Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-26/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PBB……………….
e. Tangki
f. Pipa
g. Gudang
h. Perumahan
i. SaranaOlahraga/Rekreasi
j. Bangunan Poliklinik
k. Bangunan Social
l. Landasan Pesawat Udara
m. Jalan diperkeras di lokasi
penambangan dan atau
dalam komplek
n. Dermaga
o. Lain-lain
Jumlah
………………., ……………..2004
Wajib Pajak
(…………………………………….)
Pajak Bumi dan Bangunan 239
1. Areal Produktif *
2. Areal Belum Produktif:
§ Bumi
Penyelidikan
Umum
§ Bumi Eksplorasi
§ Bumi Cadangan
produksi
3.
Areal tidak Produktif
4.
Areal Perairan untuk
Pelabuhan Khusus
5.
Areal Emplasemen
a. Perkantoran
b. Pabrik
240 Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas …
6. Bangunan Emplasemen
a. Perkantoran
b. Pabrik
c. Silo
d. Kilang
e. Tangki
f. Pipa
g. Gudang
h. Perumahan
i. Sarana
Olahrag/Rekreasi
j. Bangunan Poliklinik
k. Bangunan Sosial
l. Landasan Pesawat
m. Jalan yang diperkeras
di lokasi
penambangan dan
atau komplek
n. Dermaga
o. Lain-lain
Sub Jumlah (b)
NJOP di Luar Areal
Pajak Bumi dan Bangunan 241
…………….,………………….1999
(……………………….) (……………………………)
Mengetahui
Kepala Kantor Pelayanan PBB
(…………………..)
242 Bab 10: PBB Sektor Pertambangan Non Migas …
Keterangan :
Perhitungan berpedoman kepada :
Pajak Bumi dan Bangunan 243
1). Angka Kapitalisasi yang telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
No.KEP-16/PJ.6/1998
2). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-26/PJ.6/1999.
Sebagai Pembanding kami sajikan perhitungan PBB untuk Tambang Nikel
dengan menggunakan tatacara penilaian berdasarkan perhitungan Penilai PBB.
PT. Tambang Jaya meperoleh Hak Penambangan dari Negara dalam jangka
waktu/masa penambangan selama 15 tahun mulai dari awal tahun , tepatnya
tanggal 1 Januari 2001, dengan Wilayah Kuasa Penambangan (WKP) meliputi
daerah seluas 1.500 ha . Dari hasil penyelidikan dan eksplorasi dapat diketahui
kandungan Nikel dan Bauksit yang sangat menjanjikan, yaitu 3.500.000 ton
dengan perbandingan hasil sebagai berikut :
1. Nikel - 85 % , dengan harga pasaran bijih bauksit Rp 120.000,00/per ton
2. Bauksit - 15 % , dengan harga Rp 150.000,00 / per ton.
Berdasarkan sumber daya yang ada misalnya seperti teknik yang dimiliki,
tenaga kerja, peralatan , dan modal PT. Tambang Jaya mampu menambang dan
mengelola dengan hasil rata-rata 15.000 ton sebulan dari kemampuan
menambang maksimal sebesar 20.000 ton sebulan.
Biaya Pengeluaran/Ongkos :
1. Pengeboran, Peledakan, dan Penggalian 17 % = Rp 3.809.700.000,00
2. Gaji dan Upah 12 % = Rp 2.689.200.000,00
3. Pemeliharaan dan Peralatan Mesin 9% = Rp 2.016.900.000,00
4. BBM dan Minyak Pelumas 5 % = Rp 1.120.500.000,00
5. Suku Cadang Mesin 7% = Rp 1.568.700.000,00
6. Royalti Penambangan 2% = Rp 448.200.000,00
7. Pemeliharaan dan Perawataan Gedung 2 % = Rp 448.200.000,00
8. Asuransi 1% = Rp 224.100.000,00
9. Pajak Bumi Dan Bangunan 1% = Rp 224.100.000,00
10. Bunga atas Modal 5% = Rp 1.120.500.000,00
Jumlah Biaya Per Tahun = Rp 17.703.900.000,00
Hasil Bersih per Tahun :
Rp 22.410.000.000,00 – Rp 17.703.900.000,00 = Rp 4.706.100.000,00
Apabila Hasil bersih telah kita dapatkan maka untuk mencari Nilai Jual
Objek Pertambangan adalah dengan menggunakan rumus Years Purchase
Double Rate seperti berikut ini :
YP = 1
isf 1
i+ X
(1 + isf ) n (1 - x )
Keterangan :
i = Kadar Kapitalisi = 8 %;
isf = Sinkking Fund = 3 %;
n = Jumlah sisa tahun = 12 tahun ;
Apabila masa penambangan yang diberikan 15 tahun ( sejak tahun 2001) dan
sekarang tahun 2004 berarti sisa tahun adalah = 15 – 3 = 12.
X = rate pajak = 40 %.
Pajak Bumi dan Bangunan 245
Rangkuman :
- Perhitungan Pengenaan PBB Sektor Pertambanagan berpedoman kepada :
1). Angka Kapitalisasi yang telah diatur dalam Keputusan Direktur
Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 ;
2). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-26/PJ.6/1999.
- Pengenaan PBB Pertambangan Bukan Migas dan bukan Pertambangan.
Latihan Soal :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Areal Produktif, Areal belum
menghasilkan, Areal tidak produktif, Emplasemen, areal lainnya dan Hasil
Bersih .
2. Jelaskan tentang penentuan besarnya NJOP Sektor Pertambangan Non Migas
selain Pertambangan Energi Panasbumi dan Galian C .
3. Surat Edaran Direktur PBB atas nama Direktur Jenderal Pajak No. SE-
47/PJ.6/1999 perihal Penyempurnaan tata cara Pengenaan PBB Sektor
Pertambangan Non Migas Selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan
Galian C sebagaimana diatur dengan SE No.26/PJ.6/1999, memberikan
kemudahan bahwa mengingat pada tahap penyelidikan umum sampai dengan
tahap eksplorasi hanya sebagian areal Wilayah Kuasa Pertambangan yang
dimanfaatkan oleh Wajib Pajak, maka pengenaan PBB atas areal belum
produktif dan areal tidak produktif disempurnakan dengan memperhitungkan
tahapan kegiatan penambangan. Jelaskan !
Jawab :
1. Yang dimaksud dengan :
a. Areal Produktif adalah areal yang telah dieksploitasi/menghasilkan
galian tambang (Tahap Eksploitasi);
Pajak Bumi dan Bangunan 249
-o0o-