Anda di halaman 1dari 160

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Yth. 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak


2. Para Direktur dan Para Tenaga Pengkaji di Lingkungan KPDJP
3. Para Kepala Kanwil DJP
4. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak

SURAT EDARAN

NOMOR SE 25 /PJ/ 2015


-

TENTANG

KEBIJAKAN PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN


PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Umum

Sehubungan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) perlu dibuat kebijakan untuk
meiaksanakan Peraturan Menteri Keuangan tersebut.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Kebijakan Pemeriksaan dan Penelitian PBB dimaksudkan sebagai acuan dalam melakukan:
a. Pemeriksaan di bidang PBB oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2);
b. Penelitian PBB oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
2. Tujuan
Kebijakan Pemeriksaan dan Penelitian PBB bertujuan untuk:
a. tertib administrasi Pemeriksaan dan Penelitian PBB;
b. menjelaskan prosedur pelaksanaan Pemeriksaan yang dilakukan untuk satu jenis pajak
(single tax) untuk jenis pajak PBB;
c. menjelaskan prosedur pelaksanaan Penelitian PBB; dan
-2-

d. menjelaskan kedudukan dan prosedur Pemeriksaan di bidang PBB yang menjadi bagian
dari Pemeriksaan yang meliputi seluruh jenis pajak (all taxes).

C. Ruang Lingkup

Kebijakan dalam Surat Edaran ini meliputi kebijakan tentang:


1. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB;
2. Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan PBB; dan
3. Penelitian PBB.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Pajak;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.

E. Kebijakan Pemeriksaan
1. Kebijakan Umum Pemeriksaan
a. Ruang Lingkup Pemeriksaan
1) Ruang Iingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB

meliputi Pemeriksaan terhadap Objek Pajak PBB (Objek Pajak) untuk 1 (satu) atau
beberapa Tahun Pajak, baik Tahun Pajak berjalan dan/atau tahun-tahun
sebelumnya.
2) Ruang Iingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan peraturan perundang-undangan PBB dapat meliputi penilaian, penentuan,


pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan penyelesaian
keberatan PBB atau penagihan PBB.
-3-

3) Ruang lingkup Pemeriksaan mencakup data, keterangan, dan/atau bukti yang


digunakan sebagai dasar dalam melakukan Pemeriksaan atas Objek Pajak tersebut.
b. Kriteria Pemeriksaan
1) Terdapat 2 (dua) kriteria yang merupakan alasan dilakukannya Pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB, yaitu:


a) Pemeriksaan Rutin, merupakan Pemeriksaan yang dilakukan sehubungan

dengan pengujian pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban PBB Subjek


Pajak atau Wajib Pajak; dan
b)
Pemeriksaan Khusus atau Pemeriksaan berdasarkan Analisis Risiko, merupakan
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Objek Pajak yang berdasarkan hasil
Analisis Risiko secara manual atau secara komputerisasi menunjukkan adanya
indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban PBB.
2) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB tidak dapat

dilakukan dalam hal Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau Surat
Ketetapan Pajak (SKP) PBB sedang diajukan keberatan atau sedang dilakukan
upaya hukum.
3) Sedang diajukannya keberatan atau dilakukannya upaya hukum sebagaimana

dimaksud pada angka 2) terhitung sejak tanggal surat keberatan atau sejak tanggal
diajukannya upaya hukum, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Upaya hukum sebagaimana dimaksud pada angka 2) dan angka 3) adalah banding

atas Keputusan Keberatan PBB, peninjauan kembali atas putusan banding, atau
gugatan.
5) Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan PBB, antara lain dapat dilakukan dalam rangka:


a) penyelesaian Keberatan PBB; atau
b) penagihan PBB.
Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB dan Pemeriksaan


untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan PBB dilakukan di lokasi Objek Pajak, tempat kedudukan Subjek
Pajak atau Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa.
Unit Pelaksana Pemeriksaan

1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB dilakukan oleh


Pemeriksa di UP2, yaitu:
-4-

a) UP2 Domisili merupakan KPP tempat terdaftarnya Wajib Pajak yang memiliki,

menguasai, dan/atau memanfaatkan Objek Pajak (Nomor Pokok Wajib Pajak


Pusat) dan Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan, yang melakukan
Pemeriksaan meliputi seluruh jenis pajak atau satu jenis pajak; dan
b) UP2 Lokasi merupakan KPP tempat Objek Pajak diadministrasikan yang Wajib
Pajaknya terdaftar di KPP yang lain.
2) Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan PBB dilakukan oleh Pemeriksa di UP2, yaitu:
a) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP), dalam hal Pemeriksaan
dilakukan dalam rangka penyelesaian keberatan PBB; atau
b) KPP, dalam hal Pemeriksaan dilakukan untuk tujuan penagihan PBB.
3) Kepala Kanwil DJP dapat menugaskan Fungsional Pemeriksa dan/atau Fungsional
Penilai di Kanwil DJP untuk melaksanakan Pemeriksaan di KPP dengan
menerbitkan Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan yang dibuat dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.1 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
4) Penugasan sebagaimana dimaksud angka 3) dapat juga dilakukan berdasarkan
permintaan Kepala KPP.
5) Pelaksanaan Pemeriksaan yang dilakukan oleh Fungsional Pemeriksa dan/atau
Fungsional Penilai sebagaimana dimaksud angka 3) diadministrasikan oleh UP2.
e. Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan
1) Jangka waktu pengujian dalam Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban PBB sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (2) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama
2 (dua) bulan dengan alasan sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (2) Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Jangka waktu Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan PBB sebagaimana dimaksud Pasal 18 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling
lama 1 (satu) bulan dengan alasan sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
-5-

3) Prosedur perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan


angka 2), diatur sebagai berikut:
a) Pemeriksa harus mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu kepada
Kepala UP2 dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
b) permohonan perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
huruf a) harus disampaikan sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud
Pasal 15 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan atau jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan berakhir, sehingga dalam hal permohonan perpanjangan
jangka waktu Pemeriksaan disetujui, Kepala UP2 masih dapat menerbitkan surat
pemberitahuan mengenai perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
c) persetujuan atau penolakan perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan harus
disampaikan oleh Kepala UP2 kepada Pemeriksa sebelum jangka waktu
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf b) berakhir dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.3 atau
Lampiran 1.4 Surat Edaran ini;
d) dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan disetujui,
Pemeriksa harus menyampaikan surat pemberitahuan perpanjangan tersebut
kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak;
4) Dalam hal perpanjangan jangka waktu pengujian terkait Pemeriksaan Objek Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan, perpanjangan jangka waktu pengujian dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) prosedur perpanjangan jangka waktu pengujian harus dilakukan setiap kali akan
dilakukan perpanjangan jangka waktu pengujian; dan
b) dilakukan sebelum berakhirnya jangka waktu perpanjangan yang telah disetujui
sebelumnya.
f. Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan SP2 Perubahan
1) SP2 untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB sebagaimana dimaksud
pada Pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan diterbitkan
berdasarkan:
-6-

a) instruksi/persetujuan/penugasan Pemeriksaan dari Kepala Kanwil DJP, Direktur


Pemeriksaan dan Penagihan atau Direktur Jenderal Pajak; atau
b) surat permintaan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Domisili.
2) SP2 untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan PBB sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan diterbitkan berdasarkan:
a) instruksi Pemeriksaan dari Direktur Jenderal Pajak;
b) instruksi Pemeriksaan dari Direktur Pemeriksaan dan Penagihan; atau
c) instruksi/penugasan Pemeriksaan dari Kepala Kanwil DJP.
3) SP2 diterbitkan oleh Kepala UP2 dalam jangka waktu paling lama 5 hari kerja sejak
diterimanya dasar penerbitan SP2.
4) Dalam hal susunan tim Pemeriksa diubah, Kepala UP2 harus menerbitkan SP2
Perubahan baik Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB
maupun untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan PBB.
5) Penerbitan SP2 Perubahan dilakukan segera seteiah diketahui adanya perubahan
susunan tim Pemeriksa.
6) Dalam hal Objek Pajak yang akan dilakukan Pemeriksaan diadministrasikan
dan/atau berada pada wilayah 2 (dua) UP2 atau lebih dan Objek Pajak tersebut
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh satu Subjek Pajak atau Wajib Pajak
yang sama, Pemeriksaan dapat dilakukan secara bersamaan melalui koordinasi
antar UP2 dalam pelaksanaan kewenangan dan kewajiban dalam proses
Pemeriksaan.
7) Pemeriksaan oleh 2 (dua) atau lebih UP2 sebagaimana dimaksud pada angka 6)
dilakukan berdasarkan SP2 masing-masing UP2 sesuai kewenangannya.
Tenaga Ahli
1) Dalam hal Tim Pemeriksa dibantu oleh Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 256/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, maka Tenaga
Ahli tersebut bertugas berdasarkan Surat Tugas Membantu Pelaksanaan
Pemeriksaan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang
ditunjuk Direktur Jenderal Pajak.
2) Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud pada angka 1) antara lain adalah penilai,
penerjemah bahasa, ahli di bidang pertambangan, perkebunan, perhutanan,
kelautan, survei, pemetaan, dan teknologi informasi, serta pengacara.
-7-

3) Dalam hal Tenaga Ahli bukan pegawai Direktorat Jenderal Pajak, maka Surat Tugas
Membantu Pelaksanaan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
4) Dalam hal Tenaga Ahli merupakan pegawai Direktorat Jenderal Pajak maka Pejabat
yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak untuk menerbitkan Surat Tugas Membantu
Pelaksanaan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 1) adalah:
a) Kepala UP2, dalam hal Tenaga Ahli tersebut merupakan pegawai UP2 yang
melaksanakan Pemeriksaan;
b) Kepala Kanwil DJP, dalam hal Tenaga Ahli tersebut merupakan pegawai di luar

UP2 yang melaksanakan Pemeriksaan tetapi masih dalam satu wilayah Kanwil
DJP yang bersangkutan;
c) Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal Tenaga Ahli tersebut merupakan
pegawai DJP selain huruf a) dan huruf b).
5) Permintaan Tenaga Ahli ditujukan kepada:
a) Kepala Kanwil DJP dalam hal sebagaimana dimaksud angka 4) huruf b); atau
b) Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dalam hal sebagaimana dimaksud angka
3) dan angka 4) huruf c),
dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.5 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
6) Masa tugas Tenaga Ahli berlaku sampai dengan berakhirnya Pemeriksaan.
h. Bimbingan Pemeriksaan
1) Dalam hal dipandang perlu, tim Pemeriksa dapat meminta bimbingan Pemeriksaan

kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP atasan UP2.
2) Bimbingan Pemeriksaan merupakan asistensi teknis yang bersifat konsultatif dan
tidak mengikat tim Pemeriksa.
3) Bimbingan Pemeriksaan dilakukan untuk Pemeriksaan yang memerlukan keahlian
khusus.
4) Permintaan bimbingan Pemeriksaan dilakukan dengan menyampaikan surat yang

berisi permintaan bimbingan Pemeriksaan kepada Direktur Pemeriksaan dan


Penagihan atau Kepala Kanwil DJP melalui Kepala UP2 dengan menggunakan
contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.6 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
5) Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP memberikan

persetujuan permintaan bimbingan Pemeriksaan secara tertulis kepada Kepala UP2


dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.7
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
-8-

6) Pelaksanaan bimbingan Pemeriksaan dituangkan dalam berita acara bimbingan


Pemeriksaan yang ditandatangani kedua belah pihak dengan menggunakan contoh
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.8 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini.
i. Pemberitahuan Pemeriksaan
1) Pelaksanaan Pemeriksaan wajib diberitahukan kepada Subjek Pajak atau Wajib
Pajak melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Dalam rangka menciptakan shock audit terhadap Subjek Pajak atau Wajib Pajak,
maka Surat Pemberitahuan Pemeriksaan disampaikan secarang langsung.
3) Dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak berada di tempat, Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan disampaikan kepada wakil, kuasa, atau pihak yang
mewakili, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
4) Surat Pemberitahuan Pemeriksaan dibuat 2 (dua) rangkap dan disampaikan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau pihak yang mewakili, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 15 (lima betas) hari kerja
setelah tanggal SP2 diterbitkan.
5) Setelah Surat Pemberitahuan Pemeriksaan diterima, Subjek Pajak atau Wajib Pajak,
wakil, kuasa, atau pihak yang mewakili, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak harus
mengisi, menandatangani, dan membubuhkan cap (pembubuhan cap dilakukan
dalam hal Pemeriksaan terhadap Subjek Pajak atau Wajib Pajak badan)
sebagaimana tercantum dalam tanda penerimaan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan.
6) Rangkap pertama diserahkan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
atau pihak yang mewakili, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak, sedangkan rangkap
yang kedua untuk tim Pemeriksa.
7) Tanggal penerimaan yang tertera pada Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada angka 5) merupakan tanggal disampaikannya Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan dan tanggal dimulainya Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
-9-

Pertemuan dengan Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan Peninjauan dalam rangka
Pemeriksaan

1) Pertemuan dengan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dilakukan di tempat/lokasi yang sama dengan tempat/lokasi
penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan setelah diterima oleh Subjek Pajak
atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau pihak yang mewakili, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak.

2) Dalam melakukan pertemuan sebagaimana dimaksud pada angka 1), Pemeriksa


dapat sekaligus meminta penjelasan dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil,
kuasa, pegawai, atau keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan.
3) Apabila Pemeriksa melakukan peninjauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, pelaksanaan peninjauan
tersebut dilakukan setelah disampaikannya Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau pihak yang mewakili, dari
Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
4) Apabila Objek Pajak yang diperiksa:
a) berada di tempat/lokasi yang sama dengan tempat disampaikannya Surat

Pemberitahuan Pemeriksaan, maka peninjauan dapat dilaksanakan pada hari itu


juga atau pada kesempatan lain sebanyak 1 (satu) atau beberapa kali
berdasarkan pertimbangan Pemeriksa;
b) tidak berada di tempat/lokasi yang sama dengan tempat disampaikannya Surat

Pemberitahuan Pemeriksaan, maka peninjauan dapat dilaksanakan pada


kesempatan lain sebanyak 1 (satu) atau beberapa kali dengan
mempertimbangkan kesiapan Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
5) Tenaga pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan adalah wakil, kuasa, atau
pihak yang dapat mewakili, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan.
-10-

6) Apabila Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak menyediakan tenaga pendamping

sebagaimana dimaksud pada angka 5), Pemeriksa tetap dapat melakukan


peninjauan dan membuat catatan mengenai ketidakhadiran Subjek Pajak atau Wajib
Pajak dan/atau tenaga pendamping dimaksud dalam berita acara peninjauan.
7) Berita acara peninjauan yang dibuat Pemeriksa tanpa kehadiran Subjek Pajak atau

Wajib Pajak dan/atau tenaga pendamping di lokasi Objek Pajak, cukup


ditandatangani oleh Pemeriksa dan peninjauan dianggap telah dilaksanakan.
8) Data, keterangan, dan/atau bukti, yang diperoleh pada saat pelaksanaan

peninjauan, baik dengan maupun tanpa kehadiran Subjek Pajak atau Wajib Pajak
dan/atau tenaga pendamping di lokasi Objek Pajak, dapat digunakan sebagai dasar
penghitungan PBB terutang.
k. Peminjaman Dokumen
1) Buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam harus disesuaikan dengan tujuan
dan kriteria Pemeriksaan.
2) Peminjaman buku, catatan, dan/atau dokumen mengenai Objek Pajak yang

diperiksa dapat dilakukan oleh Pemeriksa lebih dari 1 (satu) kali dengan mengikuti
ketentuan mengenai Peminjaman Dokumen.
3) Dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek Pajak atau

Wajib Pajak memberikan bantuan kepada Pemeriksa dengan menyediakan tenaga


untuk mengakses dan/atau mengunduh Data Yang Dikelola Secara Elektronik,
Pemeriksa meminta Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dan tenaga dimaksud untuk menandatangani surat
pernyataan bantuan penugasan dengan menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1.9 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.
4) Apabila Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek Pajak atau

Wajib Pajak tidak memberi bantuan sebagaimana dimaksud pada angka 3),
Pemeriksa meminta bantuan kepada seorang atau lebih yang memiliki keahlian
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf c angka 2) Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan selaku tenaga ahli sebagaimana dimaksud
dalam huruf g.
5) Atas buku, catatan, dan/atau dokumen yang tidak dimiliki atau tidak dikuasai oleh

Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksa dapat meminjam
buku, catatan, dan/atau dokumen tersebut kepada pihak ketiga yang memiliki atau
menguasai buku, catatan, dan/atau dokumen sesuai ketentuan Pasal 36 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
6) Lampiran berita acara tidak dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan, dan

dokumen, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan adalah lampiran surat permintaan peminjaman buku, catatan,
dan dokumen yang telah diisi dengan keterangan mengenai dipenuhi atau tidak
dipenuhinya peminjaman buku, catatan, dan dokumen, termasuk Data yang Dikelola
Secara Elektronik.
7) Berita acara tidak dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan, dan

dokumen, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan dan lampiran sebagaimana dimaksud pada angka 6)
merupakan salah satu alasan dilakukannya Pemeriksaan berdasarkan data,
keterangan, dan/atau bukti, yang diperoleh dan/atau dimiliki Direktorat Jenderal
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan.
I. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) dan Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan (PAHP)
1) Penyampaian SPHP dan PAHP hanya dilakukan dalam Pemeriksaan dengan tujuan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB.
2) Penyampaian SPHP hanya dilakukan 1 (satu) kali untuk setiap SP2.
3) SPHP dibuat 2 (dua) rangkap dan disampaikan kepada Subjek Pajak atau Wajib

Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal SPHP diterbitkan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung, SPHP harus diisi,

ditandatangani, dan dibubuhkan cap (pembubuhan cap dilakukan dalam hal


Pemeriksaan terhadap Subjek Pajak atau Wajib Pajak badan) sebagaimana
tercantum dalam tanda penerimaan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil,
kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
b) Rangkap pertama diserahkan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil,
kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak, sedangkan rangkap yang kedua
untuk tim Pemeriksa.
-12-

c) Tanggal penerimaan yang tertera pada SPHP sebagaimana dimaksud pada


huruf a), tanggal surat penolakan menerima SPHP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, atau
tanggal berita acara penolakan menerima SPHP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, merupakan
tanggal disampaikannya SPHP.
4) Berita acara penolakan menerima SPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan dibuat dan ditandatangani
tim Pemeriksa pada hari terjadinya penolakan tersebut.
5) SPHP dan daftar temuan Pemeriksaan dibuat oleh Pemeriksa dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
6) Tabel daftar temuan Pemeriksaan diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kolom "Uraian" diisi dengan jenis data yang digunakan dalam melakukan
penilaian Objek Pajak seperti luas tanah untuk tiap areal, luas tiap bangunan,
jumlah produksi, dan jenis data lainnya.
b) Kolom "Temuan Pemeriksaan" diisi dengan besaran data dan besarnya nilai
untuk tiap jenis data, sesuai isian dalam kolom "Uraian" sebagaimana dimaksud
pada huruf a).
c) Daftar temuan Pemeriksaan paling sedikit memuat jenis data temuan hasil
Pemeriksaan yang berbeda dengan data yang diisi oleh Subjek Pajak atau Wajib
Pajak dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak/Lampiran Surat Pemberitahuan
Objek Pajak (SPOP/LSPOP) yang disampaikannya.
d) Apabila Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak menyampaikan SPOP/LSPOP,
maka seluruh data temuan hasil Pemeriksaan harus dimuat dalam tabel daftar
temuan Pemeriksaan.
7) Baris terakhir tabel daftar temuan Pemeriksaan harus diisi dengan besarnya PBB
yang terutang termasuk denda administrasinya, berdasarkan data temuan
Pemeriksaan. Sumber data dan bukti atas data Objek Pajak dan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak yang disanggah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1)
huruf b Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, dapat berupa dokumen asli,
fotokopi, dan/atau data yang dikelola secara elektronik.
-13-

8) Dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak menyampaikan sumber data dan bukti berupa fotokopi dan/atau data
yang dikelola secara elektronik, sanggahan tersebut harus disertai dengan surat
pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data yang dikelola secara elektronik yang
disampaikan kepada Pemeriksa adalah sesuai dengan aslinya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan
Bangunan.
9) Apabila Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib
Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksa membuat
berita acara tidak disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP paling lama
1 (satu) hari sejak jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)
atau ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan terlampaui.
10) Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak
dapat menyampaikan sumber data dan bukti mengenai Objek Pajak yang diperiksa
pada saat pelaksanaan PAHP meski Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan atas SPHP atau
berbeda dengan tanggapan yang disampaikan sebelumnya.
11) Pemeriksa dapat menerima atau menolak sumber data dan bukti yang disampaikan
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak
pada saat PAHP dengan memperhitungkan sisa jangka waktu PAHP dan pelaporan
serta lamanya penghitungan/penilaian yang akan dilakukan berdasarkan sumber
data dan bukti tersebut, dengan ketentuan:
a) Dalam hal Pemeriksa menerima sumber data dan bukti, Pemeriksa membuat
bukti peminjaman dan pengembalian dokumen sesuai tata cara peminjaman
dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf k.
b) Dalam hal Pemeriksa menolak sumber data dan bukti, Pemeriksa
menyampaikan penolakan tersebut kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak,
wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
12) Terhadap hasil penghitungan/penilaian berdasarkan sumber data dan bukti yang
disampaikan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak pada saat PAHP, tidak dilakukan prosedur penyampaian SPHP dan
PAHP sebagaimana dimaksud pada Bagian Ketigabelas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan.
-14-

m. Penyegelan dan Penolakan Pemeriksaan


1) Ketentuan mengenai Penyegelan dan Penolakan Pemeriksaan hanya berlaku dalam
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB.
2) Dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari Subjek Pajak atau

Wajib Pajak tidak ada di tempat, Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksa dapat
melakukan penundaan dan Pemeriksaan dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.
3) Penundaan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan Kepala UP2 dengan

membuat berita acara penundaan Pemeriksaan dengan menggunakan contoh


format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.10 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini.
4) Untuk keperluan pengamanan Pemeriksaan, sebelum dilakukan penundaan
sebagaimana dimaksud pada angka 3), Pemeriksa dapat melakukan Penyegelan.
5) Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan data, keterangan, dan/atau bukti, yang
diperoleh dan/atau dimiliki Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan apabila
data, keterangan, dan/atau bukti tersebut cukup untuk dijadikan dasar penetapan
PBB yang terutang.
6) Apabila data, keterangan, dan/atau bukti tersebut tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada angka 5), Pemeriksaan dapat diusulkan Pemeriksaan


Bukti Permulaan secara terbuka.
7) Usul Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka sebagaimana dimaksud pada

angka 6) hanya dapat dilakukan dalam Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban PBB dengan terlebih dahulu membuat laporan pendahuluan.
8) Laporan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam angka 7) paling sedikit
memuat informasi tentang:
a) penugasan Pemeriksaan;
b) identitas Subjek Pajak atau Wajib Pajak;
c) identitas Objek Pajak;
d) alasan Pemeriksaan;
e) indikasi tindak pidana di bidang perpajakan;
f) dugaan kerugian negara berdasarkan PBB yang terutang; dan
g) simpulan dan usul Pemeriksa.
-15-

n. Penyelesaian dan Pelaporan Pemeriksaan


1) Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan, dilakukan dalam hal sebagai berikut:
a) Berdasarkan hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
PBB, ditemukan data, keterangan dan/atau bukti yang mengakibatkan adanya:
(1) jumlah PBB yang terutang terkait Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang tidak
menyampaikan SPOP; atau
(2) selisih PBB yang terutang antara hasil Pemeriksaan dengan PBB yang
terutang berdasarkan SPOP yang disampaikan Subjek Pajak atau Wajib
Pajak,
sebagai usulan penerbitan SKP PBB.
b) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB:
(1) ditangguhkan karena dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara
terbuka atau tertutup dan dilanjutkan sesuai ketentuan yang berlaku; dan
(2) hasil Pemeriksaan yang dilanjutkan tersebut memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a).
c) Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan PBB, balk dalam rangka penyelesaian Keberatan PBB
maupun penagihan PBB.
2) Penyelesaian Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf 1) dilakukan dengan
memperhatikan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 18
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan serta perpanjangan jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 19, dan Pasal 63 ayat (1)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, sesuai ketentuan yang
berlaku.
3) Berdasarkan LHP sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf a), huruf b), dan
huruf c), tim Pemeriksa membuat nota penghitungan sebagai dasar penerbitan SKP
PBB, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) nota penghitungan harus dilampiri dengan formulir yang memuat data mengenai
Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak hasil temuan Pemeriksaan dan
Formulir Data Masukan (FDM);
b) nota penghitungan beserta lampirannya sebagaimana dimaksud pada huruf a)
dibuat 2 (dua) rangkap;
-16-

c) rangkap pertama disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah atasan UP2 yang
melakukan Pemeriksaan untuk digunakan sebagai dasar penerbitan keputusan
menteri keuangan tentang penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar
penetapan PBB;
d) rangkap kedua disampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan
Informasi untuk ditindaklanjuti dengan perekaman data.
4) PBB terutang yang tercantum dalam SKP PBB sebagaimana dimaksud pada angka
3) harus berdasar pada hasil Pemeriksaan menurut Pemeriksa dengan
mempertimbangkan PAHP tanpa dikurangi dengan PBB terutang yang tidak disetujui
oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak, dan wajib dilunasi oleh Wajib Pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan PBB.
5) Pemeriksaan untuk tujuan lain sebagaimana dimaksud dalam angka 1) huruf d),
diselesaikan dengan membuat LHP, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dalam hal Objek Pajak dan/atau Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak ditemukan, Pemeriksa melakukan Pemeriksaan sampai dengan
membuat LHP yang memuat data, keterangan, dan/atau bukti yang objektif
terkait tujuan Pemeriksaan.
b) Berdasarkan LHP sebagaimana dimaksud pada huruf a), Pemeriksa
mengirimkan fotokopi LHP tersebut kepada yang menerbitkan instruksi
pemeriksaan.
c) Dalam hal Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak tidak ditemukan, Pemeriksaan dihentikan dengan membuat LHP
yang memuat informasi tentang tidak ditemukannya Objek Pajak dan Subjek
Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak tersebut.
d) Tidak ditemukannya Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil,
kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak
atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c) paling kurang dibuktikan
dengan surat keterangan dari pejabat kelurahan/RT/RW setempat atau dari
pengelola tempat kedudukan Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
e) Berdasarkan LHP sebagaimana dimaksud pada huruf c), tim Pemeriksa:
(1) mengirimkan fotokopi LHP kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi dan
Penyuluhan terkait untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku; dan
(2) mengirimkan fotokopi LHP tersebut kepada yang menerbitkan instruksi
pemeriksaan.
-17-

6) Penyelesaian Pemeriksaan dengan cara menghentikan Pemeriksaan dengan


membuat LHP Sumir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan, dijelaskan sebagai berikut:
a) Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dalam hal Objek Pajak
dan/atau Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota
keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa tidak ditemukan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak
tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan diterbitkan, dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) Dalam hal ditemukan Objek Pajak tetapi tidak ditemukan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak dimaksud, Pemeriksa terlebih
dahulu melaksanakan prosedur penundaan Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam huruf m.
(2) Dalam hal setelah dilakukan penundaan Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada angka (1) Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak tetap tidak ditemukan, paling kurang dibuktikan dengan surat
keterangan dari pejabat kelurahan/RT/RW setempat atau dari pengelola
tempat kedudukan Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
(3) Dalam hal tidak ditemukan Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak,
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, paling kurang dibuktikan dengan surat
keterangan dari pejabat kelurahan/RT/RW setempat, dari pengelola tempat
kedudukan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, atau dari instansi yang
menerbitkan dokumen perizinan, kontrak, dan/atau bentuk lainnya atas Objek
Pajak yang diperiksa.
(4) Dalam hal ditemukan Subjek Pajak atau Wajib, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak
namun Subjek Pajak atau Wajib tidak lagi memiliki, menguasai, dan/atau
memanfaatkan Objek Pajak yang diperiksa, paling kurang dibuktikan dengan
dokumen terminasi dari perizinan, kontrak, dan/atau bentuk lainnya dan/atau
surat keterangan dari instansi terkait atas pemilikan, penguasaan, dan/atau
pemanfaatan Objek Pajak dan/atau surat pernyataan dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak tersebut.
-18-

b) Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dilakukan dalam hal


diperoleh data, keterangan, dan/atau bukti, dalam Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1), tetapi tidak dapat dijadikan sebagai dasar penerbitan SKP PBB.
c) Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir sebagaimana
dimaksud pada huruf a) dan huruf b), harus diberitahukan secara tertulis kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah LHP
Sumir diselesaikan tanpa melalui prosedur penyampaian SPHP dan/atau PAHP.
d) Fotokopi LHP Sumir sebagaimana dimaksud pada huruf a) disampaikan kepada
Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, untuk ditindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e) Fotokopi LHP Sumir sebagaimana dimaksud pada huruf b) disampaikan kepada
Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
f) Pemeriksaan yang diselesaikan sebagaimana dimaksud pada huruf a) angka (1)
atau angka (3), dapat dilakukan kembali apabila dikemudian hari Objek Pajak
dan/atau Subjek Pajak atau Wajib Pajak ditemukan.
g) Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dalam hal
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB yang
ditangguhkan karena dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf c Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan, dilakukan dengan ketentuan:
(1) LHP Sumir diselesaikan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
diterimanya hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan tanpa melalui prosedur
penyampaian SPHP dan/atau PAHP; dan
(2) penyelesaian Pemeriksaan tersebut harus diberitahukan secara tertulis
kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
setelah LHP Sumir diselesaikan.
h) Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dalam hal
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB yang
ditangguhkan karena ditindaklanjuti dengan penyidikan sebagai tindak lanjut
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup dan penyidikan tersebut
dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44B Undang-Undang KUP, dilakukan dengan ketentuan:
-19-

(1) LHP Sumir diselesaikan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah

penyidikan dihentikan tanpa melalui prosedur penyampaian SPHP dan/atau


PAHP; dan
(2) penyelesaian Pemeriksaan tersebut harus diberitahukan secara tertulis

kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
setelah LHP Sumir diselesaikan.
i) Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dalam hal terdapat
keadaan tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak, dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Penyelesaian Pemeriksaan hanya dapat dilakukan setelah ada surat perintah

Direktur Jenderal Pajak kepada Kepala UP2 untuk menghentikan


Pemeriksaan dengan LHP Sumir; dan
(2) penyelesaian Pemeriksaan tersebut harus diberitahukan secara tertulis

kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
setelah LHP Sumir diselesaikan tanpa melalui prosedur penyampaian SPHP
dan/atau PAHP.
7) Dalam hal berdasarkan hasil Pemeriksaan ditemukan data, keterangan, dan/atau

bukti yang terkait dengan Objek Pajak dan/atau Wajib Pajak lain, Pemeriksa
menyampaikan data, keterangan, dan/atau bukti tersebut dalam bentuk Alat
Keterangan kepada KPP tempat Objek Pajak diadministrasikan dan/atau KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.
o. Pemeriksaan Lokasi

1) Pemeriksaan Lokasi adalah Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban PBB atau untuk tujuan lain yang dilakukan di lokasi Objek Pajak selain
Objek Pajak yang menjadi domisili Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
2) Pemeriksaan Lokasi dilakukan oleh:
a) UP2 Lokasi; atau
b) UP2 Domisili sesuai dengan kewenangan wilayah kerjanya.

3) Dalam hal UP2 Lokasi telah menerbitkan SP2 sebelum UP2 Domisili menerbitkan
SP2 untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan untuk seluruh jenis
pajak yang juga meliputi Objek Pajak yang akan diperiksa UP2 Lokasi, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a) terhadap Objek Pajak dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Lokasi

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang


Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan;
b) setelah Pemeriksaan oleh UP2 Lokasi selesai, Kepala UP2 Lokasi harus

mengirimkan salinan LHP kepada Kepala UP2 Domisili paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah tanggal LHP; dan
-20-

c) LHP Domisili harus mencakup hasil Pemeriksaan Lokasi, kecuali SPT Tahunan
Wajib Pajak Domisili menunjukan lebih bayar dan akan segera jatuh tempo.
4) Dalam hal UP2 Domisili telah terlebih dahulu menerbitkan SP2 untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan meliputi seluruh jenis pajak yang juga
meliputi Objek Pajak di UP2 Lokasi, maka Pemeriksaan atas Objek Pajak tersebut:
a) dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Lokasi sesuai ketentuan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan
dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, berdasarkan permintaan UP2
Domisili; atau
b) menjadi bagian dalam Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan yang meliputi seluruh jenis pajak.
5) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 4) huruf a dilakukan sesuai
dengan ketentuan mengenai Pemeriksaan Lokasi berdasarkan permintaan UP2
Domisili sebagaimana diatur dalam Kebijakan Pemeriksaan yang berlaku untuk jenis
pajak pusat lain.
6) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 4) huruf b dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Domisili berdasarkan ketentuan
mengenai Tata Cara Pemeriksaan Pajak;
b) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a) hanya dilakukan oleh UP2
Domisili yang wilayah kerjanya:
(1) seluruh Indonesia, yaitu Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan, UP2 di
lingkungan Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, dan UP2 di lingkungan Kanwil
DJP Jakarta Khusus; atau
(2) meliputi satu Kanwil DJP, yaitu KPP Madya;
c) UP2 Domisili harus menyampaikan pemberitahuan kepada UP2 Lokasi
mengenai dilakukannya Pemeriksaan Lokasi;
d) UP2 Domisili harus menyampaikan fotokopi LHP beserta Nota Penghitungan
kepada Kepala UP2 Lokasi paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal LHP.
7) Dalam hal tim Pemeriksa UP2 Domisili baik KPP Pratama atau KPP Madya yang
wilayah kerjanya tidak meliputi Objek Pajak yang diperiksa melakukan Pemeriksaan
di lokasi Objek Pajak, UP2 Lokasi menerbitkan surat tugas pendampingan
Pemeriksaan di lokasi Wajib Pajak terkait Pemeriksaan Objek Pajak apabila terdapat
permintaan pendampingan, dengan menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1.11 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.
-21-

p. Pembatalan Penugasan Pemeriksaan


1) Pembatalan penugasan Pemeriksaan dilakukan dengan alasan sebagai berikut:
a) terdapat kesalahan administrasi yang bersifat manusiawi (human error), seperti
kesalahan:
(1) identitas Objek Pajak;
(2) identitas Subjek Pajak atau Wajib Pajak;
(3) Tahun Pajak;
(4) kode Pemeriksaan;
(5) tujuan Pemeriksaan; dan/atau
(6) penunjukan UP2,
sepanjang SPHP belum disampaikan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak;
b) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB belum
dimulai dan Wajib Pajak mengajukan keberatan PBB atau upaya hukum;
c) berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
2) Pembatalan penugasan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1)
huruf b) dilaksanakan dalam hal pengajuan tersebut dilakukan sebelum
disampaikannya surat pemberitahuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
3) Pembatalan penugasan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
huruf a) dan huruf b) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Pembatalan penugasan Pemeriksaan dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak,
dalam hal instruksi Pemeriksaannya diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
b) Pembatalan penugasan Pemeriksaan dilakukan oleh Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan, dalam hal instruksi Pemeriksaannya diterbitkan oleh Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan;
c) Pembatalan penugasan Pemeriksaan dilakukan oleh Kepala Kanwil DJP, dalam
hal instruksi/penugasan/persetujuan Pemeriksaannya diterbitkan oleh Kepala
Kanwil DJP;
d) usul pembatalan penugasan Pemeriksaan oleh Kepala UP2 kepada Direktur
Jenderal Pajak, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, atau Kepala Kanwil DJP
dilakukan dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.12 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
e) Direktur Jenderal Pajak, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, atau Kepala
Kanwil DJP memberikan persetujuan atau penolakan atas usul pembatalan
penugasan Pemeriksaan dengan menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam:
-22-

(1) Lampiran 1.13, dalam hal usul pembatalan penugasan Pemeriksaan disetujui;
atau
(2) Lampiran 1.14, dalam hal usul pembatalan penugasan Pemeriksaan ditolak;
f) Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP selaku penerbit
instruksi/persetujuan/penugasan Pemeriksaan, dapat melakukan pembatalan
penugasan Pemeriksaan tanpa berdasarkan usulan dari Kepala UP2;
g) pembatalan penugasan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf f)
dilakukan dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.15 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
h) terhadap penugasan Pemeriksaan yang dibatalkan, tidak dibuatkan LHP Sumir.
4) Pembatalan penugasan Pemeriksaan berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal
Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf c) merupakan kewenangan
Direktur Jenderal Pajak yang dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) pembatalan dapat dilakukan sepanjang SKP PBB hasil Pemeriksaan belum
diterbitkan;
b) pembatalan dilakukan dengan menerbitkan surat Direktur Jenderal Pajak
mengenai pembatalan penugasan Pemeriksaan;
c) pembatalan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Direktur Jenderal Pajak memberikan perintah kepada Direktur Pemeriksaan
dan Penagihan untuk membatalkan penugasan Pemeriksaan;
(2) Direktur Pemeriksaan dan Penagihan membuat konsep surat Direktur
Jenderal Pajak tentang Pembatalan Penugasan Pemeriksaan dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.16 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran
ini;
(3) Direktur Jenderal Pajak menandatangani surat Direktur Jenderal Pajak
tentang Pembatalan Penugasan Pemeriksaan dan disampaikan kepada
Kepala UP2;
(4) terhadap penugasan Pemeriksaan yang dibatalkan, tidak dibuat LHP Sumir.
5) Dalam hal Pemeriksaan dilakukan berdasarkan permintaan UP2 Domisili namun
penugasan Pemeriksaannya dibatalkan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a) berdasarkan surat pemberitahuan pembatalan penugasan Pemeriksaan dari
UP2 Domisili, Kepala UP2 Lokasi mengajukan permohonan pembatalan
penugasan Pemeriksaan kepada Kepala Kanwil DJP atasannya sepanjang UP2
Lokasi belum:
-23-

(1) menyampaikan SPHP terkait dengan pembatalan Pemeriksaan pada angka


1) huruf a); atau
(2) menerbitkan SKP PBB terkait dengan pembatalan Pemeriksaan pada angka

1) huruf c) dalam Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban PBB,

dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam


Lampiran 1.17 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
b) surat permohonan pembatalan penugasan Pemeriksaan dari UP2 Lokasi
sebagaimana dimaksud pada huruf a), digunakan oleh Kepala Kanwil DJP
atasan UP2 Lokasi untuk melakukan pembatalan Nomor Pengawasan
Pemeriksaan dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 1.18 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.

6) Dalam hal Pemeriksaan Lokasi dibatalkan penugasannya karena Objek Pajak tidak
terdaftar di wilayah kerja UP2 Lokasi dimaksud atau sudah diterbitkan SKP PBB
melalui Pemeriksaan oleh UP2 Lokasi atau melalui Penelitian PBB oleh KPP yang
mengadministrasikan Objek Pajak, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
a) Kepala UP2 Lokasi mengirimkan surat pemberitahuan kepada Kepala UP2

Domisili yang menyatakan bahwa UP2 Lokasi tidak dapat melakukan


Pemeriksaan Lokasi dengan menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1.19 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Surat Edaran ini;
b) dalam hal terhadap Objek Pajak sudah diterbitkan SKP PBB melalui

Pemeriksaan atau Penelitian PBB, maka bersamaan dengan surat


pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilampirkan dengan
fotokopi LHP Lokasi atau Laporan Hasil Penelitian PBB;
c) dalam hal UP2 Domisili menyampaikan surat pembatalan penugasan

Pemeriksaan kepada Kepala UP2 Lokasi, Kepala UP2 Lokasi mengajukan


permohonan pembatalan penugasan Pemeriksaan kepada Kepala Kanwil DJP
atasannya dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.17 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
dan
d) surat permohonan pembatalan penugasan Pemeriksaan dari UP2 Lokasi

sebagaimana dimaksud pada huruf c), digunakan oleh Kepala Kanwil DJP
atasan UP2 Lokasi untuk melakukan pembatalan Nomor Pengawasan
Pemeriksaan dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 1.18 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.
-24-

7) Dalam hal dilakukan pembatalan penugasan Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan


Pemeriksaan telah disampaikan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, Kepala UP2
memberitahukan pembatalan penugasan Pemeriksaan tersebut kepada Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dengan menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1.20 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.
q. Pembatalan Hasil Pemeriksaan
1) Pembatalan SKP PBB dari hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud Pasal 55
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan ditindaklanjuti dengan
pembatalan LHP dan nota penghitungan.
2) Pembatalan SKP PBB dari hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud angka 1)
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3) Pembatalan LHP dan Nota Penghitungan diatur sebagai berikut:
a) berdasarkan keputusan pembatalan SKP PBB, Kepala UP2 membuat surat
keputusan pelaksanaan surat keputusan pembatalan SKP PBB untuk
membatalkan LHP dan nota penghitungan;
b) Kepala Seksi Pemeriksaan membuat berita acara pembatalan LHP dan Nota
Penghitungan dan disampaikan kepada:
(1) Direktorat Teknologi dan lnformasi Perpajakan;
(2) Kanwil DJP atasan UP2; dan
(3) Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi,
untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Terhadap Pemeriksaan yang SKP PBB-nya dibatalkan sebagaimana dimaksud pada
angka 2), ditindaklanjuti dengan menyampaikan SPHP dan/atau melakukan PAHP
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada angka 4) dilakukan selambat-lambatnya
10 (sepuluh) hari kerja setelah Surat Keputusan Pelaksanaan Keputusan
Pembatalan SKP PBB diterbitkan.
6) Jangka waktu Pemeriksaan yang dilanjutkan sebagaimana dimaksud pada angka 4)
berlaku ketentuan jangka waktu PAHP dan pelaporan sebagaimana dimaksud
Pasal 15 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang
Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
7) Berdasarkan hasil Pemeriksaan yang dilanjutkan sebagaimana dimaksud pada

angka 4), dilakukan prosedur pembuatan nota penghitungan sebagaimana dimaksud


dalam huruf n angka 3).
-25-

8) Dalam hal susunan tim Pemeriksa untuk melanjutkan Pemeriksaan berbeda dengan
susunan tim Pemeriksa sebelumnya, Pemeriksaan dilanjutkan setelah diterbitkan
SP2 Perubahan kepada Pemeriksa yang ditunjuk.
r. Tim Quality Assurance Pemeriksaan
1) Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan merupakan tim yang sama sebagaimana diatur dalam
Kebijakan Pemeriksaan yang berlaku untuk jenis pajak pusat lain.
2) Fungsional Penilai di Kanwil DJP dapat ditunjuk menjadi Anggota Tim Quality
Assurance Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kebijakan Umum
1) Pemeriksaan Khusus merupakan Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Objek
Pajak berdasarkan Analisis Risiko.
2) Pemeriksaan Khusus dilakukan dengan kriteria:
a) terdapat indikasi jumlah PBB yang terutang berdasarkan Analisis Risiko lebih
besar dari pada jumlah PBB yang terutang berdasarkan SPOP yang
disampaikan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan;
b) Penelitian PBB dihentikan dan diusulkan menjadi Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan; atau
c) terdapat data baru yang belum dan/atau tidak diungkap Subjek Pajak atau Wajib
Pajak dalam Pemeriksaan atau Penelitian PBB sebelumnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan.
3) Analisis Risiko dibuat dengan mempertimbangkan profil Objek Pajak, Subjek Pajak
atau Wajib Pajak dan/atau data internal lainnya serta memanfaatkan data eksternal
baik secara manual maupun berdasarkan kriteria seleksi berbasis risiko secara
komputerisasi.
b. Alasan Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus dilakukan dengan alasan:
1) Persetujuan Kepala Kanwil DJP
Pemeriksaan Khusus dengan persetujuan Kepala Kanwil DJP dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
-26-

a) bersifat bottom-up, yaitu usulan dari UP2 kepada Kepala Kanwil DJP;
b) didasarkan pada Analisis Risiko dengan menggunakan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.21 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini;
c) merupakan Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam huruf a
angka 2) huruf b); dan
d) merupakan Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
huruf a angka 2) huruf a) dan huruf c), dalam hal tidak terdapat instruksi
Pemeriksaan Khusus dari Kepala Kanwil DJP atau Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan.
2) Instruksi Kepala Kanwil DJP
Pemeriksaan Khusus berdasarkan Instruksi Kepala Kanwil DJP dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) bersifat top-down, yaitu tanpa adanya usulan dari UP2;
b) didasarkan pada:
(1) Analisis Risiko yang dibuat oleh Kepala Kanwil DJP secara manual; atau
(2) hasil pengembangan dan analisis atas informasi, data, laporan, dan
pengaduan (IDLP) yang dilakukan oleh Kepala Kanwil DJP yang
ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Khusus; dan
c) merupakan Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
huruf a angka 2) huruf a) dan huruf c) sepanjang UP2 belum melakukan usulan
Pemeriksaan Khusus dan belum ada instruksi Pemeriksaan Khusus dari Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan.
3) Instruksi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
Pemeriksaan Khusus berdasarkan Instruksi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) bersifat top-down, yaitu tanpa adanya usulan dari UP2;
b) didasarkan pada:
(1) Analisis Risiko yang dibuat oleh Direktur Pemeriksaan dan Penagihan secara
manual;
(2) hasil pengembangan dan analisis atas informasi, data, laporan, dan
pengaduan (IDLP) yang dilakukan oleh Direktur Intelijen dan Penyidikan
yang direkomendasikan untuk dilakukan Pemeriksaan Khusus; atau
(3) kriteria seleksi berbasis risiko secara komputerisasi (computerized risk-based
selection); dan
-27-

c) merupakan Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam


huruf a angka 2) huruf a) dan huruf c) sepanjang UP2 belum melakukan usulan
Pemeriksaan Khusus dan belum ada instruksi Pemeriksaan Khusus dari Kepala
Kanwil DJP.
c. Petunjuk Pelaksanaan Usul Pemeriksaan Khusus Bottom-Up
1) Usul Pemeriksaan Khusus dibuat dengan menggunakan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.22 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini, dan didasarkan pada Analisis Risiko yang
menunjukkan potensi penerimaan PBB.
2) Analisis Risiko dibuat oleh:
a) Account Representative dengan disetujui oleh Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi atasannya secara manual;
b) Tim Pemeriksa;
c) Fungsional Penilai, Petugas Penilai, Pelaksana Seksi Ekstensifikasi dan
Penyuluhan, atau Pelaksana lain, dengan disetujui oleh Kepala Seksi
Ekstensifikasi dan Penyuluhan secara manual,
untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala UP2.
3) Kepala UP2 selanjutnya menugaskan Kepala Seksi Pemeriksaan membuat Nota
Dinas tentang Pembentukan Tim Pembahas Analisis Risiko.
4) Tim Pembahas Analisis Risiko membahas dan menentukan kelayakan Analisis
Risiko untuk diusulkan Pemeriksaan Khusus.
5) Tim Pembahas Analisis Risiko diketuai oleh Kepala Seksi Pemeriksaan dengan
beranggotakan:
a) pengusul Pemeriksaan Khusus yang membuat Analisis Risiko;
b) Account Representative dan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang
memiliki wewenang terhadap Subjek Pajak atau Wajib Pajak atas Objek Pajak
yang diusulkan Pemeriksaan Khusus, dalam hal usul Pemeriksaan Khusus
bukan berasal dari Account Representative;
c) Fungsional Penilai, Petugas Penilai, atau Pelaksana Seksi Ekstensifikasi dan
Penyuluhan, dalam hal usul Pemeriksaan Khusus bukan berasal dari Fungsional
Penilai, Petugas Penilai, atau Pelaksana Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan;
d) Fungsional Pemeriksa, dalam hal usul Pemeriksaan Khusus bukan berasal dari
Fungsional Pemeriksa.
6) Fungsional Pemeriksa, Account Representative, Fungsional Penilai, Petugas Penilai,
Pelaksana Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, atau Pelaksana lain yang menjadi
anggota Tim Pembahas Analisis Risiko dipertimbangkan menjadi bagian dari tim
Pemeriksa yang akan melakukan Pemeriksaan Khusus terhadap Objek Pajak yang
diusulkan Pemeriksaan Khusus.
-28-

7) Dalam hal pengusul Pemeriksaan Khusus berasal dari tim Pemeriksa, Objek Pajak
yang diusulkan Pemeriksaan Khusus merupakan Objek Pajak yang memiliki
keterkaitan dengan Objek Pajak dan/atau Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
sedang atau sudah diperiksa oleh tim Pemeriksa pengusul.
8) Hasil pembahasan oleh Tim Pembahas Analisis Risiko dituangkan dalam Risalah
Hasil Pembahasan Analisis Risiko yang ditandatangani oleh Tim Pembahas Analisis
Risiko dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.23 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
9) Hasil pembahasan oleh Tim Pembahas Analisis Risiko ditindaklanjuti sebagai
berikut:
a) dalam hal usulan Analisis Risiko disetujui, usulan Pemeriksaan Khusus
disampaikan kepada Kepala Kanwil DJP dan dilampiri dengan Risalah Hasil
Pembahasan Analisis Risiko;
b) dalam hal usulan Analisis Risiko tidak disetujui, Account Representative, tim
Pemeriksa, atau Fungsional Penilai, Petugas Penilai, atau Pelaksana Seksi
Ekstensifikasi dan Penyuluhan dapat mengusulkan kembali Analisis Risiko
tersebut dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari Tim Pembahas
Analisis Risiko; atau
c) dalam hal terdapat indikasi tindak pidana perpajakan maka Analisis Risiko dan
Risalah Hasil Pembahasan Analisis Risiko disampaikan kepada Kepala Kanwil
DJP untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10) Dalam hal UP2 Lokasi mengusulkan Pemeriksaan Khusus, Kepala UP2 Lokasi
harus mengirimkan fotokopi data dan/atau informasi yang menjadi dasar usulan
Pemeriksaan Khusus tersebut kepada Kepala UP2 Domisili.
11) Dalam hal UP2 Domisili menerima data dan/atau informasi dari UP2 Lokasi
sebagaimana dimaksud pada angka 10), berlaku ketentuan sebagaimana diatur
dalam Kebijakan Pemeriksaan yang berlaku untuk jenis pajak pusat lain.
12) Administrasi terkait usulan Pemeriksaan Khusus, termasuk Analisis Risiko dan
Risalah Hasil Pembahasan Analisis Risiko dilakukan oleh Seksi Pemeriksaan.
d. Petunjuk Pelaksanaan Persetujuan Pemeriksaan Khusus Bottom-Up
1) Pemeriksaan Khusus Bottom-Up dilaksanakan berdasarkan usulan dari Kepala UP2
yang telah disetujui oleh Kepala Kanwil DJP atasannya.
2) Sebelum memberikan persetujuan, Kepala Kanwil DJP melakukan penelaahan,
evaluasi, dan seleksi atas usulan Pemeriksaan Khusus terutama menyangkut hal-hal
sebagai berikut:
a) penelaahan atas persyaratan formal usulan Pemeriksaan seperti:
(1) ada atau tidaknya dokumen Analisis Risiko yang menunjukkan potensi PBB;
(2) ada atau tidaknya dokumen Risalah Hasil Pembahasan Analisis Risiko; dan
-29-

(3) kesesuaian kode Pemeriksaan dengan kriteria Pemeriksaan dan alasan


Pemeriksaan;
b) evaluasi terhadap potensi penerimaan yang ada dalam Analisis Risiko;
c) penelaahan atas history Pemeriksaan; dan
d) penelaahan terhadap hal-hal lainnya yang terdapat dalam Analisis Risiko.
3) Hasil penelaahan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada angka 2) dituangkan
dalam Lembar Hasil Penelaahan dan Evaluasi Analisis Risiko dengan menggunakan
contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.24 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
4) Berdasarkan hasil penelaahan dan evaluasi pada angka 2), Kepala Kanwil DJP
menentukan apakah usulan Pemeriksaan Khusus disetujui atau ditolak.
5) Persetujuan atas usulan Pemeriksaan Khusus diterbitkan dengan menggunakan
contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.25 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
6) Penolakan atas usulan Pemeriksaan Khusus diterbitkan dengan menggunakan
contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.26 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
e. Petunjuk Pelaksanaan Instruksi Pemeriksaan Khusus Top-Down
1) lnstruksi Pemeriksaan Khusus dapat diterbitkan oleh Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan atau Kepala Kanwil DJP.
2) Instruksi Pemeriksaan Khusus yang dibuat oleh Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan diterbitkan berdasarkan:
a) Analisis Risiko secara manual dari:
(1) usulan Kepala Subdirektorat di Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan;
(2) usulan Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian; atau
(3) instruksi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan; atau
b) hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data, laporan, dan pengaduan
(IDLP) yang dilakukan oleh Direktur Intelijen dan Penyidikan yang ditindakianjuti
dengan Pemeriksaan Khusus; atau
c) kriteria seleksi berbasis risiko secara komputerisasi.
3) lnstruksi Pemeriksaan Khusus yang dibuat oleh Kanwil DJP diterbitkan berdasarkan:
a) analisis risiko secara manual yang dibuat oleh:
(1) Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan;
(2) Kepala Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan; atau
(3) Kepala Pendaftaran, Ekstensifikasi, dan Penilaian; atau
b) hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data, laporan, dan pengaduan
(IDLP) yang dilakukan oleh Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen,
dan Penyidikan.
-30-

4) Instruksi Pemeriksaan Khusus dari Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau


Kepala Kanwil DJP berdasarkan:
a) Analisis Risiko yang dibuat secara manual; atau
b) hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data, laporan, dan pengaduan
(IDLP) yang ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Khusus,
dilakukan dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.27 dan Lampiran 1.28 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Surat Edaran ini.
5) Instruksi Pemeriksaan Khusus dari Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
berdasarkan kriteria seleksi berbasis risiko secara komputerisasi (computerized risk-
based selection) dilakukan dengan menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1.29 dan Lampiran 1.30 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini.
3. Pemeriksaan Rutin
a. Kebijakan Umum
1) Pemeriksaan Rutin merupakan Pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam hal Subjek
Pajak atau Wajib Pajak tidak menyampaikan SPOP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Dalam rangka Pemeriksaan Rutin, Kepala UP2 melalui Kepala Seksi Pemeriksaan
membuat daftar persediaan Objek Pajak yang akan dilakukan Pemeriksaan Rutin
dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.31
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini dan memutakhirkan
daftar tersebut setiap awal bulan berikutnya.
3) Daftar persediaan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 2) adalah daftar
Objek Pajak yang Subjek Pajak atau Wajib Pajaknya tidak mengembalikan SPOP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan dan tidak terdapat keterangan lain atas Objek Pajak tersebut.
b. Alasan Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan Rutin dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Rutin dilakukan dengan ruang lingkup untuk 1 (satu) atau beberapa
Tahun Pajak, baik Tahun Pajak berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya.
2) Dalam hal Objek Pajak yang diperiksa mencakup lebih dari 1 (satu) Tahun Pajak,
maka SP2 yang diterbitkan adalah 1 (satu) SP2 untuk tiap-tiap Tahun Pajak.
-31-

c. Petunjuk Pelaksanaan Pengusulan Pemeriksaan Rutin


1) Pemeriksaan Rutin diusulkan oleh Kepala UP2 kepada Kepala Kanwil DJP
atasannya.
2) Pengusulan Pemeriksaan Rutin dilakukan dengan menggunakan daftar nominatif
Objek Pajak yang akan diperiksa, yang dibuat dengan menggunakan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.32 dan Lampiran 1.33 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
3) Daftar nominatif Objek Pajak yang akan diperiksa sebagaimana dimaksud pada
angka 2) dibuat berdasarkan daftar persediaan Objek Pajak yang akan dilakukan
Pemeriksaan Rutin sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) dan tidak
terdapat keterangan lain.
4) Dalam hal ruang lingkup Pemeriksaan terhadap Objek Pajak yang diusulkan
melebihi 1 (satu) Tahun Pajak, maka usulan tersebut harus diperinci per Tahun
Pajak.
d. Petunjuk Pelaksanaan Penugasan Pemeriksaan Rutin
1) Penugasan Pemeriksaan Rutin merupakan kewenangan Kepala Kanwil DJP
berdasarkan usulan dari Kepala UP2.
2) Berdasarkan daftar nominatif Objek Pajak yang akan diperiksa dari Kepala UP2,
Kepala Kanwil DJP menyampaikan Surat Penugasan/Penolakan Pemeriksaan Rutin
kepada Kepala UP2 pengusul disertai daftar Objek Pajak yang disetujui atau ditolak
untuk dilakukan Pemeriksaan Rutin, baik seluruhnya atau sebagian, dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.34 dan
Lampiran 1.35 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
3) Surat Penugasan Pemeriksaan Rutin atau Surat Penolakan Pemeriksaan Rutin
harus dikirimkan oleh Kepala Kanwil DJP paling lambat 15 (lima betas) hari kerja
setelah tanggal diterimanya Daftar nominatif Objek Pajak yang akan diperiksa dari
Kepala UP2.
4. Pemeriksaan yang Ditangguhkan Karena Bukti Permulaan
Dalam hal Pemeriksaan diusulkan menjadi Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka,
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan yang dapat diusulkan menjadi Pemeriksaan Bukti Permulaan secara
terbuka hanya Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB.
-32-

b. Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka disampaikan setelah tim


Pemeriksa meyakini bahwa Subjek Pajak atau Wajib Pajak diduga telah melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
c. Dugaan sebagaimana dimaksud pada huruf b, dituangkan dalam laporan pendahuluan
dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.36 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
d. Indikasi tindak pidana di bidang perpajakan dan dugaan kerugian Negara dalam laporan
pendahuluan sebagaimana dimaksud pada huruf c, bukan merupakan nilai mutlak atas
tindak pidana yang dilakukan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, sehingga perlu dilakukan
pengembangan dan analisis lebih lanjut oleh unit yang menerima usulan Pemeriksaan
Bukti Permulaan.
e. Dalam hal usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka disetujui atau
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup ditindaklanjuti dengan penyidikan, tim
Pemeriksa harus membuat laporan kemajuan pemeriksaan yang ditangguhkan dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.37 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
f. Laporan kemajuan pemeriksaan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud
huruf e diselesaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal persetujuan usulan
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka atau tanggal diterimanya surat
pemberitahuan penyidikan oleh Pemeriksa.
g. Fotokopi berita acara penyerahan dokumen dari tim Pemeriksa kepada Subjek Pajak
atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 60 ayat (6) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan diserahkan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal berita acara dengan menggunakan contoh
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.38 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Surat Edaran ini.
5. Nomor Pengawasan Pemeriksaan (NP2) dan Kode Pemeriksaan
a. NP2
1) NP2 adalah nomor yang dihasilkan oleh SIDJP secara otomatis;
2) NP2 berfungsi sebagai sarana untuk melakukan pengawasan administrasi
Pemeriksaan.
3) Untuk kepentingan pengawasan Pemeriksaan, setiap SP2 harus memiliki NP2.
-33-

4) NP2 terdiri atas 21 (dua puluh satu) digit yang terbagi dalam 5 (lima) bagian dengan
struktur sebagai berikut:
XXX 000 BBTT 00000 000000
a) b) c) d) e)

a) 3 (tiga) digit pertama adalah kode unit yang memberikan


persetujuan/instruksi/penugasan Pemeriksaan, yakni Kantor Pusat (kode "000")
atau Kantor Wilayah (kode mengikuti Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak);
b) 3 (tiga) digit kedua adalah kode UP2 yang diberikan secara komputerisasi oleh
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak;
c) 4 (tiga) digit ketiga terdiri atas 2 (dua) digit bulan dan 2 (dua) tahun
diterbitkannya Nomor Pengawasan Pemeriksaan;
d) 5 (lima) digit keempat adalah kode Pemeriksaan;
e) 6 (enam) digit terakhir adalah nomor urut dari Nomor Pengawasan Pemeriksaan
yang muncul secara berurutan.
b. Daftar Kode Pemeriksaan
1) Setiap usulan Pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan kriteria Pemeriksaan dan
alasan Pemeriksaan yang sesuai dan dikonversi ke dalam bentuk Kode
Pemeriksaan.
2) Kode Pemeriksaan mencerminkan alasan dan sequence dilakukannya Pemeriksaan
dan harus dicantumkan dalam setiap penugasan/persetujuan/instruksi Pemeriksaan.
3) Struktur Kode Pemeriksaan terdiri atas 5 (lima) digit yang dikelompokkan sebagai
berikut:
a) Digit pertama menunjukkan Jenis Pajak;
b) Digit kedua menunjukkan Kriteria/Ruang Lingkup Pemeriksaan;
c) Digit ketiga menunjukkan Alasan Pemeriksaan;
d) Digit keempat menunjukkan Jenis Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang diperiksa;
e) Digit kelima menunjukkan sequence dilakukannya Pemeriksaan.
4) Digit pertama menunjukkan Jenis Pajak, diberi kode B untuk Jenis Pajak PBB.
5) Digit kedua menunjukkan Ruang Lingkup/Kriteria Pemeriksaan, terdiri atas:
a) Angka 1 menunjukkan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban PBB dengan Kriteria Pemeriksaan Rutin;
b) Angka 2 menunjukkan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban PBB dengan Kriteria Pemeriksaan Khusus berdasarkan analisis risiko
secara manual;
-34-

c) Angka 3 menunjukkan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban PBB dengan Kriteria Pemeriksaan Khusus berdasarkan analisis risiko
secara komputerisasi;
d) Angka 4 menunjukkan Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan PBB.
6) Digit ketiga menunjukkan Alasan Pemeriksaan, meliputi:
a) Jika Ruang Lingkup/Kriteria Pemeriksaan (digit kedua Kode Pemeriksaan)
adalah Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB
dengan Kriteria Pemeriksaan Rutin (berupa angka 1 pada digit kedua Kode
Pemeriksaan), maka digit ketiga Kode Pemeriksaan adalah angka 1 untuk
alasan Pemeriksaan Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak menyampaikan SPOP.
b) Jika Ruang Lingkup/Kriteria Pemeriksaan (digit kedua Kode Pemeriksaan)
adalah Pemeriksaan Khusus berdasarkan analisis risiko secara manual
(berupa angka 2 pada digit kedua Kode Pemeriksaan), maka digit ketiga Kode
Pemeriksaan adalah:
(1) Angka 1 menunjukkan terdapat indikasi jumlah PBB yang terutang
berdasarkan Analisis Risiko lebih besar dari pada jumlah PBB yang terutang
berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak
(bottom-up);
(2) Angka 2 menunjukkan Penelitian PBB dihentikan dan diusulkan menjadi
Pemeriksaan (bottom-up);
(3) Angka 3 menunjukkan terdapat data baru yang belum dan/atau tidak
diungkap Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam Pemeriksaan atau Penelitian
PBB sebelumnya (bottom-up);
(4) Angka 4 menunjukkan terdapat indikasi jumlah PBB yang terutang
berdasarkan Analisis Risiko lebih besar dari pada jumlah PBB yang terutang
berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak
(top-down);
(5) Angka 5 menunjukkan terdapat data baru yang belum dan/atau tidak
diungkap Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam Pemeriksaan atau Penelitian
PBB sebelumnya (top-down);
c) Jika Ruang Lingkup/Kriteria Pemeriksaan (digit kedua Kode Pemeriksaan)
adalah Pemeriksaan Khusus berdasarkan analisis risiko secara komputerisasi
(berupa angka 3 pada digit kedua Kode Pemeriksaan), maka digit ketiga Kode
Pemeriksaan adalah:
-35-

(1) Angka 1 menunjukkan Objek Pajak Sektor Pertambangan untuk


Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi atas Tubuh Bumi dan
Permukaan Bumi Offshore;
(2) Angka 2 menunjukkan Objek Pajak Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan,
Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Panas Bumi dan Pertambangan
Mineral dan Batubara, serta Sektor Pertambangan untuk Pertambangan
Minyak Bumi dan Gas Bumi atas Permukaan Bumi Onshore;
d) Jika Ruang Lingkup/Kriteria Pemeriksaan (digit kedua Kode Pemeriksaan)
adalah untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan PBB (berupa angka 4 pada digit kedua Kode
Pemeriksaan), maka digit ketiga Kode Pemeriksaan adalah:
(1) Angka 1 menunjukkan Wajib Pajak mengajukan Keberatan PBB;
(2) Angka 2 menunjukkan penagihan PBB.
7) Digit keempat menunjukkan Jenis Subjek Pajak atau Wajib Pajak, terdiri atas:
(1) Angka 1 menunjukkan Orang Pribadi;
(2) Angka 2 menunjukkan Badan.
8) Digit kelima menunjukkan sequence Pemeriksaan yang dimulai dari angka 1
(Pemeriksaan pertama), angka 2 (Pemeriksaan kedua), dan seterusnya.
9) Berdasarkan struktur tersebut di atas, Kode Pemeriksaan untuk masing-masing
kriteria dan jenis pemeriksaan ditentukan sebagai berikut:
a) Kode Pemeriksaan Khusus berdasarkan Analisis Risiko Secara Manual:

Kategori Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
No Kriteria Pemeriksaan Sequence
Orang
Badan
Pribadi
A Bottom-up
1 terdapat indikasi jumlah PBB yang B211 B212 1
terutang berdasarkan Analisis
Risiko lebih besar dari pada jumlah
PBB yang terutang berdasarkan
SPOP yang disampaikan oleh
Subjek Pajak atau Wajib Pajak

2 Penelitian PBB dihentikan dan B221 B222 1


diusulkan menjadi Pemeriksaan
-36-

3 terdapat data baru yang belum B231 8232 1/2/d st


dan/atau tidak diungkap Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dalam
Pemeriksaan atau Penelitian PBB
sebelumnya

B Top-down
1 terdapat indikasi jumlah PBB yang B241 B242 1
terutang berdasarkan Analisis
Risiko lebih besar dari pada jumlah
PBB yang terutang berdasarkan
SPOP yang disampaikan oleh
Subjek Pajak atau Wajib Pajak

2 terdapat data baru yang belum B251 8252 1/2/dst


dan/atau tidak diungkap Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dalam
Pemeriksaan atau Penelitian PBB
sebelumnya

b) Kode Pemeriksaan Khusus berdasarkan Analisis Risiko Secara Komputerisasi:

Kategori Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
Kriteria Pemeriksaan Sequence
Orang
Badan
Pribadi
Tubuh Bumi dan Permukaan Bumi B311 B312 1/2/dst
Offshore Minyak Bumi dan Gas Bumi

Permukaan Bumi Onshore Minyak Bumi B321 B322 1/2/dst


dan Gas Bumi dan Objek Pajak selain
Minyak Bumi dan Gas Bumi
- 37 -

c) Kode Pemeriksaan Rutin:

Kategori Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
Kriteria Pemeriksaan Sequence
Orang
Badan
Pribadi
Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak B111 B112 1
menyampaikan SPOP

d) Kode Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain

Kategori Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
No Kriteria Pemeriksaan Sequence
Orang
Badan
Pribadi
1 Wajib Pajak mengajukan B411 B412 1/2/dst
keberatan PBB

2 penagihan PBB B421 8422 1/2/dst

6. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain


a. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka Penyelesaian Keberatan PBB
Pemeriksaan dalam rangka penyelesaian keberatan PBB dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) dilakukan terbatas pada hal-hal atau materi sengketa yang diminta oleh unit yang
memproses penyelesaian keberatan PBB yang diajukan Wajib Pajak;
2) UP2 yang melakukan Pemeriksaan dalam rangka penyelesaian keberatan PBB
adalah Kanwil DJP;
3) instruksi Pemeriksaan untuk tujuan lain diterbitkan oleh Kepala Kanwil DJP
berdasarkan permintaan dari Kepala Bidang Keberatan dan Banding, atau Kepala
Bidang Keberatan, Banding, dan Pengurangan pada Kanwil DJP;
4) permintaan Pemeriksaan dalam rangka penyelesaian keberatan PBB harus
disampaikan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jatuh tempo
penyelesaian keberatan PBB dengan menggunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 1.39 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini;
-38-

5) hasil Pemeriksaan dituangkan dalam LHP dan harus mengungkapkan pendapat tim
Pemeriksa tentang hal-hal atau materi sengketa yang diminta oleh unit yang
memproses keberatan PBB;
6) LHP dikirim kepada pihak yang meminta untuk dilakukan Pemeriksaan dalam rangka
keberatan PBB paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya jatuh tempo
penyelesaian keberatan PBB; dan
7) hasil Pemeriksaan bersifat sebagai bahan pembanding (second opinion) atau bahan
pertimbangan dan tidak mengikat Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Wajib Pajak.
b. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka Penagihan PBB
Pemeriksaan dalam rangka penagihan PBB dilakukan sesuai dengan ketentuan
mengenai Kebijakan Pemeriksaan yang berlaku untuk jenis pajak pusat lain.

F. Kebijakan Penelitian PBB


1. Kebijakan Umum Penelitian PBB
a. Ruang Lingkup Penelitian PBB
1) Ruang lingkup Penelitian PBB meliputi 1 (satu) atau beberapa Tahun Pajak baik
Tahun Pajak berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya dalam rangka:
a) penerbitan SKP PBB berdasarkan keterangan lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor
256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi
dan Bangunan, dan
b) penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB yang
diajukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf b
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Ruang lingkup Penelitian PBB mencakup data, keterangan, dan/atau bukti yang
digunakan sebagai dasar dalam melakukan Penelitian PBB.
b. Penelitian PBB dilaksanakan oleh 1 (satu) Petugas Peneliti PBB atau beberapa Petugas
Peneliti PBB dalam suatu tim Peneliti PBB, di KPP tempat Objek Pajak
diadministrasikan.
c. Petugas Peneliti PBB sebagaimana dimaksud pada huruf b meliputi:
1) Fungsional Penilai;
2) Petugas Penilai sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang berlaku;
3) Account Representative; dan/atau
4) Pelaksana lain yang dianggap mampu untuk melaksanakan Penelitian PBB,
berdasarkan Surat Tugas Penelitian PBB yang diterbitkan oleh Kepala KPP.
-39-

d. Pengadministrasian surat atau dokumen dalam kegiatan Penelitian PBB dilakukan oleh
Seksi terkait pada KPP yang mengadministrasikan Objek Pajak.
e. Seksi terkait sebagaimana dimaksud pada huruf d, adalah:
1) Seksi Pengawasan dan Konsultasi, dalam hal Penelitian PBB dilakukan oleh:
a) Account Representative; atau
b) tim Peneliti PBB yang didalamnya terdapat Account Representative;
2) Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, dalam hal Penelitian PBB dilakukan oleh:
a) Fungsional Penilai, Petugas Penilai, atau Pelaksana lain yang dianggap mampu
untuk melaksanakan Penelitian PBB; atau
b) tim Peneliti PBB yang susunan keanggotaannya terdiri dari Fungsional Penilai,
Petugas Penilai, dan/atau Pelaksana lain yang dianggap mampu untuk
melaksanakan Penelitian PBB.
2. Usulan dan Penugasan Penelitian PBB
a. Usulan dan Penugasan Penelitian PBB dalam rangka menerbitkan SKP PBB dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Berdasarkan keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Kepala Seksi terkait mengusulkan Petugas
Peneliti PBB dalam rangka menerbitkan SKP PBB kepada Kepala KPP.
2) Kepala KPP menerbitkan Surat Tugas Penelitian PBB dalam rangka menerbitkan
SKP PBB dengan mempertimbangkan usulan Kepala seksi terkait.
3) Berdasarkan Surat Tugas Penelitian PBB sebagaimana dimaksud pada angka 2),
Kepala Seksi terkait melakukan input Nomor Pengawasan Penelitian PBB ke dalam
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak.
4) Dalam hal Objek Pajak yang akan dilakukan Penelitian PBB diadministrasikan
dan/atau berada pada wilayah kerja 2 (dua) KPP atau lebih dan Objek Pajak
tersebut dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh satu Subjek Pajak atau Wajib
Pajak yang sama, Penelitian PBB dapat dilakukan secara bersamaan melalui
koordinasi antar KPP dalam pelaksanaan kewenangan dan kewajiban dalam proses
Penelitian PBB.
b. Usulan dan Penugasan Penelitian PBB dalam rangka penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PBB, dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Berdasarkan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB dari Wajib
Pajak, Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi mengusulkan Petugas Peneliti
PBB dalam rangka penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
PBB.
-40-

2) Kepala KPP menerbitkan Surat Tugas Penelitian PBB dalam rangka penyelesaian
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB berdasarkan usulan Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
c. Penelitian PBB dalam rangka menerbitkan SKP PBB atau penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PBB, dilaksanakan berdasarkan Surat Tugas
Penelitian PBB yang berbeda.
3. Petunjuk Pelaksanaan Penelitian PBB
a. Berdasarkan penugasan Penelitian PBB sebagaimana dimaksud dalam angka 2,
Petugas Peneliti PBB menyampaikan surat pemberitahuan Penelitian PBB kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang
telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak diterbitkannya Surat Tugas Penelitian PBB.
b. Petugas Peneliti PBB dapat melakukan Peninjauan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 73 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Panggilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014
tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, dan/atau
meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen yang diperlukan dalam Penelitian PBB.
c. Peninjauan dalam rangka Penelitian PBB dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Berdasarkan Surat Tugas Peninjauan dalam rangka Penelitian PBB, Petugas
Peneliti PBB menyampaikan surat pemberitahuan Peninjauan dalam rangka
Penelitian PBB bersamaan dengan disampaikannya surat pemberitahuan Penelitian
PBB sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
2) Peninjauan dapat dilaksanakan sebanyak 1 (satu) atau beberapa kali berdasarkan
pertimbangan Petugas Peneliti PBB.
3) Data, keterangan, dan/atau bukti, yang diperoleh pada saat pelaksanaan
Peninjauan, dituangkan dalam berita acara Peninjauan dan dapat digunakan
sebagai dasar penghitungan PBB yang terutang.
4) Dalam hal diperlukan, Petugas Peneliti PBB dapat melakukan Panggilan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak setelah dilaksanakannya Peninjauan.
d. Panggilan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam rangka Penelitian PBB
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Petugas Peneliti PBB menyampaikan surat Panggilan dalam rangka Penelitian PBB
bersamaan dengan disampaikannya surat pemberitahuan Penelitian PBB
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
-41-

2) Surat Panggilan dalam rangka Penelitian PBB dilampiri dengan daftar dokumen
yang diperlukan dalam rangka melakukan penilaian Objek Pajak atau pengujian
kebenaran pembayaran PBB.
3) Dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota
keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak memenuhi
Panggilan dan melengkapi seluruh dokumen yang diperlukan sebagaimana
dimaksud pada angka 2), Petugas Peneliti PBB memuat keterangan tersebut dalam
berita acara hasil Panggilan.
4) Dalam hal diperlukan, Petugas Peneliti PBB dapat melakukan Peninjauan dalam
rangka Penelitian PBB sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
5) Data, keterangan, dan/atau bukti, yang diperoleh pada saat Subjek Pajak atau Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak memenuhi Panggilan, dituangkan dalam berita acara hasil
Panggilan dan dapat digunakan sebagai dasar penghitungan PBB yang terutang
atau pengujian kebenaran pembayaran PBB.
6) Panggilan dapat dilakukan 1 (satu) atau beberapa kali berdasarkan pertimbangan
Petugas Peneliti PBB dengan menyampaikan surat Panggilan baru.
e. Dalam hal diperlukan, Petugas Peneliti PBB dapat menyampaikan peminjaman buku,
catatan, dan/atau dokumen yang diperlukan dalam Penelitian PBB dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Peminjaman buku, catatan, dan/atau dokumen disampaikan secara tertulis kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib
Pajak.
2) Surat peminjaman buku, catatan, dan/atau dokumen tersebut dilampiri dengan daftar
dokumen yang diperlukan dalam rangka melakukan penilaian Objek Pajak atau
pengujian kebenaran pembayaran PBB.
3) Atas pemenuhan seluruh atau sebagian buku, catatan, dan/atau dokumen yang
disampaikan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak, Petugas Peneliti PBB membuat dan menyampaikan tanda
terima peminjaman dan pengembalian buku, catatan, dan/atau dokumen yang dibuat
dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 11.1
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
4) Tanda terima peminjaman dan pengembalian buku, catatan, dan/atau dokumen
sebagaimana dimaksud pada angka 3) dibuat 2 (dua) rangkap.
5) Rangkap pertama disampaikan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau
kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan rangkap kedua untuk Petugas
Peneliti PBB.
-42-

f. Surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB dan pembahasan akhir hasil Penelitian PBB
1) Penyampaian surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB dan pembahasan akhir
hasil Penelitian PBB wajib dilaksanakan dalam Penelitian PBB yang dilakukan dalam
hal terdapat keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Penyampaian surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB hanya dapat dilakukan
1 (satu) kali untuk setiap Surat Tugas Penelitian PBB.
3) Surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB dibuat 2 (dua) rangkap dan disampaikan
kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari Subjek Pajak atau
Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal surat
pemberitahuan hasil Penelitian PBB diterbitkan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dalam hal surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB disampaikan secara
langsung, surat pemberitahuan hasil penelitian PBB harus diisi, ditandatangani,
dan dibubuhkan cap (pembubuhan cap dilakukan dalam hal Penelitian PBB
terhadap Subjek Pajak atau Wajib Pajak badan) sebagaimana tercantum dalam
tanda penerimaan oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau kuasa, dari
Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
b) Rangkap pertama diserahkan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil atau
kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak, sedangkan rangkap yang kedua
untuk Petugas Peneliti PBB.
c) Tanggal penerimaan yang tertera pada surat pemberitahuan hasil Penelitian
PBB sebagaimana dimaksud pada huruf a), merupakan tanggal disampaikannya
surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB.
4) Surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB dan daftar temuan hasil Penelitian PBB
dibuat oleh Petugas Peneliti PBB dengan mengunakan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri Keuangan Nomor
256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan
Bangunan.
5) Tabel daftar temuan Penelitian PBB diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kolom "Uraian" diisi dengan jenis data yang digunakan dalam melakukan
penilaian Objek Pajak seperti luas tanah untuk tiap areal, luas tiap bangunan,
jumlah produksi, dan jenis data lainnya.
b) Kolom "Temuan Penelitian PBB" diisi dengan besaran data dan besarnya nilai
untuk tiap jenis data, sesuai isian dalam kolom "Uraian" sebagaimana dimaksud
pada huruf a).
-43-

c) Daftar temuan Penelitian PBB paling sedikit memuat jenis data temuan hasil
Penelitian PBB yang berbeda dengan data yang diisi oleh Subjek Pajak atau
Wajib Pajak dalam SPOP/LSPOP yang disampaikannya.
d) Apabila Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak menyampaikan SPOP/LSPOP,
maka seluruh data temuan hasil Penelitian PBB harus dimuat dalam tabel daftar
temuan hasil Penelitian PBB.
e) Baris terakhir tabel daftar temuan hasil Penelitian PBB harus diisi dengan
besaran/rupiah PBB yang terutang termasuk denda administrasinya,
berdasarkan data temuan Penelitian PBB.
6) Petugas Peneliti PBB dapat menerima atau menolak data, keterangan, dan/atau
bukti yang diberikan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak pada saat pembahasan akhir hasil Penelitian PBB dengan
memperhitungkan jangka waktu Penelitian PBB dan lamanya
penghitungan/penilaian yang akan dilakukan berdasarkan data, keterangan,
dan/atau bukti tersebut, dengan ketentuan:
a) Dalam hal Petugas Peneliti PBB menerima data, keterangan, dan/atau bukti,
Petugas Peneliti PBB membuat catatan dalam berita acara pembahasan akhir
hasil Penelitian PBB.
b) Dalam hal Petugas Peneliti PBB menolak data, keterangan, dan/atau bukti,
Petugas Peneliti PBB menyampaikan penolakan tersebut kepada Subjek Pajak
atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
7) Terhadap hasil penghitungan/atau penilaian berdasarkan data, keterangan, dan/atau
bukti yang disampaikan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, atau kuasa, dari
Subjek Pajak atau Wajib Pajak pada saat pembahasan akhir hasil Penelitian PBB,
tidak dilakukan prosedur penyampaian surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB
dan pembahasan akhir hasil Penelitian PBB.
Pelaporan Penelitian PBB
1) Berdasarkan Laporan Hasil Penelitian PBB berdasarkan keterangan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan, Petugas Peneliti PBB membuat nota penghitungan
sebagai dasar penerbitan SKP PBB, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) nota penghitungan harus dilampiri dengan formulir yang memuat data mengenai
Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak hasil temuan Pemeriksaan dan
Formulir Data Masukan (FDM);
b) nota penghitungan beserta lampirannya sebagaimana dimaksud pada huruf a)
dibuat 2 (dua) rangkap;
-44-

c) rangkap pertama disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah atasan KPP yang
melakukan Penelitian PBB untuk digunakan sebagai dasar penerbitan keputusan
menteri keuangan tentang penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar
penetapan PBB;
d) rangkap kedua disampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan
Informasi untuk ditindaklanjuti dengan perekaman data.
2) PBB yang terutang dalam SKP PBB sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus
berdasar pada hasil Penelitian PBB menurut Petugas Peneliti PBB dengan
mempertimbangkan hasil pembahasan akhir hasil Penelitian PBB tanpa
mempertimbangkan PBB terutang yang tidak disetujui oleh Subjek Pajak atau Wajib
Pajak, dan wajib dilunasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan PBB.
3) Dalam hal berdasarkan hasil Penelitian PBB:
a) tidak terdapat PBB yang terutang terkait SPOP yang tidak disampaikan oleh
Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) huruf a Undang-Undang PBB;
b) PBB yang terutang tidak lebih besar dari jumlah PBB yang dihitung berdasarkan
SPOP yang disampaikan Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b Undang-Undang PBB;
c) keterangan lain maupun data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh
Petugas Peneliti PBB tidak cukup dijadikan sebagai dasar penetapan PBB yang
terutang; atau
d) pada saat yang bersamaan dilakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan yang meliputi seluruh jenis pajak dan
Penelitian PBB ditingkatkan menjadi Pemeriksaan,
Petugas Peneliti PBB tetap membuat Laporan Hasil Penelitian PBB tanpa usul
penerbitan SKP PBB.
4) Berdasarkan Laporan Hasil Penelitian PBB atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf b
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, Petugas Peneliti PBB
membuat nota penghitungan sebagai dasar penerbitan Surat Keputusan Kelebihan
Pembayaran (SKKP) PBB.
5) Dalam hal berdasarkan hasil Penelitian PBB terhadap permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB tidak terdapat kelebihan pembayaran PBB, Petugas
Peneliti PBB harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Wajib Pajak
mengenai tidak adanya kelebihan pembayaran PBB tersebut dalam jangka waktu
paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal Laporan Hasil Penelitian PBB.
-45-

6) Pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 5) dibuat dengan


menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 11.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
7) Dalam hal Objek Pajak dan/atau Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak ditemukan,
Penelitian PBB dihentikan sampai dengan membuat Laporan Hasil Penelitian PBB,
dengan ketentuan bebagai berikut:
a) Dalam hal ditemukan Objek Pajak tetapi tidak ditemukan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa,
dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak dimaksud, paling kurang dibuktikan dengan
surat keterangan dari pejabat kelurahan/RT/RW setempat atau dari pengelola
tempat kedudukan Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
b) Dalam hal tidak ditemukan Objek Pajak dan Subjek Pajak atau Wajib Pajak,
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak, paling kurang dibuktikan dengan surat keterangan dari
pejabat kelurahan/RT/RW setempat atau dari pengelola tempat kedudukan
Subjek Pajak atau Wajib Pajak, atau dari instansi yang menerbitkan dokumen
perizinan atau sejenisnya atas Objek Pajak yang dilakukan Penelitian PBB.
c) Dalam hal ditemukan Subjek Pajak atau Wajib, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak namun
Subjek Pajak atau Wajib tidak lagi memiliki, menguasai, dan/atau memanfaatkan
Objek Pajak yang dilakukan Penelitian PBB, paling kurang dibuktikan dengan
dokumen perizinan, kontrak, dan/atau bentuk lainnya atas pemilikan,
penguasaan, dan/atau pemanfaatan Objek Pajak dan/atau surat pernyataan dari
Subjek Pajak atau Wajib Pajak tersebut.
8) Dalam hal berdasarkan hasil Penelitian PBB ditemukan data, keterangan, dan/atau
bukti yang terkait dengan Objek Pajak dan/atau Wajib Pajak lain, Petugas Peneliti
PBB menyampaikan data, keterangan, dan/atau bukti tersebut dalam bentuk Alat
Keterangan kepada KPP tempat Objek Pajak diadministrasikan dan/atau KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar.
h. Apabila dalam proses Penelitian PBB dalam rangka penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PBB, ditemukan data dan/informasi mengenai
kebenaran materi dalam SPPT, SKP PBB, atau Surat Tagihan Pajak (STP) PBB yang
mengakibatkan adanya potensi kekurangan pembayaran PBB, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
-46-

1) Berdasarkan Surat Tugas Penelitian PBB dalam rangka penyelesaian permohonan


pengembalian kelebihan pembayaran PBB, Petugas Peneliti PBB tetap melakukan
pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) huruf b Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan
Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
2) Pengujian dilakukan terhadap kebenaran pembayaran PBB Wajib Pajak dalam bukti
pembayaran yang diperoleh Petugas Peneliti PBB terhadap jumlah PBB yang
terutang sebagaimana tercantum dalam SPPT, SKP PBB, maupun STP PBB.
3) Pengujian sebagaimana dimaksud pada angka 2), dapat dilakukan dengan
melakukan pengecekan pembayaran PBB dalam aplikasi pembayaran, Modul
Penerimaan Negara, dan/atau ke tempat pembayaran PBB yang ditunjuk.
4) Pengujian yang dilakukan tidak terkait dengan kebenaran materi dari SPPT, SKP
PBB, maupun STP PBB.
5) Apabila dalam proses Penelitian PBB sebagaimana dimaksud pada angka 1),
ditemukan data dan/atau informasi mengenai materi dalam SPPT, SKP PBB, atau
STP PBB yang mengakibatkan adanya potensi kekurangan pembayaran PBB, maka
terhadap data dan/atau informasi tersebut ditindaklanjuti dengan Penelitian PBB
atau Pemeriksaan.
6) Apabila dilakukan Penelitian PBB dalam rangka penerbitan SKP PBB, maka:
a) permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB diselesaikan sampai
dengan Laporan Hasil Penelitian PBB dengan rekomendasi dilakukan Penelitian
PBB terhadap keterangan lain terhadap Objek Pajak dimaksud;
b) dalam hal berdasarkan hasil Penelitian PBB sebagaimana dimaksud pada
huruf a) terdapat kelebihan pembayaran PBB, SKKP PBB diterbitkan setelah
Peneltian PBB terhadap keterangan lain diselesaikan;
c) dalam hal berdasarkan hasil Penelitian PBB terhadap keterangan lain diusulkan
untuk diterbitkan SKP PBB, maka SKKP PBB diterbitkan bersamaan dengan
diterbitkannya SKP PBB;
d) pengembalian kelebihan pembayaran PBB akibat diterbitkannya SKKP PBB
dilakukan dengan memperhitungkan utang pajak dalam SKP PBB hasil
Penelitian PBB terhadap keterangan lain, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
e) dalam hal berdasarkan hasil Penelitian PBB terhadap keterangan lain tidak
diusulkan untuk diterbitkan SKP PBB, maka SKKP PBB diterbitkan setelah
dibuatnya Laporan Hasil Penelitian PBB terhadap keterangan lain dimaksud.
-47-

i. Pembatalan SKP PBB hasil Penelitian PBB


1) Pembatalan SKP PBB dari hasil Penelitian PBB sebagaimana dimaksud
Pasal 80 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan ditindaklanjuti dengan
pembatalan Laporan Hasil Penelitian PBB dan Nota Penghitungan.
2) Pembatalan SKP PBB dari hasil Penelitian PBB sebagaimana dimaksud
angka 1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
3) Pembatalan Laporan Hasil Penelitian PBB dan Nota Penghitungan diatur sebagai
berikut:
a) berdasarkan keputusan pembatalan SKP PBB, Kepala KPP membuat surat
keputusan pelaksanaan surat keputusan pembatalan SKP PBB untuk
membatalkan Laporan Hasil Penelitian PBB dan nota penghitungan;
b) Kepala Seksi terkait membuat berita acara pembatalan Laporan Hasil Penelitian
PBB dan Nota Penghitungan dan disampaikan kepada Direktorat Teknologi dan
Informasi Perpajakan;
4) Terhadap Penelitian PBB yang SKP PBB-nya dibatalkan sebagaimana dimaksud
pada angka 2), ditindaklanjuti dengan menyampaikan surat pemberitahuan hasil
Penelitian PBB dan/atau melakukan pembahasan akhir hasil Penelitian PBB sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud angka 4) dilakukan selambat-lambatnya
5 (lima) hari kerja setelah surat keputusan pelaksanaan surat keputusan pembatalan
SKP PBB diterbitkan.
6) Penelitian PBB yang dilanjutkan sebagaimana dimaksud pada angka 4)
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah
disampaikannya surat pemberitahuan hasil Penelitian PBB.
7) Dalam hal Petugas Peneliti PBB yang melanjutkan Penelitian PBB berbeda dengan
Petugas Peneliti PBB sebelumnya, Penelitian PBB dilanjutkan setelah diterbitkan
Surat Tugas Penelitian PBB yang baru.
Pengawasan penugasan Penelitian PBB
1) Dalam hal Objek Pajak yang sedang dilakukan Penelitian PBB berdasarkan
keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan diminta untuk dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2
Domisili, maka Penelitian PBB dapat dihentikan sampai dengan membuat Laporan
Hasil Penelitian PBB tanpa usul penerbitan SKP PBB.
2) Terhadap Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1) diusulkan untuk
dilakukan Pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku.
-48-

3) Dalam hal Penelitian PBB sebagaimana dimaksud pada angka 1) telah selesai dan
sudah diterbitkan SKP PBB sebelum permintaan Pemeriksaan Lokasi disampaikan,
salinan Laporan Hasil Penelitian PBB disampaikan kepada UP2 Domisili yang
menyampaikan permintaan Pemeriksaan Lokasi dan terhadap Objek Pajak
dimaksud tidak dilakukan Pemeriksaan Lokasi, kecuali terdapat data baru yang
belum dan/atau tidak diungkap dalam Penelitian PBB atau Pemeriksaan
sebelumnya.
4) Dalam hal Objek Pajak yang sedang dilakukan Penelitian PBB berdasarkan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Keuangan Nomor
256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan
Bangunan diminta untuk dilakukan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Domisili, maka
Penelitian PBB tetap dilanjutkan sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Pemeriksaan Lokasi sebagaimana dimaksud pada angka 4) tetap dapat
dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku bersamaan dengan dilaksanakannya
Penelitian PBB berdasarkan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
PBB.
6) Nomor Pengawasan Penelitian PBB
a) Nomor Pengawasan Penelitian PBB adalah nomor yang digunakan sebagai
sarana untuk melakukan pengawasan administrasi Penelitian PBB.
b) Nomor Pengawasan Penelitian PBB adalah sebagai berikut:
XXX 000 BBTT 00000 000000
(1) (2) ( 3) (4) ( 5)

(1) 3 (tiga) digit pertama adalah kode Kantor Wilayah atasan KPP yang
melakukan Penelitian PBB (kode mengikuti Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak);
(2) 3 (tiga) digit kedua adalah kode KPP yang melakukan Penelitian PBB, yang
diberikan secara komputerisasi oleh Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak;
(3) 4 (tiga) digit ketiga terdiri atas 2 (dua) digit bulan dan 2 (dua) tahun
diterbitkannya Nomor Pengawasan Penelitian PBB;
(4) 5 (lima) digit keempat adalah kode Penelitian PBB;
(5) 6 (enam) digit terakhir adalah nomor urut dari Nomor Pengawasan Penelitian
PBB yang muncul secara berurutan.
c) Nomor Pengawasan Penelitian PBB diterbitkan oleh KPP yang melakukan
Penelitian PBB setelah Surat Tugas Penelitian PBB diterbitkan.
-49-

7) Daftar Kode Penelitian PBB


a) Pengawasan Penelitian PBB dilakukan secara terintegrasi dengan sistem
pengawasan Pemeriksaan yang sudah ada.
b) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilakukan berdasarkan
kriteria dan subkriteria Penelitian PBB yang dikonversi ke dalam bentuk Kode
Penelitian PBB.
c) Struktur Kode Penelitian PBB terdiri atas 5 (lima) digit yang dikelompokkan
sebagai berikut:
(1) Digit pertama menunjukkan Jenis Pajak;
(2) Digit kedua menunjukkan Kriteria Penelitian PBB;
(3) Digit ketiga menunjukkan Subkriteria Penelitian PBB;
(4) Digit keempat menunjukkan Jenis Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
dilakukan Penelitian PBB;
(5) Digit kelima menunjukkan sequence dilakukannya Penelitian PBB.
d) Digit pertama menunjukkan Jenis Pajak, diberi kode huruf B untuk Jenis Pajak
PBB.
e) Digit kedua menunjukkan Kriteria Penelitian PBB, meliputi:
(1) Angka 5 menunjukkan Penelitian PBB yang dilakukan dalam hal terdapat
keterangan lain;
(2) Angka 6 menunjukan Penelitian PBB yang dilakukan dalam hal Wajib Pajak
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB;
f) Digit ketiga menunjukkan Subkriteria Penelitian PBB, meliputi:
(1) Jika Kriteria Penelitian PBB (digit kedua Kode Penelitian PBB) adalah
Penelitian PBB yang dilakukan dalam hal terdapat keterangan lain (angka 5),
maka digit ketiga Kode Penelitian PBB diatur sebagai berikut:
(a) Angka 1 menunjukkan SPOP tidak disampaikan oleh Subjek Pajak atau
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a
Undang-Undang PBB;
(b) Angka 2 menunjukkan SPOP disampaikan dengan tidak benar oleh
Subjek Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) huruf b Undang-Undang PBB;
(2) Jika Kriteria Penelitian PBB (digit kedua Kode Penelitian PBB) adalah
Penelitian PBB yang dilakukan dalam hal Wajib Pajak mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB (angka 6), maka
digit ketiga Kode Penelitian PBB adalah angka 1.
g )
Digit keempat menunjukkan Jenis Subjek Pajak atau Wajib Pajak, terdiri atas:
(1) Angka 1 menunjukkan Wajib Pajak Orang Pribadi;
(2) Angka 2 menunjukkan Wajib Pajak Badan;
- 50 -

h) Berdasarkan struktur tersebut di atas, Kode Penelitian PBB untuk


masing-masing kriteria dan subkriteria Penelitian PBB ditentukan sebagai
berikut:
Kategori Subjek Pajak

Kriteria dan Subkriteria atau Wajib Pajak


No Sequence
Penelitian PBB
Orang
Badan
Pribadi

1 Terdapat keterangan lain sehingga B511 B512 1,2,dst


dapat diketahui PBB yang terutang
atas SPOP yang tidak disampaikan
oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2) huruf a Undang-
Undang PBB

2 Terdapat keterangan lain sehingga B521 B522 1,2,dst


dapat diketahui PBB yang terutang
lebih besar dari jumlah PBB yang
dihitung berdasarkan SPOP yang
disampaikan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
huruf b Undang-Undang PBB

3 Wajib Pajak mengajukan B611 8612 1,2,dst


permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB

4. Usul Pemeriksaan
a. Penelitian PBB yang dapat diusulkan menjadi Pemeriksaan adalah Penelitian PBB
terhadap keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf a
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan
dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Penelitian PBB hanya diusulkan untuk ditingkatkan menjadi Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan
dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
-51-

c. Usul Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan setelah Petugas


Peneliti PBB meyakini bahwa Subjak Pajak atau Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban
PBBnya, dengan kriteria:
1) terdapat potensi PBB yang terutang; dan
2) tidak ditemukannya data, keterangan, dan/atau bukti yang dijadikan dasar
penghitungan PBB yang terutang.
d. Usul Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf c akan dibahas oleh Tim
Pembahasan Analisis Risiko sesuai petunjuk pelaksanaan usul Pemeriksaan Khusus
bottom-up.
e. Dalam hal usulan Pemeriksaan disetujui, Petugas Peneliti PBB harus membuat Laporan
Hasil Penelitian PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (3) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan tanpa usul penerbitan SKP PBB.
f. Fotokopi Laporan Hasil Penelitian PBB sebagaimana dimaksud pada huruf e merupakan
dokumen yang harus diserahkan Petugas Peneliti PBB kepada Pemeriksa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi
dan Bangunan.
g. Fotokopi berita acara penyerahan dokumen dari Petugas Peneliti PBB kepada Subjek
Pajak atau Wajib Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 79 ayat (5) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian
Pajak Bumi dan Bangunan diserahkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal
berita acara dan dibuat dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 11.3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
h. Dalam hal usulan Pemeriksaan tidak disetujui Kepala KPP atau Kepala Kanwil DJP
yang membawahkan KPP yang melakukan Penelitian PBB, Penelitian PBB dihentikan
dengan membuat Laporan Hasil Peneltian PBB tanpa usul penerbitan SKP PBB.

G. Ketentuan Peralihan
1. Terhadap SP2 yang diterbitkan sebelum berlakunya Surat Edaran ini dan Pemeriksaan
belum selesai, proses penyelesaian selanjutnya dilakukan berdasarkan ketentuan yang
berlaku sebelum berlakunya Surat Edaran ini.
2. Proses penyelesaian Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilanjutkan
dengan menambahkan prosedur penyampaian SPHP dan PAHP dalam jangka waktu PAHP
dan pelaporan, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran ini.
-52-

H. Ketentuan Penutup
Dengan berlakunya Surat Edaran ini, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor
SE-154/PJ/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-70/PJ/2010 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Bumi dan Bangunan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Maret 2015

IREKTJQR JENDERAL PAJAK,

PRIA I PRAMUDITOI
5909171987091001
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

LAMPIRAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

NOMOR SE- 2 5 /PJ/ 2015

TENTANG

KEBIJAKAN 'PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN


PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
LAM P I RAN I
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- 2 5/Pi/ 2 01 5TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

DAFTAR CONTOH FORMAT FORMULIR PEMERIKSAAN

No. Lampiran Nama Formulir


1. Lampiran 1.1 Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan
2. Lampiran 1.2 Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan
3. Lampiran 1.3 Persetujuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan
4. Lampiran 1.4 Penolakan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan
5. Lampiran 1.5 Permintaan Tenaga Ahli
6. Lampiran 1.6 Permintaan Bimbingan Pemeriksaan
7. Lampiran 1.7 Persetujuan Permintaan Bimbingan Pemeriksaan
8. Lampiran 1.8 Berita Acara Bimbingan Pemeriksaan
9. Lampiran 1.9 Pernyataan Bantuan Penugasan
10. Lampiran 1.10 Berita Acara Penundaan Pemeriksaan
11. Lampiran I.11 Surat Tugas Pendampingan Pemeriksaan Di Lokasi Objek Pajak
12. Lampiran 1.12 Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
13. Lampiran 1.13 Persetujuan Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
14. Lampiran 1.14 Penolakan Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
15. Lampiran 1.15 Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
16. Lampiran 1.16 Pembatalan Penugasan Pemeriksaan Berdasarkan Pertimbangan
Direktur Jenderal Pajak
17. Lampiran 1.17 Permohonan Pembatalan Pemeriksaan Lokasi kepada Kanwil DJP
18. Lampiran 1.18 Pembatalan Pemeriksaan Lokasi oleh Kanwil DJP
19. Lampiran 1.19 Pemberitahuan Penolakan Pemeriksaan Lokasi
20. Lampiran 1.20 Pemberitahuan Pembatalan Pemeriksaan
21. Lampiran 1.21 Analisis Risiko Objek Pajak
22. Lampiran 1.22 Usul Pemeriksaan Khusus
23. Lampiran 1.23 Risalah Pembahasan Analisis Risiko
24. Lampiran 1.24 Lembar Hasil Penelaahan dan Evaluasi Analisis Risiko
25. Lampiran 1.25 Persetujuan untuk Melakukan Pemeriksaan Khusus
26. Lampiran 1.26 Penolakan Usul Pemeriksaan Khusus
27. Lampiran 1.27 Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus dari Direktur Pemeriksaan
dan Penagihan
28. Lampiran 1.28 Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus dari Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak
-2-

29. Lampiran 1.29 Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus Berdasarkan Analisis Risiko
Secara Komputerisasi
30. Lampiran 1.30 Daftar Objek Pajak yang Diperiksa Berdasarkan Analisis Risiko
Secara Komputerisasi
31. Lampiran 1.31 Daftar Persediaan Objek Pajak yang akan Diusulkan Pemeriksaan
Rutin
32. Lampiran 1.32 Surat Pengantar Daftar Nominatif Objek Pajak yang akan Diperiksa
33. Lampiran 1.33 Daftar Nominatif Objek Pajak yang akan Diperiksa
34. Lampiran 1.34 Penugasan/Penolakan Pemeriksaan Rutin
35. Lampiran 1.35 Daftar Objek Pajak yang Disetujui atau Ditolak untuk Diperiksa
36. Lampiran 1.36 Laporan Pendahuluan Pemeriksaan untuk Usul Pemeriksaan Bukti
Permulaan
37. Lampiran 1.37 Laporan Kemajuan Pemeriksaan yang Ditingkatkan Menjadi
Pemeriksaan Bukti Permulaan
38. Lampiran 1.38 Berita Acara Penyerahan Dokumen Pemeriksaan yang Ditingkatkan
Menjadi Pemeriksaan Bukti Permulaan
39. Lampiran 1.39 Permintaan Pemeriksaan dalam rangka Penyelesaian Keberatan PBB
-3- LAMPIRAN 1.1
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-g- /PJ/ .2615-TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

SURAT TUGAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN


Nomor: (2)

Sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak


dengan ini ditugaskan:

No. NAMA/N I P PAN GKAT/GOL JABATAN


(4) ( 5) (6)
(7)

untuk melakukan Pemeriksaan di bidang perpajakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6


Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 dan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

(8)

(9)

(10)

NIP

Ternbusan:
1.
2. (12)
-4-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.1


SURAT TUGAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP yang menerbitkan Surat Tugas.
Angka 2 : diisi nomor Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi UP2 (KPP) yang melaksanakan Pemeriksaan.
Angka 4 diisi nomor urut.
Angka 5
: diisi nama dan NIP Fungsional Pemeriksa atau Fungsional Penilai yang
ditugaskan melaksanakan Pemeriksaan.
Angka 6
diisi pangkat dan golongan Fungsional Pemeriksa atau Fungsional Penilai
yang ditugaskan melaksanakan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi jabatan Fungsional Pemeriksa atau Fungsional Penilai yang ditugaskan
melaksanakan Pemeriksaan.
Angka 8 diisi tempat dan tanggal Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan diterbitkan.
Angka 9 diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani Surat Tugas Pelaksanaan
Pemeriksaan.
Angka 10 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan.
Angka 11 diisi Kepala UP2 yang akan menerbitkan SP2.
Angka 12 : diisi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.
-5-
LAMPIRAN 1.2
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2.57PJ/ .2-0/f TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

NOTA DINAS
(2)
Nomor: ND -

Kepada (3)

Dari : Tim Pemeriksa Pajak


Hal : Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan
(4)
Tanggal

Sehubungan dengan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor (5)


Tanggal (6)
dan Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan
Nomor (7) Tanggal (8) maka Pemeriksaan terhadap Objek
Pajak:
NOP
I I
Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP (13)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (14)

Tujuan Pemeriksaan (15)

Kode Pemeriksaan (16)

dengan ini disampaikan permohonan perpanjangan jangka waktu pemeriksaannya


(18)
selama (17) dengan alasan

Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

a.n. Tim Pemeriksa Pajak,


Supervisor
(19)

NIP
-6-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.2


PERMOHONAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi nomor nota dinas.
Angka 3 : diisi:
a. Kepala KPP, dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh KPP;
b. Kepala Kanwil DJP, dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh Kanwil DJP;
atau
c. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal Pemeriksaan dilakukan
oleh Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.
Angka 4 : diisi tanggal nota dinas.
Angka 5 : diisi nomor SP2.
Angka 6 : diisi tanggal SP2.
Angka 7 : diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 8 : diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 9 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 10 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 11 : diisi Tahun Pajak.
Angka 12 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 14 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 15 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 16 diisi kode Pemeriksaan.
Angka 17 diisi lamanya permohonan perpanjangan jangka waktu pemeriksaan,
misal: 2 (dua) minggu, 2 (dua) bulan, dan seterusnya.
-7-

Angka 18 : diisi salah satu alasan permohonan perpanjangan jangka waktu yaitu:
a. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada
pihak ketiga; atau
b. berdasarkan pertimbangan Kepala UP2.
Angka 19 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor.
-8-
LAMPIRAN 1.3
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE -,23"/PJ/ ,2Cir TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

NOTA DI NAS
Nomor: ND - (2)

Kepada : Tim Pemeriksa Pajak


Dari (3)

Hal : Persetujuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan


Tanggal (4)

Sehubungan dengan nota dinas Saudara Nomor (5) Tanggal (6)

maka Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP (7)

Alamat Objek Pajak (8)

Tahun Pajak (9)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

NPWP (11)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (12)

Tujuan Pemeriksaan (13)

Nomor dan tanggal


Surat Perintah Pemeriksaan (14)

atau Perubahan (15)

Kode Pemeriksaan (16)

disetujui perpanjangan jangka waktu pemeriksaannya selama (17) .

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

(18)

NIP
-9-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.3


PERSETUJUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi nomor nota dinas.
Angka 3 • diisi:
a. Kepala KPP, dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh KPP;
b. Kepala Kanwil DJP, dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh Kanwil DJP;
atau
c. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal Pemeriksaan dilakukan
oleh Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.
Angka 4 diisi tanggal nota dinas.
Angka 5 : diisi nomor nota dinas permohonan perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan
dari Tim Pemeriksa.
Angka 6 : diisi tanggal nota dinas permohonan perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan
dari Tim Pemeriksa.
Angka 7 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan


PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 diisi nomor dan tanggal SP2.
Angka 15 diisi nomor dan tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 16 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi lamanya permohonan perpanjangan jangka waktu pemeriksaan, misal:
2 (dua) minggu, 2 (dua) bulan, dan seterusnya.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani nota dinas persetujuan perpanjangan jangka waktu
Pemeriksaan.
- 10 -
LAM PI RAN 1.4
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE - 21- /P.I/ 2-41- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

NOTA DINAS
Nomor: ND - (2)

Kepada : Tim Pemeriksa Pajak


Dari (3)
Hal : Penolakan Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan
Tanggal (4)

Sehubungan dengan nota dinas Saudara Nomor (5) Tanggal (6)


maka Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP
1H III 11H Hit 11H IIHI
Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP
IHI
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)

Tujuan Pemeriksaan (13)

Nomor dan tanggal


Surat Perintah Pemeriksaan •

atau Perubahan

Kode Pemeriksaan

ditolak perpanjangan jangka waktu pemeriksaannya dengan alasan (17)

Selanjutnya Pemeriksaan terhadap Objek Pajak tersebut harus diselesaikan sesuai dengan jangka
waktu Pemeriksaan.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

(18)

NIP
PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.4
PENOLAKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 diisi nomor nota dinas.
Angka 3 diisi:
a. Kepala KPP, dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh Kantor Pelayanan
Pajak;
b. Kepala Kanwil DJP, dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh Kanwil DJP
atau
c. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal Pemeriksaan dilakukan
oleh Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.
Angka 4 : diisi tanggal nota dinas.
Angka 5 : diisi nomor nota dinas permohonan perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan
dari Tim Pemeriksa.
Angka 6 diisi tanggal nota dinas permohonan perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan
dari Tim Pemeriksa.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi Tahun Pajak.
Angka 10 diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 • diisi nomor dan tanggal SP2.
Angka 15 : diisi nomor dan tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 16 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi alasan penolakan permohonan perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani nota dinas penolakan perpanjangan jangka waktu
Pemeriksaan.

t-
- 12 -
LAMPIRAN 1.5
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR /PJ/,2-0/F TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

Nomor (2)
(3 )
Sifat : Segera
Lampiran : -
Hal : Permintaan Tenaga Ahli

Yth. (4)

Sehubungan dengan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor ( 5)


Tanggal (6) dan Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan
Nomor (7) Tanggal (8) dengan ini disampaikan bahwa dalam
Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP
1 (9)

Alamat Objek Pajak (1 0)

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)

NPWP (13)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (14)

Tujuan Pemeriksaan (15)

Kode Pemeriksaan (16)

NP2 (17)

diperlukan tenaga ahli dalam bidang (18) Terkait dengan hal tersebut dengan ini
kami mengusulkan:
Nama (19)

Jabatan (20)

untuk dapat ditunjuk sebagai tenaga ahli dalam pemeriksaan terhadap Objek Pajak dimaksud.

Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

(21)
(22)

NIP
-13-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.5


PERMINTAAN TENAGA AHLI

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi nomor surat permintaan Tenaga Ahli.
Angka 3 : diisi tanggal surat permintaan Tenaga Ahli.
Angka 4 : diisi:
a. Kepala Kanwil DJP, dalam hal Tenaga Ahli tersebut merupakan pegawai
di luar UP2 yang melaksanakan Pemeriksaan tetapi masih dalam satu
wilayah kerja Kanwil DJP yang bersangkutan; atau
b. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal:
1) Tenaga Ahli bukan pegawai Direktorat Jenderal Pajak; atau
2) Tenaga Ahli merupakan pegawai Direktorat Jenderal Pajak namun
bukan pegawai UP2 yang melakukan Pemeriksaan atau pegawai di
luar wilayah kerja Kanwil DJP yang bersangkutan.
Angka 5 diisi nomor SP2.
Angka 6 diisi tanggal SP2.
Angka 7 : diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 8 : diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 9 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 10 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 11 : diisi Tahun Pajak.
Angka 12 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 14 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
, Angka 15 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 16 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi NP2.
Angka 18 : diisi sesuai bidang yang diperlukan.
Angka 19 : diisi nama Tenaga Ahli.
Angka 20 : diisi jabatan Tenaga Ahli.
- 14 -

Angka 21 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat permintaan
Tenaga Ahli.
Angka 22 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat permintaan Tenaga Ahli.
- 15 -
LAMPI RAN 1.6
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR /PJ/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

Nomor (2)
(3)
Sifat : Segera
Lampiran : -
Hal : Permintaan Bimbingan Pemeriksaan

Yth. (4)

Sehubungan dengan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor (5)


Tanggal (6) dan Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan
Nomor (7) Tanggal (8) dengan ini disampaikan bahwa dalam
Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP
1 1 1 H1
Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP (13)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (14)

Tujuan Pemeriksaan (15)

Tim Pemeriksa memerlukan konsultasi dan bimbingan teknis terkait (16)


guna
kelancaran Pemeriksaan dimaksud.

Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

(17)

(18)

NIP
- 16 -

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.6


PERMINTAAN BIMBINGAN PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi nomor surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi tanggal surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi:
a. Kepala Kanwil DJP; atau
b. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.
Angka 5 : diisi nomor SP2.
Angka 6 : diisi tanggal SP2.
Angka 7 : diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 8 diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 9 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 10 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 11 diisi Tahun Pajak.
Angka 12 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 14 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 15 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 16 : diisi alasan diperlukannya bimbingan Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat permintaan
bimbingan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
- 17 -
LAMPIRAN 1.7
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2r /13 J/ ,26/r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

Nomor (2)
( 3)
Sifat : Segera
Lampiran
Hal : Persetujuan Permintaan Bimbingan Pemeriksaan

Yth. (4)

Sehubungan dengan Surat Permintaan Bimbingan Pemeriksaan


Nomor (5) Tanggal (6) dengan ini disampaikan bahwa
permintaan bimbingan dalam Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP
I I
Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (12)

Tujuan Pemeriksaan (13)

dari Tim Pemeriksa disetujui dan agar hadir pada:


hari/tanggal
waktu
tempat

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

(17)

(18)

NIP
- 18 -

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.7


PERSETUJUAN PERMINTAAN BIMBINGAN PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atau Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan.
Angka 2 : diisi nomor surat persetujuan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 3 diisi tanggal surat persetujuan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 4 diisi Kepala UP2 yang menyampaikan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 5 : diisi nomor surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 6 : diisi tanggal surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi hari dan tanggal dilaksanakannya bimbingan Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi waktu dilaksanakannya bimbingan Pemeriksaan.
Angka 16 : diisi tempat dilaksanakannya bimbingan Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat persetujuan
permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat persetujuan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
-19-
LAMPI RAN 1.8
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2f /PJ/ 70(f- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

BERITA ACARA BIMBINGAN PEMERIKSAAN

Pada hari ini tanggal bulan tahun


di (2) berdasarkan surat permintaan bimbingan Pemeriksaan
Nomor (3) Tanggal (4) , kami yang bertandatangan di bawah ini telah
memberikan bimbingan sehubungan dengan Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP ( 5)

Alamat Objek Pajak (6)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (7)

NPWP (8)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (9)

kepada Tim Pemeriksa (10)


yang dihadiri oleh:

No. Nama/NIP Pangkat/Gol. Jabatan

(11) (12) (13) (14)

dengan hasil sebagai berikut:

(15)

2. dst.
-20-

Demikian berita acara bimbingan Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya dan
ditandatangani oleh:

Tim Pemeriksa Petugas Pembimbing:

(16) (18)

NIP dst (17) NIP dst (19)

Mengetahui:
(20)

(21)
NIP

t
-21-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.8


BERITA ACARA BIMBINGAN PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atau Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan.
Angka 2 : diisi hari, tanggal, bulan, tahun, dan alamat tempat, ditandatanganinya berita
acara bimbingan Pemeriksaan.
Angka 3 diisi nomor surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi tanggal surat permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 6 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 7 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 8 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 9 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 10 diisi nama UP2 yang mengajukan permintaan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 11 diisi nomor urut.
Angka 12 : diisi nama dan NIP Pemeriksa.
Angka 13 : diisi pangkat dan golongan Pemeriksa.
Angka 14 : diisi jabatan dalam tim Pemeriksa yaitu "Supervisor", "Ketua Tim" atau
"Anggota Tim".
Angka 15 : diisi tema/topik materi bimbingan Pemeriksaan dan penjelasan singkatnya.
Angka 16 : diisi nama jabatan dalam tim Pemeriksa yang menghadiri bimbingan
Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP dari Pemeriksa. Disesuaikan dengan jumlah
keanggotaan tim Pemeriksa yang menghadiri bimbingan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi nama jabatan dari petugas yang memberikan bimbingan Pemeriksaan.
Angka 19 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP dari petugas yang memberikan bimbingan
Pemeriksaan. Disesuaikan dengan jumlah petugas pembimbing.
Angka 20 : diisi nama jabatan dari atasan petugas yang memberikan bimbingan
Pemeriksaan.
Angka 21 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari atasan petugas yang
memberikan bimbingan Pemeriksaan.
-22-
LAMPIRAN 1.9
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2.f /PJ/ „2,gir TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

PERNYATAAN BANTUAN PENUGASAN

Guna mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik yang
diperlukan oleh tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP
I ll II I II (1)

Alamat Objek Pajak


(2)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
(3)
NPWP
H 1 1 1 1 H II (4)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
(5)

saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama
(6)

Pekerjaan/Jabatan
(7)
Alamat
(8)

dalam hal ini bertindak selaku:


II Subjek Pajak/Wajib Pajak (9)

atau

1 1 Wakil I I Kuasa I I Pegawai I I Anggota keluarga,


dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak,

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya memberikan bantuan kepada Tim Pemeriksa
dengan menyediakan tenaga untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik tersebut sesuai ketentuan yang berlaku, dengan rincian sebagai berikut:

No. Urut Tenaga Bantuan Keterangan Tandatangan

(10) (11)
(12) (13)
-23-

Demikian pernyataan bantuan penugasan ini dibuat dan ditandatangani untuk


dipergunakan sebagaimana mestinya.

(14)

Yang membuat pernyataan,

Meterai

(15)
-24-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.9


PERNYATAAN BANTUAN PENUGASAN

Angka 1 : diisi Nomor Objek Pajak.


Angka 2 diisi alamat Objek Pajak.
Angka 3 • diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 4 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya yang diperiksa.
Angka 5 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya yang
diperiksa.
Angka 6 diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang sudah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak,
yang menandatangani surat pernyataan bantuan penugasan tenaga untuk
mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.
Angka 7 diisi pekerjaan/jabatan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang sudah dewasa, dari Subjek Pajak
atau Wajib Pajak, yang menandatangani surat pernyataan bantuan
penugasan tenaga untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik.
Angka 8 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang sudah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak,
yang menandatangani surat pernyataan bantuan penugasan tenaga untuk
mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.
Angka 9 : diisi tanda Ni pada kotak yang sesuai.
Angka 10 : diisi nomor urut.
Angka 11 : diisi tenaga bantuan yang diperbantukan oleh Subjek Pajak atau Wajib
Pajak untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik. Misalnya, pranata komputer, tenaga ahli komputer, dan pegawai
di bidang teknologi informasi.
Angka 12 • diisi keterangan mengenai data dari tenaga bantuan yang diperbantukan,
misalnya nama, jabatan, keahlian, dan hubungan dengan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak.
Angka 13 : diisi tandatangan tenaga bantuan yang diperbantukan.
Angka 14 : diisi tempat, tanggal, bulan, dan tahun surat pernyataan bantuan
penugasan.
Angka 15 : diisi tanda tangan dan nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang sudah dewasa, dari Subjek Pajak
atau Wajib Pajak, yang menandatangani surat pernyataan bantuan
penugasan.
-25-
LAMPIRAN 1.10
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR /Pj/ ,20/r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

BERITA ACARA PENUNDAAN PEMERIKSAAN

Pada hari ini tanggal bulan tahun


di (2) berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor (3) tanggal
(4) dan Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan nomor
(5) tanggal
(6) , kami Tim Pemeriksa yang tersebut di bawah ini:

No. Nama/NIP Pangkat/Gol. Jabatan

(7) (8) 9) (10)

telah datang ke tempat Subjek Pajak atau Wajib Pajak guna pelaksanaan Pemeriksaan terhadap
Objek Pajak:

NOP

Alamat Objek Pajak (12)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (13)

NPWP (14)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (15)

Dalam hal ini, Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai atau anggota keluarga yang
telah dewasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak berada di tempat namun belum ada bukti
yang mampu menerangkan bahwa Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak berkedudukan atau tidak
berdomisili di tempat ini. Tim Pemeriksa memutuskan untuk melakukan penundaan Pemeriksaan
dan akan dilanjutkan kembali pada kesempatan berikutnya.
-26-

Demikian berita acara penundaan Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya atas
kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa.

Tim Pemeriksa:

Supervisor,

(16)
NIP

Mengetahui:
(19)
Ketua Tim,

NIP (20)
NIP (17)

Anggota,

NIP dst (18)


-27-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.10


BERITA ACARA PENUNDAAN PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi hari, tanggal, bulan, tahun, dan alamat tempat, ditandatanganinya
berita acara penundaan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi nomor SP2.
Angka 4 diisi tanggal SP2.
Angka 5 diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 6 : diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 7 : diisi nomor urut.
Angka 8 : diisi nama dan NIP Pemeriksa.
Angka 9 : diisi pangkat dan golongan Pemeriksa.
Angka 10 : diisi jabatan dalam tim Pemeriksa yaitu "Supervisor", "Ketua Tim" atau
"Anggota Tim".
Angka 11 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 12 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 13 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 14 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 15 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 16 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor Tim Pemeriksa.
Angka 17 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa. Jumlah anggota
tim Pemeriksa disesuaikan dengan SP2 dan SP2 Perubahan jika ada.
Angka 19 diisi nama jabatan Kepala UP2.
Angka 20 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari Kepala UP2.
- 28 -
LAMPIRAN 1.11
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2r /PJ/ 2o/r - TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1 )

SURAT TUGAS PENDAMPINGAN PEMERIKSAAN DI LOKASI OBJEK PAJAK


(2)
Nomor •

Sehubungan dengan Surat Perintah Pemeriksaan Nomor (3)


Tanggal (4) dan Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan
Nomor (5) Tanggal (6) , dengan ini ditu askan ke ada:
Nomor Nama/NIP Pangkat/Golongan Jabatan
(7) (8) (9) (10)

selaku Tim Pemeriksa dari (11) untuk mendampingi Tim Pemeriksa dari (12).

Nomor Nama/NIP Pangkat/Golongan Jabatan


(13) (14) (15) (16)

dalam rangka melaksanakan Pemeriksaan Wajib Pajak:

Nama
Wajib Pajak (17)

NPWP (18)

Alamat
Wajib Pajak (19)

Tahun Pajak (20)

terkait Objek Pajak:

NOP

Alamat Objek Pajak (22)

Demikian surat tugas ini dibuat agar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Ditetapkan di (23)

pada tanggal (24)

(25)

NIP
Tembusan:
(26)
- 29 -

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.11


SURAT TUGAS PENDAMPINGAN PEMERIKSAAN DI LOKASI OBJEK PAJAK

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2 Lokasi.


Angka 2 : diisi nomor surat tugas pendampingan Pemeriksaan di lokasi Objek Pajak.
Angka 3 : diisi nomor SP2.
Angka 4 : diisi tanggal SP2.
Angka 5 : diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 6 diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 7 : diisi nomor urut.
Angka 8 : diisi nama dan NIP Pemeriksa dari Tim Pemeriksa di UP2 Lokasi.
Angka 9 • diisi pangkat dan golongan Pemeriksa dari Tim Pemeriksa di UP2 Lokasi.
Angka 10 diisi jabatan dalam tim Pemeriksa yaitu "Supervisor", "Ketua Tim" atau
"Anggota Tim".
Angka 11 diisi nama UP2 Lokasi.
Angka 12 : diisi nama UP2 Domisili.
Angka 13 : diisi nomor urut.
Angka 14 : diisi nama dan NIP Pemeriksa dari Tim Pemeriksa di UP2 Domisili.
Angka 15 : diisi pangkat dan golongan Pemeriksa dari Tim Pemeriksa di UP2 Domisili.
Angka 16 : diisi jabatan dalam tim Pemeriksa yaitu "Supervisor", "Ketua Tim" atau
"Anggota Tim".
Angka 17 : diisi nama Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan oleh UP2 Domisili.
Angka 18 •. diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang dilakukan
Pemeriksaan oleh UP2 Domisili.
Angka 19 •. diisi alamat Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan oleh UP2 Domisili.
Angka 20 •. diisi Tahun Pajak.
Angka 21 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 22 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 23 : diisi tempat surat tugas pendampingan Pemeriksaan di lokasi Objek Pajak
ditetapkan.
Angka 24 : diisi tanggal, bulan, dan tahun surat tugas pendampingan Pemeriksaan di
lokasi Objek Pajak ditetapkan.
Angka 25 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari Kepala UP2 Lokasi.
Angka 26 : diisi nama Wajib Pajak yang diperiksa.
-30-
LAMPIRAN 1.12
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- /PJ/ 20/rTENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

( 1)

(2)
Nomor (3 )
Sifat : Segera
Hal : Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan

Yth. (4)

Sehubungan dengan surat (5) Nomor (6) Tanggal (7),

dengan ini disampaikan bahwa Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP
I (8)

Alamat Objek Pajak (9)

Tahun Pajak (10)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (11)

NPWP (12)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (13)

Tujuan Pemeriksaan (14)

Kode Pemeriksaan (15)

NP2 (16)

diusulkan untuk dibatalkan penugasan pemeriksaannya dengan alasan (17)

Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

(18)

(19)

NIP
-31-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.12


USUL PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN

Angka 1 • diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 diisi nomor surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi tanggal surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi nama dan alamat:
a. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal instruksi/persetujuan
Pemeriksaan diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan; atau
b. Kepala Kanwil DJP, dalam hal instruksi/persetujuan/penugasan
Pemeriksaan diterbitkan oleh Kepala Kanwil DJP.
Angka 5 : diisi salah satu dari:
a. Penugasan Pemeriksaan Rutin,
b. Persetujuan untuk Melakukan Pemeriksaan Khusus, atau
c. Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus
Angka 6 : diisi nomor surat Penugasan/Persetujuan/Instruksi.
Angka 7 diisi tanggal surat Penugasan/Persetujuan/Instruksi.
Angka 8 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 9 diisi alamat Objek Pajak.
Angka 10 : diisi Tahun Pajak.
Angka 11 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 12 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 14 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 15 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 16 diisi NP2.
Angka 17 : diisi alasan usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 18 diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat usul pembatalan
penugasan Pemeriksaan.
Angka 19 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
- 32 -
LAMPIRAN 1.13
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-. PJ/ 7-0T- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

Nomor (2)
( 3)
Sifat : Segera
Hal : Persetujuan Pembatalan Penugasan Pemeriksaan

Yth. (4)

Sehubungan dengan Surat Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan


Nomor (5) Tanggal (6) , dengan ini disampaikan bahwa Pemeriksaan
terhadap Objek Pajak:

NOP

Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)

Tujuan Pemeriksaan

Kode Pemeriksaan

NP2

disetujui untuk dibatalkan penugasan pemeriksaannya dengan alasan

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

(17)

(18)

NIP
-33-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.13


PERSETUJUAN PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan atau Kanwil
DJP.
Angka 2 diisi nomor surat persetujuan pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 3 • diisi tanggal surat persetujuan pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang mengusulkan pembatalan penugasan
Pemeriksaan.
Angka 5 : diisi nomor surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 6 : diisi tanggal surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 12 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi NP2.
Angka 16 : diisi alasan yang mendasari disetujuinya pembatalan penugasan
Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat persetujuan
pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat persetujuan pembatalan penugasan Pemeriksaan.
- 34 -
LAMPIRAN 1.14
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-;r /PJ/201FTENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Penolakan Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
(4)
Yth.

Sehubungan dengan Surat Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan


Nomor (5) Tanggal (6) , dengan ini disampaikan bahwa Pemeriksaan
terhadap Objek Pajak:

NOP

Alamat Objek Pajak ( 8)

Tahun Pajak (9)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

NPWP
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)

Tujuan Pemeriksaan

Kode Pemeriksaan

NP2
ditolak untuk dibatalkan penugasan pemeriksaannya dengan alasan (16)

Demikian disampaikan untuk dimaklumi.

(17)

(18)

NIP
-35-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.14


PENOLAKAN USUL PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan atau Kanwil
DJP.
Angka 2 : diisi nomor surat penolakan usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi tanggal surat penolakan usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang mengusulkan pembatalan penugasan
Pemeriksaan.
Angka 5 : diisi nomor surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 6 : diisi tanggal surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 diisi Tahun Pajak.
Angka 10 • diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diperiksa.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi NP2.
Angka 16 : diisi alasan yang mendasari ditolaknya usul pembatalan penugasan
Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat penolakan usul
pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat penolakan usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
-36-
LAMPIRAN 1.15
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-7c/PJ/ 2 6 /rTENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1 )

(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Pembatalan Penugasan Pemeriksaan

Yth. (4)

Sehubungan dengan Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP (5)

Alamat Objek Pajak (6)

Tahun Pajak (7)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (8)

NPWP (9)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

Tujuan Pemeriksaan (11)

Kode Pemeriksaan (12)

NP2 (13)

dibatalkan penugasan pemeriksaannya dengan alasan (14)

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

(15)

(16)

NIP

Tembusan
(17)
-37-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.15


PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN

Angka 1 • diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan atau Kanwil
DJP.
Angka 2 diisi nomor surat pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi tanggal surat pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang penugasan Pemeriksaannya dibatalkan.
Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 6 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 7 : diisi Tahun Pajak.
Angka 8 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang penugasan Pemeriksaan
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 9 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
penugasan Pemeriksaan Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 10 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang penugasan Pemeriksaan
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 11 • diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 12 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 13 diisi NP2.
Angka 14 • diisi alasan yang mendasari dibatalkannya penugasan Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat pembatalan
penugasan Pemeriksaan.
Angka 16 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi Kepala Kanwil DJP atasan UP2.
-38-
LAMPIRAN 1.16
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-217PJ/ ao(r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Pembatalan Penugasan Pemeriksaan
Berdasarkan Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak

Yth. (4)

Sehubungan dengan Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP (5)

Alamat Objek Pajak (6)

Tahun Pajak (7)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (8)

NPWP (9)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

Tujuan Pemeriksaan (11)

Kode Pemeriksaan (12)

NP2 (13)

dibatalkan penugasan pemeriksaannya dengan alasan (14)

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Direktur Jenderal,

(15)

NIP
Tembusan
(16)
-39-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.16


PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN
BERDASARKAN PERTIMBANGAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP.


Angka 2 : diisi nomor surat pembatalan penugasan Pemeriksaan berdasarkan
pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
Angka 3 : diisi tanggal surat pembatalan penugasan Pemeriksaan berdasarkan
pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang penugasan Pemeriksaannya dibatalkan.
Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 6 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 7 : diisi Tahun Pajak.
Angka 8 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang penugasan Pemeriksaan
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 9 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
penugasan Pemeriksaan Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 10 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang penugasan Pemeriksaan
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 11 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 12 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 13 : diisi NP2.
Angka 14 : diisi alasan yang mendasari dibatalkannya penugasan Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat pembatalan penugasan Pemeriksaan berdasarkan
pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
Angka 16 : diisi:
a. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan; dan
b. Kepala Kanwil DJP atasan UP2.
- 40 -
LAMPIRAN 1.17
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2r/P1/2 0 /1- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan

Yth. (4)

Sehubungan dengan surat (5) Nomor (6) Tanggal (7)

dengan ini disampaikan bahwa Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP

Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP (12)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (13)

Tujuan Pemeriksaan (14)

Kode Pemeriksaan (15)

NP2 (16)

diusulkan untuk dibatalkan penugasan pemeriksaannya dengan alasan Pemeriksaan terhadap


Wajib Pajak Domisili dibatalkan.
Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

(17)

(18)

NIP
- 41 -

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.17


USUL PEMBATALAN PENUGASAN PEMERIKSAAN

Angka 1 diisi kepala surat dari UP2 Lokasi.


Angka 2 : diisi nomor surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 3 : diisi tanggal surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 4 diisi nama dan alamat Kepala Kanwil DJP atasan UP2 Lokasi.
Angka 5 • diisi Kepala UP2 Domisili yang menyampaikan pemberitahuan pembatalan
penugasan Pemeriksaan.
Angka 6 diisi nomor surat pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 7 : diisi tanggal surat pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 8 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 9 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 10 : diisi Tahun Pajak.
Angka 11 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diusulkan
pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 12 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diusulkan pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 13 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diusulkan
pembatalan penugasan Pemeriksaan.
Angka 14 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 15 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 16 diisi NP2.
Angka 17 diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat usul pembatalan
penugasan Pemeriksaan.
Angka 18 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan.
-42-
LAMPIRAN 1.18
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2.S7P1/ 2 0/1- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Pembatalan Pemeriksaan Lokasi

Yth. (4)

Sehubungan dengan Surat Usul Pembatalan Penugasan Pemeriksaan


Nomor (5) Tanggal (6) , dengan ini disampaikan bahwa Pemeriksaan
terhadap Objek Pajak:

NOP

Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)

Tujuan Pemeriksaan (13)

Kode Pemeriksaan (14)

NP2 (15)

dibatalkan Pemeriksaannya sebagai tindak lanjut atas pembatalan Pemeriksaan oleh Unit
Pelaksana Pemeriksaan Domisili.

Demikian disampaikan untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.

(16)

(17)

NIP
-43-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.18


PEMBATALAN PEMERIKSAAN LOKASI

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atasan UP2 Lokasi.
Angka 2 diisi nomor surat pembatalan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 3 diisi tanggal surat pembatalan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 4 diisi nama dan alamat UP2 yang mengusulkan pembatalan penugasan
Pemeriksaan Lokasi.
Angka 5 diisi nomor surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan Lokas i.
Angka 6 diisi tanggal surat usul pembatalan penugasan Pemeriksaan Loka si.
Angka 7 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Pemeriksaan Lokasi atas
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 11 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Pemeriksaan Lokasi atas Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Pemeriksaan Lokasi atas
Objek Pajaknya dibatalkan.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi NP2.
Angka 16 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat pembatalan
Pemeriksaan Lokasi.
Angka 17 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat pembatalan Pemeriksaan Lokasi.
-44-
LAMPIRAN 1.19
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-,271P1/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

Nomor (2)
(3)
Sifat : Segera
Hal : Pemberitahuan Penolakan Pemeriksaan Lokasi

Yth. (4)

Sehubungan dengan Surat Permintaan Pemeriksaan Lokasi Nomor (5)


Tanggal (6) , dengan ini disampaikan bahwa Pemeriksaan Lokasi terhadap Objek
Pajak:

NOP
1 1 1
Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP
Alamat Subjek Pajak
atau Wajib Pajak (12)

Tujuan Pemeriksaan (13)

Kode Pemeriksaan (14)

tidak dapat dilakukan dengan alasan (15)

Demikian disampaikan untuk dimaklumi.

(16)

(17)

NIP
Tembusan
(18)
-45-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.19


PEMBERITAHUAN PENOLAKAN PEMERIKSAAN LOKASI

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2 Lokasi.


Angka 2 • diisi nomor surat pemberitahuan penolakan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 3 • diisi tanggal surat pemberitahuan penolakan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 Domisili.
Angka 5 : diisi nomor surat permintaan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 6 : diisi tanggal surat permintaan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diminta untuk
dilakukan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 11 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diminta untuk dilakukan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 12 • diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diminta untuk
dilakukan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 13 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 14 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 15 : diisi alasan pemeriksaan lokasi tidak dapat dilaksanakan. Contoh :
Objek Pajak tidak terdaftar di wilayah kerja KPP, sudah diterbitkan SKP PBB
melalui Pemeriksaan, atau sudah diterbitkan SKP PBB melalui Penelitian
PBB.
Angka 16 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat pemberitahuan
penolakan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 17 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat pemberitahuan penolakan Pemeriksaan Lokasi.
Angka 18 • diisi:
a. Kepala Kanwil DJP atasan UP2 Lokasi; dan
b. Kepala Kanwil DJP atasan UP2 Domisili.
-46-
LAMPIRAN 1.20
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-,Zr /PJ/ "-off TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Pemberitahuan Pembatalan Pemeriksaan
(4)
Yth.

Sehubungan dengan Pemeriksaan di bidang perpajakan berdasarkan Surat Perintah


Pemeriksaan Nomor (5) Tanggal (6) dan Surat Perintah Pemeriksaan
Perubahan Nomor (7) Tanggal (8) terhadap Objek Pajak Saudara
di bawah ini:

NOP

Alamat Objek Pajak

Tahun Pajak
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak

NPWP (13)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (14)

Tujuan Pemeriksaan (15)

bersama ini diberitahukan bahwa Pemeriksaan tersebut dibatalkan dengan alasan (16)

Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian.

(17)

(18)

NIP

Tembusan (20)
(19)
Diterima oleh
(21)
Jabatan
(22)
Tanggal
(23)
Tandatangan/cap
-47-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.20


PEMBERITAHUAN PEMBATALAN PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 diisi nomor surat pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 3 diisi tanggal surat pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 4 : diisi nama dan alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya batal
diperiksa.
Angka 5 : diisi nomor SP2.
Angka 6 : diisi tanggal SP2.
Angka 7 : diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 8 : diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 9 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 10 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 11 : diisi Tahun Pajak.
Angka 12 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya batal diperiksa.
Angka 13 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya batal diperiksa.
Angka 14 • diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya batal diperiksa.
Angka 15 : diisi tujuan Pemeriksaan, yaitu untuk:
a. Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban PBB; atau
b. Tujuan Lain Dalam Rangka Melaksanakan Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan PBB, yaitu untuk keperluan penyelesaian keberatan
PBB atau penagihan PBB.
Angka 16 : diisi alasan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 17 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat pemberitahuan
pembatalan Pemeriksaan.
Angka 18 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 19 diisi dengan Kepala Kanwil DJP yang memberikan persetujuan pembatalan
penugasan Pemeriksaan.
Angka 20 : diisi nama penerima surat pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 21 : diisi jabatan penerima surat pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 22 diisi tanggal terima surat pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
Angka 23 • diisi tanda tangan penerima dan cap perusahaan/Iembaga penerima surat
pemberitahuan pembatalan Pemeriksaan.
- 48 -
LAMPIRAN 1.21
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2r /PJ/ 70/r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

ANALISIS RISIKO OBJEK PAJAK

I. Identitas Objek Pajak

NOP (2)

Alamat Objek Pajak ( 3)

II. Uraian Analisis Risiko

(4)

III. Usulan
Berdasarkan uraian atas Analisis Risiko sebagaimana disebut di atas, maka diusulkan
Pemeriksaan Khusus terhadap Objek Pajak:

NOP

Alamat Objek Pajak (6)

Tahun Pajak (7)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (8)

NPWP (9)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

Kode Pemeriksaan

(12)
(13)

(14)

NIP
-49-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.21


ANALISIS RISIKO OBJEK PAJAK

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 3 diisi alamat Objek Pajak.
Angka 4 diisi uraian mengenai Analisis Risiko yang telah dilakukan, misalnya analisis
dan evaluasi pembayaran, pelaporan, pengembalian kelebihan pembayaran,
dan tunggakan PBB, dan/atau analisis potensi PBB.
Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 6 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 7 : diisi Tahun Pajak.
Angka 8 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Analisis Risiko.
Angka 9 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya dilakukan Analisis Risiko.
Angka 10 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Analisis Risiko.
Angka 11 : diisi kode Pemeriksa.
Angka 12 : diisi tempat dan tanggal dibuatnya Analisis Risiko.
Angka 13 : diisi nama jabatan dari pegawai yang menandatangani Analisis Risiko.
Angka 14 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP pegawai yang menandatangani Analisis
Risiko.
-50-
LAMPIRAN 1.22
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2S- /PJ/ArTENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

Nomor (2)
(3)
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Hal : Usul Pemeriksaan Khusus

Yth. (4)

Sehubungan dengan hasil Analisis Risiko atas Objek Pajak sebagaimana terlampir, dengan
ini disampaikan usul untuk melakukan Pemeriksaan Khusus terhadap Objek Pajak:

NOP (5)

Alamat Objek Pajak (6)

Tahun Pajak (7)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (8)

NPWP (9)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

Kode Pemeriksaan (11)

UP2 (12)

Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

(13)

(14)

NIP

t
- 51 -

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.22


USUL PEMERIKSAAN KHUSUS

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi nomor surat usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 3 : diisi tanggal surat usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 4 : diisi nama dan alamat Kanwil DJP atasan UP2.
Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 6 diisi alamat Objek Pajak.
Angka 7 : diisi Tahun Pajak.
Angka 8 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diusulkan
Pemeriksaan Khusus.
Angka 9 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diusulkan Pemeriksaan Khusus.
Angka 10 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diusulkan
Pemeriksaan Khusus.
Angka 11 diisi kode Pemeriksaan.
Angka 12 : diisi nama UP2 yang melakukan Pemeriksaan.
Angka 13 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat usul Pemeriksaan
Khusus.
Angka 14 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat usul Pemeriksaan Khusus.
-52-
LAMPIRAN 1.23
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2-5 /PJ/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1 )

RISALAH HASIL PEMBAHASAN ANALISIS RISIKO

I. Identitas Objek Pajak

NOP (2)

Alamat Objek Pajak (3)

Tahun Pajak (4)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (5)

NPWP (6 )

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (7)

II. Ikhtisar Risiko


1. Analisis Elemen SPOP/LSPOP
No Elemen SPOP/LSPOP Nilai Data Sumber Data
(8) (9) (10) (11)

2. Risiko Ketidakpatuhan

(12)

3. Indikator Kualitatif

(13)

4. Potensi PBB

(14)
-53-

5. Kesimpulan Tim

(15)

III. Usulan
Berdasarkan pembahasan atas Analisis Risiko Objek Pajak yang teiah dibuat oleh
Account Representative (AR) / Pemeriksa / Fungsional Penilai / Petugas Penilai / Pelaksana *),
maka atas Analisis Risiko Objek Pajak tersebut dapat / tidak dapat *) diusulkan Pemeriksaan
Khusus.

Tim Pembahas Analisis Risiko

Nama dan NIP Tanda Tangan

1. (16)

NIP (17)

2. dst
- 54 -

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.23


RISALAH HASIL PEMBAHASAN ANALISIS RISIKO

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 3 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 4 : diisi Tahun Pajak.
Angka 5 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Analisis Risiko.
Angka 6 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya dilakukan Analisis Risiko.
Angka 7 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Analisis Risiko.
Angka 8 diisi nomor urut.
Angka 9 : diisi jenis data dalam SPOP/LSPOP yang terdapat risiko ketidakpatuhan,
contoh antara lain luas areal produktif, luas bangunan, dan lifting.
Angka 10 : diisi besaran dari masing-masing jenis data pada "Angka 9".
Angka 11 : diisi jenis dokumen/bukti yang digunakan sebagai sumber Analisis Risiko,
misalnya: laporan keuangan, data dari organisasi/lembaga pemerintahan di
bidang tertentu.
Angka 12 : diisi penjelasan risiko ketidakpatuhan Subjek Pajak atau Wajib Pajak dalam
melaporkan Objek Pajaknya.
Angka 13 : diisi indikator atau alasan lain yang bersifat kualitatif sebagai data tambahan
Analisis Risiko, misalnya potensi PBB yang dapat digali berdasarkan hasil
Analisis Risiko sangat kecil, tetapi berhubung Wajib Pajak termasuk Wajib
Pajak besar pada KPP, maka perlu dilakukan Pemeriksaan untuk memberikan
deterrent effect pada Wajib Pajak lainnya.
Angka 14 : diisi uraian penghitungan besarnya potensi PBB yang masih dapat digali.
Angka 15 : diisi kesimpulan Tim Pembahas Analisis Risiko.
Angka 16 : diisi nama dan NIP anggota Tim Pembahasan Analisis Risiko.
Angka 17 : diisi tandatangan anggota Tim Pembahasan Analisis Risiko.
Keterangan *) : dicoret untuk pilihan yang tidak sesuai.
-55-
LAMPIRAN 1.24
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-ar/PJ/ 9-611 — TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

LEMBAR HASIL PENELAAHAN DAN EVALUASI ANALISIS RISIKO

NOP (2)

Alamat Objek Pajak (3)

Tahun Pajak (4)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (5)

NPWP
Alamat Subjek Pajak
n (6)

atau Wajib Pajak (7)

Kode Pemeriksaan (8)

UP2 (9)

1. Persyaratan Formal
No Kriteria Penilaian Ya*) Tidak *) Keterangan **)
1 Analisis Risiko.
2 Risiko Ketidakpatuhan.
3 Materialitas Risiko.
4 Kesesuaian kode Pemeriksaan
dengan kriteria, alasan, dan ruang
lingkup Pemeriksaan.
5 Histori Pemeriksaan.
6 Relevansi Subjek Pajak/Wajib
Pajak atau Objek Pajak dengan
fokus Pemeriksaan baik fokus
Pemeriksaan
nasional maupun fokus
Pemeriksaan Kantor Wilayah.
7 Tunggakan Pemeriksaan.
iisi sesuai dengan tanda "X" sesuai dengan dengan kondisi;
**) Diisi informasi lain yang dianggap perlu.
- 56 -

2. Penilaian Lainnya

(10)

3. Kesimpulan

(12)

(13)

NIP

t
-57-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.24


LEMBAR HASIL PENELAAHAN DAN EVALUASI ANALISIS RISIKO

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atasan UP2.


Angka 2 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 3 diisi alamat Objek Pajak.
Angka 4 diisi Tahun Pajak.
Angka 5 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Analisis Risiko.
Angka 6 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya dilakukan Analisis Risiko.
Angka 7 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Analisis Risiko.
Angka 8 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 9 : diisi nama UP2 yang melakukan Pemeriksaan.
Angka 10 : diisi uraian penilaian atas persyaratan formal dan uraian penilaian atas
elemen-elemen Analisis Risiko yang lainnya.
Angka 11 diisi kesimpulan apakah usul Pemeriksaan Khusus diterima atau ditolak.
Angka 12 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani lembar hasil
penelaahan dan evaluasi Analisis Risiko.
Angka 13 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani lembar hasil penelaahan dan evaluasi Analisis Risiko.
- 58 -
LAMPIRAN 1.25
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-4- /PJ/ 2)/ r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor ( 3)
Sifat : Segera
Hal : Persetujuan untuk Melakukan Pemeriksaan Khusus
(4)
Yth.

Sehubungan dengan Surat Usul Pemeriksaan Khusus Nomor (5)

Tanggal (6) , dengan ini diberikan persetujuan untuk melakukan Pemeriksaan Khusus
terhadap Objek Pajak:

NOP (7)

Alamat Objek Pajak (8)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (9 )

NPWP
Alamat Subjek Pajak
n (10)

atau Wajib Pajak

Kode Pemeriksaan (12)

dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Tahun Pajak yang diperiksa adalah (13)

2. Pemeriksaan harus diselesaikan selambat-lambatnya (14 )

3. Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan
akhir hasil Pemeriksaan dapat dilakukan (1)5
surat tindak lanjut hasil
Pemeriksaan dari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
4. (16)

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

(17)

(18)

NIP

t-
-59-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.25


PERSETUJUAN UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN KHUSUS

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atasan UP2.


Angka 2 : diisi nomor surat persetujuan untuk melakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 3 : diisi tanggal surat persetujuan untuk melakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2.
Angka 5 : diisi nomor surat usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 6 : diisi tanggal surat usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 7 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya akan
dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 10 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya akan dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 11 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya akan
dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 12 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 13 diisi Tahun Pajak yang akan diperiksa.
Angka 14 : diisi batas waktu penyelesaian pemeriksaan. Contoh: Pemeriksaan harus
diselesaikan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sejak surat pemberitahuan
Pemeriksaan disampaikan.
Angka 15 diisi:
a. "setelah ada", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan dapat
dilakukan setelah ada surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan dari Kepala
Kanwil DJP;
b. "tanpa menunggu", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan
dapat dilakukan tanpa menunggu surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan
dari Kepala Kanwil DJP.
Angka 16 • diisi ketentuan lain yang diperlukan.
Angka 17 diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat persetujuan untuk
melakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 18 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat persetujuan untuk melakukan Pemeriksaan Khusus.
-60-
LAM P I RAN 1.26
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2r/PJ/ ,20/r- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor (3)

Sifat : Segera
Hal : Penolakan Usul Pemeriksaan Khusus
(4)
Yth.

Sehubungan dengan Surat Usul Pemeriksaan Khusus Nomor (5)

Tanggal (6) , dengan ini dinyatakan bahwa usul untuk melakukan Pemeriksaan Khusus
terhadap Objek Pajak:

NOP (7)

Alamat Objek Pajak (5)

Tahun Pajak (9)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

NPWP (11)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (12)

Kode Pemeriksaan (13)

(14)
ditolak usul Pemeriksaan Khususnya, dengan alasan

Demikian disampaikan untuk dimaklumi.

(15)

(16)

NIP
-61-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.26


PENOLAKAN USUL PEMERIKSAAN KHUSUS

Angka 1 diisi kepala surat dari Kanwil DJP atasan UP2.


Angka 2 diisi nomor surat penolakan usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 3 diisi tanggal surat penolakan usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 4 diisi nama dan alamat UP2 yang mengusulkan Pemeriksaan Khusus.
Angka 5 diisi nomor surat usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 6 : diisi tanggal surat usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 7 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi Tahun Pajak.
Angka 10 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diusulkan
untuk dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 11 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diusulkan untuk dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 12 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diusulkan
untuk dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 13 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 14 : diisi atasan yang mendasari ditolaknya usul Pemeriksaan Khusus.
Angka 15 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat penolakan usul
Pemeriksaan Khusus.
Angka 16 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat penolakan usul Pemeriksaan Khusus.
- 62 -
LAMPIRAN 1.27
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PJ/2014-TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)

(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Hal : Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus
(4)
Yth

Sehubungan dengan (5) , dengan ini diinstruksikan kepada Saudara untuk


melakukan Pemeriksaan Khusus terhadap Objek Pajak:

NOP (6)

Alamat Objek Pajak (7)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (8)

NPWP (9)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

Kode Pemeriksaan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(12)
1 Tahun Pajak yang diperiksa adalah
2. Pemeriksaan harus diselesaikan selambat-lambatnya (13)

3. Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan
akhir hasil Pemeriksaan dapat dilakukan (14)
surat tindak lanjut hasil
(15)
Pemeriksaan dari
(16)

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Direktur,

(17)

NIP
-63-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.27


INSTRUKSI MELAKUKAN PEMERIKSAAN KHUSUS
(DART DIREKTUR PEMERIKSAAN DAN PENAGIHAN)

Angka 1 : diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.


Angka 2 : diisi nomor instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 3 : diisi tanggal instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang diinstruksikan melakukan Pemeriksaan
Khusus.
Angka 5 : diisi alasan diterbitkannya instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 6 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 7 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 8 • diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya akan
dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 9 • diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya akan dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 10 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya akan
dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 11 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 12 : diisi Tahun Pajak yang akan diperiksa.
Angka 13 : diisi batas waktu penyelesaian Pemeriksaan.
Angka 14 : diisi:
a. "setelah ada", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan dapat
dilakukan setelah ada surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan dari Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP;
b. "tanpa menunggu", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan
dapat dilakukan tanpa menunggu surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan
dari Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kanwil DJP.
Angka 15 : diisi:
a. Kepala Kanwil DJP, dalam hal surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan
diterbitkan oleh Kepala Kanwil DJP; atau
b. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan, dalam hal surat tindak lanjut hasil
Pemeriksaan diterbitkan oleh Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.

t-
- 64 -

Angka 16 : diisi ketentuan lain yang diperlukan.


Angka 17 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani instruksi Pemeriksaan Khusus.
-65-
LAMPIRAN 1.28
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- 2,r/PJ/ ZD/FTENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor ( 3)

Sifat : Segera
Hal : Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus
(4)
Yth.

Sehubungan dengan (5) , dengan ini diinstruksikan kepada Saudara untuk


melakukan Pemeriksaan Khusus terhadap Objek Pajak:

NOP (6)

Alamat Objek Pajak (7)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (8 )

NPWP ( 9)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

Kode Pemeriksaan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(12)
1 Tahun Pajak yang diperiksa adalah
2. Pemeriksaan harus diselesaikan selambat-lambatnya (13)

3. Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan
akhir hasil Pemeriksaan dapat dilakukan (14)
surat tindak lanjut hasil
Pemeriksaan dari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
4 (15)

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Kepala Kantor,

(16)

NIP
- 66 -

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.28


INSTRUKSI MELAKUKAN PEMERIKSAAN KHUSUS
(DART KEPALA KANWIL DJP)

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kepala Kanwil DJP atasan UP2.
Angka 2 : diisi nomor instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 3 : diisi tanggal instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang diinstruksikan melakukan Pemeriksaan
Khusus.
Angka 5 : diisi atasan diterbitkannya instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 6 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 7 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 8 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya akan
dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 9 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya akan dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 10 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya akan
dilakukan Pemeriksaan Khusus.
Angka 11 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 12 diisi Tahun Pajak yang akan diperiksa.
Angka 13 : diisi batas waktu penyelesaian Pemeriksaan.
Angka 14 : diisi:
a. "setelah ada", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan dapat
dilakukan setelah ada surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan dari Kepala
Kanwil DJP;
b. "tanpa menunggu", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan
dapat dilakukan tanpa menunggu surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan
dari Kepala Kanwil DJP.
Angka 15 : diisi ketentuan lain yang diperlukan.
Angka 16 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani instruksi Pemeriksaan Khusus.
- 67 -
LAMPIRAN 1.29
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- 2-,r/PJ/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1 )

(2)
Nomor (3)
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Hal : Instruksi Melakukan Pemeriksaan Khusus
(Analisis Risiko Secara Komputerisasi)
(4)
Yth.

Sehubungan dengan hasil kriteria seleksi Objek Pajak, bersama ini diminta agar Saudara
melakukan Pemeriksaan terhadap Objek Pajak sebagaimana terlampir dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Kode Pemeriksaan adalah (5)

2. Tahun Pajak yang diperiksa adalah (6)

3. Pemeriksaan harus diselesaikan selambat-lambatnya (7)


4. Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan
akhir hasil Pemeriksaan dapat dilakukan (8)
surat tindak Ianjut hasil
Perneriksaan dari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
5. (9 )

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Direktur,

(1 0)

NIP

Tembusan
- 68 -

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.29


INSTRUKSI MELAKUKAN PEMERIKSAAN KHUSUS
(ANALISIS RISIKO SECARA KOMPUTERISASI)

Angka 1 : diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan.


Angka 2 : diisi nomor instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 3 : diisi tanggal instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2 yang diinstruksikan melakukan Pemeriksaan
Khusus.
Angka 5 : diisi kode Pemeriksaan.
Angka 6 : diisi Tahun Pajak yang akan diperiksa.
Angka 7 diisi batas waktu penyelesaian Pemeriksaan.
Angka 8 diisi:
a. "setelah ada", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Subjek
Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan dapat
dilakukan setelah ada surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan dari Kepala
Kanwil DJP;
b. "tanpa menunggu", dalam hal pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada
Subjek Pajak atau Wajib Pajak dan pembahasan akhir hasil Pemeriksaan
dapat dilakukan tanpa menunggu surat tindak lanjut hasil Pemeriksaan
dari Kepala Kanwil DJP
Angka 9 : diisi ketentuan lain yang diperlukan.
Angka 10 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani instruksi Pemeriksaan Khusus.
Angka 11 : diisi Kepala Kanwil DJP atasan UP2 yang ditunjuk melakukan Pemeriksaan
Khusus.
- 69 -
LAMPIRAN 1.30
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-21 /PJ/2.oir TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUM!
DAN BANGUNAN

.)

DAFTAR OBJEK PAJAK YANG AKAN DIPERIKSA


BERDASARKAN ANALISIS RISIKO SECARA KOMPUTERISASI

No. Urut NOP Alamat Objek Pajak Nama Wajib Pajak NPWP
1
dst.

*) diisi kepala surat dari Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan

t
z
3 cc

—z
M-

CC
SC
CC
U-1

D
CC

UJ
<

I-
Z <
Z
0 Z

LU
-J w
<
aY
Q

§ <
1AN PAJ AKBUMI
< Lj

co
z
w< z

DAFTAR PERSEDIAA NOBJEKPAJAKYANG AKANDIUSU LKAN PEMERIKSAAN RUTIN

Nama Su bjek Penun daan Batas Wa ktu

Z
dO N Alamat Obj ek dMd N Pe nyampaian Surat
Paj a k atau Peng em ba lian Pe ngem ba lian Keterang an

...
6M
Paja k SPOP Teg uran
Waj ib Paj a k SPOP SPOP

•:
(9) (8)

5 Ff-
(6)

-1

R
(z) (o i) 0. 1.)


Is p
71

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.31


DAFTAR PERSEDIAAN OBJEK PAJAK YANG AKAN DIUSULKAN PEMERIKSAAN RUTIN

Angka 1 : diisi nama UP2 pengusul Pemeriksaan Rutin.


Angka 2 : diisi nomor urut.
Angka 3 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 4 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 5 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya yang
diusulkan Pemeriksaan Rutin.
Angka 6 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diusulkan Pemeriksaan Rutin.
Angka 7 : diisi nomor dan tanggal surat penyampaian SPOP/LSPOP kepada Subjek
Pajak atau Wajib Pajak.
Angka 8 : diisi nomor dan tanggal surat pemberitahuan penundaan pengembalian
SPOP/LSPOP dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak
Angka 9 : diisi nomor dan tanggal Surat Teguran pengembalian SPOP/LSPOP.
Angka 10 : diisi tanggal yang menjadi batas akhir pengembalian SPOP/LSPOP bagi
Subjek Pajak atau Wajib Pajak.
Angka 11 : diisi keterangan yang diperlukan.
72
LAMPIRAN 1.32
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2,17PJ/ 249/f -TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor (3)

Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Hal : Daftar Nominatif Objek Pajak yang akan Diperiksa

(4)
Yth.

Sesuai dengan prosedur pengusulan Pemeriksaan Rutin yang diatur dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- /PJ/ tanggal tentang Kebijakan
Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, terlampir disampaikan Daftar Nominatif
Objek Pajak yang memenuhi kriteria Pemeriksaan Rutin.

Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

(5)

(6)

NIP

1r-
73

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.32


DAFTAR NOMINATIF OBJEK PAJAK YANG AKAN DIPERIKSA

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi nomor daftar nominatif Objek Pajak yang akan diperiksa.
Angka 3 : diisi tanggal daftar nominatif Objek Pajak yang akan diperiksa.
Angka 4 : diisi nama dan alamat Kanwil DJP atasan UP2.
Angka 5 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani daftar nominatif Objek
Pajak yang akan diperiksa.
Angka 6 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani daftar nominatif Objek Pajak yang akan diperiksa.
74
LAMPIRAN 1.33
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-.2-17PJ/ zwr TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

DAFTAR NOMINATIF OBJEK PAJAK YANG AKAN DIPERIKSA

Alamat Nama Subjek Alamat Subjek


No. Tahun
NOP Objek Pajak atau NPWP Pajak atau Wajib Keterangan
Urut Pajak
Pajak Wajib Pajak Pajak
(2) (3) (4) (5) (6) ( 7) (8) (9 )

1.

dst

(10)

NIP
75

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.33


DAFTAR NOMINATIF OBJEK PAJAK YANG AKAN DIPERIKSA

Angka 1 diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi nomor urut.
Angka 3 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 4 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 5 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya yang
diusulkan Pemeriksaan Rutin.
Angka 6 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya diusulkan Pemeriksaan Rutin.
Angka 7 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diusulkan
Pemeriksaan Rutin.
Angka 8 : diisi Tahun Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : diisi keterangan yang diperlukan.
Angka 10 : diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani daftar nominatif Objek
Pajak yang akan diperiksa.
Angka 11 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani daftar nominatif Objek Pajak yang akan diperiksa.
76
LAMPIRAN 1.34
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- ;.S7P1/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN
(1)

(2) (3)
Nomor
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Hal : Penugasan/Penolakan*) Pemeriksaan Rutin

(4)
Yth.

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor (5) Tanggal (6) hal

daftar nominatif Objek Pajak yang akan diperiksa, dengan ini:


ditugaskan kepada Saudara untuk melakukan Pemeriksaan Rutin (7)

ditolak usulan Pemeriksaan Rutin yang Saudara usulkan


terhadap Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam lampiran surat ini.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya.

(8)

(9)

NIP
77

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.34


PENUGASAN/PENOLAKAN PEMERIKSAAN RUTIN

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atasan UP2.


Angka 2 : diisi nomor surat penugasan/penolakan Pemeriksaan Rutin.
Angka 3 : diisi tanggal surat penugasan/penolakan Pemeriksaan Rutin.
Angka 4 : diisi nama dan alamat UP2.
Angka 5 : diisi nomor daftar nominatif Objek Pajak yang diusulkan UP2.
Angka 6 diisi tanggal daftar nominatif Objek Pajak yang diusulkan UP2.
Angka 7 diisi tanda pada kotak yang diperlukan.
Angka 8 diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani surat
penugasan/penolakan Pemeriksaan Rutin.
Angka 9 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat penugasan/penolakan Pemeriksaan Rutin.
Keterangan *) : dicoret untuk isian yang tidak sesuai.

it-
78

LAMPI RAN 1.35


SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2r /PJ/ 2.0/1- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

DAFTAR OBJEK PAJAK YANG DISETUJUI ATAU DITOLAK UNTUK DIPERIKSA

Nama Alamat
Alamat Pemeriksaan
No. Subjek Subjek Pajak Tahun
NOP Objek NPWP Disetujui / Keterangan
Urut Pajak atau atau Wajib Pajak
Pajak Ditolak
Wajib Pajak Pajak
(2) (3) (4) (5) (6) (7 ) (8) (9) (10)

1.

dst

(12)

NIP
79

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.35


DAFTAR OBJEK PAJAK YANG DISETUJUI ATAU DITOLAK UNTUK DIPERIKSA

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP atasan UP2.


Angka 2 : diisi nomor urut.
Angka 3 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 4 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 5 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya disetujui atau
ditolak untuk dilakukan Pemeriksaan Rutin.
Angka 6 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya disetujui atau ditolak untuk dilakukan Pemeriksaan Rutin.
Angka 7 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya disetujui atau
ditolak untuk dilakukan Pemeriksaan Rutin.
Angka 8 : diisi Tahun Pajak yang disetujui atau ditolak untuk dilakukan Pemeriksaan
Rutin.
Angka 9 : diisi "Disetujui" atau "Ditolak".
Angka 10 : diisi kode Pemeriksaan, dalam hal Objek Pajak disetujui untuk dilakukan
Pemeriksaan Rutin. Diisi alasan penolakan Pemeriksaan, dalam hal Objek
Pajak ditolak untuk dilakukan Pemeriksaan Rutin.
Angka 11 diisi nama jabatan dari pejabat yang menandatangani daftar Objek Pajak yang
disetujui atau ditolak untuk diperiksa.
Angka 12 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani daftar Objek Pajak yang disetujui atau ditolak untuk
diperiksa.
80

LAMPIRAN 1.36
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-,lr/PJ/ 200- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
( 1 )

LAPORAN PENDAHULUAN
UNTUK USUL PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Nomor Laporan
Tanggal Laporan
Nama Subjek Pajak
atau Wajib Pajak
NPWP

NOP

Tahun Pajak
81

I. PENUGASAN PEMERIKSAAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, kami yang tersebut dibawah ini:

No. Nama/NIP Pangkat/Gol. Jabatan

(8) (9) (10) (11)

melakukan Pemeriksaan berdasarkan:


1. Surat Perintah Pemeriksaan:
(12)
Nomor
(13)
Tanggal
dan
2. Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan:
(14)
Nomor
(15)
Tanggal

II. IDENTITAS SUBJEK PAJAK ATAU WAJIB PAJAK

Nama Subjek Pajak


(16)
atau Wajib Pajak
(17)
NPWP
Alamat Subjek Pajak
(18)
atau Wajib Pajak

(19)
Penanggung Jawab
(20)
Kegiatan Usaha
(21)
Informasi Lain

III. IDENTITAS OBJEK PAJAK


(22)
NOP

(23)
Alamat Objek Pajak
82

IV. ALASAN PEMERIKSAAN


1. Kriteria Pemeriksaan

(24)

2. Kronologis Penyebab Usul Pemeriksaan Bukti Permulaan

(25)

V. INDIKASI TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

(26)

VI. DUGAAN KERUGIAN NEGARA BERDASARKAN PBB YANG TERUTANG

(27)

VII. SIMPULAN DAN USUL PEMERIKSA

(28)

(29)

Tim Pemeriksa:

Supervisor,

(30)
NIP
Mengetahui:
(33)
Ketua Tim,

(34) (31)
NIP NIP

Anggota,

NIP dst (32)

t
83

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.36


LAPORAN PENDAHULUAN
UNTUK USUL PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Angka 1 : diisi nama UP2 pengusul Pemeriksaan Bukti Permulaan.


Angka 2 : diisi nomor laporan pendahuluan.
Angka 3 : diisi tanggal laporan pendahuluan.
Angka 4 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 5 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 6 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 7 : diisi Tahun Pajak.
Angka 8 : diisi nomor urut.
Angka 9 : diisi nama dan NIP Pemeriksa.
Angka 10 : diisi pangkat dan golongan Pemeriksa.
Angka 11 : diisi jabatan dalam tim Pemeriksa yaitu "Supervisor", "Ketua Tim" atau
"Anggota Tim".
Angka 12 : diisi nomor SP2.
Angka 13 diisi tanggal SP2.
Angka 14 : diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 15 : diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 16 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 17 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 18 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 19 : diisi nama dan jabatan orang yang diserahi tanggung jawab mengelola
perusahaan/lembaga, dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak merupakan
badan.
Angka 20 : diisi kegiatan Subjek Pajak atau Wajib Pajak (Pusat) yang dominan.
Angka 21 : diisi keterangan yang diperlukan.
Angka 22 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 23 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 24 : diisi kriteria Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan serta kriteria
Pemeriksaan Khusus atau Pemeriksaan Rutin.
84

Angka 25 : diisi uraian singkat yang menjelaskan faktor yang menyebabkan Pemeriksa
mengusulkan untuk dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan termasuk
nomor dan tanggal surat pernyataan dan/atau berita acara penolakan
Pemeriksaan, surat pernyataan dan/atau berita acara penolakan membantu
kelancaran Pemeriksaan, surat peminjaman buku, catatan, dan dokumen
dan berita acara tidak dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan,
dan dokumen, dan/atau bukti lainnya.
Angka 26 : diisi indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang memenuhi unsur
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25
Undang-Undang PBB.
Angka 27 diisi dugaan sementara jumlah PBB yang terutang berikut denda
administrasinya sebagai kerugian Negara atas perbuatan Subjek Pajak atau
Wajib Pajak.
Angka 28 : diisi simpulan dan usul Pemeriksa.
Angka 29 : diisi tempat dan tanggal laporan pendahuluan diterbitkan.
Angka 30 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor Tim Pemeriksa.
Angka 31 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.
Angka 32 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa. Jumlah anggota
tim Pemeriksa disesuaikan dengan SP2 dan SP2 Perubahan jika ada.
Angka 33 diisi nama jabatan Kepala UP2.
Angka 34 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari Kepala UP2.
85
LAMPIRAN 1.37
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-2r /RV 201j- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(1)

LAPORAN KEMAJUAN PEMERIKSAAN


YANG DITINGKATKAN MENJADI PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Nomor Laporan
Tanggal Laporan
NOP

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
NPWP

Tahun Pajak
86

I. IDENTITAS SUBJEK PAJAK ATAU WAJIB PAJAK

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak ( 8)

NPWP (9)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (10)

Penanggung Jawab

Kegiatan Usaha

Informasi Lain

II. IDENTITAS OBJEK PAJAK

NOP (14)

Alamat Objek Pajak (15)

III. DASAR PEMERIKSAAN

1. Surat Perintah Pemeriksaan:


(16)
Nomor
(17)
Tanggal
dan
18. Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan:
(19)
Nomor
(20)
Tanggal

IV. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN


1. Kronologis Pemeriksaan

(20)

2. Alasan Diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan

(21)
87

V. URAIAN HASIL PEMERIKSAAN SEMENTARA

(22)

(23)

Tim Pemeriksa:

Supervisor,

(24)
NIP

Mengetahui:
(27)
Ketua Tim,

(28)
NIP NIP (25)

Anggota,

NIP . dst (26)


88

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.37


LAPORAN KEMAJUAN PEMERIKSAAN
YANG DITINGKATKAN MENJADI PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Angka 1 diisi nama UP2 pengusul Pemeriksaan Bukti Permulaan.


Angka 2 diisi nomor laporan kemajuan.
Angka 3 diisi tanggal laporan kemajuan.
Angka 4 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 5 diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 6 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 7 diisi Tahun Pajak.
Angka 8 diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 9 diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 10 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 11 : diisi nama dan jabatan orang yang diserahi tanggung jawab mengelola
perusahaan, dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak merupakan badan.
Angka 12 : diisi kegiatan Subjek Pajak atau Wajib Pajak (Pusat) yang dominan.
Angka 13 : diisi keterangan yang diperlukan.
Angka 14 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 15 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 16 : diisi nomor SP2.
Angka 17 : diisi tanggal SP2.
Angka 18 : diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 19 : diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 20 : diisi uraian mengenai jalannya Pemeriksaan secara urut, rinci, jelas, dan
terfokus, termasuk tanggal dan jam dilakukan penyampaian surat
pemberitahuan Pemeriksaan, hari dan tanggal Peninjauan ke lokasi Objek
Pajak, pihak-pihak yang ditemui selama Pemeriksaan, dan informasi lain
yang terkait selama Pemeriksaan.
Angka 21 : diisi alasan Subjek Pajak atau Wajib Pajak diusulkan untuk dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan serta bukti pendukungnya termasuk nomor
dan tanggal laporan pendahuluan.
Angka 22 • diisi uraian hasil Pemeriksaan sementara secara jelas termasuk perhitungan
sementara PBB terutang.
Angka 23 diisi tempat dan tanggal laporan kemajuan diterbitkan.
89

Angka 24 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Supervisor Tim Pemeriksa.
Angka 25 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Ketua Tim Pemeriksa.
Angka 26 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Anggota Tim Pemeriksa. Jumlah anggota
tim Pemeriksa disesuaikan dengan SP2 dan SP2 Perubahan jika ada.
Angka 27 : diisi nama jabatan Kepala UP2.
Angka 28 diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari Kepala UP2.
90
LAMPIRAN 1.38
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-21/PJ/ 2.00- TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

BERITA ACARA PENYERAHAN DOKUMEN PEMERIKSAAN


YANG DITINGKATKAN MENJADI PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Pada hari ini tanggal bulan tahun


di (2) ,berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor (3)

tanggal (4) dan Surat Perintah Pemeriksaan Perubahan nomor (5)

tanggal (6) , kami Tim Pemeriksa yang tersebut di bawah ini:

No. Nama/NIP Pangkat/Gol. Jabatan

(7) (8) ( 9) (10)

melakukan Pemeriksaan terhadap Objek Pajak:

NOP 11)

Alamat Objek Pajak (12)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (13)

NPWP 14)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (15)

Tahun Pajak (16)

(17)
Kode Pemeriksaan
Sehubungan dengan penangguhan Pemeriksaan karena ditingkatkan menjadi Pemeriksaan Bukti
Permulaan, dengan ini kami serahkan seluruh dokumen dalam pelaksanaan Pemeriksaan kepada
Tim Pemeriksa Bukti Permulaan untuk dapat ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Tim Pemeriksa menyerahkan:
(18)
1.
2. dst.
dan diterima seluruhnya oleh Tim Pemeriksa Bukti Permulaan.
91

Demikian berita acara penyerahan dokumen Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya
atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh perwakilan Tim
Pemeriksa dan Tim Pemeriksa Bukti Permulaan.

Perwakilan Tim Pemeriksa Perwakilan Tim Pemeriksa Bukti Permulaan

(19) (21)

(20) (22)

NIP NIP
92

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.38


BERITA ACARA PENYERAHAN DOKUMEN PEMERIKSAAN
YANG DITINGKATKAN MENJADI PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari UP2.


Angka 2 : diisi hari, tanggal, bulan, tahun, dan alamat tempat, ditandatanganinya
berita acara penyerahan dokumen.
Angka 3 : diisi nomor SP2.
Angka 4 : diisi tanggal SP2.
Angka 5 : diisi nomor SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 6 : diisi tanggal SP2 Perubahan (jika ada).
Angka 7 : diisi nomor urut.
Angka 8 : diisi nama dan NIP Pemeriksa.
Angka 9 : diisi pangkat dan golongan Pemeriksa.
Angka 10 : diisi jabatan dalam tim Pemeriksa yaitu "Supervisor", "Ketua Tim" atau
"Anggota Tim".
Angka 11 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 12 diisi alamat Objek Pajak.
Angka 13 diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 14 • diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 15 diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diperiksa.
Angka 16 diisi Tahun Pajak.
Angka 17 • diisi kode Pemeriksaan.
Angka 18 diisi dokumen yang diserahkan.
Angka 19 diisi jabatan Pemeriksa yang menandatangani berita acara penyerahan
dokumen.
Angka 20 • diisi tanda tangan, nama, dan NIP Pemeriksa yang menandatangani berita
acara penyerahan dokumen.
Angka 21 diisi jabatan Pemeriksa Bukti Permulaan yang menandatangani berita acara
penyerahan dokumen.
Angka 22 diisi tanda tangan, nama, dan NIP Pemeriksa Bukti Permulaan yang
menandatangani berita acara penyerahan dokumen.
93
LAMPI RAN 1.39
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- .2-S- /P1/.2 )(f TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

NOTA DINAS
(2)
Nomor: ND -

Yth. (3)
(4)
Dari
Hal : Permintaan Pemeriksaan dalam rangka Penyelesaian Keberatan PBB
(5)
Tanggal

Sehubungan dengan penyelesaian keberatan PBB yang diajukan Wajib Pajak atas Objek
Pajak:
(6)
NOP

Alamat Objek Pajak (7)

Nama Subjek Pajak


( 8)
atau Wajib Pajak

NPWP n ( 9)

Alamat Subjek Pajak


(10)
atau Wajib Pajak

Tahun Pajak
dengan ini diminta untuk dilakukan Pemeriksaan dalam rangka penyelesaian permohonan
keberatan PBB terhadap Objek Pajak tersebut. Pemeriksaan dilakukan terutama
mengenai (12) . Mengingat jatuh tempo penyelesaian permohonan keberatan
PBB tanggal (13), maka hasil Pemeriksaan agar dapat kami terima paling lambat
(14)
tanggal

Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

(15)
NIP
94

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 1.39


PERMINTAAN PEMERIKSAAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN KEBERATAN PBB

Angka 1 : diisi kepala surat dari Kanwil DJP.


Angka 2 : diisi nomor nota dinas permintaan Pemeriksaan dalam rangka penyelesaian
keberatan PBB.
Angka 3 : diisi Kepala Kanwil DJP.
Angka 4 : diisi Kepala Bidang Keberatan dan Banding atau Kepala Keberatan, Banding,
dan Pengurangan, pada Kanwil DJP.
Angka 5 : diisi tanggal nota dinas permintaan Pemeriksaan dalam rangka penyelesaian
keberatan PBB.
Angka 6 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 7 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 8 : diisi nama Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diajukan keberatan PBB.
Angka 9 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diajukan
keberatan PBB.
Angka 10 : diisi alamat Wajib Pajak yang Objek Pajaknya diajukan keberatan PBB.
Angka 11 : diisi Tahun Pajak.
Angka 12 : diisi perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Direktorat Jenderal
Pajak yang menjadi fokus objek Pemeriksaan.
Angka 13 : diisi jatuh tempo penyelesaian keberatan PBB.
Angka 14 : diisi tanggal LHP harus diterima.
Angka 15 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat permintaan Pemeriksaan dalam rangka penyelesaian
keberatan PBB.

EKTUJ JENDERAL PAJAK,

RIA I PRAMUDITOst
909171987091001 k
LAMPIRAN II
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-,247PJ/ ,Z.D4r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

DAFTAR CONTOH FORMAT FORMULIR PENELITIAN PBB

No. Lampiran Nama Formulir


1. Lampiran 11.1 Tanda Terima Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan,
dan/atau Dokumen
2. Lampiran 11.2 Pemberitahuan Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran PBB
3. Lampiran 11.3 Berita Acara Penyerahan Dokumen Penelitian PBB yang Ditingkatkan
Menjadi Pemeriksaan
4. Lampiran 11.4 Laporan Hasil Penelitian PBB
-2-
LAMPIRAN 11.1
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE- /PJ/ TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

TANDA TERIMA PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN


BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN

(2)
NOP

Alamat Objek Pajak (3)

Nama Subjek Pajak


(4)
atau Wajib Pajak

NPWP ( 5)

Alamat Subjek Pajak


(6)
atau Wajib Pajak

Nomor dan tanggal


Surat Tugas Penelitian PBB (7)

Dipinjamkan Dikembalikan
Jenis/Nama
No. Keterangan lengkap/tidak lengkap/tidak
Buku, Catatan, dan/atau Dokumen lengkap lengkap
(5 ) (5 ) (10) (11) (12)

Diserahkan oleh Subjek Pajak/Wajib Pajak dan diterima oleh:

(13)
Tanggal:

(14)
NIP

Dikembalikan Petugas Peneliti PBB dan diterima oleh:

(15)
Tanggal:

(16)
-3-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 11.1


TANDA TERIMA PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN
BUKU, CATATAN, DAN/ATAU DOKUMEN

Angka 1 diisi kepala surat dari KPP.


Angka 2 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 3 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 4 : diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Penelitian PBB.
Angka 5 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek
Pajaknya dilakukan Penelitian PBB.
Angka 6 : diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Penelitian PBB.
Angka 7 : diisi nomor dan tanggal surat tugas Penelitian PBB.
Angka 8 : diisi nomor urut.
Angka 9 : diisi buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam, baik dalam bentuk
manual maupun data elektronik serta tahun pajaknya.
Angka 10 : diisi jumlah dan satuan buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam,
misalnya 1 odner, 2 set, 3 compact disc, dan sebagainya.
Angka 11 : diisi "lengkap" atau "tidak lengkap" atas keberadaaan buku, catatan, dan/atau
dokumen yang dipinjam pada saat peminjaman.
Angka 12 : diisi "lengkap" atau "tidak lengkap" atas keberadaaan buku, catatan, dan/atau
dokumen yang dipinjam pada saat pengembalian.
Angka 13 : diisi tanggal peminjaman buku, catatan, dan/atau dokumen.
Angka 14 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Petugas Peneliti PBB yang menerima buku,
catatan, dan/atau dokumen, yang dipinjam.
Angka 15 : diisi tanggal terima pengembalian buku, catatan, dan/atau dokumen.
Angka 16 : diisi tanda tangan, nama, dan jabatan Subjek Pajak atau Wajib Pajak, wakil,
atau kuasa, dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak, yang menerima
pengembalian buku, catatan, dan/atau dokumen. Dalam hal wakil dari Subjek
Pajak atau Wajib Pajak, diisi juga dengan jabatannya.
-4-
LAMPIRAN 11.2
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-Ar/PJ/ 7-04r TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1)

(2)
Nomor (3)

Sifat : Segera
Hal : Pemberitahuan Penyelesaian Permohonan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran PBB

(4)
Yth.

Sehubungan dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB Saudara


Nomor (5) Tanggal (6) atas Objek Pajak:

NOP (7 )

Alamat Objek Pajak (8)

Nama
Wajib Pajak ( 9)

NPWP (10)

Alamat
Wajib Pajak

Tahun Pajak (12)

dengan ini disampaikan bahwa berdasarkan hasil Penelitian PBB yang kami lakukan,
TIDAK TERDAPAT kelebihan pembayaran PBB sehingga atas permohonan Saudara tidak
diterbitkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran PBB.
Demikian disampaikan.

Kepala Kantor,

(13)

NIP
-5-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 11.2


PEMBERITAHUAN PENYELESAIAN PERMOHONAN
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PBB

Angka 1 : diisi kepala surat dari KPP.


Angka 2 diisi nomor surat pemberitahuan penyelesaian permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB.
Angka 3 : diisi tanggal surat pemberitahuan penyelesaian permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB.
Angka 4 : diisi nama dan alamat Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PBB.
Angka 5 : diisi nomor surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB.
Angka 6 : diisi tanggal surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB.
Angka 7 diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 8 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 9 : diisi nama Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB.
Angka 10 • diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB.
Angka 11 : diisi alamat Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran PBB.
Angka 12 : diisi Tahun Pajak.
Angka 13 : diisi tanda tangan, nama, NIP, dan cap jabatan dari pejabat yang
menandatangani surat pemberitahuan penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran PBB.
-6-
LAMPIRAN 11.3
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-7-r/PJ/ 7&f TENTANG KEBIJAKAN
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

(1 )

BERITA ACARA PENYERAHAN DOKUMEN


PENELITIAN PBB YANG DITINGKATKAN MENJADI PEMERIKSAAN

Pada hari ini tanggal


di bulan tahun
(2) berdasarkan Surat Tugas Penelitian PBB nomor
tanggal (3)
(4) , kami Petugas Peneliti PBB yang tersebut di bawah ini:

Nama/NIP Pangkat/GoI. Jabatan

(5) (6)
( 7)
(8)

telah melakukan Penelitian PBB terhadap Objek Pajak:

NOP
HI III IHI HII 11H1 II ( 9)

Alamat Objek Pajak


(10)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak

NPWP
HII HII II HII 12)

Alamat Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
(13)

Tahun Pajak
(14)

Kode Penelitian PBB


(15)

Sehubungan dengan penghentian Penelitian PBB sebagaimana tersebut di atas dengan ini kami
serahkan seluruh dokumen dalam pelaksanaan Penelitian PBB kepada Tim Pemeriksa untuk
dapat ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Petugas Peneliti PBB menyerahkan:
1.
(16)
2. dst.

dan diterirna seluruhnya oleh Tim Pemeriksa.


-7-

Demikian berita acara penyerahan dokumen ini dibuat dengan sebenarnya, kemudian ditutup dan
ditandatangani oleh perwakilan Petugas Peneliti PBB dan tim Pemeriksa.

Perwakilan Petugas Peneliti PBB


Perwakilan Tim Pemeriksa

( 7)

(19)

(18)

NIP (20)

NIP
-8-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 11.3


BERITA ACARA PENYERAHAN DOKUMEN
PENELITIAN PBB YANG DITINGKATKAN MENJADI PEMERIKSAAN

Angka 1 : diisi kepala surat dari KPP.


Angka 2
: diisi hari, tanggal, bulan, tahun, dan alamat tempat, ditandatanganinya
berita acara penyerahan dokumen.
Angka 3 : diisi nomor surat tugas Penelitian PBB.
Angka 4 : diisi tanggal surat tugas Penelitian PBB.
Angka 5 : diisi nomor urut.
Angka 6 : diisi nama dan NIP Petugas Peneliti PBB.
Angka 7
: diisi pangkat dan golongan Petugas Peneliti PBB.
Angka 8
: diisi jabatan dalam Tim Peneliti PBB yaitu "Ketua Tim" atau "Anggota Tim",
dalam hal Penelitian PBB dilaksanakan oleh Iebih dari 1 (satu) orang.
Angka 9 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 10 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 11
: diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Penelitian PBB.
Angka 12
diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya dilakukan Penelitian PBB.
Angka 13
diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Penelitian PBB.
Angka 14 : diisi Tahun Pajak.
Angka 15 : diisi kode Penelitian PBB.
Angka 16 : diisi dokumen yang diserahkan.
Angka 17
diisi jabatan Petugas Peneliti PBB yang menandatangani berita acara
penyerahan dokumen.
Angka 18
diisi tanda tangan, nama, dan NIP Petugas Peneliti PBB yang
menandatangani berita acara penyerahan dokumen.
Angka 19
diisi jabatan Pemeriksa yang menandatangani berita acara penyerahan
dokumen.
Angka 20
diisi tanda tangan, nama, dan NIP Pemeriksa yang menandatangani berita
acara penyerahan dokumen.
-9-
LAMPIRAN 11.4
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE-.247PJ/ 20irTENTANG KEBIJAKAN
PENELITIAN PBB DAN PENELITIAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
(1 )

LAPORAN HASIL PENELITIAN PBB

Nomor Laporan
(2)

Tanggal Laporan
(3)
NOP
IIl HII (4)

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak
(5)
NPWP
IHI IHI (6)

Tahun Pajak
(7)
-10-

I. PENUGASAN PENELITIAN PBB


Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan, kami yang tersebut dibawah ini:

No. Nama/NIP Pangkat/Gol. Jabatan


( 8) (9) (10)

melakukan Penelitian PBB berdasarkan Surat Tugas Penelitian PBB:


Nomor • (12)

Tanggal (13)

Nomor Pengawasan PenelitianPBB (14)

II. IDENTITAS SUBJEK PAJAK ATAU WAJIB PAJAK

Nama Subjek Pajak


atau Wajib Pajak (15)

NPWP
Alamat Subjek Pajak
111 Hit n IIH (16)

atau Wajib Pajak (17)

Penanggung Jawab (18)

Kegiatan Usaha (19)

Informasi Lain (20)

III. IDENTITAS OBJEK PAJAK

NOP
HII Hill II (21)

Alamat Objek Pajak (22)

Sektor
(23)

IV. KRITERIA DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN PBB


1. Kriteria Penelitian PBB

(24)

fi
2. Ruang Lingkup Penelitian PBB

(25)

V. KETERANGAN LAIN YANG TERSEDIA

(26)

VI. DATA/KETERANGAN/BUKTI YANG DIPEROLEH

(27)

VII. PENGUJIAN/PENILAIAN

(28)

VIII. URAIAN HASIL PENELITIAN PBB

(29)

IX. dst*)

X. SIMPULAN DAN USUL PETUGAS PENELITI PBB

(30)

(31)

Kepala Seksi,
Petugas Peneliti PBB

(33)
(32)
NIP
NIP dst

Menyetujui
a.n. Direktur Jenderal Pajak
Kepala Kantor,

(34)

NIP
-12-

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN 11.4


LAPORAN HASIL PENELITIAN PBB

Angka 1 diisi nama Kanwil DJP dan KPP.


Angka 2
: diisi nomor Laporan Hasil Penelitian PBB.
Angka 3
: diisi tanggal Laporan Hasil Penelitian PBB.
Angka 4 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 5
: diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Penelitian PBB.
Angka 6
: diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya dilakukan Penelitian PBB.
Angka 7 diisi Tahun Pajak.
Angka 8 : diisi nomor urut.
Angka 9
: diisi nama dan NIP Petugas Peneliti PBB.
Angka 10
diisi pangkat dan golongan Petugas Peneliti PBB.
Angka 11
diisi jabatan dalam Tim Peneliti PBB yaitu "Ketua Tim" atau "Anggota Tim",
dalam hal Penelitian PBB dilaksanakan oleh lebih dari 1 (satu) orang.
Angka 12 diisi nomor surat tugas Penelitian PBB.
Angka 13 diisi tanggal surat tugas Penelitian PBB.
Angka 14
diisi Nomor Pengawasan Penelitian PBB.
Angka 15
diisi nama Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Penelitian PBB.
Angka 16
diisi Nomor Pokok Wajib Pajak dari Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang
Objek Pajaknya dilakukan Penelitian PBB.
Angka 17
diisi alamat Subjek Pajak atau Wajib Pajak yang Objek Pajaknya dilakukan
Penelitian PBB.
Angka 18
diisi nama dan jabatan orang yang diserahi tanggung jawab mengelola
perusahaan, dalam hal Subjek Pajak atau Wajib Pajak merupakan badan.
Angka 19
diisi kegiatan Subjek Pajak atau Wajib Pajak (Pusat) yang dominan.
Angka 20 diisi keterangan yang diperlukan.
Angka 21 : diisi Nomor Objek Pajak.
Angka 22 : diisi alamat Objek Pajak.
Angka 23 : diisi sektor Objek Pajak.
Angka 24
diisi kriteria Penelitian PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK -
256/PMK.03/2014 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak Bumi dan Bangunan.
- 13 -

Angka 25 : diisi ruang lingkup Penelitian PBB.


Angka 26
: diisi data dan/informasi yang tersedia berupa keterangan lain atau
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PBB.
Angka 27
diisi uraian singkat yang menyebutkan dan menjelaskan data, keterangan,
dan/atau bukti yang diperoleh Petugas Peneliti PBB.
Angka 28
: diisi uraian mengenai pengujian/penilaian yang dilakukan. Dalam hal
dilakukan penilaian, uraikan proses penilaian tersebut secara ringkas dan
jelas.
Angka 29
: diisi uraian mengenai hasil Penelitian PBB yang menjadi dasar simpulan
dan usulan Petugas Peneliti PBB.
Angka 30 : diisi simpulan dan usul Petugas Peneliti PBB.
Angka 31
diisi tempat dan tanggal Laporan Hasil Penelitian PBB diterbitkan.
Angka 32
diisi tanda tangan, nama, dan NIP Petugas Peneliti PBB. Jumlah Petugas
Peneliti PBB disesuaikan dengan surat tugas Penelitian PBB.
Angka 33
: diisi tanda tangan, nama, dan NIP Kepala Seksi atasan Petugas Peneliti
PBB.
Angka 34 : diisi tanda tangan, nama, dan NIP Kepala KPP.

EKT JENDERAL PAJAK,

I PRAMUDITOg
0 171987091001 I/

Anda mungkin juga menyukai