INDONESIA
NOMOR 248/KMK.04/1995
TENTANG
Menimbang
a. bahwa sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994,
Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang norma penghitungan
khusus untuk menghitung penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu;
Mengingat
3. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran
Negara Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 (Lembaran
Negara Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara 2171);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
Pasal I
Bangun Guna Serah ("Built Operate and Transfer") adalah bentuk perjanjian kerjasama yang
dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa
pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan
selama masa perjanjian bangun guna serah (BOT), dan mengalihkan kepemilikan bangunan
tersebut kepada pemegang hak atas tanah selama masa bangun guna serah berakhir.
Pasal 2
(2) Amortisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai pada tahun bangunan
tersebut mulai digunakan atau diusahakan oleh investor.
(3) Apabila masa perjanjian bangun guna serah menjadi lebih pendek dari masa yang telah
ditentukan dalam perjanjian maka sisa biaya pembangunan yang belum diamortisasi,
diamortisasi sekaligus oleh investor pada tahun berakhirnya masa bangun guna serah
yang lebih pendek tersebut.
(4) Apabila dalam pelaksanaan bangun guna serah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan penggantian atau imbalan kepada investor, maka penggantian atau imbalan
tersebut adalah penghasilan bagi investor dalam tahun diterimanya hak penggantian
atau imbalan tersebut.
(5) Apabila masa perjanjian bangun guna serah menjadi lebih panjang dari masa yang telah
ditentukan dalam perjanjian karena adanya penambahan bangunan, maka biaya
penambahan bangunan tersebut ditambahkan terhadap sisa biaya yang belum
diamortisasi dan diamortisasi oleh investor hingga berakhirnya masa bangun guna
serah yang lebih panjang tersebut.
Pasal 3
(1) Bangunan yang diserahkan oleh investor kepada pemegang hak atas tanah setelah
masa perjanjian bangun guna serah berakhir adalah merupakan penghasilan bagi
pemegang hak atas tanah berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994.
(3) Pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bagi orang
pribadi bersifat final dan bagi Wajib Pajak badan adalah merupakan pembayaran Pajak
Penghasilan Pasal 25 yang dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.
(4) Nilai perolehan atas bangunan yang diterima dari investor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah sebesar nilai pasar atau NJOP yang merupakan dasar pengenaan Pajak
Penghasilan.
Pasal 4
Penghasilan lain yang diterima atau diperoleh pemegang hak atas tanah selama masa
bangun guna serah merupakan objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994.BR
Pasal 5
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Keputusan ini ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Pasal 6
Keputusan ini mulai berlaku atas perjanjian bangun guna serah yang berakhir setelah tahun
pajak 1994.
Ditetapkan di JAKARTA
pada tanggal 2 Juni 1995
MENTERI KEUANGAN,
ttd.
MAR'IE MUHAMMAD