Anda di halaman 1dari 10

PERJANJIAN KERJASAMA

MINING KONTRAKTOR,
OPERASI PRODUKSI, DAN
PENJUALAN
01/MK/PTVAS-PTASA/ /I/2021
PERJANJIAN KERJASAMA
MINING KONTRAKTOR, OPERASI PRODUKSI, DAN PENJUALAN
01/MK/PTVAS-PTASA/ /I/2021
Antara
PT VAS
Dengan
PT ARNI SEJATI ABADI
Pada hari ini [_________________], telah dibuat dan ditandatangani Perjanjian Kerjasama Mining
Kontraktor, Operasi Produksi, Dan Penjualan ini (selanjutnya disebut “Perjanjian”) oleh dan antara :

I. PT VAS suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia dengan

selanjutnya disebut sebagai “Pihak Pertama”.

PT ARNI SEJATI ABADI suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik
Indonesia dengan akta Notaris Doktor Hajja Sitti Zainab pada hari sabtu, tanggal 06-03-2021,
berkedudukan di Jalan Abdullah Daeng Sirua, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.90231,
dalam hal ini diwakili oleh HJ. SITTI MURNI, dalam kapasitasnya selaku Direktur Utama yang oleh
karenanya sah bertindak untuk dan atas nama PT ARNI SEJATI ABADI, selanjutnya disebut sebagai
“Pihak Kedua”.

Pihak Pertama dan Pihak Kedua selanjutnya secara bersama-sama dalam Perjanjian ini disebut sebagai
“Para Pihak”.

Para Pihak secara bersama-sama menjelaskan bahwa:

● Pihak Pertama adalah Kontraktor dari pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Sulawesi Tenggara Nmr. /PTVAS-PTASA/ /2021 tentang Persetujuan Perjanjian
kontrak izin usaha pertambangan Operasi Produksi PT.VAS, di Kecamatan Laonti, Kabupaten
Konawe Selatan, seluas ….. Ha (“IUP OP”).

● Bahwa Pihak Kedua bermaksud untuk bekerjasama dengan Pihak Pertama yang dengan ini
setuju untuk mengadakan perjanjian kerjasama usaha penambangan, pengangkutan,
penjualan, pemuatan biji nikel dengan pihak Kedua.

paraf
……… ………
[hal.1/11]
● Bahwa selanjutnya Para Pihak dengan ini setuju untuk membuat dan menandatangani
perjanjian dengan syarat-syarat dan ketentuan yang tertuang dalam pasal-pasal sebagai
berikut;

Pasal 1

KEGIATAN PENAMBANGAN

1. Pihak Kedua melakukan penambangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku di Negara Republik Indonesia, dan memperhatikan aspek lingkungan hidup (Amdal, RKL,
RPL) dan keselamatan kerja.

2. Untuk tujuan pelaksanaan Perjanjian ini, Para Pihak telah, dan sepanjang diperlukan, akan
mendapatkan atau memperoleh segala perizinan, atau memenuhi setiap persyaratan, yang
mungkin diperlukan untuk menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini.

Pasal 2

PERWAKILAN

Para Pihak masing-masing akan menunjuk wakil-wakilnya sebagai kuasa yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pekerjaan sehubungan dengan Perjanjian ini. Wakil-wakil tersebut bertugas untuk
membina hubungan kerja yang baik antara Pihak Pertama dengan Pihak Kedua serta pihak lain yang
bersangkutan dalam pelaksanaan pekerjaan, menerima dan memberikan informasi secara cepat dan
tepat sehingga tidak menghambat jalannya pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 3

PENGUKURAN HASIL PRODUKSI

1. Proses pengukuran berat material hasil produksi Pihak Kedua dilakukan Pihak Kedua dengan
cara :

a Pengukuran perkiraan berat material hasil produksi dengan menggunakan total station.

b Jumlah muatan diukur dengan cara mengukur tinggi dan luas sesudah muatan diturunkan
dari dump truck di stockyard EFO.

c Hasil akhir dari pengukuran adalah dengan menggunakan draft tongkang atau kapal
ditempat tujuan.

paraf
……… ………
[hal.2/11]
2. Perkiraan tersebut harus dikalibrasi Pihak Pertama saat loading dengan draft kapal atau
tongkang dan selanjutnya dilakukan secara rutin setiap pengapalan oleh Pihak Pertama dan
Pihak Kedua.

Pasal 4
Area Kerja

1. Pihak Pertama memberikan hak kepada Pihak Kedua untuk melakukan usaha penambangan biji
nikel, pengangkutan serta penjualan di 5 Ha area kerja yang disepakati para pihak di dalam area
IUP OP Pihak Pertama yang memiliki potensi untuk ditambang.

2. Pihak Pertama dengan ini setuju bahwa Pihak Kedua dalam melakukan usaha penambangan
diperkenankan untuk membuat area stockpile, jalan produksi dan fasilitas lainnya yang akan
mendukung pelaksanaan produksi di wilayah IUP Pihak Pertama.

Pasal 5
MASA BERLAKU

1. Perjanjian ini berlaku selama satu (1) tahun terhitung sejak perjanjian kerjasama ini
ditandatangani oleh Para Pihak, dan tetap berlaku sampai Para Pihak mendapatkan hak dan
menyelesaikan kewajiban yang diatur dalam perjanjian ini.

2. Perjanjian ini dapat diperpanjang sesuai kesepakatan tertulis Para Pihak dengan pemberitahuan
3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku berakhir, bilamana tidak ada kesepakatan tertulis
mengenai perpanjangan Perjanjian ini, maka Perjanjian ini akan berakhir dengan sendirinya.

3. Kontrak dapat dievaluasi setiap saat oleh Para Pihak dan jika dirasa perlu, maka atas
kesepakatan Para Pihak, Perjanjian ini dapat dilakukan perubahan maupun penambahan
(addendum).

4. Perjanjian ini dapat berakhir dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian ini
atau berdasarkan kesepakatan Para Pihak atau perjanjian ini dapat pula diakhiri apabila salah
satu Pihak tidak memperbaiki kelalaian atau pengabaian atau kesalahan atas kewajibannya
berdasarkan perjanjian ini dalam waktu yang sewajarnya.

Pasal 6
HAK DAN KEWAJIBAN

paraf
……… ………
[hal.3/11]
1. Pihak Pertama menjamin bahwa area yang dikerjakan oleh Pihak Kedua merupakan bagian dari
lokasi pertambangan milik Pihak Pertama yang memiliki izin resmi dan memenuhi ketentuan
hukum yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.

2. Pihak Pertama wajib untuk tidak mengizinkan atau menerima kontraktor lain yang akan bekerja
di wilayah IUP yang telah disepakati selama kontrak kerjasama antara Pihak Pertama dan kedua
masih berlaku, serta tidak akan mengadakan perjanjian, kesepakatan dengan, atau upaya yang
membantu, pihak manapun untuk menjalankan hak dan kewajiban yang serupa baik sebagian
atau seluruhnya dengan Pihak Kedua di wilayah tambang sebagaimana disepakati di dalam
Perjanjian ini.

3. Pihak Pertama atau berkewajiban membeli atau mencari dan berhubungan dengan pembeli,
termasuk menjual seluruh bijih nikel yang dihasilkan dari kegiatan usaha penambangan yang
dikerjakan oleh pihak pertama dan menetapkan harga jual atas bijih nikel dimaksud dengan
kesepakatan bersama;

4. Pihak Kedua berhak meminta seluruh dokumen pengapalan dan dokumen penjualan untuk
arsip Pihak Kedua.

5. Pihak Kedua membantu setiap dokumentasi, surat menyurat yang diperlukan untuk
pelaksanaan penjualan bijih nikel kepada pembeli yang dilakukan Pihak Pertama.

6. Titik koordinat yang telah ditetapkan bersama sebagai area pit yang akan dikerjakan tidak
diperkenankan untuk dipindahtangankan oleh Pihak.

7. Pihak Kedua tidak punya hak atau sangkut paut dengan wajib membiayai semua biaya
operasional pengangkutan,pemuatan, apabila penjulan dilakukan oleh pihak Kedua di front.

8. dan apabila kesepakatan penjualan Fob tongkang pihak kedua tidak punya hak dalam
membayar (PNBP) sesuai ketetapan pemerintah.

Pasal 7

Jaminan

Pihak Pertama akan memberikan jaminan kepada Pihak Kedua yaitu :

1. Pihak Pertama Menjamin hasil yang ditambang oleh pihak kedua langsung diangkut atau dijual.

paraf
……… ………
[hal.4/11]
2. Pihak Pertama menjamin Pihak Kedua bahwa wilayah pertambangan dan perizinan siap untuk
melakukan penambangan sejak penandatanganan kerjasama ini tanpa hambatan terutama
kelengkapan izin untuk kegiatan tambang.

3. Pihak Pertama memberikan jaminan kebebasan kepada Pihak Kedua untuk mengeksplorasi
wilayah usaha pertambangannya dan memilih area kerja di beberapa area di dalam wilayah
usaha pertambangan Pihak Pertama yang dituangkan dalam appendix 1 daftar koordinat area
kerja dengan luasan tambahan total 50 Ha.

Pasal 8

Pembayaran

1. Pihak Kedua membayarkan royalti kepada Pihak Pertama sesuai nilai kadar nikel yang
diproduksi, sebagai berikut : USD 4.00 /MT.Royalty Lahan USD 2.00, Royalty masyarakat, USD
0,42 uang debu dan Sewa Jetty USD 1.00 Total USD 7,42 Nilai dapat dikonversikan ekuivalen
dengan nilai rupiah sesuai Kurs Tengah Bank Indonesia, pada tanggal saat invoice yang
ditagihkan kepada pembeli.Kurs Tengah Rp.14,200,-

2. Pembayaran royalti selanjutnya kepada Pihak Pertama akan dibayarkan setelah hasil produksi
yang tertampung di stockpile dan telah terjual yang dibuktikan dengan draft survey di atas
tongkang,atau setara dengan nilai DP yang telah diterima Pihak Kedua.

3. Royalti Pihak Pertama yang akan dipotong dan dibayarkan ke Pihak Kedua dari hasil penjualan
melalui rekening tersebut di bawah ini;

● Nama bank :

● Cabang :

● Nomor rekening :

● Nama penerima : PT Arni Sejati Abadi

paraf
……… ………
[hal.5/11]
Pasal 9

Pajak

Kewajiban pajak yang muncul atas transaksi kerjasama tersebut menjadi tanggung jawab pihak
Pertama sesuai peraturan pemerintah yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Pasal 10

KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

1. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa atau force majeure adalah keadaan dimana
pelaksanaan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan Perjanjian ini oleh salah satu Pihak menjadi
tidak mungkin dilaksanakan dan berakibat terhentinya pelaksanaan Perjanjian ini karena
keadaaan di luar kemampuan salah satu Pihak tersebut termasuk namun tidak terbatas dalam
hal ini pada kejadian-kejadian yang alamiah, kecelakaan lalu lintas (di luar kesalahan atau
kelalaian Pihak yang bersangkutan), pemogokan umum, kerusuhan, peledakan bom, bencana
alam, perang, revolusi, kebakaran, kebanjiran, wabah penyakit, karantina, pemberontakan, dan
kebijaksanaan Pemerintah serta peraturan-peraturan Pemerintah (selanjutnya disebut
“Keadaan Memaksa/Force Majeure”), maka masing-masing Pihak tidak dapat dinyatakan
wanprestasi karena kegagalan untuk melaksanakan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
Perjanjian ini.

2. Pihak yang mengalami Keadaan Memaksa/Force Majeure tersebut akan mengajukan


penangguhan kewajiban berdasarkan Perjanjian ini dengan dasar Keadaan Memaksa/Force
Majeure. Apabila Pihak tersebut tidak dapat membuktikan adanya Keadaan Memaksa/Force
Majeure dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah terjadinya Keadaan
Memaksa/Force Majeure tersebut, maka Pihak lainnya berhak menolak pengajuan
penangguhan kewajiban tersebut;

3. Dalam hal terbukti terjadinya suatu Keadaan Memaksa/Force Majeure, Para Pihak bersepakat
menyelesaikan secara musyawarah untuk mufakat dengan tidak saling merugikan dan
merundingkan kembali dan mencari jalan penyelesaian untuk mengatasi akibat dari Keadaan
Memaksa/Force Majeure tersebut, yang disepakati bersama oleh Para Pihak; dengan
ketentuan, seluruh hak dan kewajiban masing-masing Pihak yang timbul sebelum terjadinya
Keadaan Memaksa/Force Majeure tersebut tetap wajib dilaksanakan oleh masing-masing Pihak;

4. Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu Pihak sebagai akibat terjadinya Keadaan
Memaksa/Force Majeure bukan merupakan beban dan tanggung jawab Pihak lainnya. Pihak
yang terkena Keadaan Memaksa/Force Majeure wajib memberitahukan secara tertulis dalam
paraf
……… ………
[hal.6/11]
waktu 2x24 jam setelah terjadinya Keadaan Memaksa/Force Majeure kepada Pihak lainnya,
demikian pula jika Keadaan Memaksa/Force Majeure tersebut telah berakhir.

Pasal 11

PENYELESAIAN DAN PERSELISIHAN

1. Perjanjian ini diatur berdasarkan dan dibuat sesuai dengan hukum dan ketentuan Negara
Republik Indonesia dan Para Pihak dengan ini menyatakan tunduk pada peraturan dan hukum
yang berlaku.

2. Apabila terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat yang disebabkan atau yang timbul
sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini (“Sengketa”), maka Para Pihak sepakat akan
menyelesaikan secara musyawarah untuk mufakat, atau melakukan langkah-langkah damai
melalui musyawarah mufakat sejak munculnya Sengketa.

3. Apabila Sengketa tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah mufakat dalam kurun waktu 30
(tiga puluh) hari sejak Sengketa diberitahukan oleh salah satu Pihak ke Pihak lainnya, maka Para
Pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui Badan Arbritase Nasional Indonesia
(BANI).

4. Arbitrase akan dilaksanakan di Jakarta. Keputusan arbitrase bersifat final dan mengikat bagi
Para Pihak. Bahasa yang digunakan dalam persidangan arbitrase adalah Bahasa Indonesia.

5. Arbitrasi harus dilaksanakan oleh suatu panel yang terdiri dari 3 (tiga) orang arbiter yang
ditunjuk sesuai dengan aturan BANI tersebut. Tidak diperkenankan adanya banding ke
pengadilan manapun terhadap putusan Arbitrase. Para arbiter terikat oleh prinsip-prinsip
hukum yang ketat dalam mencari temuan hukum dan tidak berwenang untuk mengajukan
temuan berdasarkan prinsip ex aequo et bono.

Pasal 12

PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Kontrak ini akan diatur kemudian berdasarkan kesepakatan
Para Pihak.

2. Segala lampiran perubahan-perubahan, yang ada baik sekarang maupun kemudian hari adalah
merupakan satu ketentuan dari Perjanjian ini.

paraf
……… ………
[hal.7/11]
3. Perjanjian ini dibuat rangkap dua (2) ditandatangani diatas materai yang cukup, mempunyai
kekuatan hukum yang sama dan agar masing-masing PIHAK dapat melaksanakannya dengan
sebaik-baiknya.

Halaman selanjutnya adalah lembar tandatangan

paraf
……… ………
[hal.8/11]
LEMBAR TANDATANGAN
PERJANJIAN KERJASAMA MINING KONTRAKTOR, OPERASI PRODUKSI, DAN PENJUALAN
01/MK/PTASA-PTVAS/ /I/2021

Pihak Pertama
PT VAS

Tandatangan ____________________________________
Nama
Jabatan

Pihak Kedua:
PT ARNI SEJATI ABADI

Tandatangan ____________________________________
Nama HJ. SITTI MURNI
Jabatan Direktur Utama

paraf
……… ………
[hal.9/11]

Anda mungkin juga menyukai