Anda di halaman 1dari 10

CCUS

Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) adalah metode dan teknologi untuk
menghilangkan CO2 dari gas buang dan dari atmosfer, diikuti dengan mendaur ulang CO2 untuk
pemanfaatan dan penyimpanan yang aman dan secara permanen.1

(Illustration of the process Carbone Utilization & Storing) 2

1
https://www.aiche.org/ccusnetwork/what-ccus
2
https://context.capp.ca/infographics/2021/what-is-carbon-capture-utilization-and-storage-ccus/
Outline of each process in the CCUS3

Karbon yang disimpan dalam formasi geologis, atau digunakan baik untuk memproduksi minyak
dari sumur yang terkuras melalui proses Enhanced Oil Recovery (EOR) (menyerap CO2 di bawah
tanah), atau dalam pembuatan berbagai produk industry lainnya. Metode ini dapat
menghasilkan pendapatan yang sebagian dapat menutup biaya pada proses penyimpanan
CO2.4

3
https://marine-offshore.bureauveritas.com/insight/infographics/carbon-capture-utilization-storage-ccus
4
https://www.c2es.org/wp-content/uploads/2019/09/carbon-utilization-a-vital-and-effective-pathway-for-
decarbonization.pdf
Peraturan Terkait:

President Regulation No 98 of 2021 on The Implementation of Carbon Economic Value To


Achieve Nationally Determined Contribution Targets And Control Of Greenhouse Gas Emissions
In The National Development

Kode KBLI

20117

INDUSTRI KIMIA DASAR ORGANIK YANG BERSUMBER DARI MINYAK BUMI, GAS ALAM DAN
BATU BARA Kelompok ini mencakup usaha industri kimia dasar organik yang menghasilkan
bahan kimia, yang bahan bakunya berasal dari minyak bumi dan gas bumi maupun batu bara,
seperti ethylene, propilene, benzena, toluena, caprolactam termasuk pengolahan coaltar

 09
AKTIVITAS JASA PENUNJANG PERTAMBANGAN
Golongan pokok ini mencakup jasa penunjang yang dikhususkan untuk pertambangan
atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak. Golongan pokok ini mencakup jasa eksplorasi
dengan cara pencarian tradisional, seperti pengambilan contoh bijih logam dan
melakukan observasi geologi dengan cara pengeboran, pengeboran percobaan atau
pengeboran ulang sumur minyak, mineral logam dan bukan logam. Jasa khusus lainnya
mencakup pembangunan fondasi sumur minyak dan gas, penyemenan pinggiran
sumur minyak dan gas, pembersihan, penimbaan dan pengepelan sumur minyak dan
gas, pemompaan dan pengeringan tambang, jasa pemindahan di pertambangan dan
lain-lain.

 091
AKTIVITAS PENUNJANG PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS ALAM
Golongan ini mencakup kegiatan jasa pertambangan atas dasar balas jasa (fee) atau
kontrak pada pengambilan minyak dan gas. Golongan ini mencakup jasa eksplorasi
yang berhubungan dengan pengambilan minyak bumi dan gas alam, pengeboran dan
pengeboran ulang secara langsung, pemasangan alat pemboran minyak di lokasi
pertambangan, penyemenan, perbaikan dan pembongkaran pinggiran sumur minyak
dan gas, pemompaan sumur, penyumbatan dan penutupan sumur, perubahan menjadi
gas kembali dan pencairan gas alam untuk kemudahan pengangkutan yang dilakukan
di lokasi pertambangan. Golongan ini juga mencakup jasa pemompaan dan penyaluran
pada pengeboran percobaan dan jasa pemadam kebakaran di ladang atau
sumur minyak dan gas bumi.

 09100
AKTIVITAS PENUNJANG PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS ALAM
Kelompok ini mencakup kegiatan jasa yang berkaitan dengan pertambangan minyak dan
gas bumi yang dilakukan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, seperti jasa eksplorasi
pengambilan minyak atau gas dengan cara tradisional yaitu membuat observasi geologi,
pemasangan alat pengeboran, perbaikan dan pembongkaran penyemenan sumur
minyak dan sumur gas, pembuatan saluran sumur, pemompaan sumur produksi,
penyumbatan dan penutupan sumur produksi, pengujian produksi, dismantling,
pencairan dan regasifikasi gas alam untuk kebutuhan transportasi di lokasi
pertambangan, pengeboran percobaan dalam rangka penyulingan minyak bumi dan gas
alam dan jasa pemadam kebakaran ladang minyak bumi dan gas alam.

02402
JASA PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM
Kelompok ini mencakup usaha dalam rangka menunjang Pemantauan Informasi
Lingkungan (PIL)/ ANDAL, Usaha Kelola Lingkungan (UKL), Usaha Pemantauan
Lingkungan (UPL). Termasuk didalamnya usaha pemanfaatan jasa penyimpanan dan
penyerapan karbon.
Ketentuan Terkait

Peraturan Pemerintah No 98 Tahun 2021 Tentang PENYELENGGARAAN NILAI EKONOMI


KARBON UNTUK PENCAPAIAN TARGET KONTRIBUSI YANG DITETAPKAN SECARA NASIONAL DAN
PENGENDALIAN EMISI GAS RUMAH KACA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Pasal 1

14. Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) Sistem Registri Nasional
Pengendalian Perubahan Iklim yang selanjutnya disingkat SRN PPI adalah sistem pengelolaan,
penyediaan data dan informasi berbasis web tentang aksi dan sumber daya untuk Mitigasi
Perubahan Iklim, Adaptasi Perubahan Iklim, dan NEK di Indonesia.

15. Unit Karbon adalah bukti kepemilikan karbon dalam bentuk sertifikat atau persetujuan
teknis yang dinyatakan dalam 1 (satu) ton karbondioksida yang tercatat dalam SRN PPL

17. Perdagangan Karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk mengurangi Emisi GRK
melalui kegiatan jual beli Unit Karbon.

19. Pengimbangan Emisi GRK yang selanjutnya disebut Offset Emisi GRK adalah pengurangan
Emisi GRK yang dilakukan oleh usaha dan/atau kegiatan untuk mengkompensasi emisi yang
dibuat di tempat lain.

Pasal 49

(1) Penyelenggaraan Perdagangan Karbon melalui mekanisme perdagangan luar negeri


tidak mengurangi pencapaian target NDC pada tahun 2030.
(2) Perdagangan Karbon dalam negeri dan luar negeri dilakukan melalui mekanisme:
a. Perdagangan Emisi; dan
b. Offset Emisi GRK.
(3) Perdagangan Karbon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilakukan lintas Sektor.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Perdagangan Karbon lintas Sektor
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri setelah
berkoordinasi dengan menteri terkait.

Pasal 50

(1) Mekanisme Perdagangan Emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf a
pada Perdagangan Karbon dalam negeri meliputi:
a. tata cara perdagangan;
b. tata cara MRV5;
c. pengaturan penggunaan Unit Karbon; dan
d. pengaturan penggunaan perpindahan kepemilikan Unit Karbon.
(2) Mekanisme Perdagangan Emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan untuk
usaha dan/atau kegiatan yang memiliki Batas Atas Emisi GRK yang telah ditetapkan
melalui persetujuan teknis oleh menteri terkait.

Pasal 51

(1) Penyelenggaraan Perdagangan Karbon menggunakan Batas Atas Emisi GRK yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2), dipilih apabila berdasarkan
evaluasi diketahui bahwa terdapat usaha dan/atau kegiatan: a. Aksi Mitigasi yang
dilakukan dengan emisi berada di atas Batas Atas Emisi GRK yang ditetapkan; atau b.
Aksi Mitigasi yang dilakukan dengan emisi berada dibawah Batas Atas Emisi GRK yang
ditetapkan.
(2) Penyelenggaraaan Perdagangan Karbon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan perpindahan Unit Karbon oleh Pelaku Usaha.
(3) Perpindahan Unit Karbon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mempengaruhi
capaian target NDC.

5
(Measurement, Reporting, and Verification) Pasal 1 Angka 21
Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi

Objek Pajak: 6

a. Jasa Konsultansi Konstruksi


Jasa perancana konstruksi yaitu pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan (ahli
profesional) di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu membuat pekerjaan
dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik.
b. Jasa Pelaksana Konstruksi
Jasa pelaksana konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan (ahli
profesional) di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan
kegiatannya untuk merealisasikan suatu hasil perencanaan menjadi bangunan atau
bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi yang terintegrasi.
c. Jasa Pengawasan Konstruksi
Sedangkan jasa pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan (ahli profesional) di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melakukan
aktivitas pengawasan sejak awal hingga selesai dari pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
termasuk di dalam kelompok jasa ini adalah jasa penilai.

Tarif pajak:

Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi sesuai adalah sebagai berikut: 7

1. Tarif sebesar 1,75% dikenakan terhadap pelaksana jasa konstruksi kecil dengan
sertifikasi;

2. Tarif sebesar 4% dikenakan terhadap pelaksana jasa konstruksi tanpa sertifikasi;

3. Tarif sebesar 2,65% dikenakan terhadap pelaksana konstruksi menengah dan besar;

6
Pasal 12, UU No 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
7
Pasal 3 ayat (1), PP Nomor 9 Tahun 2022
4. Tarif sebesar 2,65% dikenakan atas penyedia jasa yang mempunyai sertifikasi badan
usaha;

5. Tarif sebesar 4% dikenakan atas penyedia jasa yang mempunyai sertifikasi badan usaha;

6. Tarif sebesar 3,5% dikenakan terhadap perancang atau pengawas jasa konstruksi oleh
penyedia jasa konstruksi yang mempunyai sertifikasi usaha;

7. Tarif sebesar 6% dikenakan terhadap perancang atau pengawas jasa konstruksi oleh
penyedia jasa konstruksi yang tidak mempunyai sertifikasi usaha.

Dalam hal Penyedia Jasa adalah bentuk usaha tetap, tarif Pajak Penghasilan tersebut tidak
termasuk Pajak Penghasilan atas sisa laba Bentuk Usaha Tetap 8 setelah Pajak Penghasilan yang
bersifat final.

Besarnya, Pajak Penghasilan yang dipotong atau disetor sendiri adalah:

a. jumlah pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan tarif Pajak
Penghasilan di atas; atau

b. jumlah penerimaan pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan taril
Pajak Penghasilan di atas dalam hal Pajak Penghasilan disetor sendiri oleh Penyedia
Jasa.

Jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan pembayaran di atas merupakan bagian dari Nilai
Kontrak Jasa Konstruksi.

Insentif dan Pengurang Pajak bagi PT PMA

Fasilitas Pajak Penghasilan

a. Fasilitas PPh ini dapat diberikan kepada Wajib Pajak Dalam Negeri yang berbentuk:

(1) Perseroan terbatas; atau

8
Pasal 2 Ayat (5) Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(2) Koperasi, baik yang baru berdiri maupun yang telah ada, yang melakukan
penanaman modal baik untuk :

 Penanaman modal baru, maupun


 Perluasan dari usaha yang telah ada, pada bidang usaha tertentu atau
pada bidang tertentu dan daerah tertentu.

Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang
digunakan untuk kegiatan utama usaha.

b. Bidang-bidang Usaha Tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan ekonomi yang
mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional.
Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang
layak dikembangkan.
c. Kepada Wajib Pajak tersebut dapat diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan dalam bentuk :

 Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar
5% (lima persen) per tahun.
 Penyusutan dan amortisasi dipercepat
 kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun;
 Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak
luar negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.

Pajak yang dikenakan atas penerimaan Dividen, adalah bedasarkan tarif Pajak Penghasilan pasal
4 (PPh 4).9 Sementara itu, untuk Subjek Pajak Luar Negeri (pemegang saham PT PMA) yang
berdomisili di luar negeri, Tarif pajak penerimaan Dividen dalam kasus ini masuk ke dalam tarif
PPH 26.10
9
Pasal 4 ayat (1) huruf g, UU 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
10
Pasal 26 ayat 1 huruf a, UU 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Pada umumnya tarif PPh 26 adalah 20% tetapi tarif yang berlaku karena adanya perjanjian P3B
(Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda) antara Indonesia dengan Korea Selatan adalah:
 10% jika penerima merupakan beneficial owner (dengan kepemilikan saham 25%)
 tarif 15 % jika ,merupakan pemegang saham biasa (dibawah 25%)

Anda mungkin juga menyukai