Dasar hukum :
1. Keputusan Menteri Keuangan No. 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan
Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagi Dasar Pengenaan PBB;
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tentang
Pengenaan PBB;
3. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-27/PJ.6/1999 perihal
Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-
16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 khusus untuk pengenaan PBB
Sektor Pertambangan Non Migas Galian C.
Pertambangan Galian C merupakan Tambang yang sederhana atas bahan
mineral atau deposit tambang yang di kelola oleh masyarakat dengan
menggunakan alat-alat yang relatif sederhana berupa tambang batu kali, batu
apung, pasir, pasir kwarsa, kapur, marmer, dan lain-lain tambang yang sejenis
dengan itu. Biasanya tambang tersebut terdapat pada kandungan tubuh bumi yang
tidak dalam dan ditambang secara terbuka. Ijin perusahaan tambang galian C ini
cukup melalui Pemerintah Daerah dan dapat dioperasionalkan secara mandiri
bahkan orang perorang. Beberapa Definisi dan Pengertian yang perlu diketahui
untuk penambangan Galian C adalah :
a. Areal Produktif :
adalah areal yang dieksploitasi/menghasilkan bahan galian tambang (tahap
eksploitasi);
b. Areal Belum Produktif :
256 Pengenaan PBB Pertambangan …
Bentuk Formulir
Lampiran 1.
Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE- 27/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak
Kantor Pelayanan PBB ……………………
Jumlah
(…………………..)
Pajak Bumi dan Bangunan 259
Lampiran 2
Surat Edaran Dirjen Pajak No. 27/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak
Kantor Pelayanan PBB ……………………
1. Bumi :
a. Areal Produktif
b. Areal Belum Produktif
- Bumi Penyelidikan
Umum
- Bumi Eksplorasi
- Bumi Cadangan produksi
c. Areal Tidak Produktif
d. Areal Perairan untuk
2. Pelabuhan khusus
Areal Emplasemen
260 Pengenaan PBB Pertambangan …
…………….,………………….1999
(……………………….) (……………………………)
Mengetahui
Kepala Kantor Pelayanan PBB
(…………………..)
262 Pengenaan PBB Pertambangan …
Pasal 2: Istilah-istilah :
a. Bahan Galian : Unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala
macam batuan termasuk batu mulia yang merupakan endapan alam ;
b. Hak Tanah : hak atas sebidang tanah pada permukaan bumi menurut
hukum Indonesia :
c. Penyelidikan umum : penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di
daratan, perairan dan dari udara segala sesuatu dengan maksud untuk
membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda adanya bahan
galian pada umumnya;
d. Eksplorasi : segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan
lebih teliti/seksama adanya dan sifat letakan bahan galian ;
e. Eksploitasi : usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan
bahan galian dan memanfaatkannya ;
f. Pengolahan dan pemurnian pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan
galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang
terdapat pada bahan galian;
g. Pengangkutan : segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil
pengolahan dan pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat
pengolahan/pemurnian;
h.Penjualan : segala usaha penjualan bahan galian dan hasil
pengolahan/pemurnian bahan galian;
i. Kuasa Pertambangan : wewenang yang diberikan kepada badan/
perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan ;
j. Menteri : Menteri yang lapangan tugasnya meliputi urusan pertambangan;
k. Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia : seluruh kepulauan Indonesia,
tanah dibawah perairan Indonesia dan paparan benua (continental shelf)
Kepulauan Indonesia;
l. Perusahaan Negara :
a). Perusahaan Negara seperti yang dimaksud dalam Undang-undang
tentang Perusahaan Negara yang berlaku;
b). Badan Hukum yang seluruh modalnya berasal dari Negara;
m. Perusahaan Daerah : perusahaan seperti yang dimaksud dalam Unda-
undang tentang Perusahaan Daerah yang berlaku;
Pajak Bumi dan Bangunan 263
Pasal 6 :
Usaha Pertambangan Bahan galian tersebut dalam pasal 3 ayat (1) huruf a
dilakukan oleh :
a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri .
b. Perusahaan Negara.
Undang-undang ini sengaja tidak kami kutip secara lengkap hanya pasal
yang penting saja dan kemudian kami lanjutkan dengan menyajikan Peraturan
Pemerinta No. 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian.
Pasal 1 : Bahan Galian terbagi atas tiga Golongan :
A. Golongan Bahan Galian yang strategis :
· Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;
· Bitumen padat, aspal;
· Antrasit, batu bara, batu-bara muda;
· Uranium, radium, thorium dan bahan galian radioaktif
lainnya;
· Nikel, kobalt ;
· Timah.
B. Golongan Bahan Galian yang Vital adalah :
· Besi, mangaan molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
· Bauksit, tembaga, timbale, seng;
· Emas, platina, perak, air raksa, intan;
· Yttrium, rhutenium, cerium dan logam langka lainnya;
· Beryllium, korundum, zircon, kristal kwarsa;
· Kriolit, fluorspar, barit;
· Yodium, brom, khlor, belerang.
C. Golongan Bahan Galian tidak termasuk golongan A atau B adalah :
· Nitrat-nitrat, Pospat-pospat, garam batu (halite);
· Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
· Yarosit, leusit, tawas (alum), oker;
· Pasir Kwarsa, Kaolin, Feldspar, gips, bentonit;
· Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah
serap (fullersearth),
· Marmer, batu tulis;
· Batu kapur, dolomite, kalsit;
· Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir
sepanjang tidak mengandung unsur mineral golongan A
maupun golongan B dalam jumlah yang berarti, ditinjau
dari segi ekonomi pertambangan.
Pajak Bumi dan Bangunan 265
Pasal 2
1) Pemindahan bahan galian dari suatu golongan ke golongan lain
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, ditetapkan dengan peraturan
Pemerintah.
2) Bahan galian yang belum disebutkan dalam Pasal 1, yang perlu
dimasukkan dalam salah satu golongan ditetapkan dengan Peratuaran
Pemerintah.
Pasal 3
1) Apabila bahan galian yang lebih tinggi golongannya terdapat dalam satu
endapan dengan bahan galian yang lebih rendah golongannya, menteri
mentapkan pengaturan usaha pertambangan endapan tersebut.
2) Bagi bahan galian sebagaiman dimaksud dalam Pasal 1 huruf c sepanjang
terletak di lepas pantai, izin usaha pertambangannya diberikan oleh
Menteri.
Pasal 4
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Diundangkan di Jakarta, tanggal 15 Agustus 1980, dalam Lembaran Negara RI
Tahun 1980 Nomor 47.
Agar lebih jelas kami sertakan contoh pengenaan PBB Sektor Pertambangan
Galian C sebagai berikut :
PT BUKIT JAYA, Suatu Usaha Bidang Penambangan Marmer (Galian C),
memiliki/menguasai/mendapatkan manfaat dari Bumi dan Bangunan dengan
rincian sbb:
a. Bumi :
1. Areal Produktif = 50 ha, kelas A-48 (Rp 270/m2)
2. Areal blm Produktif :
a. Areal Eksplorasi = 100 ha, kelas A-49 (Rp 200/ m2)
b. Areal Cadangan Produksi = 50 ha, kelas A-49
c. Areal tak Produktif = 50 ha, kelas A-50 (Rp140/ m2)
d. Emplasemen :
1) Pabrik = 5.000 m2, kelas A-43 (Rp 1.200/ m2)
2) Gudang = 1.000 m2, kelas A-43
3) Kantor = 500 m2, kelas A-43
4) Perumahan = 3.000 m2, kelas A-43.
b. Bangunan :
a. Pabrik = 1.000 m2, kelas A-11 (Rp 225.000/ m2)
b. Gudang = 500 m2, kelas A-13 (Rp 162.000/ m2)
c. Kantor = 200 m2, kelas A-11
d. Perumahan = 1.000 m2, kelas A-11.
c. Hasil Bersih Galian Tambang Marmer dalam 1 tahun sebelum tahun pajak
berjalan – Rp 10.000.000 .
d. Lama penambangan 30 tahun, dan angka kapitalisasi = 9.43 .
266 Pengenaan PBB Pertambangan …
4. Emplasemen
a. Pabrik = 5000 x Rp 1200 = Rp 6.000.000
b. Gudang = 1000 x Rp 1200 = Rp 1.200.000
c. Kantor = 500 x Rp 1200 = Rp 600.000
d. Perumahan = 3000 x Rp 1200 = Rp 3.600.000
NJOP Bumi = Rp 475.700.000
NJOP Bangunan
a. Pabrik = 1.000 X Rp 225.000 = Rp 225.000.000
b. Gudang = 500 X Rp 162.000 = Rp 81.000.000
c. Kantor = 200 X Rp 225.000 = Rp 45.000.000
d. Perumahan = 1.000 X Rp 225.000 = Rp 225.000.000
Latihan Soal :
1. Sebutkan Dasar Hukum Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Galian C .
2. Jelaskan pengertian tentang Areal Produktif, Areal Belum Produktif,
Emplasemen dan Tingkat Kapitalisasi sebagaimana diatur dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998.
3. Cobalah sebutkan bagaimana cara menetukan NJOP Sektor Pertambangan
Galian C .
Pajak Bumi dan Bangunan 267
Jawab :
1. Dasar hukum :
a. Keputusan Menteri Keuangan No. 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan
Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagi Dasar Pengenaan PBB;
b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tentang
Pengenaan PBB;
c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-27/PJ.6/1999 perihal
Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-
16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 khusus untuk pengenaan PBB
Sektor Pertambangan Non Migas Galian C.
2. Pengertian sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 adalah sebagai
berikut :
a. Areal Produktif : adalah areal yang dieksploitasi/menghasilkan bahan
galian tambang (Tahap eksploitasi);
b. Areal belum produktif : adalah areal yang belum menghasilkan tetapi
sewaktu-waktu akan menghasilkan bahan galian tambang (tahap
penyelidikan umum, ekploitasi dan konstruksi);
c. Areal tidak produktif : adalah areal yang sama sekali tidak menghasilkan
galian tambang;
d. Areal Emplasemen : adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan
atau pekarangan;
e. Areal Lainnya : adalah areal perairan yang digunakan untuk pelabuhan
khusus berkaitan dengan usaha pertambangan;
f. Angka Kapitalisasi : adalah angka pengganda untuk memperoleh besaran
NJOP sebagaimana ditentukan pada lampiran III keputusan Direktorat
Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998, tanggal 30 Desember 1998;
g. Hasil bersih : adalah pendapatan kotor dari hasil penjualan galian tambang
setahun dikurangi biaya eksploitasi di mulut tambang (Run of Mine).
-o0o-