15: Program Support Listing
17. Report Schedule 16: Liftings Forecast
18. Report Schedule 17: Budgeted Expenditures Summary

b. Authorization for Expenditure (AFE).

AFE merupakan otorisasi pembiayaan rencana kerja dan anggaran atas kegiatan yang
berbasis proyek yang diberikan oleh SKK Migas kepada KKKS berdasarkan evaluasi teknis
dan biaya.
Jenis AFE menurut proses persetujuan :
1) AFE Bundling, adalah AFE yang secara teknis dan biaya telah disetujui oleh fungsi
terkait di SKK Migas, dan persetujuan oleh SKK Migas atas AFE tersebut dilakukan
secara bersama /digabung dengan WP&B Original atau Revisi.
2) AFE Unbundling
Adalah AFE yang secara teknis dan biaya telah disetujui oleh fungsi terkait di SKK
Migas, persetujuan oleh SKK Migas atas AFE tersebut dilakukan terpisah dari
persetujuan WP&B Original atau Revisi.

Jenis AFE menurut tahun pelaksanaan kegiatan:


1) Single Year adalah kegiatan yang jangka waktu pelaksanaannya kurang dari 12 bulan.
2) Multi Years adalah kegiatan yang jangka waktu pelaksanaannya lebih dari 12 bulan

Jenis AFE menurut Proyek :


1) Proyek (Project) adalah kegiatan yang terencana secara khusus untuk menghasilkan
sesuatu yang spesifik dalam kurun waktu tertentu dan menggunakan sumber daya
tertentu.
2) Proyek Utama (Main Project) adalah kegiatan yang terkait langsung dengan
penemuan dan produksi hidrokarbon yang meliputi dan tidak terbatas pada survey
seismik; studi eksplorasi; studi eksploitasi, rekayasa desain, pengeboran eksplorasi,

|295
pengembangan dan kerja ulang, pembangunan atau sewa fasilitas utama lepas pantai
dan pembangunan atau sewa fasilitas utama di darat.

Penganggaran dan pelaporan dalam sistem AFE diklasifikasikan dalam Budget Schedule
and Report 18 sampai dengan 24 dan dapat diterapkan untuk pengeluaran proyek utama
(main projects) dan Proyek lainnya (certain other projects) KKKS sebagaimana diperlukan.
Penggunaan dan Peruntukan Budget Schedule(BS) AFE, format dan rincian serta
penomoran dari masing-masing BS AFE merujuk pada Financial Budget and Reporting
manual yang berlaku( saat ini PTK 063), yaitu sebagaimana ditampilkan dalam tabel:

Budget
View Routine/WP&B Project/AFE
Report Report
Schedule Report Name Schedule Report Name
Budgeted Financial Status
1 18A
Report Airborne Survey
Budgeted Key Items
2 18B
Analysis Land Survey

2A Budgeted Inventories and 18C


Reserves Analysis Marine Survey
Reporting
View 3 Expenses and Expenditures 18D
Budget Summary Transition Zone Survey

4 Exploration & Development 18E


Expenditures Budget Data Processing
Budgeted Exploration
5 Drilling Capital and 18F Exploration and
Operating Expenditures Exploitation Study

6 Budgeted Development 18G Conceptual/FEED


Drilling Capital and (Front End Engineering

|296
Budget
View Routine/WP&B Project/AFE
Operating Expenditures Design)

Budgeted Miscellaneous
Exploration and
7 18H
Development Capital and Secondary and Tertiary
Operating Expenditures Recovery Study
Production Expenses
8 18I
Budget Other Study
Budgeted Production
Drilling/Workover/Well
9 Facilities Capital 19
Service
Expenditures
Budgeted Miscellaneous Material List -
10 Production Capital 20 Drilling/Workover/Well
Expenditures Service
Administrative Expenses
11 21A
Budget Offshore Facilities
Budgeted Miscellaneous Offshore Facilities
12 Administrative Capital 21B (Rental)
Expenditure

13 Budgeted Capital Assets to 21C Offshore Facilities


be Placed into Service (Decommissioning)
Budgeted Depreciation
14 22A
Schedule Onshore Facilities
Onshore Facilities
15 22B
Program Support Listing (Rental)
Other Offshore
16 22C
Liftings Forecast Facilities
Budgeted Expenditures Components List
17 23
Summary (Facilities)
24 Certain Other Projects

2. Transaksi
Selanjutnya setelah anggaran disetujui, KKKS dapat melakukan kegiatan di lapangan dan
transaksi, pencatatan transaksi keuangan dengan menyesuaikan standar pelaporan yang
sudah ditetapkan.
Kebijakan Akuntansi PSC saat ini mengacu kepada PTK 059 tahun 2015 tentang Kebijakan
Akuntansi Untuk Kegiatan Hulu Migas dan perubahannya dalam PTK 059 tahun 2018.
Secara umum dasar pencatatan transaksi bisnis dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas yang
dilakukan KKKS adalah berdasarkan kebijakan akuntansi sebagaimana diatur dalam KKS.
a. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi disusun SKK Migas dengan mempertimbangkan konsistensi
sebagaimana tercantum dalam PTK 059 tahun 2015 dan 2018.
b. Dasar Pencatatan Transaksi
1) Akrual Biaya

|297
Akrual yang dapat dibebankan sebagai penggantian biaya hanya untuk pengadaan
barang atau jasa yang telah diterima oleh KKKS (meskipun belum dilakukan
pembayaran atas barang atau jasa tersebut).
Biaya Operasi hanya dapat diakui jika semua kondisi berikut ini terpenuhi:
 Telah terjadi penurunan manfaat ekonomi di masa depan sehubungan dengan
kenaikan kewajiban dan/atau penurunan Aset; dan
 Biaya Operasi dapat diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Persyaratan pengakuan biaya sebagaimana disebutkan di atas secara umum
ditandai dengan dokumentasi serah terima barang dat/atau jasa pekerjaan yang
ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan barang dan/atau jasa pekerjaan
dengan pihak KKKS, atau dalam bentuk estimasi biaya yang dihitung berdasarkan
realisasi penyerahan barang dan/atau jasa pekerjaan yang dapat diamati oleh
KKKS dan harga yang disepakati berdasarkan kontrak pengadaan. Hal demikian
juga berlaku untuk pengadaan barang dan/atau jasa pekerjaan yang diserahkan
dalam termin.

2) Ringfencing
Perhitungan pendapatan, Pengembalian Biaya Operasi, dan bagi hasil Kegiatan Usaha
Hulu Migas menggunakan konsep ringfencing berupa batasan wilayah kerja (block
basis) atau POD (POD basis).

3) Kepemilikan Minyak dan Gas Bumi


Seluruh Minyak dan Gas Bumi yang diperoleh sebelum titik penyerahan adalah milik
Negara. Minyak dan Gas Bumi yang diperoleh setelah titik penyerahan yang
diperuntukkan sebagai production test adalah milik Negara.

4) Kepemilikan Aset
Aset yang diperoleh atau dibeli dan digunakan KKKS sebagai pelaksanaan KKS
merupakan milik Negara

c. Mata Uang
Mata uang yang digunakan untuk menyusun WP&B dan FQR adalah mata uang Dolar
Amerika Serikat
Kerugian atau keuntungan selisih kurs yang sudah terealisasi (realized) dapat dibebankan
sebagai Biaya Operasi pada periode terjadinya. Sebaliknya, kerugian atau keuntungan
selisih kurs yang belum terealisasi (unrealized) tidak dapat dibebankan sebagai biaya
operasi.

d. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifkasi pos-pos dalam rencana kerja dan anggaran, serta laporan
finansial wajib dilaksanakan secara konsisten antara periode.

3. Pencatatan dalam Jurnal


Penyelenggaraan Pencatatan dan Pembukuan

|298
Penyelenggaraan pencatatan dan pembukuan oleh KKKS harus memenuhi pensyaratan sesuai
dengan ketentuan umum dan prosedur akuntansi Exhibit C KKS. Dalam kaitan Pengembalian
Biaya Operasi, pemenuhan pensyaratan pencatatan dan pembukuan ditandai dengan
tersedianya dokumen pendukung transaksi berupa, namun tidak terbatas pada, dokumen
tagihan, dokumentasi serah terima barang dan/atau jasa, kontrak pengadaan barang dan/atau
jasa, serta dokumen lainnya.

4. Posting ke Buku Besar


Posting Jurnal ke Buku Besar dilakukan sesuai standar pelaporan yang sudah ditetapkan.
Adapun proses pencatatan transaksi, pencatatan dalam Jurnal, dan Posting ke Buku Besar
dilakukan secara simultan dalam sistem akuntansi terintegrasi di KKKS.

5. Pelaporan
Bentuk Laporan Keuangan yang dihasilkan dari sistem akuntansi KKKS ini adalah berupa
Financial Quarterly Report (FQR).
FQR didesain untuk menyajikan ikhtisar angka aktual dan anggaran, dan untuk
mengidentifikasi varian yang signifikan antara angka aktual dan anggaran.
FQR terdiri dari 17 Report utama, yaitu:
e. Report 1 – Financial Status Report
1) Attachment 1 to Report 1 – Investment Credit Report
2) Attachment 2 to Report 1- Audit Adjustment and Suspend Report
3) Attachment 2.1 To Report 1 - Audit Adjustment Report
4) Attachment 2.2 to Report 1- Suspend Report
5) Report 1.2.1 – LNG Financial Status Report
6) Report 1.2.1.1 – LNG Sales Analysis
7) Report 1.2.1.2 – LNG FTP
8) Report 1.2.1.3 – LNG Debt Service Payment
9) Attachment to Report 1.2.1.3 – LNG Debt Service Status
10) Report 1.2.1.4 – LNG Transportation Expenditures
11) Report 1.2.1.5 – LNG Plant Operating Expenditures
12) Report 1.2.1.6 – LNG Cost and Liabilities Recovery
13) Report 1.2.1.7 – LNG Asset Reports

f. Report 2- Key Item Analysis


Report 2 menyajikan ikhtisar statistik utama untuk operasi minyak dan gas bumi yang
disiapkan untuk seluruh POD dan/atau WK.
g. Report 2A – Inventories and Reserves Analysis
Report 2A menyajikan ikhtisar persediaan dan cadangan ooperasi minyak dan gas bumi
untuk seluruh POD dan/atau WK.

h. Report 3 – Expenditures Summary


Report 3 menyajikan ikhtisar total angka aktual pengeluaran non kapital dan pengeluaran
kapital pada kuartal berjalan dan tahun berjalan untuk seluruh POD dan/atau WK. Biaya
penyusutan tidak termasuk dalam Report 3.

|299
i. Report 4 – Exploration and Development Expenditures
Report 4 menyajikan ikhtisar pengeluaran aktual atas pemboran eksplorasi (exploration
drilling) dan pemboran pengembangan (development drilling), baik kapital maupun
nonkapital, pada kuartal berjalan dan tahun berjalan untuk seluruh POD dan/atau WK
yang disusun berdasarkan functional category. Report 4 merupakan laporan gabungan
apabila Operator menjalankan Operasi migas dalam POD dan/atau WK yang sama.
1) Report 4.1 disiapkan untuk operasi minyak bumi dan
2) Report 4.2 disiapkan untuk operasi gas bumi.
3) Attachment to report 4 – Exploration and Development Expenses

j. Report 8 – Production Expenses Analysis


Report 8 menyajikan ikhtisar angka aktual atas pengeluaran biaya produksi Operasi Migas
kuartal berjalan dan tahun berjalan untuk seluruh POD dan/atau WK berdasarkan
functional category. Report 8 melaporkan biaya produksi nonkapital dan penyusutan,
namun tidak termasuk biaya produksi kapital, dan mengidentifikasi perbedaan antara
biaya aktual dan biaya yang dianggarkan. Report 8 dilengkapi dengan Attachment to
Report 8 – Production Expenses.

k. Report 11 – Administrative Expenses Analysis


Report 11 menyajikan:
1) Ikhtisar angka aktual atas pengeluaran administrasi operasi migas kuartal berjalan
dan tahun berjalan untuk seluruh POD dan/atau WK berdasarkan functional category.
2) Melaporkan biaya administrasi nonkapital tahun berjalan dan biaya penyusutan,
namun tidak termasuk biaya administrasi kapital
3) Mengidentifikasi perbedaan antara biaya aktual dan biaya yang dianggarkan.

Pada Report 11, terdapat Attachment to Report 11 – Administration Expenses, di mana


laporan tersebut menjelaskan secara detail jenis dan sumber untuk setiap kategori biaya.

l. Report 14 - Depreciation Expenses Report


Report 14 menyajikan ikhtisar aset perolehan barang milik negara dan biaya penyusutan
Operasi Migas kuartal berjalan dan tahun berjalan untuk seluruh POD dan/atau WK yang
terdiri dari:
1) Report 14.1, digunakan untuk menghitung penyusutan aset dari Proyek Migas yang
tidak dikelompokkan berdasarkan grup pada KKS.
2) Report 14.2, digunakan untuk menghitung penyusutan aset dari Proyek Migas yang
dikelompokkan memiliki cadangan terbukti berumur 7(tujuh) tahun atau untuk
pengelompokkan aset yang sama namun tidak ada pengaturan terkait dengan
cadangan berdasarkan KKS untuk Operasi Migas.
3) Report 14.3 digunakan untuk menghitung penyusutan aset dari Proyek Migas yang
memiliki cadangan terbukti lebih dari 7 (tujuh) tahun atau untuk pengelompokan aset
yang sama namun tidak ada pengaturan terkait dengan cadangan berdasarkan KKS
untuk Operasi Migas.

|300
m. Report 15 – Project Status Report
Report 15 menyajikan ikhtisar status seluruh proyek utama (main projects) dan proyek
lainnya (certain other projects) secara kuartalan berdasarkan nomor AFE.
Dalam Attachment to Report 15, Operator menyajikan detail Biaya Kapital dan Biaya Non
Kapital, PIS, dan Biaya yang dapat dikembalikan atau ditangguhkan
(recoverable/suspended amount).

n. Report 16 – Lifting Share Analysis


Report 16.1 dan Report 16.2 menyajikan informasi Lifting Minyak Bumi dan/atau Gas
Bumi bagian KKKS, perhitungan over atau under Lifting dan DMO seluruh POD dan/atau
WK. Report 16 terdiri dari:
1) Report 16.1 digunakan untuk menyajikan perhitungan bagi hasil dari Lifting Minyak
Bumi dan/atau kondensat.
2) Report 16.2 digunakan untuk menyajikan perhitungan bagi hasil dari Lifting Gas Bumi.
Operator melaporkan ‘Take or Pay’ dan ‘Make Up Gas’ pada tabel dibawah Report
16.2 apabila dibutuhkan.
3) Attachment to Report 16 – Detail of Lifting and Calculation of DMO

o. Report 17- Total Expenditures Summary


Report 17 menyajikan ikhtisar jenis dan sumber untuk setiap pengeluaran dari Biaya
Kapital dan Biaya Nonkapital tahun berjalan Operasi Migas untuk seluruh POD dan/atau
WK namun tidak termasuk biaya penyusutan.

6. Audit
Dalam Industri Hulu Migas, Pemeriksaan dilaksanakan secara current dan post. Salah satu
pelaksanaan current audit adalah dalam memproses pertanggungjawaban AFE (Closed Out
AFE).
a. Current Audit
Closed Out AFE adalah pertanggungjawaban pelaksanaan dan realisasi biaya proyek dalam
masing-masing WK KKKS berdasarkan AFE dan/atau revisi AFE yang disetujui oleh SKK
Migas, baik secara terpisah ataupun bundling dengan persetujuan WP&B. Dokumen
pengajuan Closed Out AFE, adalah berupa Closed Out Report (COR AFE), diajukan oleh
KKKS kepada SKK Migas.
b. Post Audit, diantaranya adalah Pemeriksaan bagi hasil atau audit atas laporan tahunan,
sebagaimana diamanatkan dalam PSC Section Books, and Accounts and Audits, dan
dilakukan setelah suatu tahun buku selesai.

Sebagaimana istilah Akuntansi pada umumnya, Akuntansi PSC juga mengelompokan jenis biaya dalam
2 kategori Capex (capital expenditure) dan OPEX (operational expenditure). Capex atau Capital
Expenditure merupakan pengelompokan biaya yang pada akhirnya akan dikapitalisasi Kapitalisasi ini
dilakukan jika sudah memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya Proyek sudah selesai (complete) dan
PIS (Place Into Service). Sedangkan Opex atau Operating Expenditure merupakan kelompok transaksi
yang selamanya akan dilaporkan dalam akun biaya.

|301
LAMPIRAN 7
DAFTAR ISTILAH DALAM INDUSTRI MIGAS

AANWIDZING
Penjelasan lapangan sebelum rekanan memasukkan penawaran, disebut juga pre-bid
meeting.

ABANDON
Tindakan untuk tidak meneruskan usaha memproduksi oil atau gas dari suatu well atau
kontrak/lease, dan menutup (plug) reservoir yang ada sesuai ketentuan yang berlaku.

ADMINISTRATION COST
Biaya administrasi adalah biaya-biaya tak langsung yang dikeluarkan dalam rangka
mendukung operasi minyak dan gas.

AFC (AUTHORIZATION FOR COMMITMENT) FORM


Merupakan dokumen yang digunakan untuk mengendalikan suatu project/pengeluaran
atau material untuk keperluan intern KPS. AFC untuk suatu pengeluaran, misalnya AFC
untuk IDC akan berisi total biaya yang dirinci atas masing-masing jenis biaya.

AFE (AUTHORIZATION FOR EXPENDITURE) FORM


Suatu dokumen yang digunakan dalam proses perencanaan pekerjaan yang akan
dilaksanakan yang diajukan kepada SKK Migas untuk memperoleh persetujuan. Meliputi
biaya yang dikategorikan sebagai IDC (Intangible Driling Cost) maupun biaya tangible, baik
secara total maupun detail. Formulir ini menunjukkan anggaran suatu projek dan biaya
aktualnya.

AIR/GAS LIFT
Suatu metode untuk mengeluarkan oil dari formasi yang ada dengan cara menyuntikkan
udara atau gas melalui casing.

API (AMERICAN PETROLEUM INSTITUDE) GRAVITY


API gravity merupakan suatu ukuran gravitasi dari produk petroleum. API gravity diperoleh
berdasarkan suatu formula tertentu.

ASSOCIATED GAS
Adalah natural gas yang timbul dari suatu gas cap yang berada dalam oil zone.

|302
BBL (BARREL)
Suatu standar ukuran isi untuk crude oil dan produk petroleum cair lainnya. Satu barrel sama
dengan 42 US Gallons dalam temperatur 60 Fahrenheit.

BOPD (BARREL OF PRODUCTION PER DAY)


Hasil produksi perhari dari operasi suatu kontrak.

BASE SALARY (US BASE SALARY)


Merupakan gaji pokok expatriate apabila yang bersangkutan bekerja di US (home country).
Base salary ini digunakan sebagai dasar perhitungan compensation package dan benefit.

BLANKET ORDER
Suatu purchase atas barang/jasa untuk suatu periode tertentu atau sampai suatu jumlah
pengeluaran yang ditetapkan, yang realisasi penyerahannya dilaksanakan secara bertahap
sampai mencapai suatu periode tertentu atau jumlah pengeluaran tertentu.

BLOW OUT/BLOW OUT PREVENTER


Blow out adalah suatu aliran yang keras/kuat dari oil atau gas dari suatu reservoir ke
permukaan dan biasanya di luar kendali. Untuk mengendalikan tekanan di ruang antara
casing dan pipa drilling atau di lubang terbuka saat drilling dan completion maka di well
head perlu dipasang peralatan yang disebut blow out preventer.

BONUS PENANDATANGANAN (SIGNATURE BONUS/COMPENSATION BONUS)


Pembayaran yang dilakukan oleh kontraktor kepada Negara sebagai kompensasi atas
informasi yang diberikan oleh Negara (SKK Migas), berkaitan dengan geological,
geophysical, drilling, well, dan produksi dari wilayah kuasa pertambangan yang
bersangkutan. Kewajiban pembayaran signature bonus biasanya dikaitkan dengan
penandatanganan kontrak, baik kontrak baru atau perpanjangannya. Besarnya bonus
ditentukan dalam kontrak dan pembayarannya dilakukan dalam masa 30 hari setelah
Negara (SKK Migas) menyerahkan copy kontrak yang telah disetuhui kepada kontraktor.

BONUS PRODUKSI (PRODUCTION BONUS)


Kontraktor diwajibkan membayar bonus produksi kepada Negara apabila telah memenuhi
ketentuan dalam kontrak seperti :
– BOPD untuk wilayah kerja kontrak tersebut telah mencapai tingkat produksi harian
tertentu
– Akumulasi produksi untuk wilayah kerja kontrak tersebut telah mencapai jumlah
tertentu.
– Akumulasi produksi untuk wilayah kerja kontrak tersebut telah mencapai jumlah
tertentu atau melampaui periode waktu tertentu, mana yang lebih dulu.

|303
Persyaratan tingkat produksi umumnya ditentukan berdasarkan produksi harian secara terus
menerus dalam rata-rata selama jangka waktu 120 hari. Setelah memenuhi persyaratan ini,
maka pembayaran bonus harus dilakukan dalam masa 30 hari.

BS / BS & W (BASIC SEDIMENT/BASIC SEDIMENT & WATER)


Kandungan air dan sedimen dalam crude oil atau produk petroleum lainnya.

BTU (BRITISH TERMAL UNIT)/MMBTU


Suatu satuan ukuran jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur satu
pound air satu derajat Fahrenheit.
MMBTU = 1.000.000 BTU

CASH CALL
Merupakan perhitungan (pengiriman cash) antara partner dengan operator dalam rangka
membiayai/menjalankan operasi/usaha perminyakan.

CASING
Pipa besi yang dipasang dalam sumur/well oil atau gas pada saat drilling. Fungsi dari casing
di sini adalah untuk mencegah kebocoran dan keruntuhan dinding sumur selama drilling.
Pada saat well telah berproduksi dapat juga berfungsi sebagai menaikkan (extract) oil atau
gas.

CEMENTING
Pemasangan casing dalam lubang sumur (menggunakan cement). Istilah ini digunakan juga
dalam penutupan lubang sumur untuk menutup formasi yang tidak produktif.

CO (CHANGE ORDER)
Dokumen yang dikeluarkan oleh Kontraktor untuk mengubah kontrak/PO semula dengan
kesepakatan antara kontraktor dan vendor.

CHOKE
Alat yang dapat membuka dan menutup aliran minyak dan gas secara otomatis sesuai
dengan tekanan yang ada dalam pipa.

CHRISTMAS TREE
Peralatan yang dihubungkan dengan valves (kran) dan fittings, dipasang di well untuk
mengendalikan aliran oil/gas.

|304
CLEARING ACCOUNTS
Suatu accounts (akun) yang digunakan untuk megakumulasikan biaya-biaya dalam suatu
periode tertentu. Pada akhir periode, saldo akumulasinya kemudian dialokasikan ke akun
lainnya dengan menggunakan formula yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga
akhirnya menjadi nihil.

COLA (COST OF LIVING ADJUSTMENT)


Suatu tunjangan yang diberikan kepada expatriate yang bekerja di Indonesia karena adanya
perbedaan cost of living di home country dengan cost of living di Indonesia. Sering disebut
juga different cost of living Adjustmen (DCLA).

COMMODITIES AND SERVICES ALLOWANCE


Suatu program yang dirancang untuk menyamakan biaya-biaya barang dan jasa di
Indonesia dengan harga barang dan jasa di home country. C & S Allowance ditetapkan
berdasarkan suatu index of living cost. Sering juga disebut COLA.

CONDENSATE
Cairan hydrocarbon ringan yang bersifat gas dalam reservoir, namun menjadi cairan di
permukaan.

CORE/CORE ANALYSIS
Suatu sample dalam bentuk cylinder yang diambil dari formasi untuk tujuan pengujian.
Pengujian dilakukan terhadap core tersebut untuk menentukan kandungan dari formasi
yang diambil, meliputi porosity, permeability, fluid content, angle of dip, geological age,
lithology, dan probable productivity.

COST CENTER
Pusat biaya adalah akun yang diciptakan untuk menampung kelompok biaya tertentu.

COST RECOVERY
Penggantian biaya operasi oleh Pemerintah kepada Kontraktor sesuai perjanjian, biasanya
dibayar dalam bentuk hasil produksi, dimana hasil produksi tersebut dinilai dengan
Weighted Average Price.

COUPLING
Adalah alat yang digunakan untuk menyambung satu pipa dengan pipa lainnya.

CRUDE OIL
Cairan petroleum (minyak mentah) yang dihasilkan sebelum proses lebih lanjut (refinery).
Crude oil meliputi mineral oil, asphalt, “ozokerite” dan segala jenis “hydrocarbons” dan

|305
bitumen”, baik dalam bentuk padat atau cair, dalam bentuk alami (natural) atau diperoleh
dari natural gas melalui kondensasi atau “extraction”.

DAILY DRILLING REPORT


Laporan 24 jam yang menunjukkan kejadian-kejadian penting yang timbul di drilling rig.

DRM (DAFTAR REKANAN MAMPU)


Daftar yang memuat rekanan yang telah tulus prakualifikasi (Bidder‘s list) yang dikeluarkan
oleh PEMDA tk. I.

DRT (DAFTAR REKANAN TERSELEKSI)


Daftar rekanan yang mempunyai Sisa kemampuan Nyata (SKN). lihat SKN.

DEMOB (DEMOBILISASI)
Perpindahan peralatan pihak ketiga dari lokasi terakhir pekerjaan ke tempat asal yang
ditetapkan dalam kontrak.

DEMURRAGE FEE
Biaya labuh kapal yang harus dibayar karena tertahannya kapal melebihi batas waktu yang
telah ditetapkan.

DEPLETION
Amortisasi atas biaya perolehan kekayaan mineral yang dikapitalisir. Besarnya
pengurangan amortisasi pada umumnya didasarkan pada jumlah mineral yang diproduksi.

DEPRESIASI
Alokasi biaya dari suatu fixed assets sesuai dengan masa manfaat yang diatur dalam
kontrak.

DEVELOPMENT COST
Merupakan biaya drilling dan biaya-biaya lainnya dari suatu well, termasuk casing tetapi
tidak termasuk biaya eksplorasi. Sedang pengembangan property adalah kegiatan drilling
dari proven property dan melengkapinya dengan segala fasilitas produksi yang diperlukan.

DEVELOPED RESERVES
Merupakan reserve di mana crude oil atau gas dapat diproduksi dengan fasilitas yang ada.

DEVELOPMENT WELL
Suatu well yang digali untuk memperoleh akses ke oil atau gas dari suatu “proved
reserved”.

|306
DIRECT CHARGES
Biaya yang dapat dibebankan langsung ke Indonesia dengan persyaratan tertentu, misalnya
atas dasar permintaan dari Indonesia.

DISCOVERY WELL
Suatu exploratory well di mana ditemukan suatu oil field baru.

DISPOSAL WELL (SUMUR PEMBUANG)


Suatu well di mana salt water dipompakan ke bawah tanah (ke dalam formasi).

DMO (DOMESTIC MARKET OBLIGATION)


Kontraktor bagi hasil diwajibkan menjual sebagian dari produksinya untuk kepentingan
pemasaran dalam negeri, apabila terdapat equity to be split. Untuk itu pemerintah
diwajibkan membayar suatu fee. Perhitungan besarnya DMO diatur dalam kontrak yang
bersangkutan.

DMO FEE
Fee yang dibayarkan oleh Pemerintah kepada kontraktor sehubungan dengan kewajiban
kontraktor untuk menyerahkan sebagian dari bagiannya untuk memenuhi kebutuhan
minyak dalam negeri. DMO Fee diklasifikasikan dalam dua kelompok. Pertama, untuk
suatu periode awal produksi (lima tahun) menggunakan WAP (Indonesian Crude Price).
Sedang untuk periode selanjutnya dinilai sebeasar US$ 0.20 / barrel untuk PSC lama dan
sebesar 10 % dari ICP untuk PSC baru atau menurut harga lainnya yang ditetapkan PSC.
DIRECTIONAL DRILLING
Adalah pengeboran miring yang direncanakan menuju satu titik serap (reservoir).

DOWNSTREAM ACTIVITIES
Downstream activities merupakan kegiatan / operasi setelah produksi crude oil / gas,
antara lain kegiatan pemrosesan, distribusi dan marketing crude oil dan gas yang
dihasilkan.

DOWN TIME
Waktu yang hilang selama periode berhenti bekerja, karena tidak cocoknya suatu alat
untuk pemakaian atau karena adanya perbaikan (repair).

DRILLING MUD
Lumpur pengeboran yang digunakan dalam operasi drilling pada sumur oil dan gas untuk
mengontrol tekanan ke atas sumur tersebut dalam rangka mencegah blow out dan

|307
kerusakan formasi. Lumpur drilling disirkulasikan selama drilling rotary drilling dan
workover untuk membantu pendinginan dan melumasi mata bor (rock bit)

DRY HOLE
Suatu exploratory/development well yang tidak menghasilkan oil atau gas secara komersial
disebut juga duster.

DUAL COMPLETION
Suatu well yang sekaligus mengalirkan oil dan gas dari kedalaman zone yang berbeda.
Dengan pemasangan tubing tertentu dapat diproduksi oil/gas dari zone yang berbeda.

E/E (ENGINEERING ESTIMATE)


Rencana biaya pelaksanaan pekerjaan yang dibuat oleh tenaga ahli di luar pegawai pemberi
kerja.

EOR (ENHANCED OIL RECOVERY)


Penambahan energi pada reservoir minyak selain yang digunakan dalam primary recovery
sehingga sumur yang tidak lagi berproduksi menjadi berproduksi lagi. Sering disebut
tertiary recovery.

EQUITY SHARE
Bagian Pemerintah/kontraktor yang dihitung berdasarkan suatu prosentase yang
ditetapkan dalam kontrak dari equity to be split.

EQUITY TO BE SPLIT
Nilai yang tersisa dari nilai lifting setelah dikurangi dengan first tranche petroleum, cost
recovery dan investment credit, yang akan dibagi antara Pemerintah/Pertamina dan
Kontraktor.

EXPATRIATE
Tenaga ahli asing yang bekerja di Indonesia untuk jangka waktu tertentu dan telah
memenuhi ketentuan yang berlaku, misalnya ijin kerja tenaga asing (IKTA)

EXPLORATION COSTS
Biaya-biaya yang timbul dalam rangka mengidentifikasi / mencari hydrocarbon (minyak
dan gas).

EXPLORATORY WELL
Well yang digali dalam rangka menemukan hydrocarbon (oil atau gas).

|308
EXCESS INVENTORY
Inventory yang melebihi kebutuhan normal operasi, biasanya melebihi kebutuhan selama
24 bulan.
FARMOUT
Transfer sebagian atau seluruh hak pengusahaan oil atau gas dari owner kepada assignee.
Asignee akan memproleh interest atas property yang bersangkutan, dan sebagai
imbalannya assignee akan menanggung sebagian atau seluruh biaya pengembangannya.

FIELD
Field menunjukkan formasi produktif bawah tanah tempat terdapatnya sejumlah sumur
yang memproduksi minyak dan gas bumi. Dalam satu field mungkin terdapat beberapa
reservoir dengan kedalaman yang berbeda.

FIRE WALL
Suatu dinding yang dibangun mengelilingi tangki oil dengan tujuan untuk menampung oil
bila tangki mengalami kebocoran.

FISHING TOOL
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan benda yang tanpa sengaja tertinggal dalam
well. Benda tersebut harus diambil sebelum pekerjaan dapat dilanjutkan kembali.
FLARE
Pembuangan minyak atau gas melalui pembakaran karena tidak ekonomis untuk diproses
lebih lanjut.

FLOW LINE
Pipa dipermukaan yang digunakan mengalirkan oil untuk mengeluarkan oil.

FOREIGN BASE SALARY


Merupakan Base Salary ditambah dengan Foreign Service Premium.

FOREIGN SERVICE PREMIUM


Merupakan financial incentive yang diberikan kepada expatriate yang ditugaskan untuk
bekerja dan tinggal di luar negeri (e.g. Indonesia). Biasanya diekspresikan dalam suatu
persentase dari US Base Salary

FORMASI
Struktur batuan yang lapisan-lapisannya sebagian besar mempunyai ciri-ciri yang sama,
baik kandungan mineral maupun fosilnya.

|309
FTP (FIRST TRANCE PETROLEUM)
Penyisihan dari lifting oil atau gas (biasanya 20%) sebelum lifting tersebut dikurangi dengan
cost recovery. Selanjutnya penyisihan tersebut dibagi antara Pemerintah dan Kontraktor
menurut prosentase yang ditetapkan dalam kontrak. FTP diperhitungkan tanpa
mempertimbangkan apakah dari operasi oil atau gas yang bersangkutan terdapat equity to
be split.

FRACTURING
Suatu teknik untuk menaikkan tingkat produksi dengan cara memberikan tekanan yang
tinggi (misalnya dengan cara menembakkan campuran oil dan pasir) ke formasi sehingga
permeabilitynya diakumulasikan.

GATHERING LINES
Pipa kecil yang mengalirkan oil dari beberapa tangki dengan menggunakan mistar
pengukur.

G & G (GEOLOGICAL AND GEOPHYSICAL) STUDIES


Suatu proses untuk mengidentifikasikan permukaan atau bawah permukaan dari struktur
tanah atau formasi yang dapat menunjukkan adanya kemungkinan kandungan mineral.

GEOLOGRAF
Alat yang mencatat secara otomatis laju kecepatan dan tingkat kedalaman penembusan
selama operasi pengeboran.

GEOPHONE
Alat deteksi yang digunakan dalam survey seismic untuk menangkap gelombang suara yang
dipantulkan oleh lapisan bawah permukaan.

GROUP DENTAL INSURANCE


Merupakan benefit yang dibayarkan oleh perusahaan untuk menutup asuransi untuk
keperluan perawatan dental para expatriate. Besarnya bantuan perusahaan atas program
ini ditetapkan berdasarkan suatu tarif tertentu secara absolut dalam US Dollar per pegawai
setiap bulan. Setiap pegawai dibedakan antara status pegawai tanpa tanggungan dan
pegawai dengan tanggungan, sehingga bantuan untuk program ini tidak dipengaruhi oleh
besarnya gaji dan kedudukan pegawai yang bersangkutan.

|310
GROUP LIFE INSURANCE
Merupakan benefit yang dibayarkan oleh perusahaan untuk menutup life insurance para
expatriate. Besarnya bantuan perusahaan pada program ini tergantung pada option yang
dipilih peserta dan variasinya cukup banyak.

GROUP MEDICAL INSURANCE


Merupakan benefit yang dibayarkan oleh perusahaan untuk menutup asuransi untuk
keperluan perawatan medis para expatriate. Besarnya bantuan perusahaan atas program
ini ditetapkan berdasarkan suatu tarif tertentu secara absolut dalam US Dollar per pegawai
setiap bulan. Setiap pegawai dibedakan antara status pegawai tanpa tanggungan dan
pegawai dengan tanggungan, sehingga bantuan untuk program ini tidak dipengaruhi oleh
besarnya gaji dan kedudukan pegawai yang bersangkutan.

HARMONI I
Harta Modal Pertamina I yaitu daftar assets berwujud yang dikuasai sepenuhnya oleh
Pertamina.

HARMONI II
Daftar assets berwujud yang dikuasai oleh Anak Perusahaan Pertamina.

HARMONI III
Daftar asset berwujud milik Pertamina yang dimanfaatkan oleh Kontraktor Minyak Asing.
Harmoni pada umumnya mempunyai nomor identifikasi dan dicatat dengan nilai
perolehan.

HOME OFFICE
Kantor Induk dari kontraktor Production Sharing yang beroperasi di Indonesia, kemana
kontraktor berkewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawabannya. Kantor induk
tersebut dapat mengatur pembiayaan operasi kontraktor di indonesia.

HO OVERHEAD
Biaya administrasi dan umum yang timbul di Home Office yang sebagian dialokasikan ke
biaya operasi di indonesia dengan metoda alokasi tertentu.

HYDROCARBON
Suatu campuran organik antara hydrogen dan carbon. Dengan ditemukannya hydrocarbon
dalam suatu formasi atau struktur tanah, menunjukkan adanya kemungkinan kandungan
oil atau gas.

|311
ICP (INDONESIA CRUDE PRICE)
Harga Crude oli yang ditetapkan oleh Pemerintah setiap bulan untuk menghitung nilai
lifting.

IDC (INTANGIBLE DRILLING COST)


Pengeluaran dalam kegiatan drilling yang langsung dibiayakan pada tahun terjadinya.
Pengeluaran tersebut meliputi biaya-biaya dalam rangka menggali well atau menyiapkan
well agar berproduksi. IDC juga meliputi biaya untuk memperdalam ke formasi yang
berbeda atau menutup kembali well oil atau gas yang sebelumnya telah digali atau telah
ditinggalkan (abandoned).

INJECTION/INPUT WELLS
Well yang digunakan untuk menginjeksi gas atau air bertekanan tinggi ke suatu formasi
dalam mempertahankan tekanan yang memadai untuk memproduksi oil atau gas
ICB (INTERCOMPANY BILLING)
Suatu dokumen baku yang digunakan oleh suatu perusahaan sebagai sarana alokasi
pembebanan biaya ke afiliasinya atau antar afiliasi.

INVESTMENT CREDIT
Suatu paket “incentive” yang diberikan oleh Pemerintah/Pertamina kepada kontraktor
untuk merangsang kontraktor menambah investasinya. Incentive diberikan berupa suatu
prosentase yang ditetapkan dalam kontrak dari investasi yang dilakukan untuk direct
production oil facilities. Untuk kontrak yang ditandatangani tahun 1992 (paket incentive
1992), investment credit diberikan baik untuk fasilitas oil maupun gas.

JOINT (BATANG)
Satu satuan dari pipa drilling, casing dan sejenisnya, biasanya panjangnya antara 20 atau
30 feet.

JOA (JOINT OPERATION AGREEMENT)


Suatu bentuk PSC di mana pada prinsipnya Pertamina ikut dalam penyertaan (interest
holder) sebesar 50%. Yang bertindak sebagai operator adalah kontraktor.

JOB (JOINT OPERATION BODY)


Suatu bentuk PSC dimana pada prinsipnya Pertamina ikut dalam penyertaan (interest
holder) sebesar 50%. Yang brtindak sebagai operator adalah Pertamina.

KILL A WELL
Mengendalikan well bertekanan tinggi dengan menggunakan lumpur (mud) atau air.

|312
KLARIFIKASI
Menyamakan persepsi tentang pekerjaan kepada vendor, tapi tidak merubah nilai
penawaran.

KONTRAK UNITISASI
Bentuk kerjasama antara dua atau lebih kontraktor untuk mengusahakan pengembangan
dan produksi dua atau lebih lapangan minyak dan gas bumi yang secara geologis
berdekatan. Bagi hasil ditetapkan berdasarkan kontrak unitisasi.

LIFTING
Yaitu mengirimkan produk petroleum. Point of lifting pada umumnya diperlukan sebagai
point of sale dalam perhitungan bagi hasil. Lifting untuk oil dinilai berdasarkan Indonesian
Crude Price (ICP), sedang lifting untuk gas ditetapkan berdasarkan perjanjian yang berlaku.

LIFTING ENTITLEMENT
Merupakan hak Pemerintah/Pertamina dan kontraktor dari lifting yang telah dilakukan.

LIGHT CRUDE (MINYAK RINGAN)


Crude oil biasanya berkadar API gravity 30 atau lebih.

LINE FILL
Volume oil atau gas yang diperlukan untuk mengisi pipa sebelum delivery dimulai oil atau
gas tersebut menjadi prsediaan permanen.

LNG (LIQUID NATURAL GAS/LIQUIFIED NATURAL GAS)


Merupakan liquid hydrocarbon yang diproses (diextract) dari natural gas.

LPG (LIQUID PETROLEUM GAS/LIQUIFIED PETROLEUM GAS)


Meliputi propane dan Butane dalam bentuk liquid dengan “vapour pressure” satu
atmosphere.

LOCAL CONTENT
Porsi kandungan locala dalam suatu produk.

LOGGING
Pengambilan dan pencatatan atas pengukuran formasi yang digali.

LIH (LOST IN HOLE)


Material/eaquipment yang tertinggal dalamwell pada saat dilakukan drilling.

|313
MAKING A TRIP
Meliputi menarik (hoisting) dan memasukkan “drilling string” dari dan ke dalam sumur
yang digali.

MDR
Material discrepancy report timbul apabila terdapat perbedaan spesifikasi, kuantiti atau
kondisi antara barang yang dipesan dan yang diterima. Originator MDR bisa petugas
gudang atau end user, tergantung siapa yang menemukan perbedaan tersebut.

MR (MATERIAL REQUISITION)
Permintaan material yang diajukan end user kepada purchasing/material department.

MCF/MMCF
Standar ukuran volume dari natural gas, yaitu singkatan dari 1.000/1.000.000 cubic feet

MASTER LIST
Daftar barang-barang yang dapat diimpor.

MIT ACCOUNT (MATERIAL IN TRANSIT ACCOUNT)


Dari segi pembukuan merupakan akun perantara untuk barang-barang yang dibeli.

MOB (MOBILISASI)
Perpindahan peralatan pihak ketiga dari tempat asal yang ditetapkan dalam kontrak ke
lokasi pertama pekerjaan.

MOBILE DRILLING RIG


Drilling rig yang biasanya digunakan untuk operasi di offshore. Rig ini bergerak dari satu
“drill site” ke drill site lainnya. Beberapa contoh mobile rig adalah drill ship, jack up dan
semi subnersible rig.

MOVING
Perpindahan peralatan drilling (rig) dari satu lokasi drilling ke lokasi drilling lainnya.

MT (MATERIAL TRANSFER)
Yaitu transfer dari suatu warehouse untuk material yang akan digunakan di mana material
tersebut langsung dibiayakan.

NEW FIELD
Suatu field yang masa produksi komersialnya kurang dari 60 bulan.

|314
NEW OIL
Minyak yang dihasilkan dari reservoir/formasi yang masa produksinya belum mencapai
60 bulan.

NIPPLE
Sepotong pipa yang dipasangkan pada tangkai kunci untuk memperbesar daya ungkitnya.

OIL POOL
Suatu reservoir bawah tanah yang mengandung oil di sedimentary rock.

OIL SAND
Suatu porous reservoir yang mengandung oil.

OIL SEEP
Suatu area di mana sejumlah kecil petroleum muncul ke permukaan.

OLD FIELD
Suatu field yang masa produksi komersial telah lebih dari 60 bulan.

OLD OIL
Minyak yang dihasilkan dari reservoir/formasi yang masa produksinya telah lebih dari
60 bulan.

ON THE LINE
Suatu tangki oil yang sedang dikosongkan dengan mengalirkan ke pipa.

OPEN HOLE LOGGING


Logging atas sumur yang belum dipasang casing. Lihat logging.

OVER (UNDER) LIFTING


Yaitu lifting dari kontraktor/Pertamina yang melebihi (di bawah) haknya (lifting
entittlement). Over (under) lifting ini dinilai dengan menggunakan weighted average price,
dimana selanjutnya dapat diselesaikan melalui cash settlement atau in kind settlement.
Perhitungan over (under) lifting oil dari kontraktor adalah sebagai berikut (dalam barrel):

Cost Recovery xxxx


Investment credit xxxx
First trance Petroleum xxxx
Equity Share 34.0909% xxxx
Gross DMO ( xxxx ) +
|315
Contraktor Entitlement xxxx
Contractor Liftings xxxx

(Over) under liftings xxxx


WAP US$ xxxx

(Over) under liftings US$ xxxx x

O/E (OWNER’S ESTIMATE)


Rencana biaya pelaksanaan pekrjaan yang dibuat oleh End User/pemilik/pemberi kerja.

PAYROLL BURDEN/BENEFIT
Payroll Burden adalah unsur payroll yang tidak dibayarkan kepada para expatriate dalam
bentuk uang, tetapi oleh Home Office dipergunakan sebagai dana untuk menutup berbagai
macam biaya benefit/burden untuk kepentingan para expatriate.
Besarnya Payroll Burden yang dibebankan ke Subsidiary dalam suatu tahun biasanya
berupa estimate persentase dari Benefit Base (jumlah US Base Salary dan Foreign
Premium).

PIUD (PEMBERITAHUAN IMPOR BARANG UNTUK DIPAKAI)


Dokumen pabean yang digunakan untuk mengeluarkan barang-barang impor ke daerah
pabean.

PERMEABILITY
Tingkat kondisi batuan formasi yang memungkinkan oil untuk bergerak dalam reservoir.
Dipengaruhi oleh porosity dan hubungan antar poros tersebut.

FQR (FINANCIAL QUARTERLY REPORT)


Laporan keuangan Triwulan yang dibuat KKKS yang disampaikan kepada SKK Migas sesuai
dengan format yang ditentukan SKK Migas.

PETROLEUM
Oil atau gas yang diperoleh secara alami dalam batuan dari bawah tanah, biasanya dengan
menggali suatu reservoir dan mengalirkan oil atau gas tersebut ke permukaan melalui
suatu pipa.

PIG
Alat pembersih (scrap) yang digunakan untuk membersihkan pipa.

|316
PIS (PLACED INTO SERVICE)
Asset yang digunakan untuk operasi perminyakan sehingga dapat diperhitungkan beban
depresiasinya. Assets yang telah PIS dicatat dalam Harmoni III.

PLAIN END
Pipa (tubulasrs) yang belum diulir (threading) dan belum dipanaskan (heat treatment).

POD (PLAN OF DEVELOPMENT)


Rencana pengembangan field yang diajukan oleh KPS kepada Pertamina untuk disetujui.

POROSITY
Adalah volume relatif dari “pore space” dari pasir atau batuan dibandingkan dengan
volume total dari reservoir. Semakin besar porositas, semakin besar kemampuan mengikat
crude oil dan gas (kandungan crude oil dan gas).

POSTRETIREMENT BENEFIT
Mulai tahun 1993, Home Office diwajibkan menerapkan FASB Statement No. 106 tentang
post-retirement benefit selain pensiun. Program ini untuk memberikan bantuan kepada
para expatriate apabila telah pensiun, yang umumnya berhubungan dengan bantuan
pelayanan kesehatan. Perusahaan memberikan bantuan untuk program ini berdasarkan
perhitungan aktuaria setiap tahun.

PO (PURCHASE ORDER)
Adalah order pembelian yang dibuat oleh KPS kepada Vendor tertentu untuk mendeliver
suatu barang yang spesifikasinya sudah pasti.

PRICE VARIANCE
Suatu perbedaan nilai lifting entitlement yang dinilai berdasarkan ICP dan lifting
entitlement yang dinilai dengan weighted average price. Perhitungan dari price variance
untuk oil adalah sebagai berikut (dalam US$) :
LIFTINGS ENTITLEMENT
Contractor Liftings xxxxxx
(over) (xxxxxx)
Cost Recovery xxxxxx
FTP xxxxxx
Equity Share xxxxxx
Gross DMO ( xxxxxx )

Jumlah xxxxxx xxxxxx

Price Variance = US$ xxxxx (favorable/Unfavorable)

|317
Apabila nilai lifting lebih besar dari entitlement, maka price variance yang timbul
dikelompokkan sebagai “unfavorable to lifting lebih kecil dari entitlement, maka price
variance yang timbul dikelompokkan sebagai “favorable to pemerintah/pertamina

PRIMARY RECOVERY
Oil yang keluar ke lubang well karena adanya tekanan alami dari reservoir yang
bersangkutan.

PRODUCTION COSTS
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam rangka memproduksi minyak dan
gas, meliputi biaya-biaya mengangkat minyak dan gas bumi dari sumur-sumur sampai siap
dilifting.

PRODUCTION PLATFORM
Merupakan konstruksi yang sifatnya permanen di permukaan laut lepas pantai, dimana
crude oil/gas diangkat ke permukaan.

PRODUCTION STRING
Suatu set casing dan tubing dalam well yang digunakan untuk mengalirkan oil atau gas
yang diproduksi.

PSC (PRODUCTION SHARING CONTRACT)


Kontrak Bagi Hasil antara Pemerintah cq Pertamina dengan kontraktor di mana hasil
produksi setelah dikurangi biaya operasi (dalam unit) di bagi menurut suatu persentase
yang telah ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan. Dalam kenyataannya perhitungan
bagi hasil tiap-tiap tahun dihitung dari lifting setelah dikurangi dengan biaya operasi.

PROTECTOR
Adalah alat pelindung pipa agar ulirnya tidak berkarat atau rusak.

PROVED DEVELOPED RESERVES


Reserve yang diperkirakan dapat di”recover”melalui well dengan peralatan dan metoda
operasi yang telah ada.

PROVED RESERVES
Beberapa reserves, di mana berdasarkan data geologic dan engineering, di bawah kondisi
ekonomi dan operasi yang ada mempunyai kemungkinan besar untuk “recoverable” di
masa mendatang dari reser ve oil dan gas telah ada.

|318
PROVED UNDEVELOPED RESERVES
Reserve yang diperkirakan dapat di”recover” melalui well baru di “undrilled proved
acreage”, atau dari well yang telah ada namun memerlukan pengeluaran yang besar
untuk menyelesaikannya.

R & D (REASEARCH & DEELOPMENT) COSTS


Biaya riset dan pengembangan yang dapat dibebankan ke Indonesia adalah biaya-biaya
yang berkaitan dengan operasi di Indonesia.

REDA PUMP
Pompa listrik yang ditempatkan di bawah permukaan tanah (submersible) untuk
mengangkat minyak dari reservoir ke permukaan.

RKS (RENCANA KERJA DAN SYARAT)


Merupakan bagian dari kelengkapan dokumen lelang yang memuat sekurang-kurangnya
syarat umum, syarat adminidtratif, dan syarat teknis.

RI (RENCANA IMPOR BARANG)


Dokumen yang digunakan untuk mengimpor barang-barang yang digunakan dalam operasi
perminyakan agar ditangguhkan bea masuk.

RESERVOIR
Suatu “porous” dan “permeable rock body” di mana oil atau gas tersimpan.

RETIREMENT PLAN
Suatu program pensiun yang dirancang untuk memberikan penghasilan bagi pegawai yang
telah pensiun. Kontribusi oleh perusahaan pada program ini selanjutnya akan dibebankan
ke subsidiari, termasuk Indonesia. Besarnya bantuan oleh perusahaan untuk pelaksanaan
program ini ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan aktuaria setiap tahun.

RIGGING UP
Suatu kegiatan untuk mendirikan rig sehingga siap digunakan.

RIGGING DOWN
Suatu kegiatan untuk membongkar rig setelah digunakan.

RIG POSITIONING
Kegiatan untuk menentukan tempat berdirinya rig.

|319
ROTA
Rotational Assignment yaitu expatriate yang bekerja di Indonesia untuk kegiatan drilling.
Pada umumnya dengan sistem on dan off untuk jangka waktu 28 hari.

SECONDEE
Tenaga kerja asing maupun domestik dari luar perusahaan, misalnya pemegang saham
(partner) yang berada di struktur organisasi

SEAMLESS PIPE
Adalah jenis pipa yang dibuat tanpa sambungan

SECONDARY RECOVERY
Proses menginjeksikan air, gas dsb. ke formasi untuk membentuk tekanan (pressure) dalam
rangka menghasilkan oil.

SEISMOGRAPH
Suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi getaran dalam tanah. Di gunakan untuk
menilai kemungkinan adanya kandungan minyak dalam struktur.

SEPARATOR
Alat yang digunakan untuk memisahkan hasil produksi menjadi minyak, air dan atau gas.

SO (SERVICE ORDER)
Adalah order pembelian yang dibuat oleh KPSA kepada vendor tertentu untuk mendeliver
suatu jasa.

SHOOTING
Meledakkan nitroglyserin atau bahan peledak lainnya dalam lubang (sumur) untuk
menghancurkan batuan dan meningkatkan aliran minyak dan gas.

SHUT–IN WELL
Well yang mampu menghasilkan oil atau gas namun dengan alasan tertentu tidak
dilakukan produksi.
SIDETRACK DRILLING
Adalah pengeboran lobang setelah meninggalkan sebagian lubang lama. Pengeboran
lobang baru dengan sudut dan arah tertentu untuk mencapai titik sasaran baru.

SBM (SINGLE BUOY MOORING)


Alat yang digunakan kapal untuk berlabuh dalam rangka kegiatan bongkar muat.

|320
SKN (SISA KEMAMPUAN NYATA)
Adalah kemampuan dari rekanan untuk melaksanakan pekerjaan yang ditawarkan.
Di tetapkan berdasarkan peralatan, tenaga teknis dan modal kerja yang dimiliki.

SOUNDING
Suatu cara untuk mengukur volume minyak dalam tangki dengan menggunakan gelombang
suara.
SPUD DATE
Tanggal dimulainya kegiatan drilling.

STANDBY
Suatu keadaan di mana peralatan dan operator telah siap untuk beroperasi namun karena
suatu hal bisa with crew atau without crew.

STEP-OUT WELL
Well yang didrill di dekat suatu proved well dengan tujuan untuk menentukan batas dari
suatu reservoir.

STORAGE TANK
Tangki penyimpanan adalah tempat penyimpanan sementara crude oil dan LPG yang
diproduksi sebelum lifting. Tempat penyimpanan bisa juga berupa tanker/FPSO (Floating
Storage and Offload).

STRATIGRAPHIC WELLS
Well yang digali dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi.

STRIP A WELL
Menarik rod dan tubing dari well secara bersamaan.

STRIPPER
Well yang telah mendekati akhir masa produksinya, hanya sedikit oil yang dihasilkan.

SUCCESSFUL-EFFORTS ACCOOUNTING
Suatu konsep dimana biaya yang dikeluarkan dalam rangka mencari, memperoleh dan
mengembangkan cadangan oil dan gas dikapitalisir apabila secara langsung berhubungan
dengan reserve yang ditemukan. Sedang biaya-biaya lainnya segera dibiayakan.

SURPLUS MATERIAL
Yaitu material lebih eks project.

|321
TDR (TANDA DAFTAR REKANAN)
Sertifikat yang diberikan kepada pemborong yang telah lulus prakualifikasi yang
dikeluarkan oleh PEMDA Tk.I.

TANGIBLE ASSETS
Harta berwujud seperti transportation equipment, gedung, dan production facilities. Biaya
perolehan assets tersebut mempunyai nilai sisa (salvage value) dimana alokasi biayanya
dilakukan melalui depresiasi setelah placed into service.

TAX EQUALIZATION
Yaitu suatu program yang disediakan untuk expatriate dengan menyamakan kewajiban
perpajakan expatriate tersebut sebesar kewajiban perpajakan apabila expatriate tersebut
tetap bekerja di Home Country (USA). Apabila kewajiban perpajakan expatriate tersebut
lebih besar dari kewajiban perpajakan apabila expatriate tersebut bekerja di Home Country
(Hypo Tax), maka perusahaan akan memberikan subsidi sebesar selisih tersebut.

TAC (TECHNICAL ASSISTANCE CONTRACT)


Kontrak antara pemerintah cq. Pertamina dengan kontraktor untuk mengembangkan
ladang-ladang minyak Pertamina. Kontraktor akan memproleh bagian dari pertambahan
produksi sesuai dengan ketentuan kontrak.

TECHNICAL SERVICE
Bantuan jasa teknis yang diberikan oleh induk perusahaan/afilliasi lainnya untuk
kepentingan operasi di Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang berlaku, antara lain
atas permintaan dari Indonesia dan melalui AFE.

TFA (TEMPORARY FOREIGN ASSIGNTMENT)


Yaitu tenaga expatriate yang ditugaskan dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk
tugas-tugas jangka waktu yang relatif pendek untuk tugas-tugas yang bersifat non
operasional.

TERMINAL
Fasilitas loading atau unloading oil dan atau gas.

TERTIARY RECOVERY
Pemakaian teknik-teknik canggih (sophisticated techniques), seperti mengalirkan bahan
kimia ke reservoir, dalam rangka meningkatkan produksi oil atau gas.

TUBING

|322
Yaitu pipa dengan diameter yang relatif kecil, biasanya dipasang di dalam casing dalam
suatu well untuk digunakan mengalirkan/mengangkat crude oil/gas kepermukaan.

TURKEY WELL
Suatu well yang didrill dan dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan sampai siap
berproduksi dengan biaya yang fixed.

UNRECOVERED COST
Adalah buku nilai buku aktiva tetap yang belum direcover.

UNRECOVERED OTHER COST


Adalah biaya operasi yang belum dapat penggantian.

UPSTREAM ACTIVITIES
Upstream activities adalah merupakan segala kegiatan hulu operasi petroleum, mulai
eksplorasi sampai crude oil/gas diproduksi, tidak termasuk usaha-usaha untuk
pengolahannya lebih lanjut.

US HOUSING ALLOWANCE/DEDUCATION
Merupakan allowance/deducation dalam rangka menyamakan biaya tempat tinggal di
Indonesia degan biaya akomodasi di negara asal (home country).

VALVE
Alat untuk membuka dan menutup aliran minyak dan gas secara manual.

VISCOSITY
Kemampuan suatu cairan untuk mengalir sebagai akibat sifat fisiknya. Semakin kental
crude oil, akan semakin rendah kemampuannya untuk mengalir.

WAGE BASE
Merupakan base salary atau bagian dari base salary yang digunakan sebagai dasar
perhitungan suatu komponen burden/benefit.

WAP (WEIGHTED AVERAGE PRICE)


Harga rata-rata tertimbang dihitung berdasarkan nilai lifting selama satu tahun dibagi
dengan jumlah satuan lifting selama periode yang sama. Nilai lifting dan jumlah satuan
lifting tersebut tidak termasuk domestic market obligation.

|323
WELL
Suatu lubang yang di gali (drill) dalam tanah untuk memperoleh informasi geological,
menemukan dan memproduksi oil atau gas, atau untuk memberikan service terhadap
operasi oil atau gas.

WELLHEAD
Suatu peralatan yang digunakan untuk mengontrol well, yang terdiri dari kepala pipa
selubung (casing head) dan kepala pipa sembur (tubing head).

WTI
West Texas Instrument.

WTS
West Texas Standard.

WILDCAT
Sumur eksplorasi yang di bor dalam daerah yang belum terbukti mengandung minyak dan
gas bumi daerah menurut survey geologi dan geofisika daerah tersebut menunjukkan
harapan adanya akumulasi hydrocarbon.

WMT (WAREHOUSE MATERIAL TRASNFER)


Yaitu transfer material dari satu warehouse ke warehouse lainnya. Beberapa kontraktor
menggunakan istilah MT (Material Transfer).

WORK PROGRAM
Merupakan dokumen yang menunjukkan item-item kegiatan / operasi minyak dan gas yang
akan dilaksanakan dalam suatu daerah kontrak. Work program harus mendapat
persetujuan Pertamina.

WORK BUDGET
Estimasi biaya dari seluruh item kegiatan/ operasi yang tercantum dalam work program.
Workbudget harus mendapat persetujuan Pertamina.

WOP (WRITE OFF PROPOSAL)


Daftar assets/ material yang diusulkan oleh kontraktor kepada Pertamina/BPPKA dalam
rangka memperoleh prsetujuan penghapusan.

|324

Anda mungkin juga menyukai