Anda di halaman 1dari 25

PBB Sektor P3

(Perkebunan,
Pertambangan dan
Perhutanan
PERPAJAKAN 2
Kelompok 4

Nama anggota kelompok :


1. 062040512413 Methasa Cindy Elpana
2. 062040512415 Rida Azizah
3. 062040512416 Sakalindu Kirana
4. 062040512417 Talitha Alimah
5. 062040512419 Vanny Zahfarina
Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas
tanah dan bangunan yang muncul karena adanya kepemilikan
hak, penguasaan, atau perolehan manfaat atas suatu bumi atau
bangunan. Secara garis besar terdapat lima sektor PBB yang
terdiri dari sektor perkotaan, sektor perdesaan, sektor
perkebunan, sektor perhutanan, dan sektor pertambangan.
Dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan
Hasil penjumlahan antara perkalian luas areal
perkebunan dengan NJOP bumi per meter persegi dan
perkalian luas bangunan dengan NJOP bangunan per
meter persegi, dengan ketentuan sebagai berikut:

NJOP bumi per meter persegi sebesar hasil konversi


01 nilai tanah per meter persegi ke dalam klasifikasi,
penggolongan dan ketentuan nilai jual bumi; dan

NJOP bangunan per meter persegi sebesar hasil konversi


02 nilai bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi,
penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan.
Dasar Hukum PBB Sektor Perkebunan

UU PBB : UU N0.12 TAHUN 1985 JO


UUNO. 12 TAHUN 1994 TENTANG PBB

PER DIRJEN : PER-64/PJ/2010 TENTANG PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


SEKTOR PERKEBUNAN

SE DIRJEN : SE-149/PJ/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIRJEN PAJAK


NO. PER-64/PJ/2010 TENTANG PENGENAAN PBB SEKTOR PERKEBUNAN
STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT)
PERKEBUNAN
Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan
untuk suatu pembangunan dan/atau penanaman dan/atau
penggalian jenis sumber daya alam atau budidaya tertentu, yang
dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan dan alat,
mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan
atau menghasilkan untuk perkebunan per hektar yang dihitung berdasarka
:
- koomponen tenaga kerja;
Catatan : - bahan dan alat;
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang
diinvestasikan untuk suatu jenis tanaman budidaya perkebunan per
hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun
mengalami lebih dari satu kali periode tanam, maka besarnya SIT
perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar standar investasi untuk
sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu tahun.
Perhitungan PBB Sektor Perkebunan
Soal 1
PT. Sawojajar merupakan sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit di daerah
Jawa Barat. Adapun PT. Sawit Hatinusa memiliki tanah dan bangunan dengan
rincian sebagai berikut:
1. Tanah
1. Area Kebun
• Usia tanaman 2 tahun: 100 Ha, kelas 178 (Rp1.700 /m 2), SIT (standar investasi
tanaman) : Rp2.795.000/Ha
• Tanaman sudah menghasilkan 300 Ha, kelas 178, SIT: Rp5.646.000/Ha
2. Area Emplasemen (area yang digunakan untuk berdirinya bangunan dan sarana
pelengkap lainnya)
• Kantor: 0,5 Ha, kelas 140 (Rp1.400/m2)
• Gudang: 1 Ha, kelas 147 (Rp10.000/m2)
• Pabrik: 2 Ha, kelas 147 (Rp10.000/m2)
2. Bangunan
2. Kantor: 500 m2, kelas 072 (Rp700.000/m2)
3. Gudang: 1.000 m2, kelas 078 (Rp505.000/m2)
4. Pabrik: 4.000 m2, kelas 084 (Rp365.000/m2)
Hitunglah PBB Perkebunan tahun 2019 atas lahan perkebunan milik PT. Sawojajar
apabila NJOPTKP adalah Rp12.000.000 !
 
Jawab:
A. NJOP Tanah
1. Area Kebun    

a. Usia Tanaman 2 Tahun: 100 x 10.000 x Rp1.700 Rp 1.700.000.000

• SIT: 100 x Rp2.795.000 Rp 279.500.000

a. Tanaman sudah menghasilkan: 300 x 10.000 x Rp1.700 Rp 5.100.000.000

• SIT: 300 x Rp5.646.000 Rp 1.693.800.000


NJOP Tanah Area Kebun Rp 8.773.300.000
1. Area Emplasemen    
a. Kantor: 0,5 x 10.000 x Rp14.000 Rp 70.000.000
a. Gudang: 1 x 10.000 x Rp10.000 Rp 100.000.000
a. Pabrik: 2 x 10.000 x Rp10.000 Rp 200.000.000
     
A. NJOP Bangunan    
a. Kantor: 500 x Rp700.000 Rp 350.000.000
a. Gudang: 1.000 x Rp505.000 Rp 505.000.000
a. Pabrik: 4.000 x Rp365.000 Rp 1.460.000.000
NJOP Bangunan Rp 2.315.000.000
Total NJOP Tanah dan Bangunan Rp 11.458.300.000
a. NJOPTKP Rp (Rp12.000.000)
a. NJOP untuk perhitungan PBB Perkebunan Rp 11.446.300.000
a. Rumusan 0,5% x 40% x Rp11.446.300.000 Rp 22.892.600
Dasar Pengenaan PBB sektor Perhutanan
• NJOP sebagaimana dimaksud merupakan hasil penjumlahan antara perkalian luas
bumi dengan NJOP bumi per meter persegi dan perkalian luas bangunan dengan
NJOP bangunan per meter persegi.
• NJOP bumi per meter persegi merupakan hasil konversi nilai tanah permeter
persegi ke dalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai klasifikasi dan penetapan NJOP sebagai dasar
pengenaan PBB.
• Nilai tanah per meter persegi merupakan hasil pembagian antara total nilai tanah
dengan total luas tanah.
• NJOP bangunan per meter persegi merupakan hasil konversi nilai bangunan per
meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi dan penetapan NJOP sebagai
dasar pengenaan PBB.
• Nilai bangunan per meter persegi merupakan hasil pembagian antara total nilai
bangunan dengan total luas bangunan.
PENENTUAN BESARNYA NJOP SEKTOR
KEHUTANAN
Nilai Tanah Areal Hutan
1. Areal Produktif : a. Hutan Tanaman NDT Areal Produktif + SIT

* (Nilai Dasar Tanah Areal Produktif = Luas x Nilai Dasar Tanah areal
produktif)

2. Areal belum Produktif– sudah diolah belum ditanami

NDT Areal belum Produktif, termasuk biaya pembukaan lahan

* (Nilai Dasar Tanah Areal Produktif = Luas x Nilai Dasar Tanah areal
yang belum diolah)
PENENTUAN BESARNYA NJOP SEKTOR
KEHUTANAN
3 . Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan, termasuk
biaya pematangan tanah

NDT emplasemen termasuk biaya pematangan tanah + NDT areal


tidak produktif + NDT Areal lainnya, (log ponds, log yards)

Nilai Bangunan

Nilai bangunan tiap-tiap jenis = luas x nilai bangunan masing2 per m2


PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
Pasal 6
1. Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil penjualan minyak dan gas bumi dalam satu
tahun sebelum tahun pajak berjalan

2. Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau diluar
wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya

3. Objek Pajak berupa bangunan


NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik
Pasal 7
1. Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas bumi/ listrik dalam
satu tahun sebelum tahun pajak berjalan

2. Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam


atau diluar wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya

3. Objek Pajak berupa bangunan


NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik
NILAI BUMI PER METER PERSEGI UNTUK AREAL OFFSHORE, NILAI BUMI PER
METER PERSEGI UNTUK TUBUH BUMI EKSPLORASI, DAN ANGKA
KAPITALISASI

a. Nilai bumi per meter persegi untuk areal offshore pertambangan


minyak bumi, gas bumi dan panas bumi dan pertambangan mineral
dan batubara ditetapkan sebesar Rp.11.204,00 (sebelas ribu dua
ratus empat rupiah).

b. Nilai bumi per meter persegi untuk tubuh bumi eksplorasi


pertambangan minyak bumi, gas bumi dan panas bumi dan
pertambangan mineral dan batubara ditetapkan sebesar Rp140,00
(seratus empat puluh rupiah).
Angka Kapitalisasi Tahun 2013

Angka kapitalisasi untuk:


1. Pertambangan minyak bumi dan gas bumi, serta panas bumi sebesar 10,04
(sepuluh koma nol empat);
2. Pertambangan mineral sebesar 8,20 (delapan koma dua puluh);
3. Pertambangan batubara sebesar 10,25 (sepuluh koma dua puluh lima).
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN
PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DAN GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 8
 Areal Produktif :

NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang dalam satu


tahun sebelum tahun pajak berjalan

 Areal belum / tidak produktif , emplasemen dan areal lainnya di dalam atau
di luar wilayah kuasa pertambangan :

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak Berupa Bangunan :

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap


jenis bangunan – penyusutan fisik
PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998
Pasal 9
 Areal Produktif :

NJOP = Angka kapitalisasi tertentu x hasil bersih galian


tambang dalam setahun sebelum tahun pajak berjalan

 Areal belum / tidak produktif , emplasemen dan areal lainnya di dalam atau
di luar wilayah kuasa pertambangan :

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya
 Objek Pajak Berupa Bangunan :

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap


jenis bangunan – penyusutan fisik

Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor


pertambangan yang di kelola berdasarkan Kontrak
Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai
dengan yang diatur dalam kontrak yang berlaku
PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN LAUT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/19
Pasal 11
 Areal Penangkapan Ikan :

NJOP = 10 x Hasil bersih ikan dalam satu tahun sebelum


tahun pajak berjalan

 Areal Pembudidayaan Ikan :

NJOP = 8 x Hasil bersih ikan dalam satu tahun sebelum


tahun pajak berjalan
Pasal 11
 Areal Emplasmen dan Areal Lainnya :

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian


seperlunya

 Objek Pajak Berupa Bangunan :

NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap


jenis bangunan – penyusutan fisik

Anda mungkin juga menyukai