SURAT EDARAN
TENTANG
A. Umum
Sehubungan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) perlu dibuat kebijakan untuk
meiaksanakan Peraturan Menteri Keuangan tersebut.
d. menjelaskan kedudukan dan prosedur Pemeriksaan di bidang PBB yang menjadi bagian
dari Pemeriksaan yang meliputi seluruh jenis pajak (all taxes).
C. Ruang Lingkup
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Pajak;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
E. Kebijakan Pemeriksaan
1. Kebijakan Umum Pemeriksaan
a. Ruang Lingkup Pemeriksaan
1) Ruang Iingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB
meliputi Pemeriksaan terhadap Objek Pajak PBB (Objek Pajak) untuk 1 (satu) atau
beberapa Tahun Pajak, baik Tahun Pajak berjalan dan/atau tahun-tahun
sebelumnya.
2) Ruang Iingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
dilakukan dalam hal Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau Surat
Ketetapan Pajak (SKP) PBB sedang diajukan keberatan atau sedang dilakukan
upaya hukum.
3) Sedang diajukannya keberatan atau dilakukannya upaya hukum sebagaimana
dimaksud pada angka 2) terhitung sejak tanggal surat keberatan atau sejak tanggal
diajukannya upaya hukum, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Upaya hukum sebagaimana dimaksud pada angka 2) dan angka 3) adalah banding
atas Keputusan Keberatan PBB, peninjauan kembali atas putusan banding, atau
gugatan.
5) Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
a) UP2 Domisili merupakan KPP tempat terdaftarnya Wajib Pajak yang memiliki,
3) Dalam hal Tenaga Ahli bukan pegawai Direktorat Jenderal Pajak, maka Surat Tugas
Membantu Pelaksanaan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
4) Dalam hal Tenaga Ahli merupakan pegawai Direktorat Jenderal Pajak maka Pejabat
yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak untuk menerbitkan Surat Tugas Membantu
Pelaksanaan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 1) adalah:
a) Kepala UP2, dalam hal Tenaga Ahli tersebut merupakan pegawai UP2 yang
melaksanakan Pemeriksaan;
b) Kepala Kanwil DJP, dalam hal Tenaga Ahli tersebut merupakan pegawai di luar
UP2 yang melaksanakan Pemeriksaan tetapi masih dalam satu wilayah Kanwil
DJP yang bersangkutan;
c) Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal Tenaga Ahli tersebut merupakan
pegawai DJP selain huruf a) dan huruf b).
5) Permintaan Tenaga Ahli ditujukan kepada:
a) Kepala Kanwil DJP dalam hal sebagaimana dimaksud angka 4) huruf b); atau
b) Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dalam hal sebagaimana dimaksud angka
3) dan angka 4) huruf c),
dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.5 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
6) Masa tugas Tenaga Ahli berlaku sampai dengan berakhirnya Pemeriksaan.
h. Bimbingan Pemeriksaan
1) Dalam hal dipandang perlu, tim Pemeriksa dapat meminta bimbingan Pemeriksaan
kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP atasan UP2.
2) Bimbingan Pemeriksaan merupakan asistensi teknis yang bersifat konsultatif dan
tidak mengikat tim Pemeriksa.
3) Bimbingan Pemeriksaan dilakukan untuk Pemeriksaan yang memerlukan keahlian
khusus.
4) Permintaan bimbingan Pemeriksaan dilakukan dengan menyampaikan surat yang
Pertemuan dengan Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan Peninjauan dalam rangka
Pemeriksaan
1) Pertemuan dengan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dilakukan di tempat/lokasi yang sama dengan tempat/lokasi
penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan setelah diterima oleh Subjek Pajak
atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau pihak yang mewakili, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak.
6) Apabila Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak menyediakan tenaga pendamping
peninjauan, baik dengan maupun tanpa kehadiran Subjek Pajak atau Wajib Pajak
dan/atau tenaga pendamping di lokasi Objek Pajak, dapat digunakan sebagai dasar
penghitungan PBB terutang.
k. Peminjaman Dokumen
1) Buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam harus disesuaikan dengan tujuan
dan kriteria Pemeriksaan.
2) Peminjaman buku, catatan, dan/atau dokumen mengenai Objek Pajak yang
diperiksa dapat dilakukan oleh Pemeriksa lebih dari 1 (satu) kali dengan mengikuti
ketentuan mengenai Peminjaman Dokumen.
3) Dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak tidak memberi bantuan sebagaimana dimaksud pada angka 3),
Pemeriksa meminta bantuan kepada seorang atau lebih yang memiliki keahlian
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf c angka 2) Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan selaku tenaga ahli sebagaimana dimaksud
dalam huruf g.
5) Atas buku, catatan, dan/atau dokumen yang tidak dimiliki atau tidak dikuasai oleh
Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksa dapat meminjam
buku, catatan, dan/atau dokumen tersebut kepada pihak ketiga yang memiliki atau
menguasai buku, catatan, dan/atau dokumen sesuai ketentuan Pasal 36 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
6) Lampiran berita acara tidak dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan, dan
Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPHP diterbitkan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung, SPHP harus diisi,
8) Dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak menyampaikan sumber data dan bukti berupa fotokopi dan/atau data
yang dikelola secara elektronik, sanggahan tersebut harus disertai dengan surat
pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data yang dikelola secara elektronik yang
disampaikan kepada Pemeriksa adalah sesuai dengan aslinya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan
Bangunan.
9) Apabila Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib
Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksa membuat
berita acara tidak disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP paling lama
1 (satu) hari sejak jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)
atau ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan terlampaui.
10) Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak
dapat menyampaikan sumber data dan bukti mengenai Objek Pajak yang diperiksa
pada saat pelaksanaan PAHP meski Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan atas SPHP atau
berbeda dengan tanggapan yang disampaikan sebelumnya.
11) Pemeriksa dapat menerima atau menolak sumber data dan bukti yang disampaikan
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak
pada saat PAHP dengan memperhitungkan sisa jangka waktu PAHP dan pelaporan
serta lamanya penghitungan/penilaian yang akan dilakukan berdasarkan sumber
data dan bukti tersebut, dengan ketentuan:
a) Dalam hal Pemeriksa menerima sumber data dan bukti, Pemeriksa membuat
bukti peminjaman dan pengembalian dokumen sesuai tata cara peminjaman
dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf k.
b) Dalam hal Pemeriksa menolak sumber data dan bukti, Pemeriksa
menyampaikan penolakan tersebut kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak,
wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
12) Terhadap hasil penghitungan/penilaian berdasarkan sumber data dan bukti yang
disampaikan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak pada saat PAHP, tidak dilakukan prosedur penyampaian SPHP dan
PAHP sebagaimana dimaksud pada Bagian Ketigabelas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan.
-14-
Wajib Pajak tidak ada di tempat, Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksa dapat
melakukan penundaan dan Pemeriksaan dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.
3) Penundaan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan Kepala UP2 dengan
c) rangkap pertama disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah atasan UP2 yang
melakukan Pemeriksaan untuk digunakan sebagai dasar penerbitan keputusan
menteri keuangan tentang penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar
penetapan PBB;
d) rangkap kedua disampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan
Informasi untuk ditindaklanjuti dengan perekaman data.
4) PBB terutang yang tercantum dalam SKP PBB sebagaimana dimaksud pada angka
3) harus berdasar pada hasil Pemeriksaan menurut Pemeriksa dengan
mempertimbangkan PAHP tanpa dikurangi dengan PBB terutang yang tidak disetujui
oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak, dan wajib dilunasi oleh Wajib Pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan PBB.
5) Pemeriksaan untuk tujuan lain sebagaimana dimaksud dalam angka 1) huruf d),
diselesaikan dengan membuat LHP, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dalam hal Objek Pajak dan/atau Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak ditemukan, Pemeriksa melakukan Pemeriksaan sampai dengan
membuat LHP yang memuat data, keterangan, dan/atau bukti yang objektif
terkait tujuan Pemeriksaan.
b) Berdasarkan LHP sebagaimana dimaksud pada huruf a), Pemeriksa
mengirimkan fotokopi LHP tersebut kepada yang menerbitkan instruksi
pemeriksaan.
c) Dalam hal Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak tidak ditemukan, Pemeriksaan dihentikan dengan membuat LHP
yang memuat informasi tentang tidak ditemukannya Objek Pajak dan Subjek
Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak tersebut.
d) Tidak ditemukannya Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil,
kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak
atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c) paling kurang dibuktikan
dengan surat keterangan dari pejabat kelurahan/RT/RW setempat atau dari
pengelola tempat kedudukan Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
e) Berdasarkan LHP sebagaimana dimaksud pada huruf c), tim Pemeriksa:
(1) mengirimkan fotokopi LHP kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi dan
Penyuluhan terkait untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku; dan
(2) mengirimkan fotokopi LHP tersebut kepada yang menerbitkan instruksi
pemeriksaan.
-17-
(1) LHP Sumir diselesaikan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
setelah LHP Sumir diselesaikan.
i) Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dalam hal terdapat
keadaan tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak, dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Penyelesaian Pemeriksaan hanya dapat dilakukan setelah ada surat perintah
kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
setelah LHP Sumir diselesaikan tanpa melalui prosedur penyampaian SPHP
dan/atau PAHP.
7) Dalam hal berdasarkan hasil Pemeriksaan ditemukan data, keterangan, dan/atau
bukti yang terkait dengan Objek Pajak dan/atau Wajib Pajak lain, Pemeriksa
menyampaikan data, keterangan, dan/atau bukti tersebut dalam bentuk Alat
Keterangan kepada KPP tempat Objek Pajak diadministrasikan dan/atau KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.
o. Pemeriksaan Lokasi
3) Dalam hal UP2 Lokasi telah menerbitkan SP2 sebelum UP2 Domisili menerbitkan
SP2 untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan untuk seluruh jenis
pajak yang juga meliputi Objek Pajak yang akan diperiksa UP2 Lokasi, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a) terhadap Objek Pajak dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Lokasi
mengirimkan salinan LHP kepada Kepala UP2 Domisili paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah tanggal LHP; dan
-20-
c) LHP Domisili harus mencakup hasil Pemeriksaan Lokasi, kecuali SPT Tahunan
Wajib Pajak Domisili menunjukan lebih bayar dan akan segera jatuh tempo.
4) Dalam hal UP2 Domisili telah terlebih dahulu menerbitkan SP2 untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan meliputi seluruh jenis pajak yang juga
meliputi Objek Pajak di UP2 Lokasi, maka Pemeriksaan atas Objek Pajak tersebut:
a) dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Lokasi sesuai ketentuan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan
dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, berdasarkan permintaan UP2
Domisili; atau
b) menjadi bagian dalam Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan yang meliputi seluruh jenis pajak.
5) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 4) huruf a dilakukan sesuai
dengan ketentuan mengenai Pemeriksaan Lokasi berdasarkan permintaan UP2
Domisili sebagaimana diatur dalam Kebijakan Pemeriksaan yang berlaku untuk jenis
pajak pusat lain.
6) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 4) huruf b dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Domisili berdasarkan ketentuan
mengenai Tata Cara Pemeriksaan Pajak;
b) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a) hanya dilakukan oleh UP2
Domisili yang wilayah kerjanya:
(1) seluruh Indonesia, yaitu Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan, UP2 di
lingkungan Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, dan UP2 di lingkungan Kanwil
DJP Jakarta Khusus; atau
(2) meliputi satu Kanwil DJP, yaitu KPP Madya;
c) UP2 Domisili harus menyampaikan pemberitahuan kepada UP2 Lokasi
mengenai dilakukannya Pemeriksaan Lokasi;
d) UP2 Domisili harus menyampaikan fotokopi LHP beserta Nota Penghitungan
kepada Kepala UP2 Lokasi paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal LHP.
7) Dalam hal tim Pemeriksa UP2 Domisili baik KPP Pratama atau KPP Madya yang
wilayah kerjanya tidak meliputi Objek Pajak yang diperiksa melakukan Pemeriksaan
di lokasi Objek Pajak, UP2 Lokasi menerbitkan surat tugas pendampingan
Pemeriksaan di lokasi Wajib Pajak terkait Pemeriksaan Objek Pajak apabila terdapat
permintaan pendampingan, dengan menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1.11 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.
-21-
(1) Lampiran 1.13, dalam hal usul pembatalan penugasan Pemeriksaan disetujui;
atau
(2) Lampiran 1.14, dalam hal usul pembatalan penugasan Pemeriksaan ditolak;
f) Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP selaku penerbit
instruksi/persetujuan/penugasan Pemeriksaan, dapat melakukan pembatalan
penugasan Pemeriksaan tanpa berdasarkan usulan dari Kepala UP2;
g) pembatalan penugasan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf f)
dilakukan dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.15 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
h) terhadap penugasan Pemeriksaan yang dibatalkan, tidak dibuatkan LHP Sumir.
4) Pembatalan penugasan Pemeriksaan berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal
Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf c) merupakan kewenangan
Direktur Jenderal Pajak yang dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) pembatalan dapat dilakukan sepanjang SKP PBB hasil Pemeriksaan belum
diterbitkan;
b) pembatalan dilakukan dengan menerbitkan surat Direktur Jenderal Pajak
mengenai pembatalan penugasan Pemeriksaan;
c) pembatalan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Direktur Jenderal Pajak memberikan perintah kepada Direktur Pemeriksaan
dan Penagihan untuk membatalkan penugasan Pemeriksaan;
(2) Direktur Pemeriksaan dan Penagihan membuat konsep surat Direktur
Jenderal Pajak tentang Pembatalan Penugasan Pemeriksaan dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.16 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran
ini;
(3) Direktur Jenderal Pajak menandatangani surat Direktur Jenderal Pajak
tentang Pembatalan Penugasan Pemeriksaan dan disampaikan kepada
Kepala UP2;
(4) terhadap penugasan Pemeriksaan yang dibatalkan, tidak dibuat LHP Sumir.
5) Dalam hal Pemeriksaan dilakukan berdasarkan permintaan UP2 Domisili namun
penugasan Pemeriksaannya dibatalkan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a) berdasarkan surat pemberitahuan pembatalan penugasan Pemeriksaan dari
UP2 Domisili, Kepala UP2 Lokasi mengajukan permohonan pembatalan
penugasan Pemeriksaan kepada Kepala Kanwil DJP atasannya sepanjang UP2
Lokasi belum:
-23-
6) Dalam hal Pemeriksaan Lokasi dibatalkan penugasannya karena Objek Pajak tidak
terdaftar di wilayah kerja UP2 Lokasi dimaksud atau sudah diterbitkan SKP PBB
melalui Pemeriksaan oleh UP2 Lokasi atau melalui Penelitian PBB oleh KPP yang
mengadministrasikan Objek Pajak, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
a) Kepala UP2 Lokasi mengirimkan surat pemberitahuan kepada Kepala UP2
sebagaimana dimaksud pada huruf c), digunakan oleh Kepala Kanwil DJP
atasan UP2 Lokasi untuk melakukan pembatalan Nomor Pengawasan
Pemeriksaan dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 1.18 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.
-24-
8) Dalam hal susunan tim Pemeriksa untuk melanjutkan Pemeriksaan berbeda dengan
susunan tim Pemeriksa sebelumnya, Pemeriksaan dilanjutkan setelah diterbitkan
SP2 Perubahan kepada Pemeriksa yang ditunjuk.
r. Tim Quality Assurance Pemeriksaan
1) Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan merupakan tim yang sama sebagaimana diatur dalam
Kebijakan Pemeriksaan yang berlaku untuk jenis pajak pusat lain.
2) Fungsional Penilai di Kanwil DJP dapat ditunjuk menjadi Anggota Tim Quality
Assurance Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kebijakan Umum
1) Pemeriksaan Khusus merupakan Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Objek
Pajak berdasarkan Analisis Risiko.
2) Pemeriksaan Khusus dilakukan dengan kriteria:
a) terdapat indikasi jumlah PBB yang terutang berdasarkan Analisis Risiko lebih
besar dari pada jumlah PBB yang terutang berdasarkan SPOP yang
disampaikan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan;
b) Penelitian PBB dihentikan dan diusulkan menjadi Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan; atau
c) terdapat data baru yang belum dan/atau tidak diungkap Subjek Pajak atau Wajib
Pajak dalam Pemeriksaan atau Penelitian PBB sebelumnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan.
3) Analisis Risiko dibuat dengan mempertimbangkan profil Objek Pajak, Subjek Pajak
atau Wajib Pajak dan/atau data internal lainnya serta memanfaatkan data eksternal
baik secara manual maupun berdasarkan kriteria seleksi berbasis risiko secara
komputerisasi.
b. Alasan Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus dilakukan dengan alasan:
1) Persetujuan Kepala Kanwil DJP
Pemeriksaan Khusus dengan persetujuan Kepala Kanwil DJP dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
-26-
a) bersifat bottom-up, yaitu usulan dari UP2 kepada Kepala Kanwil DJP;
b) didasarkan pada Analisis Risiko dengan menggunakan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.21 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini;
c) merupakan Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam huruf a
angka 2) huruf b); dan
d) merupakan Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
huruf a angka 2) huruf a) dan huruf c), dalam hal tidak terdapat instruksi
Pemeriksaan Khusus dari Kepala Kanwil DJP atau Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan.
2) Instruksi Kepala Kanwil DJP
Pemeriksaan Khusus berdasarkan Instruksi Kepala Kanwil DJP dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) bersifat top-down, yaitu tanpa adanya usulan dari UP2;
b) didasarkan pada:
(1) Analisis Risiko yang dibuat oleh Kepala Kanwil DJP secara manual; atau
(2) hasil pengembangan dan analisis atas informasi, data, laporan, dan
pengaduan (IDLP) yang dilakukan oleh Kepala Kanwil DJP yang
ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Khusus; dan
c) merupakan Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
huruf a angka 2) huruf a) dan huruf c) sepanjang UP2 belum melakukan usulan
Pemeriksaan Khusus dan belum ada instruksi Pemeriksaan Khusus dari Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan.
3) Instruksi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
Pemeriksaan Khusus berdasarkan Instruksi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) bersifat top-down, yaitu tanpa adanya usulan dari UP2;
b) didasarkan pada:
(1) Analisis Risiko yang dibuat oleh Direktur Pemeriksaan dan Penagihan secara
manual;
(2) hasil pengembangan dan analisis atas informasi, data, laporan, dan
pengaduan (IDLP) yang dilakukan oleh Direktur Intelijen dan Penyidikan
yang direkomendasikan untuk dilakukan Pemeriksaan Khusus; atau
(3) kriteria seleksi berbasis risiko secara komputerisasi (computerized risk-based
selection); dan
-27-
7) Dalam hal pengusul Pemeriksaan Khusus berasal dari tim Pemeriksa, Objek Pajak
yang diusulkan Pemeriksaan Khusus merupakan Objek Pajak yang memiliki
keterkaitan dengan Objek Pajak dan/atau Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
sedang atau sudah diperiksa oleh tim Pemeriksa pengusul.
8) Hasil pembahasan oleh Tim Pembahas Analisis Risiko dituangkan dalam Risalah
Hasil Pembahasan Analisis Risiko yang ditandatangani oleh Tim Pembahas Analisis
Risiko dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.23 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
9) Hasil pembahasan oleh Tim Pembahas Analisis Risiko ditindaklanjuti sebagai
berikut:
a) dalam hal usulan Analisis Risiko disetujui, usulan Pemeriksaan Khusus
disampaikan kepada Kepala Kanwil DJP dan dilampiri dengan Risalah Hasil
Pembahasan Analisis Risiko;
b) dalam hal usulan Analisis Risiko tidak disetujui, Account Representative, tim
Pemeriksa, atau Fungsional Penilai, Petugas Penilai, atau Pelaksana Seksi
Ekstensifikasi dan Penyuluhan dapat mengusulkan kembali Analisis Risiko
tersebut dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari Tim Pembahas
Analisis Risiko; atau
c) dalam hal terdapat indikasi tindak pidana perpajakan maka Analisis Risiko dan
Risalah Hasil Pembahasan Analisis Risiko disampaikan kepada Kepala Kanwil
DJP untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10) Dalam hal UP2 Lokasi mengusulkan Pemeriksaan Khusus, Kepala UP2 Lokasi
harus mengirimkan fotokopi data dan/atau informasi yang menjadi dasar usulan
Pemeriksaan Khusus tersebut kepada Kepala UP2 Domisili.
11) Dalam hal UP2 Domisili menerima data dan/atau informasi dari UP2 Lokasi
sebagaimana dimaksud pada angka 10), berlaku ketentuan sebagaimana diatur
dalam Kebijakan Pemeriksaan yang berlaku untuk jenis pajak pusat lain.
12) Administrasi terkait usulan Pemeriksaan Khusus, termasuk Analisis Risiko dan
Risalah Hasil Pembahasan Analisis Risiko dilakukan oleh Seksi Pemeriksaan.
d. Petunjuk Pelaksanaan Persetujuan Pemeriksaan Khusus Bottom-Up
1) Pemeriksaan Khusus Bottom-Up dilaksanakan berdasarkan usulan dari Kepala UP2
yang telah disetujui oleh Kepala Kanwil DJP atasannya.
2) Sebelum memberikan persetujuan, Kepala Kanwil DJP melakukan penelaahan,
evaluasi, dan seleksi atas usulan Pemeriksaan Khusus terutama menyangkut hal-hal
sebagai berikut:
a) penelaahan atas persyaratan formal usulan Pemeriksaan seperti:
(1) ada atau tidaknya dokumen Analisis Risiko yang menunjukkan potensi PBB;
(2) ada atau tidaknya dokumen Risalah Hasil Pembahasan Analisis Risiko; dan
-29-
4) NP2 terdiri atas 21 (dua puluh satu) digit yang terbagi dalam 5 (lima) bagian dengan
struktur sebagai berikut:
XXX 000 BBTT 00000 000000
a) b) c) d) e)
B Top-down
1 terdapat indikasi jumlah PBB yang B241 B242 1
terutang berdasarkan Analisis
Risiko lebih besar dari pada jumlah
PBB yang terutang berdasarkan
SPOP yang disampaikan oleh
Subjek Pajak atau Wajib Pajak
5) hasil Pemeriksaan dituangkan dalam LHP dan harus mengungkapkan pendapat tim
Pemeriksa tentang hal-hal atau materi sengketa yang diminta oleh unit yang
memproses keberatan PBB;
6) LHP dikirim kepada pihak yang meminta untuk dilakukan Pemeriksaan dalam rangka
keberatan PBB paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya jatuh tempo
penyelesaian keberatan PBB; dan
7) hasil Pemeriksaan bersifat sebagai bahan pembanding (second opinion) atau bahan
pertimbangan dan tidak mengikat Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Wajib Pajak.
b. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka Penagihan PBB
Pemeriksaan dalam rangka penagihan PBB dilakukan sesuai dengan ketentuan
mengenai Kebijakan Pemeriksaan yang berlaku untuk jenis pajak pusat lain.
d. Pengadministrasian surat atau dokumen dalam kegiatan Penelitian PBB dilakukan oleh
Seksi terkait pada KPP yang mengadministrasikan Objek Pajak.
e. Seksi terkait sebagaimana dimaksud pada huruf d, adalah:
1) Seksi Pengawasan dan Konsultasi, dalam hal Penelitian PBB dilakukan oleh:
a) Account Representative; atau
b) tim Peneliti PBB yang didalamnya terdapat Account Representative;
2) Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, dalam hal Penelitian PBB dilakukan oleh:
a) Fungsional Penilai, Petugas Penilai, atau Pelaksana lain yang dianggap mampu
untuk melaksanakan Penelitian PBB; atau
b) tim Peneliti PBB yang susunan keanggotaannya terdiri dari Fungsional Penilai,
Petugas Penilai, dan/atau Pelaksana lain yang dianggap mampu untuk
melaksanakan Penelitian PBB.
2. Usulan dan Penugasan Penelitian PBB
a. Usulan dan Penugasan Penelitian PBB dalam rangka menerbitkan SKP PBB dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Berdasarkan keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Kepala Seksi terkait mengusulkan Petugas
Peneliti PBB dalam rangka menerbitkan SKP PBB kepada Kepala KPP.
2) Kepala KPP menerbitkan Surat Tugas Penelitian PBB dalam rangka menerbitkan
SKP PBB dengan mempertimbangkan usulan Kepala seksi terkait.
3) Berdasarkan Surat Tugas Penelitian PBB sebagaimana dimaksud pada angka 2),
Kepala Seksi terkait melakukan input Nomor Pengawasan Penelitian PBB ke dalam
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak.
4) Dalam hal Objek Pajak yang akan dilakukan Penelitian PBB diadministrasikan
dan/atau berada pada wilayah kerja 2 (dua) KPP atau lebih dan Objek Pajak
tersebut dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh satu Subjek Pajak atau Wajib
Pajak yang sama, Penelitian PBB dapat dilakukan secara bersamaan melalui
koordinasi antar KPP dalam pelaksanaan kewenangan dan kewajiban dalam proses
Penelitian PBB.
b. Usulan dan Penugasan Penelitian PBB dalam rangka penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PBB, dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Berdasarkan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB dari Wajib
Pajak, Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi mengusulkan Petugas Peneliti
PBB dalam rangka penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
PBB.
-40-
2) Kepala KPP menerbitkan Surat Tugas Penelitian PBB dalam rangka penyelesaian
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB berdasarkan usulan Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
c. Penelitian PBB dalam rangka menerbitkan SKP PBB atau penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PBB, dilaksanakan berdasarkan Surat Tugas
Penelitian PBB yang berbeda.
3. Petunjuk Pelaksanaan Penelitian PBB
a. Berdasarkan penugasan Penelitian PBB sebagaimana dimaksud dalam angka 2,
Petugas Peneliti PBB menyampaikan surat pemberitahuan Penelitian PBB kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang
telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak diterbitkannya Surat Tugas Penelitian PBB.
b. Petugas Peneliti PBB dapat melakukan Peninjauan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 73 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Panggilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, dan/atau
meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen yang diperlukan dalam Penelitian PBB.
c. Peninjauan dalam rangka Penelitian PBB dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Berdasarkan Surat Tugas Peninjauan dalam rangka Penelitian PBB, Petugas
Peneliti PBB menyampaikan surat pemberitahuan Peninjauan dalam rangka
Penelitian PBB bersamaan dengan disampaikannya surat pemberitahuan Penelitian
PBB sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
2) Peninjauan dapat dilaksanakan sebanyak 1 (satu) atau beberapa kali berdasarkan
pertimbangan Petugas Peneliti PBB.
3) Data, keterangan, dan/atau bukti, yang diperoleh pada saat pelaksanaan
Peninjauan, dituangkan dalam berita acara Peninjauan dan dapat digunakan
sebagai dasar penghitungan PBB yang terutang.
4) Dalam hal diperlukan, Petugas Peneliti PBB dapat melakukan Panggilan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak setelah dilaksanakannya Peninjauan.
d. Panggilan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam rangka Penelitian PBB
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Petugas Peneliti PBB menyampaikan surat Panggilan dalam rangka Penelitian PBB
bersamaan dengan disampaikannya surat pemberitahuan Penelitian PBB
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
-41-
2) Surat Panggilan dalam rangka Penelitian PBB dilampiri dengan daftar dokumen
yang diperlukan dalam rangka melakukan penilaian Objek Pajak atau pengujian
kebenaran pembayaran PBB.
3) Dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota
keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak memenuhi
Panggilan dan melengkapi seluruh dokumen yang diperlukan sebagaimana
dimaksud pada angka 2), Petugas Peneliti PBB memuat keterangan tersebut dalam
berita acara hasil Panggilan.
4) Dalam hal diperlukan, Petugas Peneliti PBB dapat melakukan Peninjauan dalam
rangka Penelitian PBB sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
5) Data, keterangan, dan/atau bukti, yang diperoleh pada saat Subjek Pajak atau Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak memenuhi Panggilan, dituangkan dalam berita acara hasil
Panggilan dan dapat digunakan sebagai dasar penghitungan PBB yang terutang
atau pengujian kebenaran pembayaran PBB.
6) Panggilan dapat dilakukan 1 (satu) atau beberapa kali berdasarkan pertimbangan
Petugas Peneliti PBB dengan menyampaikan surat Panggilan baru.
e. Dalam hal diperlukan, Petugas Peneliti PBB dapat menyampaikan peminjaman buku,
catatan, dan/atau dokumen yang diperlukan dalam Penelitian PBB dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Peminjaman buku, catatan, dan/atau dokumen disampaikan secara tertulis kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib
Pajak.
2) Surat peminjaman buku, catatan, dan/atau dokumen tersebut dilampiri dengan daftar
dokumen yang diperlukan dalam rangka melakukan penilaian Objek Pajak atau
pengujian kebenaran pembayaran PBB.
3) Atas pemenuhan seluruh atau sebagian buku, catatan, dan/atau dokumen yang
disampaikan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak, Petugas Peneliti PBB membuat dan menyampaikan tanda
terima peminjaman dan pengembalian buku, catatan, dan/atau dokumen yang dibuat
dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 11.1
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
4) Tanda terima peminjaman dan pengembalian buku, catatan, dan/atau dokumen
sebagaimana dimaksud pada angka 3) dibuat 2 (dua) rangkap.
5) Rangkap pertama disampaikan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau
kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan rangkap kedua untuk Petugas
Peneliti PBB.
-42-
f. Surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB dan pembahasan akhir hasil Penelitian PBB
1) Penyampaian surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB dan pembahasan akhir
hasil Penelitian PBB wajib dilaksanakan dalam Penelitian PBB yang dilakukan dalam
hal terdapat keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Penyampaian surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB hanya dapat dilakukan
1 (satu) kali untuk setiap Surat Tugas Penelitian PBB.
3) Surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB dibuat 2 (dua) rangkap dan disampaikan
kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal surat
pemberitahuan hasil Penelitian PBB diterbitkan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dalam hal surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB disampaikan secara
langsung, surat pemberitahuan hasil penelitian PBB harus diisi, ditandatangani,
dan dibubuhkan cap (pembubuhan cap dilakukan dalam hal Penelitian PBB
terhadap Subjek Pajak atau Wajib Pajak badan) sebagaimana tercantum dalam
tanda penerimaan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari
Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
b) Rangkap pertama diserahkan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau
kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak, sedangkan rangkap yang kedua
untuk Petugas Peneliti PBB.
c) Tanggal penerimaan yang tertera pada surat pemberitahuan hasil Penelitian
PBB sebagaimana dimaksud pada huruf a), merupakan tanggal disampaikannya
surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB.
4) Surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB dan daftar temuan hasil Penelitian PBB
dibuat oleh Petugas Peneliti PBB dengan mengunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan Nomor
256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan
Bangunan.
5) Tabel daftar temuan Penelitian PBB diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kolom "Uraian" diisi dengan jenis data yang digunakan dalam melakukan
penilaian Objek Pajak seperti luas tanah untuk tiap areal, luas tiap bangunan,
jumlah produksi, dan jenis data lainnya.
b) Kolom "Temuan Penelitian PBB" diisi dengan besaran data dan besarnya nilai
untuk tiap jenis data, sesuai isian dalam kolom "Uraian" sebagaimana dimaksud
pada huruf a).
-43-
c) Daftar temuan Penelitian PBB paling sedikit memuat jenis data temuan hasil
Penelitian PBB yang berbeda dengan data yang diisi oleh Subjek Pajak atau
Wajib Pajak dalam SPOP/LSPOP yang disampaikannya.
d) Apabila Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak menyampaikan SPOP/LSPOP,
maka seluruh data temuan hasil Penelitian PBB harus dimuat dalam tabel daftar
temuan hasil Penelitian PBB.
e) Baris terakhir tabel daftar temuan hasil Penelitian PBB harus diisi dengan
besaran/rupiah PBB yang terutang termasuk denda administrasinya,
berdasarkan data temuan Penelitian PBB.
6) Petugas Peneliti PBB dapat menerima atau menolak data, keterangan, dan/atau
bukti yang diberikan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak pada saat pembahasan akhir hasil Penelitian PBB dengan
memperhitungkan jangka waktu Penelitian PBB dan lamanya
penghitungan/penilaian yang akan dilakukan berdasarkan data, keterangan,
dan/atau bukti tersebut, dengan ketentuan:
a) Dalam hal Petugas Peneliti PBB menerima data, keterangan, dan/atau bukti,
Petugas Peneliti PBB membuat catatan dalam berita acara pembahasan akhir
hasil Penelitian PBB.
b) Dalam hal Petugas Peneliti PBB menolak data, keterangan, dan/atau bukti,
Petugas Peneliti PBB menyampaikan penolakan tersebut kepada Subjek Pajak
atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
7) Terhadap hasil penghitungan/atau penilaian berdasarkan data, keterangan, dan/atau
bukti yang disampaikan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari
Subjek Pajak atau Wajib Pajak pada saat pembahasan akhir hasil Penelitian PBB,
tidak dilakukan prosedur penyampaian surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB
dan pembahasan akhir hasil Penelitian PBB.
Pelaporan Penelitian PBB
1) Berdasarkan Laporan Hasil Penelitian PBB berdasarkan keterangan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan, Petugas Peneliti PBB membuat nota penghitungan
sebagai dasar penerbitan SKP PBB, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) nota penghitungan harus dilampiri dengan formulir yang memuat data mengenai
Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak hasil temuan Pemeriksaan dan
Formulir Data Masukan (FDM);
b) nota penghitungan beserta lampirannya sebagaimana dimaksud pada huruf a)
dibuat 2 (dua) rangkap;
-44-
c) rangkap pertama disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah atasan KPP yang
melakukan Penelitian PBB untuk digunakan sebagai dasar penerbitan keputusan
menteri keuangan tentang penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar
penetapan PBB;
d) rangkap kedua disampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan
Informasi untuk ditindaklanjuti dengan perekaman data.
2) PBB yang terutang dalam SKP PBB sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus
berdasar pada hasil Penelitian PBB menurut Petugas Peneliti PBB dengan
mempertimbangkan hasil pembahasan akhir hasil Penelitian PBB tanpa
mempertimbangkan PBB terutang yang tidak disetujui oleh Subjek Pajak atau Wajib
Pajak, dan wajib dilunasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan PBB.
3) Dalam hal berdasarkan hasil Penelitian PBB:
a) tidak terdapat PBB yang terutang terkait SPOP yang tidak disampaikan oleh
Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) huruf a Undang-Undang PBB;
b) PBB yang terutang tidak lebih besar dari jumlah PBB yang dihitung berdasarkan
SPOP yang disampaikan Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b Undang-Undang PBB;
c) keterangan lain maupun data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh
Petugas Peneliti PBB tidak cukup dijadikan sebagai dasar penetapan PBB yang
terutang; atau
d) pada saat yang bersamaan dilakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan yang meliputi seluruh jenis pajak dan
Penelitian PBB ditingkatkan menjadi Pemeriksaan,
Petugas Peneliti PBB tetap membuat Laporan Hasil Penelitian PBB tanpa usul
penerbitan SKP PBB.
4) Berdasarkan Laporan Hasil Penelitian PBB atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf b
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Petugas Peneliti PBB
membuat nota penghitungan sebagai dasar penerbitan Surat Keputusan Kelebihan
Pembayaran (SKKP) PBB.
5) Dalam hal berdasarkan hasil Penelitian PBB terhadap permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB tidak terdapat kelebihan pembayaran PBB, Petugas
Peneliti PBB harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Wajib Pajak
mengenai tidak adanya kelebihan pembayaran PBB tersebut dalam jangka waktu
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal Laporan Hasil Penelitian PBB.
-45-
3) Dalam hal Penelitian PBB sebagaimana dimaksud pada angka 1) telah selesai dan
sudah diterbitkan SKP PBB sebelum permintaan Pemeriksaan Lokasi disampaikan,
salinan Laporan Hasil Penelitian PBB disampaikan kepada UP2 Domisili yang
menyampaikan permintaan Pemeriksaan Lokasi dan terhadap Objek Pajak
dimaksud tidak dilakukan Pemeriksaan Lokasi, kecuali terdapat data baru yang
belum dan/atau tidak diungkap dalam Penelitian PBB atau Pemeriksaan
sebelumnya.
4) Dalam hal Objek Pajak yang sedang dilakukan Penelitian PBB berdasarkan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Keuangan Nomor
256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan
Bangunan diminta untuk dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Domisili, maka
Penelitian PBB tetap dilanjutkan sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Pemeriksaan Lokasi sebagaimana dimaksud pada angka 4) tetap dapat
dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku bersamaan dengan dilaksanakannya
Penelitian PBB berdasarkan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
PBB.
6) Nomor Pengawasan Penelitian PBB
a) Nomor Pengawasan Penelitian PBB adalah nomor yang digunakan sebagai
sarana untuk melakukan pengawasan administrasi Penelitian PBB.
b) Nomor Pengawasan Penelitian PBB adalah sebagai berikut:
XXX 000 BBTT 00000 000000
(1) (2) ( 3) (4) ( 5)
(1) 3 (tiga) digit pertama adalah kode Kantor Wilayah atasan KPP yang
melakukan Penelitian PBB (kode mengikuti Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak);
(2) 3 (tiga) digit kedua adalah kode KPP yang melakukan Penelitian PBB, yang
diberikan secara komputerisasi oleh Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak;
(3) 4 (tiga) digit ketiga terdiri atas 2 (dua) digit bulan dan 2 (dua) tahun
diterbitkannya Nomor Pengawasan Penelitian PBB;
(4) 5 (lima) digit keempat adalah kode Penelitian PBB;
(5) 6 (enam) digit terakhir adalah nomor urut dari Nomor Pengawasan Penelitian
PBB yang muncul secara berurutan.
c) Nomor Pengawasan Penelitian PBB diterbitkan oleh KPP yang melakukan
Penelitian PBB setelah Surat Tugas Penelitian PBB diterbitkan.
-49-
4. Usul Pemeriksaan
a. Penelitian PBB yang dapat diusulkan menjadi Pemeriksaan adalah Penelitian PBB
terhadap keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf a
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan
dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Penelitian PBB hanya diusulkan untuk ditingkatkan menjadi Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan
dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
-51-
G. Ketentuan Peralihan
1. Terhadap SP2 yang diterbitkan sebelum berlakunya Surat Edaran ini dan Pemeriksaan
belum selesai, proses penyelesaian selanjutnya dilakukan berdasarkan ketentuan yang
berlaku sebelum berlakunya Surat Edaran ini.
2. Proses penyelesaian Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilanjutkan
dengan menambahkan prosedur penyampaian SPHP dan PAHP dalam jangka waktu PAHP
dan pelaporan, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran ini.
-52-
H. Ketentuan Penutup
Dengan berlakunya Surat Edaran ini, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor
SE-154/PJ/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-70/PJ/2010 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Bumi dan Bangunan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Maret 2015
PRIA I PRAMUDITOI
5909171987091001
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAMPIRAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
TENTANG
29. Lampiran 1.29 Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus Berdasarkan Analisis Risiko
Secara Komputerisasi
30. Lampiran 1.30 Daftar Objek Pajak yang Diperiksa Berdasarkan Analisis Risiko
Secara Komputerisasi
31. Lampiran 1.31 Daftar Persediaan Objek Pajak yang akan Diusulkan Pemeriksaan
Rutin
32. Lampiran 1.32 Surat Pengantar Daftar Nominatif Objek Pajak yang akan Diperiksa
33. Lampiran 1.33 Daftar Nominatif Objek Pajak yang akan Diperiksa
34. Lampiran 1.34 Penugasan/Penolakan Pemeriksaan Rutin
35. Lampiran 1.35 Daftar Objek Pajak yang Disetujui atau Ditolak untuk Diperiksa
36. Lampiran 1.36 Laporan Pendahuluan Pemeriksaan untuk Usul Pemeriksaan Bukti
Permulaan
37. Lampiran 1.37 Laporan Kemajuan Pemeriksaan yang Ditingkatkan Menjadi
Pemeriksaan Bukti Permulaan
38. Lampiran 1.38 Berita Acara Penyerahan Dokumen Pemeriksaan yang Ditingkatkan
Menjadi Pemeriksaan Bukti Permulaan
39. Lampiran 1.39 Permintaan Pemeriksaan dalam rangka Penyelesaian Keberatan PBB
-3- LAMPIRAN 1.1
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-g- /PJ/ .2615-TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
(8)
(9)
(10)
NIP
Ternbusan:
1.
2. (12)
-4-
Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP yang menerbitkan Surat Tugas.
Angka 2 : diisi nomor Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi UP2 (KPP) yang melaksanakan Pemeriksaan.
Angka 4 diisi nomor urut.
Angka 5
: diisi nama dan NIP Fungsional Pemeriksa atau Fungsional Penilai yang
ditugaskan melaksanakan Pemeriksaan.
Angka 6
diisi pangkat dan golongan Fungsional Pemeriksa atau Fungsional Penilai
yang ditugaskan melaksanakan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi jabatan Fungsional Pemeriksa atau Fungsional Penilai yang ditugaskan
melaksanakan Pemeriksaan.
Angka 8 diisi tempat dan tanggal Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan diterbitkan.
Angka 9 diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani Surat Tugas Pelaksanaan
Pemeriksaan.
Angka 10 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan.
Angka 11 diisi Kepala UP2 yang akan menerbitkan SP2.
Angka 12 : diisi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.
-5-
LAMPIRAN 1.2
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2.57PJ/ .2-0/f TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
NOTA DINAS
(2)
Nomor: ND -
Kepada (3)
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP (13)
NIP
-6-
Angka 18 : diisi salah satu alasan permohonan perpanjangan jangka waktu yaitu:
a. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada
pihak ketiga; atau
b. berdasarkan pertimbangan Kepala UP2.
Angka 19 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor.
-8-
LAMPIRAN 1.3
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE -,23"/PJ/ ,2Cir TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
NOTA DI NAS
Nomor: ND - (2)
NOP (7)
NPWP (11)
(18)
NIP
-9-
(1)
NOTA DINAS
Nomor: ND - (2)
NOP
1H III 11H Hit 11H IIHI
Alamat Objek Pajak
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP
IHI
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)
atau Perubahan
Kode Pemeriksaan
Selanjutnya Pemeriksaan terhadap Objek Pajak tersebut harus diselesaikan sesuai dengan jangka
waktu Pemeriksaan.
(18)
NIP
PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.4
PENOLAKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN
t-
- 12 -
LAMPIRAN 1.5
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR /PJ/,2-0/F TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
Nomor (2)
(3 )
Sifat : Segera
Lampiran : -
Hal : Permintaan Tenaga Ahli
Yth. (4)
NOP
1 (9)
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)
NPWP (13)
NP2 (17)
diperlukan tenaga ahli dalam bidang (18) Terkait dengan hal tersebut dengan ini
kami mengusulkan:
Nama (19)
Jabatan (20)
untuk dapat ditunjuk sebagai tenaga ahli dalam pemeriksaan terhadap Objek Pajak dimaksud.
(21)
(22)
NIP
-13-
Angka 21 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat permintaan
Tenaga Ahli.
Angka 22 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat permintaan Tenaga Ahli.
- 15 -
LAMPI RAN 1.6
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR /PJ/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
Nomor (2)
(3)
Sifat : Segera
Lampiran : -
Hal : Permintaan Bimbingan Pemeriksaan
Yth. (4)
NOP
1 1 1 H1
Alamat Objek Pajak
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP (13)
(17)
(18)
NIP
- 16 -
(1)
Nomor (2)
( 3)
Sifat : Segera
Lampiran
Hal : Persetujuan Permintaan Bimbingan Pemeriksaan
Yth. (4)
NOP
I I
Alamat Objek Pajak
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP
(17)
(18)
NIP
- 18 -
Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atau Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan.
Angka 2 : diisi nomor surat persetujuan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 3 diisi tanggal surat persetujuan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 4 diisi Kepala UP2 yang menyampaikan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 5 : diisi nomor surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 6 : diisi tanggal surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi hari dan tanggal dilaksanakannya bimbingan Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi waktu dilaksanakannya bimbingan Pemeriksaan.
Angka 16 : diisi tempat dilaksanakannya bimbingan Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat persetujuan
permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat persetujuan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
-19-
LAMPI RAN 1.8
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2f /PJ/ 70(f- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
NOP ( 5)
NPWP (8)
(15)
2. dst.
-20-
Demikian berita acara bimbingan Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya dan
ditandatangani oleh:
(16) (18)
Mengetahui:
(20)
(21)
NIP
t
-21-
Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atau Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan.
Angka 2 : diisi hari, tanggal, bulan, tahun, dan alamat tempat, ditandatanganinya berita
acara bimbingan Pemeriksaan.
Angka 3 diisi nomor surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi tanggal surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 6 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 7 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 8 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 9 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 10 diisi nama UP2 yang mengajukan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 11 diisi nomor urut.
Angka 12 : diisi nama dan NIP Pemeriksa.
Angka 13 : diisi pangkat dan golongan Pemeriksa.
Angka 14 : diisi jabatan dalam tim Pemeriksa yaitu "Supervisor", "Ketua Tim" atau
"Anggota Tim".
Angka 15 : diisi tema/topik materi bimbingan Pemeriksaan dan penjelasan singkatnya.
Angka 16 : diisi nama jabatan dalam tim Pemeriksa yang menghadiri bimbingan
Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP dari Pemeriksa. Disesuaikan dengan jumlah
keanggotaan tim Pemeriksa yang menghadiri bimbingan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi nama jabatan dari petugas yang memberikan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 19 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP dari petugas yang memberikan bimbingan
Pemeriksaan. Disesuaikan dengan jumlah petugas pembimbing.
Angka 20 : diisi nama jabatan dari atasan petugas yang memberikan bimbingan
Pemeriksaan.
Angka 21 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari atasan petugas yang
memberikan bimbingan Pemeriksaan.
-22-
LAMPIRAN 1.9
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2.f /PJ/ „2,gir TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
Guna mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik yang
diperlukan oleh tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:
NOP
I ll II I II (1)
Pekerjaan/Jabatan
(7)
Alamat
(8)
atau
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya memberikan bantuan kepada Tim Pemeriksa
dengan menyediakan tenaga untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik tersebut sesuai ketentuan yang berlaku, dengan rincian sebagai berikut:
(10) (11)
(12) (13)
-23-
(14)
Meterai
(15)
-24-
(1)
telah datang ke tempat Subjek Pajak atau Wajib Pajak guna pelaksanaan Pemeriksaan terhadap
Objek Pajak:
NOP
NPWP (14)
Dalam hal ini, Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai atau anggota keluarga yang
telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak berada di tempat namun belum ada bukti
yang mampu menerangkan bahwa Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak berkedudukan atau tidak
berdomisili di tempat ini. Tim Pemeriksa memutuskan untuk melakukan penundaan Pemeriksaan
dan akan dilanjutkan kembali pada kesempatan berikutnya.
-26-
Demikian berita acara penundaan Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya atas
kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa.
Tim Pemeriksa:
Supervisor,
(16)
NIP
Mengetahui:
(19)
Ketua Tim,
NIP (20)
NIP (17)
Anggota,
(1 )
selaku Tim Pemeriksa dari (11) untuk mendampingi Tim Pemeriksa dari (12).
Nama
Wajib Pajak (17)
NPWP (18)
Alamat
Wajib Pajak (19)
NOP
Demikian surat tugas ini dibuat agar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Ditetapkan di (23)
(25)
NIP
Tembusan:
(26)
- 29 -
( 1)
(2)
Nomor (3 )
Sifat : Segera
Hal : Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
Yth. (4)
NOP
I (8)
NPWP (12)
NP2 (16)
(18)
(19)
NIP
-31-
(1)
Nomor (2)
( 3)
Sifat : Segera
Hal : Persetujuan Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
Yth. (4)
NOP
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)
Tujuan Pemeriksaan
Kode Pemeriksaan
NP2
(17)
(18)
NIP
-33-
Angka 1 : diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan atau Kanwil
DJP.
Angka 2 diisi nomor surat persetujuan pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 3 • diisi tanggal surat persetujuan pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang mengusulkan pembatalan penugasan
Pemeriksaan.
Angka 5 : diisi nomor surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 6 : diisi tanggal surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 12 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi NP2.
Angka 16 : diisi alasan yang mendasari disetujuinya pembatalan penugasan
Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat persetujuan
pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat persetujuan pembatalan penugasan Pemeriksaan.
- 34 -
LAMPIRAN 1.14
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-;r /PJ/201FTENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Penolakan Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
(4)
Yth.
NOP
NPWP
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)
Tujuan Pemeriksaan
Kode Pemeriksaan
NP2
ditolak untuk dibatalkan penugasan pemeriksaannya dengan alasan (16)
(17)
(18)
NIP
-35-
Angka 1 : diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan atau Kanwil
DJP.
Angka 2 : diisi nomor surat penolakan usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi tanggal surat penolakan usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang mengusulkan pembatalan penugasan
Pemeriksaan.
Angka 5 : diisi nomor surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 6 : diisi tanggal surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 diisi Tahun Pajak.
Angka 10 • diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi NP2.
Angka 16 : diisi alasan yang mendasari ditolaknya usul pembatalan penugasan
Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat penolakan usul
pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat penolakan usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
-36-
LAMPIRAN 1.15
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-7c/PJ/ 2 6 /rTENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1 )
(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
Yth. (4)
NOP (5)
NPWP (9)
NP2 (13)
(15)
(16)
NIP
Tembusan
(17)
-37-
Angka 1 • diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan atau Kanwil
DJP.
Angka 2 diisi nomor surat pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi tanggal surat pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang penugasan Pemeriksaannya dibatalkan.
Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 6 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 7 : diisi Tahun Pajak.
Angka 8 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang penugasan Pemeriksaan
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 9 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
penugasan Pemeriksaan Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 10 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang penugasan Pemeriksaan
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 11 • diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 12 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 13 diisi NP2.
Angka 14 • diisi alasan yang mendasari dibatalkannya penugasan Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat pembatalan
penugasan Pemeriksaan.
Angka 16 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi Kepala Kanwil DJP atasan UP2.
-38-
LAMPIRAN 1.16
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-217PJ/ ao(r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
Berdasarkan Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak
Yth. (4)
NOP (5)
NPWP (9)
NP2 (13)
Direktur Jenderal,
(15)
NIP
Tembusan
(16)
-39-
(1)
(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
Yth. (4)
NOP
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP (12)
NP2 (16)
(17)
(18)
NIP
- 41 -
(1)
(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Pembatalan Pemeriksaan Lokasi
Yth. (4)
NOP
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)
NP2 (15)
dibatalkan Pemeriksaannya sebagai tindak lanjut atas pembatalan Pemeriksaan oleh Unit
Pelaksana Pemeriksaan Domisili.
(16)
(17)
NIP
-43-
Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atasan UP2 Lokasi.
Angka 2 diisi nomor surat pembatalan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 3 diisi tanggal surat pembatalan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 4 diisi nama dan alamat UP2 yang mengusulkan pembatalan penugasan
Pemeriksaan Lokasi.
Angka 5 diisi nomor surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan Lokas i.
Angka 6 diisi tanggal surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan Loka si.
Angka 7 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Pemeriksaan Lokasi atas
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 11 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Pemeriksaan Lokasi atas Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Pemeriksaan Lokasi atas
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi NP2.
Angka 16 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat pembatalan
Pemeriksaan Lokasi.
Angka 17 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat pembatalan Pemeriksaan Lokasi.
-44-
LAMPIRAN 1.19
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-,271P1/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
Nomor (2)
(3)
Sifat : Segera
Hal : Pemberitahuan Penolakan Pemeriksaan Lokasi
Yth. (4)
NOP
1 1 1
Alamat Objek Pajak
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)
(16)
(17)
NIP
Tembusan
(18)
-45-
(1)
(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Pemberitahuan Pembatalan Pemeriksaan
(4)
Yth.
NOP
Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP (13)
bersama ini diberitahukan bahwa Pemeriksaan tersebut dibatalkan dengan alasan (16)
(17)
(18)
NIP
Tembusan (20)
(19)
Diterima oleh
(21)
Jabatan
(22)
Tanggal
(23)
Tandatangan/cap
-47-
(1)
NOP (2)
(4)
III. Usulan
Berdasarkan uraian atas Analisis Risiko sebagaimana disebut di atas, maka diusulkan
Pemeriksaan Khusus terhadap Objek Pajak:
NOP
NPWP (9)
Kode Pemeriksaan
(12)
(13)
(14)
NIP
-49-
(1)
Nomor (2)
(3)
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Hal : Usul Pemeriksaan Khusus
Yth. (4)
Sehubungan dengan hasil Analisis Risiko atas Objek Pajak sebagaimana terlampir, dengan
ini disampaikan usul untuk melakukan Pemeriksaan Khusus terhadap Objek Pajak:
NOP (5)
NPWP (9)
UP2 (12)
(13)
(14)
NIP
t
- 51 -
(1 )
NOP (2)
NPWP (6 )
2. Risiko Ketidakpatuhan
(12)
3. Indikator Kualitatif
(13)
4. Potensi PBB
(14)
-53-
5. Kesimpulan Tim
(15)
III. Usulan
Berdasarkan pembahasan atas Analisis Risiko Objek Pajak yang teiah dibuat oleh
Account Representative (AR) / Pemeriksa / Fungsional Penilai / Petugas Penilai / Pelaksana *),
maka atas Analisis Risiko Objek Pajak tersebut dapat / tidak dapat *) diusulkan Pemeriksaan
Khusus.
1. (16)
NIP (17)
2. dst
- 54 -
(1)
NOP (2)
NPWP
Alamat Subjek Pajak
n (6)
UP2 (9)
1. Persyaratan Formal
No Kriteria Penilaian Ya*) Tidak *) Keterangan **)
1 Analisis Risiko.
2 Risiko Ketidakpatuhan.
3 Materialitas Risiko.
4 Kesesuaian kode Pemeriksaan
dengan kriteria, alasan, dan ruang
lingkup Pemeriksaan.
5 Histori Pemeriksaan.
6 Relevansi Subjek Pajak/Wajib
Pajak atau Objek Pajak dengan
fokus Pemeriksaan baik fokus
Pemeriksaan
nasional maupun fokus
Pemeriksaan Kantor Wilayah.
7 Tunggakan Pemeriksaan.
iisi sesuai dengan tanda "X" sesuai dengan dengan kondisi;
**) Diisi informasi lain yang dianggap perlu.
- 56 -
2. Penilaian Lainnya
(10)
3. Kesimpulan
(12)
(13)
NIP
t
-57-
(1)
(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Persetujuan untuk Melakukan Pemeriksaan Khusus
(4)
Yth.
Tanggal (6) , dengan ini diberikan persetujuan untuk melakukan Pemeriksaan Khusus
terhadap Objek Pajak:
NOP (7)
NPWP
Alamat Subjek Pajak
n (10)
3. Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan
akhir hasil Pemeriksaan dapat dilakukan (1)5
surat tindak lanjut hasil
Pemeriksaan dari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
4. (16)
(17)
(18)
NIP
t-
-59-
(1)
(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Penolakan Usul Pemeriksaan Khusus
(4)
Yth.
Tanggal (6) , dengan ini dinyatakan bahwa usul untuk melakukan Pemeriksaan Khusus
terhadap Objek Pajak:
NOP (7)
NPWP (11)
(14)
ditolak usul Pemeriksaan Khususnya, dengan alasan
(15)
(16)
NIP
-61-
(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus
(4)
Yth
NOP (6)
NPWP (9)
Kode Pemeriksaan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(12)
1 Tahun Pajak yang diperiksa adalah
2. Pemeriksaan harus diselesaikan selambat-lambatnya (13)
3. Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan
akhir hasil Pemeriksaan dapat dilakukan (14)
surat tindak lanjut hasil
(15)
Pemeriksaan dari
(16)
Direktur,
(17)
NIP
-63-
t-
- 64 -
(1)
(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus
(4)
Yth.
NOP (6)
NPWP ( 9)
Kode Pemeriksaan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(12)
1 Tahun Pajak yang diperiksa adalah
2. Pemeriksaan harus diselesaikan selambat-lambatnya (13)
3. Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan
akhir hasil Pemeriksaan dapat dilakukan (14)
surat tindak lanjut hasil
Pemeriksaan dari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
4 (15)
Kepala Kantor,
(16)
NIP
- 66 -
Angka 1 : diisi kepala surat dari Kepala Kanwil DJP atasan UP2.
Angka 2 : diisi nomor instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 3 : diisi tanggal instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang diinstruksikan melakukan Pemeriksaan
Khusus.
Angka 5 : diisi atasan diterbitkannya instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 6 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 7 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 8 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya akan
dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 9 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya akan dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 10 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya akan
dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 11 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 12 diisi Tahun Pajak yang akan diperiksa.
Angka 13 : diisi batas waktu penyelesaian Pemeriksaan.
Angka 14 : diisi:
a. "setelah ada", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan dapat
dilakukan setelah ada surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan dari Kepala
Kanwil DJP;
b. "tanpa menunggu", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan
dapat dilakukan tanpa menunggu surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan
dari Kepala Kanwil DJP.
Angka 15 : diisi ketentuan lain yang diperlukan.
Angka 16 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani instruksi Pemeriksaan Khusus.
- 67 -
LAMPIRAN 1.29
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- 2-,r/PJ/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1 )
(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Hal : Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus
(Analisis Risiko Secara Komputerisasi)
(4)
Yth.
Sehubungan dengan hasil kriteria seleksi Objek Pajak, bersama ini diminta agar Saudara
melakukan Pemeriksaan terhadap Objek Pajak sebagaimana terlampir dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Kode Pemeriksaan adalah (5)
Direktur,
(1 0)
NIP
Tembusan
- 68 -
.)
No. Urut NOP Alamat Objek Pajak Nama Wajib Pajak NPWP
1
dst.
t
z
3 cc
—z
M-
CC
SC
CC
U-1
D
CC
UJ
<
I-
Z <
Z
0 Z
LU
-J w
<
aY
Q
§ <
1AN PAJ AKBUMI
< Lj
co
z
w< z
Z
dO N Alamat Obj ek dMd N Pe nyampaian Surat
Paj a k atau Peng em ba lian Pe ngem ba lian Keterang an
...
6M
Paja k SPOP Teg uran
Waj ib Paj a k SPOP SPOP
•:
(9) (8)
5 Ff-
(6)
-1
R
(z) (o i) 0. 1.)
—
Is p
71
(1)
(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Hal : Daftar Nominatif Objek Pajak yang akan Diperiksa
(4)
Yth.
Sesuai dengan prosedur pengusulan Pemeriksaan Rutin yang diatur dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- /PJ/ tanggal tentang Kebijakan
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, terlampir disampaikan Daftar Nominatif
Objek Pajak yang memenuhi kriteria Pemeriksaan Rutin.
(5)
(6)
NIP
1r-
73
(1)
1.
dst
(10)
NIP
75
(2) (3)
Nomor
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Hal : Penugasan/Penolakan*) Pemeriksaan Rutin
(4)
Yth.
(8)
(9)
NIP
77
it-
78
(1)
Nama Alamat
Alamat Pemeriksaan
No. Subjek Subjek Pajak Tahun
NOP Objek NPWP Disetujui / Keterangan
Urut Pajak atau atau Wajib Pajak
Pajak Ditolak
Wajib Pajak Pajak
(2) (3) (4) (5) (6) (7 ) (8) (9) (10)
1.
dst
(12)
NIP
79
LAMPIRAN 1.36
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-,lr/PJ/ 200- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
LAPORAN PENDAHULUAN
UNTUK USUL PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN
Nomor Laporan
Tanggal Laporan
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP
NOP
Tahun Pajak
81
I. PENUGASAN PEMERIKSAAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, kami yang tersebut dibawah ini:
(19)
Penanggung Jawab
(20)
Kegiatan Usaha
(21)
Informasi Lain
(23)
Alamat Objek Pajak
82
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
Tim Pemeriksa:
Supervisor,
(30)
NIP
Mengetahui:
(33)
Ketua Tim,
(34) (31)
NIP NIP
Anggota,
t
83
Angka 25 : diisi uraian singkat yang menjelaskan faktor yang menyebabkan Pemeriksa
mengusulkan untuk dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan termasuk
nomor dan tanggal surat pernyataan dan/atau berita acara penolakan
Pemeriksaan, surat pernyataan dan/atau berita acara penolakan membantu
kelancaran Pemeriksaan, surat peminjaman buku, catatan, dan dokumen
dan berita acara tidak dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan,
dan dokumen, dan/atau bukti lainnya.
Angka 26 : diisi indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang memenuhi unsur
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25
Undang-Undang PBB.
Angka 27 diisi dugaan sementara jumlah PBB yang terutang berikut denda
administrasinya sebagai kerugian Negara atas perbuatan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak.
Angka 28 : diisi simpulan dan usul Pemeriksa.
Angka 29 : diisi tempat dan tanggal laporan pendahuluan diterbitkan.
Angka 30 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor Tim Pemeriksa.
Angka 31 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.
Angka 32 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa. Jumlah anggota
tim Pemeriksa disesuaikan dengan SP2 dan SP2 Perubahan jika ada.
Angka 33 diisi nama jabatan Kepala UP2.
Angka 34 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari Kepala UP2.
85
LAMPIRAN 1.37
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2r /RV 201j- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
Nomor Laporan
Tanggal Laporan
NOP
Tahun Pajak
86
NPWP (9)
Penanggung Jawab
Kegiatan Usaha
Informasi Lain
NOP (14)
(20)
(21)
87
(22)
(23)
Tim Pemeriksa:
Supervisor,
(24)
NIP
Mengetahui:
(27)
Ketua Tim,
(28)
NIP NIP (25)
Anggota,
Angka 24 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor Tim Pemeriksa.
Angka 25 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.
Angka 26 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa. Jumlah anggota
tim Pemeriksa disesuaikan dengan SP2 dan SP2 Perubahan jika ada.
Angka 27 : diisi nama jabatan Kepala UP2.
Angka 28 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari Kepala UP2.
90
LAMPIRAN 1.38
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-21/PJ/ 2.00- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
NOP 11)
NPWP 14)
(17)
Kode Pemeriksaan
Sehubungan dengan penangguhan Pemeriksaan karena ditingkatkan menjadi Pemeriksaan Bukti
Permulaan, dengan ini kami serahkan seluruh dokumen dalam pelaksanaan Pemeriksaan kepada
Tim Pemeriksa Bukti Permulaan untuk dapat ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Tim Pemeriksa menyerahkan:
(18)
1.
2. dst.
dan diterima seluruhnya oleh Tim Pemeriksa Bukti Permulaan.
91
Demikian berita acara penyerahan dokumen Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya
atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh perwakilan Tim
Pemeriksa dan Tim Pemeriksa Bukti Permulaan.
(19) (21)
(20) (22)
NIP NIP
92
(1)
NOTA DINAS
(2)
Nomor: ND -
Yth. (3)
(4)
Dari
Hal : Permintaan Pemeriksaan dalam rangka Penyelesaian Keberatan PBB
(5)
Tanggal
Sehubungan dengan penyelesaian keberatan PBB yang diajukan Wajib Pajak atas Objek
Pajak:
(6)
NOP
NPWP n ( 9)
Tahun Pajak
dengan ini diminta untuk dilakukan Pemeriksaan dalam rangka penyelesaian permohonan
keberatan PBB terhadap Objek Pajak tersebut. Pemeriksaan dilakukan terutama
mengenai (12) . Mengingat jatuh tempo penyelesaian permohonan keberatan
PBB tanggal (13), maka hasil Pemeriksaan agar dapat kami terima paling lambat
(14)
tanggal
(15)
NIP
94
RIA I PRAMUDITOst
909171987091001 k
LAMPIRAN II
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-,247PJ/ ,Z.D4r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)
(2)
NOP
NPWP ( 5)
Dipinjamkan Dikembalikan
Jenis/Nama
No. Keterangan lengkap/tidak lengkap/tidak
Buku, Catatan, dan/atau Dokumen lengkap lengkap
(5 ) (5 ) (10) (11) (12)
(13)
Tanggal:
(14)
NIP
(15)
Tanggal:
(16)
-3-
(1)
(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Pemberitahuan Penyelesaian Permohonan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran PBB
(4)
Yth.
NOP (7 )
Nama
Wajib Pajak ( 9)
NPWP (10)
Alamat
Wajib Pajak
dengan ini disampaikan bahwa berdasarkan hasil Penelitian PBB yang kami lakukan,
TIDAK TERDAPAT kelebihan pembayaran PBB sehingga atas permohonan Saudara tidak
diterbitkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran PBB.
Demikian disampaikan.
Kepala Kantor,
(13)
NIP
-5-
(1 )
(5) (6)
( 7)
(8)
NOP
HI III IHI HII 11H1 II ( 9)
NPWP
HII HII II HII 12)
Tahun Pajak
(14)
Sehubungan dengan penghentian Penelitian PBB sebagaimana tersebut di atas dengan ini kami
serahkan seluruh dokumen dalam pelaksanaan Penelitian PBB kepada Tim Pemeriksa untuk
dapat ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Petugas Peneliti PBB menyerahkan:
1.
(16)
2. dst.
Demikian berita acara penyerahan dokumen ini dibuat dengan sebenarnya, kemudian ditutup dan
ditandatangani oleh perwakilan Petugas Peneliti PBB dan tim Pemeriksa.
( 7)
(19)
(18)
NIP (20)
NIP
-8-
Nomor Laporan
(2)
Tanggal Laporan
(3)
NOP
IIl HII (4)
Tahun Pajak
(7)
-10-
Tanggal (13)
NPWP
Alamat Subjek Pajak
111 Hit n IIH (16)
NOP
HII Hill II (21)
Sektor
(23)
(24)
fi
2. Ruang Lingkup Penelitian PBB
(25)
(26)
(27)
VII. PENGUJIAN/PENILAIAN
(28)
(29)
IX. dst*)
(30)
(31)
Kepala Seksi,
Petugas Peneliti PBB
(33)
(32)
NIP
NIP dst
Menyetujui
a.n. Direktur Jenderal Pajak
Kepala Kantor,
(34)
NIP
-12-
I PRAMUDITOg
0 171987091001 I/