Anda di halaman 1dari 8

UTS HUKUM PERJANJIAN

Nama : Martin Luther


Nim : 2140050196
Mata Kuliah : Hukum Perjanjian
Dosen : Indri Simangunsong, S.H,
Hari/Tanggal : Jumat, 04 November 2022

Jawaban UTS Hukum Perjanjian

1. Pasal 1320 KUH Perdata yaitu terdapat 4 syarat sah perjanjian mencakup kesepakatan,
kecakapan, suatu hal tertentu, dan sebab yang halal

Pasal 1

Ruang Lingkup Pekerjaan

Para Pihak dengan ini setuju dan sepakat untuk melakukan kerja sama, yaitu
Pihak Kedua akan melakukan pengusahaan penambangan nikel pada
sebagian wilayah IUP-OP Pihak Pertama, sebagaimana Pihak Pertama
setuju dan sepakat untuk melakukan kerja sama tersebut dengan Pihak
Kedua.

(1) Lingkup pekerjaan penambangan nikel yang akan dilaksanakan oleh Pihak
Kedua meliputi:
• Perencanaan penambangan;

• Pemindahan lapisan penutup/overburden (jika diperlukan);

• Mendapatkan bijih nikel;

• melaksanakan pengangkutan hasil tambang dari lokasi tambang ke


penampungan;

• melaksanakan pengangkutan hasil tambang dari penampungan


sampai ke kapal pengangkut (tongkang/vessel);
• melaksanakan penjualan hasil tambang kepada pihak lain (buyer).

• Kontrol kualitas.

Kegiatan penambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib


dilaksanakan oleh Pihak Kedua paling lambat 1 (satu) bulan setelah
Perjanjian ini ditandatangani oleh Para Pihak dengan target produksi setiap
bulannya paling sedikit 25.000 MT (dua puluh lima ribu metrik ton).

Pihak Pertama berhak memberikan pekerjaan penambahan dan/atau pengurangan


pekerjaan yang disampaikan oleh Pihak Pertama secara tertulis kepada Pihak
Kedua dan akan diatur dalam perjanjian tambahan/ adendum yang merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini dan atas pekerjaan akan
diberitahukan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelumnya.
Seluruh Lampiran Perjanjian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian

Pasal 12

a. Perjanjian ini tidak dapat dibatalkan, diubah, dimodifikasi,


dikesampingkan suatu ketentuan atau dihapuskan sebagian atau
seluruhnya dengan cara apapun kecuali dengan bentuk tertulis yang
ditandatangani oleh Para Pihak.
b. Dalam hal salah satu Pasal dan/atau ketentuan dalam Perjanjian ini
menjadi tidak berlaku disebabkan oleh suatu ketentuan hukum dan
peraturan perundang-undangan maka ketidakberlakuan tersebut
hanya berlaku bagi Pasal dan/atau ketentuan yang bersangkutan
saja dan Perjanjian ini berikut seluruh pasal-pasal dan ketentuan
lainnya tetap berlaku.
c. Para Pihak setuju bahwa Perjanjian ini dengan segala akibat
hukumnya, tunduk dan diatur menurut hukum Indonesia
Pasal 3
Bagi Hasil (Royalti)

(1) Terhadap kegiatan penambangan yang dilakukan oleh Pihak Kedua,


Pihak Kedua sepakat untuk membayar bagi hasil (royalti) kepada
Pihak Pertama sebesar 18% (delapan belas persen) dari penjualan
hasil tambang yang dilakukan oleh Pihak Kedua.

(2) Besaran bagi hasil (royalti) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan angka/jumlah bersih (nett) tanpa dipotong biaya apapun
dan berlaku untuk seluruh kadar nikel hasil tambang yang dijual oleh
Pihak Kedua.

(3) Pembayaran bagi hasil (royalti) akan dibayarkan oleh Pihak Kedua
kepada Pihak Pertama pada saat hasil tambang dilakukan
penjualan, yaitu saat keluarnya dokumen pemuatan (bill of loading)
dan manifes kargo yang diterbitkan oleh perusahaan pelayaran, serta
draf survei yang diterbitkan oleh perusahaan survei independen.

Kewajiban Pihak Kedua, meliputi:

a. Memberikan laporan perkembangan pekerjaan secara tertulis setiap


bulan (monthly report).

b. Melakukan pekerjaan penambangan secara baik dan benar (good


mining practice) sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Bertanggung jawab terhadap kegiatan di Wilayah Operasional


Penambangan untuk dikelola, baik secara teknis, ekonomis dan
keamanan rancangan, dimensi dan bentuk struktur/konstruksi lahan
penambangan, karyawan serta lingkungan dan dampak sosial.

d. Memberikan bagi hasil (royalti dari hasil) penjualan nikel kepada Pihak
Pertama.

e. Menyediakan tenaga kerja yang sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi
berdasarkan disiplin ilmu yang menunjang pekerjaan, termasuk dalam
hal ini Tenaga Ahli di bidang Geologi, Tambang dan Lingkungan
guna mengelola manajemen pertambangan bijih nikel sesuai kaidah
teknik pertambangan yang baik.

f. Bertanggung jawab terhadap segala kewajiban yang berkaitan dengan


ketenagakerjaan.

g. Menyediakan seluruh pembiayaan, tenaga ahli dan teknologi yang


diperlukan dalam kegiatan penambangan pada Wilayah Operasional
Tambang.

h. Menjaga keamanan dan ketertiban serta keselamatan kerja selama


melakukan kegiatan penambangan.

i. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan Exportable Transit Ore (ETO)


dan Exportable Final Ore (EFO) dan semua biaya menjadi tanggung
jawab Pihak Kedua. Biaya pemeliharaan dan perbaikan ETO dan
EFO akan dibatasi di dalam area yang digunakan Pihak Kedua.

2. Pasal 5 ayat 2 huruf G atau pasal 9 ayat 3 perjanjian di atas sangat tepat sekali.

Perundang-undangan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengadakan


perjanjian apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kepatutan dan ketertiban umum, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1338 KUH
Perdata yang menyebutkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata tersebut dikandung suatu asas kebebasan dalam
membuat perjanjian (kebebasan berkontrak). Perkataan “semua” mengandung
pengertian tentang diperbolehkannya membuat suatu perjanjian apa saja (asalkan
dibuat secara sah) dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya, seperti
undang-undang, sedangkan Pasal-Pasal lainnya dari hukum perjanjian hanya berlaku
bila atau sekadar tidak diatur atau tidak terdapat dalam perjanjian yang dibuat itu

Pasal 1320 ayat (1) jo Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata

 Pasal 1320 ayat (1) menyatakan sebagian salah satu syarat sahnya suatu
perjanjian diperlukan adanya “sepakat mereka yang mengikatkan dirinya”. Pasal
1338 ayat (1) menentukan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya”.
 Berdasar dua pasal dalam KUH Perdata tersebut, dapatlah dikatakan berlakunya
asas konsensualisme di dalam hukum perjanjian memantapkan adanya asas
kebebasan berkontrak. Tanpa “sepakat” dari salah satu pihak yang membuat
perjanjian, maka perjanjian yang dibuat tidak sah, sehingga dapat dibatalkan.
Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan sepakatnya. Sepakat yang
diberikan dengan paksa disebut Contradictio interminis, adanya paksaan
menunjukkan tidak adanya sepakat.

3. Tidak melakukan penambangan di luar Wilayah Operasional Penambangan


sebagaimana ketentuan Pasal 2 atau di dalam kawasan hutan lindung, hutan produksi,
atau kawasan hutan konversi yang belum mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan secara resmi oleh instansi terkait.

Pihak Pertama dapat mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak apabila Pihak Kedua
tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini,
termasuk namun tidak terbatas pada target waktu pelaksanaan kegiatan penambangan
atau target produksi.

Keadaan memaksa (force majeure) adalah suatu kejadian luar biasa di luar
kemampuan masing-masing pihak yang disebabkan antara lain oleh bencana alam,
kebakaran, perang, huru-hara, pemogokan, sabotase, pandemi, perubahan peraturan
perundangan-undangan atau peristiwa luar biasa lainnya yang menyebabkan pihak
yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) tidak dapat melaksanakan
kewajibannya dengan baik.

Dalam hal keadaan force majeure terjadi selama 2 (dua) bulan terus menerus, Para
Pihak sepakat akan melakukan pembicaraan untuk mengupayakan solusi yang terbaik
bagi Para Pihak dan melakukan evaluasi dan kelanjutan atas Perjanjian ini.

Dalam hal Para Pihak melakukan pembatalan/ perubahan alamat yang dimaksud
pada ayat (1), berlaku jika pemberitahuan pembatalan/ perubahan secara tertulis
telah diterima oleh Pihak lainnya, sehingga segala akibat keterlambatan
pemberitahuan menjadi tanggung jawab Pihak yang melakukan perubahan tersebut

Apabila Pihak Kedua tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian
ini, Pihak Pertama dapat memberikan peringatan tertulis kepada Pihak Kedua. Jika
sampai waktu yang ditentukan dalam peringatan tertulis tersebut Pihak Kedua
tetap tidak melaksankan kewajibannya, maka Pihak Pertama dapat mengambil alih
dan menghentikan operasi penambangan yang dilakukan oleh Pihak Kedua serta
mengakhiri Perjanjian ini

4. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan Pihak Kedua menunjuk pihak lain untuk
membantu pekerjaan, maka pihak yang bersangkutan terikat dengan ketentuan yang
ada serta turut menjaga kerahasiaan dalam Perjanjian ini.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang (“UURD”),
Perjanjian Kerahasiaan bertujuan untuk menjaga rahasia atau informasi penting dari
usaha Anda agar tidak terjadi kebocoran informasi yang akan merugikan perusahaan.

Aturan mengenai perjanjian kerahasiaan telah diatur dalam UU Nomor 30 Thn


2000 tentang Rahasia Dagang. Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa lingkup
perlindungan kerahasiaan meliputi metode produksi, pengolahan, penjualan, dan
semua informasi sensitif yang memiliki nilai ekonomi.
Dalam Pasal 3 UURD telah dijelaskan beberapa kriteria yang termasuk dalam standar
informasi yang dilindungi, yaitu :

 Bersifat rahasia, yang berarti informasi tersebut hanya diizinkan untuk


diketahui oleh beberapa pihak terkait, dan bukan untuk konsumsi publik.
 Mempunyai nilai ekonomi, apabila informasi yang dimaksudkan, apabila
terbongkar dapat meningkatkan ekonomi perusahaan yang terlibat secara
langsung ataupun tidak langsung.
 Dijaga kerahasiaanya, yang dimaksud adalah para pihak yang terlibat telah
membuat suatu prosedur atau kebijakan internal untuk menjaga informasi
rahasia yang dimaksud.

Sanksi-sanksi Akibat Jika Melakukan Pelanggaran Perjanjian Kerahasiaan

Saat pihak terlibat sudah sepakat dan telah menandatangani perjanjian kerahasiaan maka
semua pihak sudah setuju untuk tidak mengungkapkan rahasia perusahaan. Apabila ada
salah satu pihak yang mengingkari perjanjian dan dengan sengaja mengungkapkan rahasia
tersebut maka hal tersebut sudah termasuk pelanggaran hukum.

Aturan yang berlaku terhadap para pelanggar hukum rahasia dagang telah diatur
dalam pasal 17 UURD yang pidana nya berupa penjara paling lama dua tahun dan
atau denda paling banyak hingga tiga ratus juta rupiah.

Anda mungkin juga menyukai