Anda di halaman 1dari 15

Bab 8

PENGENAAN SEKTOR
PERTAMBANGAN MINYAK
DAN GAS BUMI
Perhitungan Pengenaan PBB Sektor Pertambangan
Penilaian yang diterapkan untuk usaha bidang pertambangan ini sangat
berbeda dengan usaha sektor lainnya. Di Dalam Undang-Undang PBB Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 angka 3 disebutkan antara lain bahwa NJOP adalah
harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan
baru, atau NJOP pengganti.
Di Indonesia belum pernah ada orang atau badan memperjual-belikan
tambang, sehingga kemungkinan yang dapat terjadi adalah nilai perolehan baru
atau nilai jual pengganti yang menurut ilmu penilaian pendekatannya dapat
melalui Metode Pendekatan Data Pasar untuk tanahnya, dan Pendekatan Biaya
atau Pendekatan Pendapatan untuk bangunannya. Memang kita akui bahwa untuk
mencari NJOP usaha pertambangan ini sangat kompleks, karena mempunyai
corak, spesifikasi, pendekatan teknik, yang terdiri dari lokasi kawasan tambang,
kandungan tambang, jenis/bahan yang ditambang, teknik eksplorasi dan
eksploitasinya dan sebagainya.
Ada beberapa faktor utama yang harus diperhatikan untuk menilai usaha
bidang pertambangan:
1. Jenis/Deposit bahan tambang yang terdapat pada Wilayah Kuasa
Penambangan (WKP).
2. Konsesi atau ijin penambangan yang diberikan kepada Badan Usaha
tersebut.
200 Bab 8: Pengenaan Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi

3. Jumlah/Kuantitas yang terkandung pada WKP.


4. Kuantiti dan kesesuaian deposit dengan permintaan pasar.
5. Kemudahan atau kesulitan dalam mendapatkan/mengerjakan/
melaksanakan usaha yang berpengaruh terhadap kemampuan
menambang.
6. Biaya membangun atau menggali dan modal yang diperlukan untuk
investasi.
7. Anggaran Out Put untuk memenuhi permintaan pasar.
8. Perkiraan Pendapatan yang berupa keuntungan dari usaha
pertambangan.
Dari hal-hal tersebut di atas maka sangatlah banyak kemungkinan yang
dapat dipergunakan teori maupun pendekatan penilaian yang akan digunakan
untuk mendapatkan NJOP. Salah satu yang mungkin dapat dengan mudah
dilaksanakan adalah pendekatan pendapatan (Income approach). Disamping itu
Direktorat Jenderal Pajak juga telah memberikan petunjuk pelaksanaan terhadap
pelaksanaan penghitungan nilai jual untuk sektor pertambangan yang diatur dalam
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998 dan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-24/PJ.6/1999 hal Petunjuk Pengenaan
Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
Sebagaimana biasa setiap surat edaran yang berlaku sebagai petunjuk
pelaksanaan suatu kegiatan berisi tentang pengertian umum seperti dibawah ini :
Dalam pelaksanaan PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, yang
dimaksud dengan :
1. Areal Produktif adalah areal di dalam Wilayah Kuasa Pertambangan
(WKP) yang telah dieksploitasi sehingga menghasilkan minyak
dan/gas bumi (tahap eksploitasi/produksi);
2. Areal belum produktif meliputi :
a. Areal penyelidikan umum adalah areal di dalam WKP yang
sedang atau akan dilakukan penyelidikan secara geologi umum,
untuk membuat peta geologi dan mengetahui tanda-tanda adanya
bahan galian minyak dan atau gas bumi;
b. Areal Eksplorasi adalah areal di dalam WKP yang sudah
dilakukan penyelidikan umum dan perlu diteliti lebih saksama
untuk menetapkan secara rinci adanya bahan galian minyak dan
atau gas bumi;
c. Areal Non Producing Open adalah areal di WKP yang sudah
selesai diekspolorasi (masa penyelidikan) dan sewaktu-waktu siap
untuk ditambang/dieksploitasi;
d. Areal Non Producing Plug and abandon adalah areal di dalam
WKP yang sudah selesai dieksploitasi dan untuk sementara ditutup
atau ditinggalkan.
3. Areal Tidak Produktif adalah areal yang sama sekali tidak
menghasilkan minyak dan atau gas bumi;
4. Areal Emplasemen : areal di dalam maupun di dalam Wilayah Kuasa
Pertambangan (WKP) yang di atasnya bangunan dan/ pekarangan;
Pajak Bumi dan Bangunan 201

5. Areal Lainnya meliputi :


a. Areal Pengamanan : areal di dalam maupun di luar Wilayah
Kuasa Pertambangan yang digunakan sebagai pengamanan
bangunan dan/pengamanan lingkungan;
b. Areal Perairan : areal yang digunakan untuk pelabuhan khusus
berkaitan dengan usaha Pertambangan minyak dan gas bumi;
c. Tanah kosong dan areal lainnya di dalam maupun di luar
Wilayah Kuasa Pertambangan yang tidak dimanfaatkan untuk
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi dan/areal
emplasemen.
6. Hasil Produksi : seluruh jumlah hasil produksi kotor berupa minyak
dan/ gas bumi selama jangka waktu satu tahun kalender yang
dinyatakan dalam ukuran barrel (= 42 galon US) untuk minyak dan
mscf (1.000 Standard Cubic Feet) untuk gas bumi.
7. Hasil Penjualan : hasil penjualan produksi minyak dan/gas bumi
dalam satu tahun.

Pendaftaran, Pengenaan dan Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak


Terutang (SPPT).
1. Pendaftaran Objek Pajak
i. Pendaftaran Objek Pajak atas Asset Pertamina yang meliputi
Emplasemen, Unit Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri, Unit
Operasi, Eksplorasi dan Produksi dilaksanakan oleh Pimpinan
Pertamina di daerah, kecuali untuk Wilayah DKI Jakarta
dilaksanakan oleh Pertamina Pusat cq Dinas Pertanahan dan
Bangunan, dengan cara mengisi Surat Pembertahuan Objek Pajak
(SPOP) yang diperoleh dari Kantor Pelayanan PBB (KPPBB) yang
bersangkutan dalam rangkap tiga (3), setelah diisi dengan jelas,
benar, lengkap dan ditandatangani dikirimkan kembali kepada
KPPBB yang bersangkutan.
ii. Pendaftaran objek pajak atas Kontraktor Pertamina/Kontraktor
Producing Sharing (KPS) dan data hasil produksi dilaksanakan oleh
Wajib Pajak/KPS dengan cara mengisi SPOP yang diperoleh dari
KPPBB yang bersangkutan, setelah diisi dengan jelas, benar,
lengkap, dan ditandatangani dikirimkan ke Kantor Pertamina
Pusat/Badan Pembinaan dan Pengusahaan Kontraktor Asing
(BPKA). SPOP dari para Kontraktor Pertamina/KPS
dikonfirmasikan terlebih dulu dengan data yang ada di Kantor
Pertamina Pusat/BPPKA untuk diteruskan kepada Direktorat
Jenderal Pajak cq Direktorat PBB.
1) SPOP yang diterima dari Kantor Pertamina
Pusat/BPPKA, untuk objek pajak
2) Areal di daratan (on Shore) yang objek pajaknya
digunakan sebagai Emplasemen . Penyelidikan
Umum/Eksplorasi, dan Eksploitasi disampaikan oleh
Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan kepada KPPBB
sesuai dengan wilayah kerjanya.
202 Bab 8: Pengenaan Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi

3) Areal Perairan lepas Pantai (off Shore) dan hasil


produksi, sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan
RI No.451/KMK.04/1997 tanggal 28 Agustus 1997 jo.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-
19/PJ.6/1997 tanggal 22 Oktober 1997, ditatausahakan
berdasarkan angka perbandingan tertimbang yang
ditetapkan terlebih dulu setiap tahun oleh Direktur
Jenderal Pajak dengan memperhatikan asas pemerataan
dan keseimbangan serta potensi masing-masing Daerah
Tingkat II, yang dituangkan dalam Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tentang rincian angka perbandingan
tertimbang penatausahaan data objek PBB
Pertambangan Migas per Daerah Tingkat II. Daftar
rincian angka perbandingan tertimbang dan rincian
pembagian datanya disampaikan kepada KPPBB yang
bersangkutan untuk dihitung dan diusulkan pengenaan
PBB-nya kepada Direktur Jenderal Pajak cq Direktur
PBB.
c. Bentuk formulir SPOP PBB sektor Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi adalah sebagaimana contoh pada Lampiran 1 Surat Edaran ini.

2. Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan .


Besarnya NJOP PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
ditentukan sebagai berikut :
a. Areal Produktif adalah sebesar 9,5 kali hasil penjualan minyak dan/
gas bumi dalam satu tahun pajak berjalan;
b. Areal Belum Produktif, areal tidak produktif areal emplasemen dan
areal lainnya adalah sebesar NJOP berupa tanah sebagaimana
ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;
c. Areal Perairan adalah sebesar luas perairan dikalikan dengan NJOP
perairan yang ditentukan berdasarkan korelasi garis lurus kesamping
dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya
sebagaimana perhitungan pada lampiran Va dan Vb Keputusan
Direktur Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember
1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak atas nama Menteri Keuangan;
d. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar luas bangunan dikalikan
NJOP bangunan yang disusun berdasarkan daftar Biaya Komponen
Bangunan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.

3. Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) ;


a. Berdasarkan SPOP untuk asset Pertamina yang diterima dari
Pimpinan Pertamina di daerah, KPPBB meneliti, menghitung,
dan mengusulkan pengenaan PBB-nya kepada Direktorat
Jenderal Pajak c.q. Direktorat PBB dengan dilampiri SPOP
Pajak Bumi dan Bangunan 203

rangkap kedua dan konsep usulan Keputusan Kepala Kantor


Wilayah Direktorat Jenderal Pajak tentang Klasifikasi objek
Pajak atas objek dimaksud, selambat-lambatnya pada bulan Juli
tahun takwim yang bersangkutan.
b. Berdasarkan SPOP Kontraktor asing untuk data on shore yang
diterima dari Direktorat PBB, KPPBB meneliti, menghitung,
dan mengusulkan pengenaan PBB-nya kepada Direktorat
Jenderal Pajak c.q. Direktorat PBB, selambat-lambatnya 2
(dua) minggu setelah diterima.
c. Berdasarkan SPOP dan daftar rincian angka perbandingan
tertimbang penatausahaan data objek PBB Pertambangan
Migas per Daerah Tingkat II dan rincian pembagian datanya
yang diterima dari Direktorat PBB, KPPBB menghitung dan
mengusulkan pengenaan PBB-nya kepada Direktorat Jenderal
Pajak c.q. Direktorat PBB, selambat-lambatnya 2 (dua)
minggu setelah diterima.
d. Direktorat PBB melakukan penelitian dan memberikan
persetujuan terhadap usulan pengenaan PBB sebagai dasar bagi
KPPBB untuk menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT).

e. Setelah mendapatkan persetujuan dari Direktorat PBB, KPPBB


menerbitkan SPPT per Daerah Tingkat II dalam rangkap 3
(Tiga) :
1) Rangkap Pertama dan Kedua dikirimkan ke Direktorat
PBB, dan rangkap pertama setelah dilakukan penelitian
oleh Direktorat PBB diteruskan ke Direktorat Jenderal
Lembaga Keuangan.
2) Rangkap ke-3 (tiga) untuk arsip di KPPBB yang
bersangkutan.
f. Bentuk formulir Daftar Perhitungan Ketetapan PBB Sektor
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi adalah sebagaimana
contoh pada Lampiran 2 Surat Edaran ini.
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
Khusus untuk Sektor Pertambangan tata cara pembayaran diatur tersendiri
berbeda dengan pembayaran objek yang lain. Pembayaran dilakukan oleh Subjek
Pajak setelah mereka mendapatkan surat permintaan pembayaran dengan cara
sebagai berikut :
1. Direktur Jenderal Pajak mengajukan permintaan pembayaran PBB
kepada Direktur Jenderal Lembaga Keuangan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Permintaan pembayaran triwulan I sampai triwulan IV masing-
masing sebesar 25 % dari rencana penerimaan tahun berjalan;
b. Permintaan kekurangan pembayaran (pelunasan) atas pokok
ketetapan tahun berjalan selambat-lambatnya pada akhir bulan
tahun anggaran berjalan.
204 Bab 8: Pengenaan Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi

2. Direktur Jenderal Lembaga Keuangan meminta kepada Bank Indonesia


untuk memindahbukukan dari bagian kewajiban Penyetoran
Penerimaan Bersih Usaha (Net Operating Income) sebagai penerimaan
PBB ke Rekening KKN cq. PBB pada Bank/Kantor Pos Operasional V
masing-masing Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Tembusan
permintaan pemindahbukuan kepada Bank Indonesia dimaksud
dikirimkan kepada Direktorat PBB, KPPBB dan Daerah Tingkat II
yang bersangkutan.
3. Sehubungan dengan pemindahbukuan pembayaran PBB, KPPBB
melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
b. Mengirimkan Nota Kredit/Berita Tambah yang diterima dari
Bank/Kantor Pos Operasional V kepada Direktur Jenderal Pajak cq
Direktur PBB, Direktur Jenderal Lembaga Keuangan.
c. Mencocokkan jumlah penerimaan PBB Pertambangan Migas
berdasarkan pemberitahuan dari Direktur PBB dengan Nota
Kredit/Berita Tambah dari Bank/Kantor Pos Operasional V
maupun dengan salinan bukti pemindahbukuan dari Bank yang
ditunjuk.
Agar lebih jelas kami sertakan Formulir Surta Pemberitahuan Objek Pajak
Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi sebagai Lampiran 1 Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor 24/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 sebagai
berikut :

Departemen Keuangan Republik Indonesia


Direktorat Jenderal Pajak
Kantor Pelayanan PBB ……………………
Surat Pemberitahuan Objek Pajak
PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Tahun : …………..

I Data Subjek II. Data Objek

1. Nama Perusahaan : 1. NOP :


2. Kontraktor (PSC/KK) : 2. Jenis Tambang :
3. Operator (WKP) : 3. Wilayah Kuasa Pertambangan :
4. Wajib Pajak : 4. Lokasi Objek Pajak
5. Alamat : - Dati II :
6. NPWP : - Dati I :
5. Luas WKP : …………….....….ha.
Pajak Bumi dan Bangunan 205

III. Peruntukan Objek :

Letak
Objek Bumi Bangunan Ket
No Peruntukan Objek

Luas Luas Jml Luas/


Daratan Perairan Unit m2
(On (Off
Shore) Shore)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Areal Produktif

2. Areal Belum Produktif


a. Areal General Survey
b. Areal Eksploitasi
c. Areal non Porduction
Open
d. Areal Non Production
Plug & Abandon
Areal Tidak Produktif
3.

Areal Emplasemen dan


4.
Bangunan
a. Perkantoran
b. Pabrik
c. Silo
d. Kilang
e. Tangki
f. Pipa
g. Gudang
h. Perumahan
i. Sarana
Olahraga/Rekreasi
j. Bangunan Poliklinik
k. Bangunan Sosial
l. Landasan Pesawat
m. Jalan yg diperkeras
di lokasi penambangan
dan/ komplek
n. Dermaga
o. Area Bangunan
lainnya
5.
Areal Lainnya
a. Areal Pengamanan
b. Areal Perairan
c. Tanah Kosong
d. Areal Lainnya.
6.
206 Bab 8: Pengenaan Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi

Bangunan
Penambangan
a. Producing
b.Non Production
Open
c. Non Production
Plug & Abandon

Jumlah

IV. Hasil Produksi


1. Produksi dalam satu tahun pajak berjalan :
a. Minyak : ……………………Barrel
b. Gas : …………………….Mscf
2. Harga Satuan : Rp ……………….Barrel / Mscf.

.…….,………………….19
99

Wajib Pajak :

(…………………..)

Bentuk dan susunan Surat Perhitungan Ketetapan PBB Sektor


Pertambangan Minyak dan Gas Bumi adalah sebagai berikut dalam Lampiran 2
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. 24/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999
adalah sebagai berikut :
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak
Kantor Pelayanan PBB ……………………
Surat Perhitungan Ketetapan PBB
Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Tahun : …………..
I Data Subjek II. Data Objek
1. Nama Perusahaan : 1. NOP :
2. Kontraktor (PSC/KK) : 2. Jenis Tambang :
3. Operator : 3. Wilayah Kuasa Pertambangan
4. Wajib Pajak : 4. Lokasi Objek Pajak :
- Dati II :
- Dati I :
Pajak Bumi dan Bangunan 207

5. Alamat : 5. Luas WKP :ha


6. NPWP :

III. Peruntukan Objek :

No Peruntukan Objek Luas Luas Luas Kelas NJOP (Rp)


Daratan Perairan Bangunan
(m2) (m2)
per m2 Jml

1 2 3 4 5 6 7 8
1. Areal Produktif *
2. Areal Belum
Produktif
a. Areal General
Survey
b. Areal Eksploitasi
c. Areal non
Porduction Open

d. Areal Non
Production Plug &
Abandon

3. Areal Tidak
Produktif
4.
Areal Emplasemen
dan Bangunan
a. Perkantoran
b. Pabrik
c. Silo
d. Kilang
e. Tangki
f. Pipa
g. Gudang
h. Perumahan
i. Sarana
Olahraga/Rekreasi
j. Bangunan Poliklinik
k Bangunan Sosial
l. Landasan Pesawat
m. Jalan yang
diperkeras di lokasi
penambangan dan/
komplek
n. Dermaga
o. Area Bangunan
lainnya
5. Areal Lainnya
208 Bab 8: Pengenaan Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi

a. Areal Pengamanan
b. Areal Perairan
c. Tanah Kosong
d. Areal Lainnya.
Sub Jumlah (a)

No. Peruntukan Objek Luas Luas Luas Kelas NJOP (Rp)


Daratan Perairan Bangunan
2 2 2
(m ) (m ) (m ) Per Jml
m2
1 2 3 4 5 6 7 8
6. Bangunan
Emplasemen
a. Perkantoran
b. Pabrik
c. Silo
d. Kilang
e. Tangki
f. Pipa
g. Gudang
h. Perumahan
i. Sarana
Olahraga/Rekreasi
j. Bangunan Poliklinik
k. Bangunan Sosial
l. Landasan Pesawat
m. Jalan yang
diperkeras di lokasi
penambangan dan/
komplek
n. Dermaga
o.Area Bangunan
lainnya
7. Bangunan
Penambangan
a. Producing
b. Non Production
Open
c. Non Production
Plug & Abandon

Sub Jumlah (b)


NJOP di Luar Areal
Produksi (c) =
(a)+(b)
*). NJOP Areal Produksi dihitung pada angka IV dan V
Pajak Bumi dan Bangunan 209

IV. NJOP Bumi Produksi (Minyak) :


a. Hasil Produksi Tahun …………….. = …………………..
Barrel
b. Harga Jual Hasil Produksi per Satuan =Rp…………… ……/Barrel
c. Harga Jual Hasil Produksi Keseluruhan = a X b = Rp
………………..
d. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) = 9,5 X c = Rp…………..
V. NJOP Bumi Produksi (Gas Bumi) :
a. Hasil Produksi Tahun …………….. =
………………………Barrel
b. Harga Jual Hasil Produksi per Satuan = Rp…………………
/Barrel
c. Harga Jual Hasil Produksi Keseluruhan = a X b = Rp
………………..
d. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) = 9,5 X c = Rp………….......
VI. Perhitungan PBB Terutang :
a. NJOP di Luar Areal Produksi (III) = Rp…………………..
b. NJOP atas Areal Produksi Minyak (IV) = Rp…………………..
c. NJOP atas Bumi Produksi Gas Bumi (V) = Rp…………………..
d. Jumlah NJOP = Rp…………………..
e. Dikurangi NJOP TKP = Rp ………………….
f. NJOP sebagai Dasar pengenaan PBB = Rp…………………..
g. NJKP (20 % X f ) = Rp ………………….
h. Jumlah PBB Terutang (0,5 % X g ) = Rp ………………….

…………….,………………….1999
Kepala Seksi Penetapan Petugas Penghitung/Kepala Subseksi
Penetapan P3
(……………………….)
(……………………………)
Mengetahui
Kepala Kantor Pelayanan PBB :

(………………..………)
Contoh Perhitungan soal pengenaan PBB Sektor Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi .

PT. Patra Artha Bhakti, suatu Perusahaan Tambang Minyak dengan data sebagai
berikut :
210 Bab 8: Pengenaan Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi

TANAH :
a. Areal Produktif = 100 ha , kelas IA - 48 - Rp 270,00/ m2
b. Areal Belum Produktif :
1) Areal General Survey = 500 ha, kelas IA – 50 - Rp 140,00/ m2.
2) Areal Explorasi = 100 ha, kelas IA - 49 - Rp 200,00/ m2.
c. Areal Tidak Produktif = 100 ha, kelas IA – 50
d. Areal Emplasemen :
1) Pabrik = 25 ha, kelas IA - 43 - Rp 1.200,00/ m2
2) Gudang = 2 ha, kelas IA - 43
3) Perkantoran = 1 ha, kelas IA - 39 - Rp 5.000,00/ m2
4) Tangki = 10 ha, kelas IA - 43
5) Jalan diperkeras = 5 ha, kelas IA - 43
6) Perumahan = 10 ha, kelas IA - 37 - Rp 10.000,00 / m2.

BANGUNAN :
a. Pabrik = 50.000 m2, kelas IIA-9 -Rp310.000,00 /m2
b. Gudang = 5.000 m2, kelas IIA - 9
c. Perkantoran = 2.000 m2, kelas IIA - 8 - Rp 365.000,00 /m2
d. Tangki = 5.000 m2, kelas IIA - 7 - Rp 429.000,00 /m2
e. Jalan diperkeras = 30.000 m2, kelas IIA - 9.
C. Hasil penjualan minyak satu tahun sebelum Tahun Pajak berjalan
= Rp 1. 000.000.000,00
D. Angka Kapitalisasi 9,5 .
Hitung PBB PT Patra Artha Bhakti tersebut di atas !

Jawab Soal PBB MIGAS :

A. NJOP TANAH
Areal Produktif = 9,5 X Rp 1.000.000.000,00 = Rp 9.500.000.000,00
Areal Belum Produktif
a. Areal General Survey = 500 X 10.000 X Rp 140,00 = Rp 700.000.000,00
b. Areal Explorasi = 100 X 10.000 X Rp 200,00 = Rp 200.000.000,00

Areal Tidak Produktif = 100 X 10.000 X Rp 140,00 = Rp 140.000.000,00


Areal Emplasemen
a Pabrik = 25 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 300.000.000,00
b.Gudang = 2 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 24.000.000,00
c. Kantor = 1 X 10.000 X Rp 5.000,00 = Rp 50.000.000,00
d. Tangki = 10 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 120.000.000,00
e. Jln Keras = 5 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 60.000.000,00
Pajak Bumi dan Bangunan 211

f. Perumahan = 10 X 10.000 X Rp10.000,00 = Rp 1.000.000.000,00


NJOP Tanah = Rp 12.094.000.000,0
0

B. NJOP BANGUNAN
a. Pabrik = 50.000 X Rp 310.000,00 = Rp 15.500.000.000,00
b. Gudang = 5.000 X Rp 310.000,00 = Rp 1.550.000.000,00
c. Kantor = 2.000 X Rp 365.000,00 = Rp 730.000.000,00
d. Tangki = 5.000 X Rp 429.000,00 = Rp 2.145.000.000,00
e. Jln Keras = 30.000 X Rp 310.000,00 = Rp 9.300.000.000,00
f. Perumahan = 10.000 X Rp 429.000,00 = Rp 4.290.000.000,00
NJOP = Rp 33.515.000.000,00
Bangunan

NJOP Tanah + Bangunan = Rp 45.609.000.000,00


NJOPTKP = Rp 12.000.000,00
NJOP sbg Dasar Perhit.PBB = Rp 45.597.000.000,00

Pajak Bumi dan = 0,5% X 40 % X Rp = Rp 911.940.000,00.


Bangunan 45.597.000.000,00

Rangkuman :

Penilaian yang diterapkan untuk usaha bidang pertambangan ini sangat


berbeda dengan usaha sektor lainnya. Di Dalam Undang-Undang PBB Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 angka 3 disebutkan antara lain bahwa NJOP adalah
harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli , NJOP ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis , atau nilai
perolehan baru , atau NJOP pengganti. Untuk mencari NJOP usaha
pertambangan yang sangat kompleks ini, karena corak, spesifikasi, pendekatan
teknik, yang terdiri dari lokasi kawasan tambang, kandungan tambang,
jenis/bahan yang ditambang, teknik eksplorasi dan eksploitasinya dan sebagainya
sangat bervariasi maka ada beberapa faktor utama yang harus diperhatikan untuk
menilai usaha bidang pertambangan :
1. Jenis atau Deposit bahan tambang yang terdapat pada Wilayah Kuasa
Penambangan (WKP).
2. Konsesi atau ijin penambangan yang diberikan kepada Badan Usaha tersebut.
3. Jumlah Kuantitas yang terkandung pada WKP.
4. Kuantitas dan kesesuaian deposit dengan permintaan pasar.
5. Kemudahan atau kesulitan dalam mendapatkan/mengerjakan/ melaksanakan
usaha yang berpengaruh terhadap kemampuan menambang.
212 Bab 8: Pengenaan Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi

6. Biaya membangun atau menggali dan modal yang diperlukan untuk investasi.
7. Anggaran Out Put untuk memenuhi permintaan Pasar.
8. Perkiraan Pendapatan yang berupa keuntungan dari usaha pertambangan.
Dari hal-hal tersebut di atas maka sangatlah banyak kemungkinan yang
dapat dipergunakan teori maupun pendekatan penilaian yang akan digunakan
untuk mendapatkan NJOP. Salah satu yang mungkin dapat dengan mudah
dilaksanakan adalah pendekatan pendapatan (Income approach).

Soal Latihan :
1. Sebutkan beberapa faktor utama untuk menilai Usaha Bidang Pertambangan
.
2. Sebutkan Dasar Hukum yang dipakai sebagai petunjuk pelaksanaan penilaian
pengenaan PBB Pertambangan .
3. Sebutkan apa yang dimaksud dengan Areal produktif dan Areal yang belum
produktif .
4. Jelaskan tentang NJOP PBB Sektor pertambangan .

Jawab :
1. Ada beberapa faktor utama yang harus diperhatikan untuk menilai usaha
bidang pertambangan:
a. Jenis atau Deposit bahan tambang yang terdapat pada Wilayah Kuasa
Penambangan (WKP).
b. Konsesi atau ijin penambangan yang diberikan kepada Badan Usaha
tersebut.
c. Jumlah atau Kuantitas yang terkandung pada WKP.
d. Kuantitas dan kesesuaian deposit dengan permintaan pasar.
e. Kemudahan atau kesulitan dalam mendapatkan/
mengerjakan/melaksanakan usaha yang berpengaruh terhadap
kemampuan menambang.
f. Biaya membangun atau menggali dan modal yang diperlukan untuk
investasi.
g. Anggaran Out Put untuk memenuhi permintaan Pasar.
h. Perkiraan Pendapatan yang berupa keuntungan dari usaha
pertambangan.
2. Petunjuk pelaksanaan terhadap pelaksanaan penghitungan nilai jual untuk
sektor pertambangan yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-24/PJ.6/1999 Hal Petunjuk Pengenaan Sektor Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi.
3. 1). Areal Produktif adalah areal di dalam Wilayah Kuasa Pertambangan
(WKP) yang telah dieksploitasi/menghasilkan minyak dan/gas bumi (tahap
eksploitasi/produksi);

2). Areal belum produktif meliputi :


Pajak Bumi dan Bangunan 213

a. Areal penyelidikan umum adalah areal di dalam WKP yang sedang


atau akan dilakukan penyelidikan secara geologi umum, untuk
membuat peta geologi dan mengetahui tanda-tanda adanya bahan
galian minyak dan/gas bumi;
b. Areal Eksplorasi adalah areal di dalam WKP yang sudah dilakukan
penyelidikan umum dan perlu diteliti lebih saksama untuk menetapkan
secara rinci adanya bahan galian minyak dan/ gas bumi;
c. Areal Non Producing Open adalah areal di WKP yang sudah selesai
diekspolorasi dan sewaktu-waktu siap untuk ditambang atau
dieksploitasi;
d. Areal Non Producing Plug and Abandon adalah areal di dalam WKP
yang sudah selesai dieksploitasi dan untuk sementara ditutup atau
ditinggalkan.
9. Besarnya NJOP PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi ditentukan
sebagai berikut :
a. Areal Produktif adalah sebesar 9,5 kali hasil penjualan minyak dan/
gas bumi dalam satu tahun pajak berjalan;
b. Areal Belum Produktif, areal tidak produktif areal emplasemen dan
areal lainnya adalah sebesar NJOP berupa tanah sebagaimana
ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;
c. Areal Perairan adalah sebesar luas perairan dikalikan dengan NJOP
perairan yang ditentukan berdasarkan korelasi garis lurus kesamping
dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya
sebagaimana perhitungan pada lampiran Va dan Vb Keputusan
Direktur Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember
1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak atas nama Menteri Keuangan;
d. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar luas bangunan dikalikan
NJOP bangunan yang disusun berdasarkan daftar Biaya Komponen
Bangunan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.
-o0o-

Anda mungkin juga menyukai