Anda di halaman 1dari 3

Bab 2

KEDUDUKAN PBB DALAM


PENERIMAAN NEGARA

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu jenis pajak pusat yang
hasil penerimaannya diberikan kepada Pemerintah Daerah Propinsi Dan
Kabupaten/Kota. Bagian daerah sebesar 80% dari seluruh penerimaan PBB
diserahkan ke Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga
besar persentase untuk bagian Pemerintah Pusat dari PBB sebesar 10%.
Pemerintah Provinsi sebesar 16,2% dan 64,8% bagian Pemerintah
Kabupaten/Kota. Sisanya merupakan biaya operasional yang sekarang menjadi
biaya pungut PBB (Direktorat PBB & BPHTB, 2000).

Perkembangan Penerimaan PBB dari tahun 1990 sampai dengan 2000


adalah sebagaimana table 2.1.
Tabel 2.1
Penerimaan Pajak Tahun 1995 – 2000
PPN dan Bea Pajak Pajak
Tahun PPh Cukai PBB Jumlah
PPnBM Masuk Ekspor Lainnya

1995/1996 21.012 18.519 3.029 3.592 186 1.893 452 48.686

1996/1997 27.062 20.351 2.578 4.262 81 2.413 590 57.339

1997/1998 34.388 25.198 2.998 5.101 128 2.640 477 70.934

1998/1999 55.944 27.803 2.305 7.732 4.630 3.565 413 102.394

1999/2000 59.682 33.087 4.117 10.381 848 4.070 568 112.815

Sumber : Direktorat PBB dan BPHTB 2001


14 Bab 2: Kedudukan PBB dalam Penerimaan Negara

Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2004 per 31 Desenber 2004


No. Jenis Pajak APBN- P Realisasi Surplus/Defisit %Pencapaian
1 2 3 4 5 = (4-3) 6=(4-3)
1 PPh Non MiGas 112.767,6 11.952,6 814,6 99,28
2 PPh MiGas 23.085,8 22.946,6 139,2 99,40
3 PPN & PPnBM 87.506,3 87.556,1 49,8 100,06
4 PBB & BPHTB 13.393,9 14.672,4 1.278,5 109,55
5 Pajak Lainnya 1.838,3 1.832,2 6,1 99,67
Jumlah dgn Migas 238.591,5 238.959,8 368,3 100,15
Jumlah non migas 216.505,7 216.013,2 507,5 100,24

Sumber : Direktorat Jenderal Pajak

Penerimaan perpajakan pada dasarnya terdiri dari penerimaan pajak dalam


negeri dan penerimaan pajak atas perdagangan internasional. Penerimaan pajak
dalam negeri meliputi lima jenis pajak yang mencakup penerimaan Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Cukai, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan
Bangunan, dan pajak lainnya. Sedangkan penerimaan pajak atas transaksi
perdagangan internasional meliputi dua jenis pajak yang mencakup penerimaan
Bea Masuk dan Pajak Ekspor.
Dari jenis penerimaan pajak sebagaimana tersebut diatas, PPh merupakan
salah satu jenis pajak yang memberikan konribusi penerimaan paling besar bila
dibandingkan dengan jenis pajak lainnya. Sebagaimana tabel II.1 pada tahun
1998/1999 kontribusi penerimaan PPh adalah sebesar Rp. 55.922,2 miliar atau
54,6% dari total penerimaan perpajakan. Sedangkan kontribusi jenis penerimaan
pajak lainnya adalah 27,2% untuk PPN dan PPn BM, 2,3% untuk Bea Masuk,
7,6% untuk Cukai, 4,5% untuk Pajak Ekspor, 3,5% untuk PBB dan BPHTB, dan
0,4% untuk pajak lainnya.
Meskipun penerimaan PBB (termasuk BPHTB) memberikan kontribusi
terhadap penerimaan perpajakan yang relative kecil, namun PBB dan BPHTB
merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial bagi daerah. Sebagai salah
satu jenis pajak langsung, PBB dan BPHTB merupakan pajak Negara (pusat) yang
seluruh hasil penerimaannya dibagikan kepada daerah dengan mekanisme tertentu
(mekanisme bagi hasil). Pada dasarnya pemungutan PBB dan BPHTB lebih
diarahkan pada fungsi distributif, yaitu untuk menciptakan pemerataan, dengan
tetap memperhatikan potensi daerah penghasil. Hal tersebut sejalan dengan
otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang saat ini telah
dirubah dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 (Direktorat PBB, 2001).
Menurut penulis saat ini memang penerimaan PBB relatif kecil hal itu
memang sengaja diperkecil, hal itu mengingat bahwa kemampuan rata-rata
masyarakat Indonesia saat ini relatif kecil. Bahkan dapat dikatakan bahwa PBB
merupakan pajak yang paling murah sedunia, hal itu dapat kita buktikan melalui :
1. Besarnya tarif pajak hanya 0,5 % bandingkan dengan tarif real properti tax
negara lain misalnya seperti Malaysia tarifnya sebesar 7%, Korea tarif
sebesar 5 % dan & 7% dan lain-lain Negara Asing;
Pajak Bumi dan Bangunan 15

2. Besarnya Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan sebesar 20 % untuk Objek


Pajak yang besarnya NJOP PBBnya < Rp 1.000.000.000,00 dan 40 %
untuk objek pajak Perkebunan, Perhutanan , Pertambangan dan objek
Pajak yang NJOP-nya > Rp 1.000.000.000,00. Bandingkan hal ini dengan
NJKP Negara Malaysia yang telah menetapkan sebesar 60 % dan Jepang
bahkan sebesar 80 % dari NJOP;
3. Penentuan NJOP hanya diperhitungkan atas tanah dan bangunan saja,
sedangkan Negara-negara lain telah menggunakan nilai pasar yang
didasarkan pada objek, sehingga apabila ada mesin di dalam gedung juga
dinilai dan dikenakan pajak. Propertinya. Nilai Pasar yang digunakan pun
mengacu pada data pasar wajar sepenuhnya, artinya benar-benar nilai yang
terjadi di pasar.
Disamping itu sesungguhnya saat ini kita sangat prihatin karena setelah 60
tahun merdeka di Asia rupanya baru Indonesia yang tidak mempunyai lembaga
penilai yang setingkat dengan Direktorat Jenderal. Berbeda dengan Malaysia atau
Philipina yang sudah mempunyai Lembaga Penilaian yang setingkat dengan
Direktorat Jenderal dan juga telah mempunyai Bank Tanah. Hal ini sangat penting
karena Lembaga Penilaian dapat berfungsi sebagai lembaga stabilisasi harga jual
harta tetap, sehingga apabila ada orang yang akan bertransaksi atau berinvestasi
dan memerlukan tanah atau bangunan akan dengan mudah mendapatkan informasi
tentang nilai harta tetap dan dengan biaya yang jelas dan pasti. Penilaian juga
berguna untuk pengelolaan harta Negara/Pemerintah sehingga dengan jelas dan
pasti negara atau Pemerintah tahu tentang nilai harta yang dikuasainya.

Rangkuman

PBB merupakan pajak yang relatif kecil bila dibandingkan dengan Pajak-
pajak yang lain, namun pengenaan PBB pada masyarakat khususnya mayarakat
bawah merupakan pendidikan dan kegotongroyongan keikutsertaan rakyat bawah
dalam peran serta pembangunan negara melalui pajak. PPh sampai saat ini subjek
pajaknya hanya ± 10 juta sedangkan PBB saat ini telah memiliki data Objek Pajak
sebanyak 85 juta dan Subjek Pajak sebanyak 50 juta. Dengan demikian peran serta
rakyat lebih nyata dapat dilihat pada PBB.

- o0o-

Anda mungkin juga menyukai