Anda di halaman 1dari 15

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Republik Indonesia

Dasar Hukum dan Pengenaan Sanksi


Harga Patokan Mineral dan Batubara
(Permen ESDM 11 Tahun 2020)

September 2020
LATAR BELAKANG PERMEN ESDM NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERMEN ESDM 7/2017 TENTANG HPM
• Terbitnya Permen ESDM Nomor 11 Tahun 2020 diharapkan dapat memberikan keadilan terhadap harga
transaksi nikel antara penambang dengan pengusaha smelter.
• Pengenaan kewajiban dan sanksi bagi pelaku usaha untuk berpedoman pada HPM yang dituangkan
dalam Permen ESDM Nomor 11 Tahun 2020 telah disosialisasikan kepada para stakeholder
(Kementerian terkait, Pihak Penambang, Pihak Smelter, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) dan
Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3EI).

PERMASALAHAN
a. Hingga saat ini, pengusaha smelter membeli bijih nikel dari penambang dengan harga di bawah Harga
Patokan Mineral (HPM) yang telah ditetapkan oleh Menteri ESDM pada setiap bulan;
b. Jangkauan Kementerian ESDM dalam menegakan sanksi administratif kepada pihak yang tidak
melakukan transaksi sesuai HPM tidak dapat menjangkau pengusaha smelter yang tunduk pada
Kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang Industri; dan

2
DASAR HUKUM PENETAPAN HPM
UU No 3 Tahun 2020 – Pasal 5 ayat (2)
“Untuk melaksanakan kepentingan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
Pusat mempunyai kewenangan untuk menetapkan jumlah produksi, Penjualan, dan harga
Mineral logam, Mineral bukan logam jenis tertentu, atau Batubara”

Permen ESDM No. 11 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Permen ESDM
No. 7 Tahun 2017 HPM – Pasal 2A
1) Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam dan IUPK Operasi Produksi Mineral Logam yang
memproduksi bijih nikel, wajib mengacu pada HPM Logam dalam melakukan penjualan bijih nikel
yang diproduksi.
2) Kewajiban untuk mengacu pada HPM Logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi
pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam dan IUPK Operasi Produksi Mineral Logam dalam
menjual bijih nikel yang diproduksi kepada Afiliasinya.
3) Pihak lain yang melakukan pemurnian bijih nikel yang berasal dari pemegang IUP Operasi Produksi
Mineral Logam dan IUPK Operasi Produksi Mineral Logam wajib melakukan pembelian bijih nikel
dengan mengacu pada HPM Logam.

3
PENGENAAN SANKSI BAGI YANG MELANGGAR HPM
A. Bagi Penambang:
Pasal 12 Permen ESDM No. 11 Tahun 2020:
1 Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam, IUPK Operasi Produksi Mineral Logam, yang tidak
menjual Bijih Nikel sesuai dengan HPM dikenakan sanksi administratif.

2 Sanksi administratif dapat berupa:


a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan; dan/atau
c. pencabutan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi.

B. Bagi Pengusaha Smelter:


PASAL 12 ayat (4) Permen ESDM No. 11 Tahun 2020:
Dalam hal Pihak lain tidak memenuhi atau melanggar ketentuan, Menteri dapat menyampaikan rekomendasi kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang industri untuk mengenakan sanksi administratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan; dan/atau
c. pencabutan izin
Catatan:
* Agar ketentuan ini dapat berjalan dengan lebih efektif, perlu ketentuan mengenai pengawasan dan sanksi terhadap pengusaha smelter yang
izinnya diterbitkan oleh Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang industri.
4
PELAKSANAAN SANKSI ADMINISTRATIF BAGI PENAMBANG
(PASAL 13,14, dan 15 PERMEN ESDM NOMOR 7 TAHUN 2017)

• Dirjen Minerba a.n. Menteri dapat memberikan peringatan tertulis bagi penambang yang
melanggar HPM paling banyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu peringatan masing-masing
10 (sepuluh) hari kalender.

• Dalam hal peringatan tertulis sudah diberikan sebanyak 3 (tiga) kali dan penambang tetap
tidak memenuhi transaksi sesuai HPM, Dirjen Minerba a.n. Menteri memberikan sanksi
administratif berupa penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan
pertambangan untuk jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari; dan

• Apabila dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari, penambang tetap tidak
memenuhi transaksi sesuai HPM, diberlakukan sanksi administrasi berupa pencabutan izin.

5
ALUR PEMBENTUKAN HARGA PATOKAN MINERAL (HPM)
Permen ESDM No. 11 Tahun 2020 j.o. Permen ESDM No. 7 Tahun 2017)

6
ALUR PEMBENTUKAN HARGA PATOKAN MINERAL (HPM)
Permen ESDM No. 11 Tahun 2020 j.o. Permen ESDM No. 7 Tahun 2017
dan Kepmen ESDM No. 2946 Tahun 2017
Formula HPM Bijih Nikel

HPMBijih Nikel = %Ni x Correction Factor (CF) x HMANikel


CF adalah besaran nilai (persentase) yang mengakomodir nilai diskon maupun premium terhadap
kualitas komoditas yang diperjualbelikan, dengan ketentuan:
a.CF bijih nikel kadar 1,9% Ni = 20%, dan
b.CF akan naik/turun sebesar 1% setiap kenaikan/penurunan kadar Ni sebesar 0,1%

Contoh Perhitungan Harga


HMA Nikel September 2020: USD 13.921,87/ton

7
Transaksi menggunakan formula HPM, memberikan profit margin yang seimbang
Berdasarkan Wood Mackenzie (USD 8.000/Ni)

Sumber daya alam adalah


milik rakyat yang dikelola
negara untuk kesejahteraan
rakyat, bukan
menyengsarakan rakyat
S = 12 akibat penambangan yang
S = 33 T = 67
S = 41 tidak sesuai dengan prinsip
T = 32
T = -2 good mining practice.
Keterangan:
• S: Profit margin smelter
• T: Profit margin tambang
8
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN OLEH KESDM UNTUK HPM
Melakukan sosialisasi HPM kepada seluruh pelaku usaha tambang baik penambang
01 maupun pihak smelter

Melakukan FGD dengan seluruh dinas ESDM Provinsi, dan menyampaikan surat
02 untuk meminta agar kepala dinas melakukan pengawasan terhadap penerapan
HPM
Melakukan rapat dengan Kepementerian Perindustrian dan BKPM untuk
03 membentuk satuan tugas (SATGAS) HPM. Telah disampaikan surat kepada
Kementerian Perindustrian dan BKPM pada bulan Juni 2020 untuk meminta
anggota Satgas.
Melakukan rapat dengan Kemenko Kemaritiman dan Investasi dan kementerian
04 terkait termasuk BKPM tentang pelaksanaan HPM dan rencana pembemtukan
SATGAS HPM
Dirjen Minerba telah menyampaikan surat kepada Ketuan FINI, PT IMIP dan PT IWIP
05 No. 1059/30/DJB/2020 tanggal 3 September 2020 perihal Penegasan untuk
mematuhi ketentuan Permen ESDM No. 11 Tahun 2020
9
HASIL RAKOR DIPIMPIN OLEH KEMENKO MARVES
Surat Keputusan pembentukan Tim Kerja (Satgas) Pengawasan Pelaksanaan HPM Nikel telah diterbitkan sesuai
01 SK Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nomor 108 Tahun 2020 yang diketuai oleh Deputi
Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan

TIM SATGAS telah mengundang seluruh anggota Tim dan PT Vertue Dragon Nikel Industri, PT Obsidian Stainless
02 Steel, para pelaku tambang dan smelter serta pelaku usaha pengangkutan dan penjualan

Hasil Rapat :
03 a. Penekanan kembali bahwa HPM yang ditetapkan dengan Permen ESDM Nomor 11 Tahun 2020 wajib
dipatuhi oleh pelaku usaha tambang dan pelaku smelter dalam melakukan jual beli bijih nikel.
b. Menyampaikan form pertanyaan yang harus diisi oleh perusahaan untuk inventarisasi data perusahaan yang
meliputi : i. Informasi tentang Perusahaan; ii. Informasi Kegiatan Produksi Perusahaan; iii. Informasi Aktivitas
Pembelian Bijih Nikel dan iv. Informasi Penjualan Produk Akhir Perusahaan
c. Telah diundang perusahaan-perusahaan yang berlokasi di wilayah IMIP dan IWIP serta Grup Harita.

10
III. PERMASALAHAN

Belum dipatuhinya HPM yang ditetapkan dengan Permen 11 Tahun 2020 oleh
01 para pelaku smelter dalam jual beli nikel

02 Pihak smelter keberatan dengan HPM yang ditetapkan maka meminta HPM
untuk ditinjau kembali

Harga yang terjadi dilapangan dibawah HPM bahkan di bawah Harga Pokok
03 Produksi (HPP), sehingga pihak penambang tidak dapat melakukan
pengelolaan lingkungan dan reklamasi lahan bekas tambang.

11
IV. SANGSI PELANGGARAN
3 Permen ESDM No. 7 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan
Mineral Logam dan Batubara – Pasal 2 ayat 1
“Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi Batubara, IUPK Operasi Produksi Mineral Logam,
dan IUPK Operasi Produksi Batubara dalam menjual Mineral Logam atau Batubara yang diproduksi wajib berpedoman
pada HPM Logam atau HPB”
Sanksi – Pasal 12
1) Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi Batubara, IUPK Operasi Produksi Mineral
Logam, dan IUPK Operasi Produksi Batubara yang tidak memenuhi atau melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau ayat (2), Pasal 10, atau Pasal 11 ayat (1) dikenakan sanksi administratif.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan; dan/atau
c. pencabutan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi.
3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya.

Permen ESDM No. 44 Tahun 2017 tentang Perubahan Permen ESDM No. 7 Tahun 2017 – Pasal 5
4
“HPM logam ditetapkan oleh Menteri untuk masing – masing Komoditas Mineral Logam” 12
SANGSI PELANGGARAN
Permen ESDM No. 11 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Permen ESDM No. 7 Tahun 2017 tentang
5 Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara – Pasal 2A
1) Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam dan IUPK Operasi Produksi Mineral Logam yang memproduksi bijih
nikel, wajib mengacu pada HPM Logam dalam melakukan penjualan bijih nikel yang diproduksi.
2) Kewajiban untuk mengacu pada HPM Logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi pemegang IUP
Operasi Produksi Mineral Logam dan IUPK Operasi Produksi Mineral Logam dalam menjual bijih nikel yang
diproduksi kepada Afiliasinya.
3) Pihak lain yang melakukan pemurnian bijih nikel yang berasal dari pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam
dan IUPK Operasi Produksi Mineral Logam wajib melakukan pembelian bijih nikel dengan mengacu pada HPM
Logam.
Sanksi – Pasal 12
1) Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam, IUP Operasi Produksi Batubara, IUPK Operasi Produksi Mineral
Logam, atau IUPK Operasi Produksi Batubara, yang tidak memenuhi atau melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau ayat (2), Pasal 2A, …..dikenakan sanksi administratif.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan; dan/atau
c. pencabutan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi.

13
SANGSI PELANGGARAN
3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya.
4) Dalam hal Pihak lain tidak memenuhi atau melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2A ayat (3),
Menteri dapat menyampaikan rekomendasi kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang industri untuk mengenakan sanksi adminsitratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha; dan/atau
c. pencabutan Izin.

6
Permen ESDM No. 7 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan dan Pelaporan Pada Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara – Pasal 97
Pasal 68 huruf f
“mematuhi harga patokan penjualan mineral atau batubara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan"

Pasal 97
“Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu peringatan masing-masing paling lama
30 (tiga puluh) hari kalender”
14
Terima
kasih
Address
www.esdm.go.id Jl. Medan Merdeka Selatan
Untuk update berita dan informasi sektor ESDM No.18 Jakarta Pusat

Ikuti kami di akun media sosial:


Kementerian Energi dan @kesdm
Sumber Daya Mineral

@KementerianESDM KementerianESDM

15

Anda mungkin juga menyukai