Anda di halaman 1dari 14

Bab 11

PENGENAAN PBB PERTAMBANGAN


SEKTOR PERTAMBANGAN NON
MIGAS GALIAN C

Dasar hukum :
1. Keputusan Menteri Keuangan No. 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan
Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagi Dasar Pengenaan PBB;
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tentang
Pengenaan PBB;
3. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-27/PJ.6/1999 perihal
Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-
16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 khusus untuk pengenaan PBB
Sektor Pertambangan Non Migas Galian C.
Pertambangan Galian C merupakan Tambang yang sederhana atas bahan
mineral atau deposit tambang yang di kelola oleh masyarakat dengan
menggunakan alat-alat yang relatif sederhana berupa tambang batu kali, batu
apung, pasir, pasir kwarsa, kapur, marmer, dan lain-lain tambang yang sejenis
dengan itu. Biasanya tambang tersebut terdapat pada kandungan tubuh bumi yang
tidak dalam dan ditambang secara terbuka. Ijin perusahaan tambang galian C ini
cukup melalui Pemerintah Daerah dan dapat dioperasionalkan secara mandiri
bahkan orang perorang. Beberapa Definisi dan Pengertian yang perlu diketahui
untuk penambangan Galian C adalah :
a. Areal Produktif :
adalah areal yang dieksploitasi/menghasilkan bahan galian tambang (tahap
eksploitasi);
b. Areal Belum Produktif :
256 Pengenaan PBB Pertambangan …

adalah areal yang belum menghasilkan tetapi sewaktu-waktu akan


menghasilkan bahan galian tambang (tahap penyelidikan umum, eksploitasi
dan konstruksi);
c. Areal Tidak Produktif :
adalah areal yang sama sekali tidak menghasilkan galian tambang;
d. Areal Emplasemen :
adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan atau pekarangan;
e. Areal Lainnya :
adalah areal perairan yang digunakan untuk pelabuhan khusus berkaitan
dengan usaha pertambangan;
f. Angka Kapitalisasi :
adalah angka pengganda untuk memperoleh besaran NJOP sebagaimana
ditentukan pada lampiran III keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-
16/PJ.6/1998, tanggal 30 Desember 1998;
g. Hasil bersih :
adalah pendapatan kotor dari hasil penjualan galian tambang setahun
dikurangi biaya eksploitasi di mulut tambang (Run of Mine).

Pajak Bumi dan Bangunan dalam perhitungan pengenaan dan penetapannya


selalu harus didasarkan pada NJOP tambang Galian C. Besarnya NJOP Sektor
Pertambangan NON Minyak dan Gas Galian C ditentukan sebagai berikut :
a. Areal Produktif :
adalah sebesar angka kapitalisasi yang diperhitungkan berdasarkan lamanya
waktu eksploitasi (deposit) penambangan tertentu dikalikan hasil bersih galian
tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan;
b. Areal Belum Produktif, Tidak Produktif, dan Areal Emplasemen di Dalam
atau di Luar Wilayah Kuasa Penambangan adalah sebesar NJOP berupa tanah
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;
c. Areal Perairan adalah sebesar luas perairan dikalikan dengan NJOP perairan
yang ditentukan berdasarkan Korelasi Garis Lurus kesamping dengan
klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya sebagaimana
perhitungan pada lampiran Va dan Vb Keputusan Direktorat Jenderal Pajak
No.KEP-16/PJ.6/1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;
d. Objek Pajak berupa Bangunan adalah sebesar luas bangunan dikalikan NJOP
bangunan yang disusun berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan
(DBKB) sebagimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.
Pajak Bumi dan Bangunan 257

Bentuk Formulir

Lampiran 1.
Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE- 27/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak
Kantor Pelayanan PBB ……………………

Surat Pemberitahuan Objek Pajak


PBB Sektor Pertambangan NON MiGas Galian C
Tahun : …………..
I. Data Subjek II. Data Objek

1. Nama Perusahaan : 1. NOP :


2. Kontraktor (PSC/KK) : 2. Wilayah Kuasa Pertambangan
(WKP) :
3. Operator : 3. Lokasi Objek Pajak
4. Wajib Pajak : - Dati II :
- Dati I :
4. Luas WKP : ....…ha.
5. Wajib Pajak :
6. NPWP :

III. Peruntukan Objek :


No. Peruntukan Objek Bumi Bangunan Keterangan
Luas (m2) Jml. Luas
Unit (m2)
1 2 3 4 5 6
1. Bumi :
a. Areal Produktif
b. Areal Belum Produktif
- Bumi Penyelidikan Umum
- Bumi Eksplorasi
- Bumi Cadangan produksi
c. Areal Tidak Produktif
d. Areal Perairan untuk
Pelabuhan khusus
2. Areal Emplasemen dan
Bangunan
a. Perkantoran
b. Pabrik
c. Silo
258 Pengenaan PBB Pertambangan …

No. Peruntukan Objek Bumi Bangunan Keterangan


2
Luas (m ) Jml. Luas
Unit (m2)
1 2 3 4 5 6
d. Kilang
e. Tangki
f. Pipa
g. Gudang
h. Perumahan
i. Sarana Olah Raga
j. Bangunan Poliklinik
k. Bangunan Sosial
l. Landasan Pesawat Udara
m. Jalan yang diperkeras di
Lokasi penambangan dan
atau dalam kompleks
n. Dermaga
o. Lain-lain

Jumlah

IV. Areal Produktif :


1. Produksi dalam satu tahun pajak berjalan :……ton/kg/m3 dan sebagainya
2. Harga Jual Satuan (ROM) : Rp ………………ton/kg/m3 dan
sebagainya
3. Biaya Eksploitasi (ROM) : Rp ………………ton/kg/m3 dan
sebagainya
…………,
…………………2005
Wajib Pajak

(…………………..)
Pajak Bumi dan Bangunan 259

Lampiran 2
Surat Edaran Dirjen Pajak No. 27/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak
Kantor Pelayanan PBB ……………………

Daftar Perhitungan Ketetapan PBB Selain


Sektor Pertambangan Non MiGas Galian C
Tahun : …………..

I Data Subjek II. Data Objek


1. Nama Perusahaan : 1. NOP :
2. Kontraktor (PSC/JOB/TAC): 2. Wilayah Kuasa Pengusahaan-
(PSC/JOB/TAC) Sumber daya Panas Bumi (WKPSDP):
3. Operator : 3. Lokasi Objek Pajak :
- Dati II :
- Dati I :
4. Wajib Pajak : 4. Luas WKPSDP : …...Ha.
5. Alamat :
6. NPWP :

III. NJOP di Luar Areal Produksi :

No. Peruntukan Objek Luas Luas NJOP


Bumi/Tanah Bangunan
(m2) (m2)
Per m2 Jumlah
1 2 3 4 6 7

1. Bumi :
a. Areal Produktif
b. Areal Belum Produktif
- Bumi Penyelidikan
Umum
- Bumi Eksplorasi
- Bumi Cadangan produksi
c. Areal Tidak Produktif
d. Areal Perairan untuk
2. Pelabuhan khusus
Areal Emplasemen
260 Pengenaan PBB Pertambangan …

No. Peruntukan Objek Luas Luas NJOP


Bumi/Tanah Bangunan
(m2) (m2)
Per m2 Jumlah
1 2 3 4 6 7
a. Perkantoran
b. Pabrik
c. Silo
d. Kilang
e. Tangki
f. Pipa
g. Gudang
h. Perumahan
i. Sarana Olah Raga
j. Bangunan Poliklinik
k. Bangunan Sosial
l. Landasan Pesawat Udara
m. Jalan yg diperkeras di
Lokasi penambangan dan
atau dalam kompleks
n. Dermaga
o. Lain-lain
Sub Jumlah (a)
3. Bangunan
a. Perkantoran
b. Pabrik
c. Silo
d. Kilang
e. Tangki
f. Pipa
g. Gudang
h. Perumahan
i. Sarana Olah Raga
j. Bangunan Poliklinik
k. Bangunan Sosial
l. Landasan Pesawat Udara
Jalan yg diperkeras di Lokasi
penambangan dan atau dalam
kompleks
m. Dermaga
n. Lain-lain
Sub Jumlah (b)
NJOP di Luar Areal Produktif (c) = (a) + (b)
*). NJOP Areal Produksi dihitung pada angka IV dan V
Pajak Bumi dan Bangunan 261

IV.NJOP Bumi Produktif :


a. Hasil Produksi Tahun …………….. = ……………………… ton
b. Harga Jual Tambang (ROM) per satuan = Rp………………….. ton
c. Harga Jual Tambang (ROM) keseluruhan = a X b = Rp …………….
d. Biaya Eksploitasi (ROM) = Rp …………………...ton
e. Hasil Bersih Galian Tambang = c – d = Rp ……………….
f. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)= Angka Kapitalisasi Xe = Rp …………….

V. Perhitungan PBB Terutang :


a. NJOP di Luar Bumi Produktif (III) = Rp…………………..
b. NJOP atas Bumi Produktif (IV) = Rp…………………..
c. Jumlah NJOP = Rp…………………..
d. Dikurangi NJOP TKP = Rp ………………….
e. NJOP sebagai Dasar pengenaan PBB = Rp…………………..
f. NJKP (40 % X e ) = Rp ………………….
g. Jumlah PBB Terutang (0,5 % X g ) = Rp ………………….

…………….,………………….1999

Kepala Seksi Penetapan Petugas Penghitung / Kepala Subseksi


Penetapan P3

(……………………….) (……………………………)

Mengetahui
Kepala Kantor Pelayanan PBB

(…………………..)
262 Pengenaan PBB Pertambangan …

Kemudian sebagai pelengkap aturan-aturan tersebut kami sajikan Undang-undang


tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan sebagaimana diatur
dalam UU No. 11 Tahun 1967.
Bab I. Ketentuan Umum .
Pasal 1: Penguasaan Bahan Galian .
Segala bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum pertambangan
Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia dan oleh karenanya
dikuasai dan dipergunakan oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

Pasal 2: Istilah-istilah :
a. Bahan Galian : Unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala
macam batuan termasuk batu mulia yang merupakan endapan alam ;
b. Hak Tanah : hak atas sebidang tanah pada permukaan bumi menurut
hukum Indonesia :
c. Penyelidikan umum : penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di
daratan, perairan dan dari udara segala sesuatu dengan maksud untuk
membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda adanya bahan
galian pada umumnya;
d. Eksplorasi : segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan
lebih teliti/seksama adanya dan sifat letakan bahan galian ;
e. Eksploitasi : usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan
bahan galian dan memanfaatkannya ;
f. Pengolahan dan pemurnian pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan
galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang
terdapat pada bahan galian;
g. Pengangkutan : segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil
pengolahan dan pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat
pengolahan/pemurnian;
h.Penjualan : segala usaha penjualan bahan galian dan hasil
pengolahan/pemurnian bahan galian;
i. Kuasa Pertambangan : wewenang yang diberikan kepada badan/
perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan ;
j. Menteri : Menteri yang lapangan tugasnya meliputi urusan pertambangan;
k. Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia : seluruh kepulauan Indonesia,
tanah dibawah perairan Indonesia dan paparan benua (continental shelf)
Kepulauan Indonesia;
l. Perusahaan Negara :
a). Perusahaan Negara seperti yang dimaksud dalam Undang-undang
tentang Perusahaan Negara yang berlaku;
b). Badan Hukum yang seluruh modalnya berasal dari Negara;
m. Perusahaan Daerah : perusahaan seperti yang dimaksud dalam Unda-
undang tentang Perusahaan Daerah yang berlaku;
Pajak Bumi dan Bangunan 263

n. Pertambangan Rakyat : adalah suatu usaha pertambangan bahan-bahan


galian dari semua golongan a, b, dan c seperti yang dimaksud dalam pasal
3 ayat (1) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau
secara gotong-royong dengan alat sederhana untuk pencaharian sendiri.

Bab II. Penggolongan dan Pelaksanaan Penguasaan Bahan Galian.


Pasal 3.
1) Bahan Galian dibagi atas tiga golongan :
a. Golongan Bahan Galian Strategis
b. Golongan Bahan Galian Vital
c. Golongan Bahan Galian yang tidak termasuk dalam golongan a
atau b.
2) Penunjukan sesuatu bahan galian ke dalam suatu golongan tersebut pada
ayat (1) pasal ini diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 4 :
1) Pelaksanaan penguasaan Negara dan pengaturan usaha pertambangan
bahan galian tersebut dalam pasal 3 ayat (1) huruf a dan b dilakukan oleh
Menteri;
2) Pelaksanaan Penguasaan Negara dan Pengaturan usaha pertambangan
bahan galian tersebut pada pasal 3 ayat (1) huruf c dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Tk.I tempat terdapatnya bahan galian itu;
3) Dengan memperhatikan kepentingan pembangunan Daerah khususnya dan
Negara pada umumnya Menteri dapat menyerahkan pengaturan usaha
pertambangan bahan galian tertentu dari antara bahan galian tersebut
dalam pasal 3 ayat (1) huruf b kepada Pemerintah Daerah Tk.I tempat
terdapatnya bahan galian itu.

Bab III. Bentuk dan Organisasi Perusahaan Pertambangan .


Pasal 5 :
Usaha Pertambangan dapat dilaksanakan oleh :
a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri;
b. Perusahaan Negara;
c. Perusahaan Daerah;
d. Perusahaan dengan Modal bersama antara Negara dan Daerah;
e. Koperasi;
f. Badan atau Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat-syarat yang
dimaksud dalam pasal 12 ayat (1);
g. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan/atau Daerah dengan
Koperasi dan/atau Badan/Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat-
syarat yang dimaksud dalam pasal 12 ayat (1);
h. Pertambangan Rakyat.
264 Pengenaan PBB Pertambangan …

Pasal 6 :
Usaha Pertambangan Bahan galian tersebut dalam pasal 3 ayat (1) huruf a
dilakukan oleh :
a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri .
b. Perusahaan Negara.

Undang-undang ini sengaja tidak kami kutip secara lengkap hanya pasal
yang penting saja dan kemudian kami lanjutkan dengan menyajikan Peraturan
Pemerinta No. 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian.
Pasal 1 : Bahan Galian terbagi atas tiga Golongan :
A. Golongan Bahan Galian yang strategis :
· Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;
· Bitumen padat, aspal;
· Antrasit, batu bara, batu-bara muda;
· Uranium, radium, thorium dan bahan galian radioaktif
lainnya;
· Nikel, kobalt ;
· Timah.
B. Golongan Bahan Galian yang Vital adalah :
· Besi, mangaan molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
· Bauksit, tembaga, timbale, seng;
· Emas, platina, perak, air raksa, intan;
· Yttrium, rhutenium, cerium dan logam langka lainnya;
· Beryllium, korundum, zircon, kristal kwarsa;
· Kriolit, fluorspar, barit;
· Yodium, brom, khlor, belerang.
C. Golongan Bahan Galian tidak termasuk golongan A atau B adalah :
· Nitrat-nitrat, Pospat-pospat, garam batu (halite);
· Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
· Yarosit, leusit, tawas (alum), oker;
· Pasir Kwarsa, Kaolin, Feldspar, gips, bentonit;
· Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah
serap (fullersearth),
· Marmer, batu tulis;
· Batu kapur, dolomite, kalsit;
· Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir
sepanjang tidak mengandung unsur mineral golongan A
maupun golongan B dalam jumlah yang berarti, ditinjau
dari segi ekonomi pertambangan.
Pajak Bumi dan Bangunan 265

Pasal 2
1) Pemindahan bahan galian dari suatu golongan ke golongan lain
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, ditetapkan dengan peraturan
Pemerintah.
2) Bahan galian yang belum disebutkan dalam Pasal 1, yang perlu
dimasukkan dalam salah satu golongan ditetapkan dengan Peratuaran
Pemerintah.
Pasal 3
1) Apabila bahan galian yang lebih tinggi golongannya terdapat dalam satu
endapan dengan bahan galian yang lebih rendah golongannya, menteri
mentapkan pengaturan usaha pertambangan endapan tersebut.
2) Bagi bahan galian sebagaiman dimaksud dalam Pasal 1 huruf c sepanjang
terletak di lepas pantai, izin usaha pertambangannya diberikan oleh
Menteri.
Pasal 4
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Diundangkan di Jakarta, tanggal 15 Agustus 1980, dalam Lembaran Negara RI
Tahun 1980 Nomor 47.
Agar lebih jelas kami sertakan contoh pengenaan PBB Sektor Pertambangan
Galian C sebagai berikut :
PT BUKIT JAYA, Suatu Usaha Bidang Penambangan Marmer (Galian C),
memiliki/menguasai/mendapatkan manfaat dari Bumi dan Bangunan dengan
rincian sbb:
a. Bumi :
1. Areal Produktif = 50 ha, kelas A-48 (Rp 270/m2)
2. Areal blm Produktif :
a. Areal Eksplorasi = 100 ha, kelas A-49 (Rp 200/ m2)
b. Areal Cadangan Produksi = 50 ha, kelas A-49
c. Areal tak Produktif = 50 ha, kelas A-50 (Rp140/ m2)
d. Emplasemen :
1) Pabrik = 5.000 m2, kelas A-43 (Rp 1.200/ m2)
2) Gudang = 1.000 m2, kelas A-43
3) Kantor = 500 m2, kelas A-43
4) Perumahan = 3.000 m2, kelas A-43.
b. Bangunan :
a. Pabrik = 1.000 m2, kelas A-11 (Rp 225.000/ m2)
b. Gudang = 500 m2, kelas A-13 (Rp 162.000/ m2)
c. Kantor = 200 m2, kelas A-11
d. Perumahan = 1.000 m2, kelas A-11.
c. Hasil Bersih Galian Tambang Marmer dalam 1 tahun sebelum tahun pajak
berjalan – Rp 10.000.000 .
d. Lama penambangan 30 tahun, dan angka kapitalisasi = 9.43 .
266 Pengenaan PBB Pertambangan …

Jawab Pertambangan Galian C ;


NJOP Bumi
1. Areal Produktif = 9.43 x Rp 10.000.000 = Rp 94.300.000
2. Areal Belum Produktif
a. Areal eksplorasi = 100 x 10.000 x Rp 200 = Rp 200.000.000
b. Areal Cadangan Produksi = 50 x 10.000 x Rp 200 = Rp 100.000.000
3. Areal tidak produktif = 50 x 10.000 x Rp 140 = Rp 70.000.000

4. Emplasemen
a. Pabrik = 5000 x Rp 1200 = Rp 6.000.000
b. Gudang = 1000 x Rp 1200 = Rp 1.200.000
c. Kantor = 500 x Rp 1200 = Rp 600.000
d. Perumahan = 3000 x Rp 1200 = Rp 3.600.000
NJOP Bumi = Rp 475.700.000
NJOP Bangunan
a. Pabrik = 1.000 X Rp 225.000 = Rp 225.000.000
b. Gudang = 500 X Rp 162.000 = Rp 81.000.000
c. Kantor = 200 X Rp 225.000 = Rp 45.000.000
d. Perumahan = 1.000 X Rp 225.000 = Rp 225.000.000

C. NJOP Bumi dan Bangunan = Rp 1.051.700.000


D. NJOP TKP = 12.000.000
E. NJOP sebagai dasar perhitungan PBB = Rp 1.039.700.000
F. NJKP = 40 % X Rp 1.039.700.000 = Rp 415.880.000
G. PBB = 0,5 % X Rp 415.880.000 = Rp 20.794.000.

Latihan Soal :
1. Sebutkan Dasar Hukum Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Galian C .
2. Jelaskan pengertian tentang Areal Produktif, Areal Belum Produktif,
Emplasemen dan Tingkat Kapitalisasi sebagaimana diatur dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998.
3. Cobalah sebutkan bagaimana cara menetukan NJOP Sektor Pertambangan
Galian C .
Pajak Bumi dan Bangunan 267

Jawab :
1. Dasar hukum :
a. Keputusan Menteri Keuangan No. 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan
Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagi Dasar Pengenaan PBB;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tentang
Pengenaan PBB;
c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-27/PJ.6/1999 perihal
Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-
16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 khusus untuk pengenaan PBB
Sektor Pertambangan Non Migas Galian C.
2. Pengertian sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 adalah sebagai
berikut :
a. Areal Produktif : adalah areal yang dieksploitasi/menghasilkan bahan
galian tambang (Tahap eksploitasi);
b. Areal belum produktif : adalah areal yang belum menghasilkan tetapi
sewaktu-waktu akan menghasilkan bahan galian tambang (tahap
penyelidikan umum, ekploitasi dan konstruksi);
c. Areal tidak produktif : adalah areal yang sama sekali tidak menghasilkan
galian tambang;
d. Areal Emplasemen : adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan
atau pekarangan;
e. Areal Lainnya : adalah areal perairan yang digunakan untuk pelabuhan
khusus berkaitan dengan usaha pertambangan;
f. Angka Kapitalisasi : adalah angka pengganda untuk memperoleh besaran
NJOP sebagaimana ditentukan pada lampiran III keputusan Direktorat
Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998, tanggal 30 Desember 1998;
g. Hasil bersih : adalah pendapatan kotor dari hasil penjualan galian tambang
setahun dikurangi biaya eksploitasi di mulut tambang (Run of Mine).

3. Besarnya NJOP Sektor Pertambangan NON Minyak dan Gas, Galian C


ditentukan sebagai berikut :
a. Areal Produktif : adalah sebesar angka kapitalisasi yang diperhitungkan
berdasarkan lamanya waktu eksploitasi (deposit) penambangan tertentu
dikalikan hasil bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun
pajak berjalan;
b. Areal belum Produktif, Tidak Produktif, dan Areal Emplasemen di Dalam
atau di Luar Wilayah Kuasa Penambangan adalah sebesar NJOP berupa
tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;
c. Areal Perairan adalah sebesar Luas perairan dikalikan dengan NJOP
Perairan yang ditentukan berdasarkan Korelasi Garis Lurus kesamping
dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya
sebagaimana perhitungan pada lampiran Va dan Vb Keputusan Direktorat
268 Pengenaan PBB Pertambangan …

Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor


Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;
d. Objek Pajak berupa Bangunan adalah sebesar luas bangunan dikalikan
NJOP bangunan yang disusun berdasarkan Daftar Biaya Komponen
Bangunan (DBKB) sebagimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.

-o0o-

Anda mungkin juga menyukai