Anda di halaman 1dari 24

KASUS DUGAAN DUMPING TERHADAP EKSPOR PRODUK KERTAS

INDONESIA KE KOREA

MID Test
Oleh:

YARITZ
C 202 19 011

JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
PASCA SARJANA UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamduillahhirobbil’aalamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta


alam, dzat yang tidak serupa dengan sesuatu apapun dan siapapun. Allah yang
maha hidup, kekal dan mengatur segenap makhluk baik menentukan takdir,
perbuatan dan keadaan setiap makhluk. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada baginda nabi Muhammad, para keluaraganya yang muslim, para
sahabatnya dan segenap para pengikutnya. Berkat nikmat dari Allah penulis dapat
menyelesaikan tugas Mid Lingkungan Bisnis Global

Secara Khusus Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen


Mata Kuliah Lingkungan Bisnis Global yang tidak pernah berhenti memberikan
ilmu, arahan dan saran demi kesempurnaan tugas ini.

Penulis Menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh


karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata
penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Palu, Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Perumusan Masalah....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persaingan Dagang........................................................................................6
2.2 Perdagangan Internasional............................................................................6
2.3 Dumping........................................................................................................7
2.4 Negara Pencetus Politik Dumping................................................................8
2.4.1 Kriteria Politik Dumping...........................................................................9
2.5 Perjanjian Perdagangan Internasional Melarang Politik Dumping...............9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasus/Masalah...............................................................................................12
3.2 Dampak Dari Masalah....................................................................................14
3.3 Praktek Anti Dumping...................................................................................15
3.4 Komite Anti Dumpng.....................................................................................16
3.5 Penyelesaian Masalah....................................................................................17
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................22
4.2 Saran...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dumping merupakan salah satu bentuk hambatan perdagangan yang


bersifat non tarif, berupa diskriminasi harga. Masalah Dumping merupakan
substansi dibidang rules making yang akan semakin penting bagi negara
berkembang yang akan meningkatkan ekspor non migas terutama dibidang
manufaktur. Perbuatan melakukan praktek dumping dianggap sebagai perbuatan
yang tidak fair. Dikarenakan hal tersebut menimbulkan perdagangan yang tidak
fair, karena bagi negara pengimpor, perdagangan dengan motif dumping akan
menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri,
dengan terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih
mudah daripada barang-barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis
akan kalah bersaing. Praktik banting harga itupun dapat berakibat kerugian pada
perusahaan domestik yang menghasilkan produk sejenis. Tindakan tersebut
mengharuskan perintah suatu negara mengadakan pemabtasan-pembatasan
tertentu terhadap berbagai praktek bisnis. Pembatasan tersebut merupakan
peraturan perundang-undangan yang secara eksplisit memasukkan berbagai
tindakan sebagai suatu perbuatan yang dilarang dan dapat juga dinyatakan sebagai
suatu tindak kejahatan ( Sukarmi 2002:7 ).

Dalam ilmu ekonomi dumping merujuk kepada politik atau kebijakan yang


dilakukan dengan jalan menjual produk di luar negeri lebih murah dari pada
dalam negeri. Kebijakan dumping ini bertujuan untuk menguasai pasar di luar
negeri dan untuk menghasilkan produk lama yang mungkin kurang maju. Praktek
dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair karenan bagi negara
pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau
industri barang sejenis dalam negeri. Dengan terjadinya banjir barang dari
pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan
mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan
mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti oleh dampakk

4
ikutannya seperti pemutusan kerja masal, penganguran dan bangkrutnya industri
barang sejenis didalam negeri. dengan kata lain hakekat dumping sebagai praktek
curang , bukan hanya karena dumping dipergunakan untuk sebagai sarana untuk
merebut pasaran di negara lain. Tapi bahkan dapat mematikan perusahaan
domestik yang menghasilkan produk sejenis.

Istilah dumping didalam dunia bisnis sering dianggap sebagai praktek


yang wajar dalam penjualan suatu barang oleh suatu barang oleh perusahaan
industri, pada kenyataanya dapat menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau
industri barang sejenis dinegeri lain

( Negara Impor ). Dumping juga tidak terlepas dari praktik subsidi, proteksi, dan
aneka bentuk tata Negara yang semuanya menjadi satu yaitu perdagangan bebas.
Fakta global menunjukkan bahwa praktek dumping tidak menjadi hal yang baru,
sekarang menjadi penting karena terjadi trade global. Daya saing dari industri
negara-negara maju telah diimbangi oleh produsen negara-negara berkambang
( Jefry A.Frieden & David A Lake ).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan


permasalahan tersebut sebagai berikut: Mengapa perjanjian perdagangan
internasional melarang praktik dumping dan bagaimana dampak dari politik
dumping?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Politik Dumping dalam Perdagangan Internasional

2. Untuk Mengetahui Kebijakan Perdagangan Internasional

3. Untuk Mengetahui Contoh Kasus Politik Dumping yang Pernah Terjadi di


Indonesia

4. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persaingan Dagang

Teori Persaingan Dagang adalah sisi lain dari konflik internasional yang
merupakan aspek dalam hubungan intrrnasional antara negara, melakukan
persaingan dagang baik itu berupa barang atau jasa, baik kualitas maupun
kuantitas, sampai persaingan harga untuk merebut konsumen mencari barang yang
sangat murah dengan kualitas yang bagus. Banyaknya persaingan perdagangan
disebuah negara baik itu didalam negeri maupun luar negeri membuat para
produsen mencari cara singkat untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.
Yang paling terlihat persaingan harga dan tentu kualitas barangm bagaimana
memproduksi abrang dengan harga yang murah namun kualitas barang tidak kalah
dengan barang yang harganya mahal, walau hanya mendapat keuntungan yang
sedikit tetapi untung terus-menerus.

2.2 Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antara perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau penerintah
suatu negara dengan pemerintah negara lain. Dibanyak negara, perdagangan
intrnasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan devisa negara.
Perdagangan internasional turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi,
globalisasai dan kehadiran perusahaan multinasional (Perdagangan Internasional
dari Wikipedia Indonesia)

Teori Perdagangan Internasional menurut Amir M.S bila dibandingkan


dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri , perdagangan internasional
sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena
adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan,
misalnya dengan adanya bea, tarif. \Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena

6
adanya perbedaab budaya, bahasa, mata uang, dan hukum perdagangan
(Wikipedia Indonesia )

2.3 Dumping

Dumping adalah suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu negara
untuk menjual produknya di luar negeri dengan harga yang lebih rendah
bandingkan terhadap harga jual produk itu di dalam negeri itu sendiri.

Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional


adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih
rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut.

Menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik dagang yang


dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan
harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang
tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada
umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan
produsen pesaing di negara pengimport.

Menurut Robert Willig ada 5 tipe dumping yang dilihat dari tujuan
eksportir, kekuatan pasar dan struktur pasar import, antara lain :

1. Market Expansion Dumping

Perusahaan pengekspor bisa meraih untung dengan menetapkan “mark up” yang
lebih rendah dipasar import karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih
besar selama harga yang ditawarkan rendah.

2. Cyclical Dumping

Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar biasa
rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai kondisi dari
kelebihan kapasitas produksiyang terpisah dari pembuatan produk terkait.

7
3. State Trading Dumping

Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya,
tapi yang menonjol adalah akuisisi.

4. Strategic dumping

Strategi yang dilakukan negara pengekspor yang merugikan perusahaan di negara


pengimpor melalui strategis keseluruhan, baik dengan cara pemotongan harga
ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk yang sama ke pasar negara
pengekspor.

5. Predatory Dumping

Istilah predatory dumping dipakai pada ekspor dengan harga rendah dengan
tujuan mendepak pesaing dari pasar, dalam rangka memperoleh kekuatan
monopoli dipasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenisbini
adalah matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis.

Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu :

Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga
kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di
luar negeri.

Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat
membeli barang dari luar negeri.

2.4 Negara Pencetus Politik Dumping

Negara yang pertama kali menggunakan politik dumping adalah Jepang,


China, dan Singapura. Dalam melaksanakan politik dumping, keuntungan
bukanlah hal yang utama sebab yang paling penting produk negaranya bisa
dikenal dinegara tujuan ekspor, jadi intinya promosi.

Diantara ketiga negara yang disebutkan diatas, Jepang adalah negara yang


paling awal menggunakan politikdumping ,bahkan sebelum perang dunia ke-2.

8
Pada dasarnya, politik dumping merupakan bagian dari politik penjajahan Jepang
atas Asia.

Indikasinya, setelah perang dunia ke-1, kaum industriawan Jepang


( Zaibatsu ) bersatu dengan militer Jepang dan tergabung dalam departemen
pertahanan Jepang ( Gunbatsu ) yang pengaruhnya cukup besar dalam bidang
politik serta menentukan siistem ekonomi untuk merebut pangsa pasar Asia
dengan politik Dumping.

2.4.1 Kriteria Politik Dumping

Ada beberapa kriteria negara yang menggunakan politik dumping yaitu :

1. Negara memiliki tingkat perekonomian yang kuat dan stabil


2. Produktivitas barangnya termasuk tinggi, bahkan berlebih
3. Kualitas produk berstandar internasional ( ISO )
4. Mampu mempengaruhi pangsa pasar internasional untuk menggunakan
produknya
5. Keuntungan jangka panjanjian

2.5 Perjanjian Perdagangan Internasional Melarang Politik Dumping

Celakanya, politik dumping justru merusak harga barang negara tujuan


ekspor, sebab barang-barang negara setempat dengan kualitas yang relatif sama
tapi harganya lebih mahal. Mudah ditebak, akibatnya konsumen lebih memilih
barang yang lebih murah dengan kualitas barang yang tak jauh beda. Dengan
demikian para pedagang lokal yang menjual barang sejenis akan menjerit akibat
adanya kebijakan politik dumping ini.

Maka, wajar saja jika politik dumping dikutuk oleh WTO ( World Trade
Organization) meskipun organisasi perdagangan dunia ini tidak melarang secara
resmi dan tegas, namun dampaknya sangat terasa oleh negara tujuan ekspor
apalagi dalam menghadapi free trade (perdagangan bebas).

9
Sebenarnya, dalam penandatanganan FTA ( Free Trade Association )
asosiasi perdagangangan bebas Asia dan China, disana terdapat perjanjian, bebas
biaya masuk antar anggota tanpa merugikan sistem ekonomi yang dianut oleh
masing-masing anggota. Tentu saja dengan pembebasan biaya masuk ini sudah
mengurangi salah satu elemen yang akan menetukan harga dasar suatu produk.
Dengan kebijakan pembebasan biaya masuk ini saja sebenarnya negara produsen
bisa mengekspor barang ke negara tujuan dengan harga miring tanpa harus
menggunakan politik dumping.

Maka berdasarkan perjanjian tersebut, politik dumping sudah jelas tidak


sesuai dengan tujuan perdagangan bebas sendiri, meskipun pada kenyataannya
ada saja negara yang melanggar perjanjian, terutama China yang sering kali
dituduh melakukannya. Kondisi pasar nasional Indonesia sangat terpengaruh
dengan kebijakan yang dilakukan eksportir china ini yang terkenal dengan produk
unggul namun berharga murah.

Politik dumping sekalipun bertujuan promosi agar bisa masuk ke dalam


pasar di negara tertentu, tetap saja bukan perbuatan yang bisa dibenarkan terutama
oleh para pedagang lokal di negara tujuan ekspor yang menjual barang yang sama.

Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi


negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia
usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barang-
barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam
negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya
akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya
dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengganguran dan
bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.

Praktek anti-dumping adalah salah satu isu penting dalam menjalankan


perdagangan internasional agar terciptanya fair trade. Mengenai hal ini telah
diaturdalam Persetujuan Anti-Dumping (Agreement atau Agreement on the
Implementation of Article VI of GATT 1994). Tarif yang diikat (binding tarif)

10
dan pemberlakuannya secara sama kepada semua mitra dagang anggota WTO
merupakan kunci pokok kelancaran arus perdagangan barang.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus/Masalah

Pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional


adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih
rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut.

Sedangkan menurut kamus hukum ekonomi dumping adalah praktik


dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran
internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah
daripada harga barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual
kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat
merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimport.

Menurut Robert Willig ada 5 tipe dumping yang dilihat dari tujuan
eksportir, kekuaran pasar dan struktur pasar import, antara lain : Market
Expansion Dumping, Cyclical Dumping, State Trading Dumping, Strategic
Dumping, Predatory Dumping. Praktek dumping merupakan praktek dagang yang
tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan
kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan
terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah
daripada barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing,
sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang
diikuti munculnya dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal,
pengganguran dan bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri. Praktek anti-
dumping adalah salah satu isu penting dalam menjalankan perdagangan
internasional agar terciptanyafair trade.

Mengenai hal ini telah diatur dalam Persetujuan Anti-Dumping (Anti-


Dumping Agreement atau Agreement on the Implementation of Article VI of

12
GATT 1994). Tarif yang diikat (binding tariff) dan pemberlakuannya secara sama
kepada semua mitra dagang anggota WTO merupakan kunci pokok kelancaran
arus perdagangan barang. Studi Kasus : “Tuduhan Praktek Dumping yang
dilakukan oleh Indonesia : Pada Sengketa Anti-Dumping Produk Kertas dengan
Korea Selatan” Indonesia sebagai negara yang melakukan perdagangan
internasional dan juga anggota dari WTO, pernah mengalami tuduhan praktek
dumping pada produk kertas yang diekspor ke Korea Selatan. Kasus ini bermula
ketika industri kertas Korea Selatan mengajukan petisi anti-dumping terhadap
produk kertas Indonesia kepada Korean Trade Commission (KTC) pada 30
September 2002.

Perusahaan yang dikenakan tuduhan dumping adalah PT. Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk, PT. Pindo Deli Pulp & Mills, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
dan April Pine Paper Trading Pte Ltd. Produk kertas Indonesia yang dikenai
tuduhan dumping mencakup 16 jenis produk, tergolong dalam kelompokuncoated
paper and paper board used for writing, printing, or other graphic purpose serta
carbon paper, self copy paper and other copying atau transfer paper. Indonesia
untuk pertama kalinya memperoleh manfaat dari mekanisme penyelesaian
sengketa atau Dispute SettlementMechanism (DSM) sebagai pihak penggugat
utama (main complainant) yang merasa dirugikan atas penerapan peraturan
perdagangan yang diterapkan oleh negara anggota WTO lain. Indonesia
mengajukan keberatan atas pemberlakuan kebijakan anti-dumping Korea ke DSM
dalam kasus Anti-Dumping untuk Korea-Certain Paper Products. Indonesia
berhasil memenangkan sengketa anti-dumping ini. Indonesia telah menggunakan
haknya dan kemanfaatan dari mekanisme dan prinsip-prinsip multilateralisme
sistem perdagangan WTO terutama prinsip transparansi.

Investigasi anti-dumping juga harus dihentikan jika fakta dilapangan


membuktikan bahwa marjin dumping dianggap tidak signifikan (dibawah 2% dari
harga ekspor) .Dan jika volume impor dari suatu produk dumping sangat kecil
volume impor kurang dari 3% dari jumlah ekspor negara tersebut ke negara
pengimpor, tapi investigasi juga akan tetap berlaku jika produk dumping impor

13
dari beberapa negara pengekspor secara bersamaan diperhitungkan berjumlah 7%
atau lebih.

3.2 Dampak Dari Masalah


Dumping merupakan salah satu dari strategi dalam merebut persaingan
pasar luar negeri yaitu dengan cara diskriminasi harga. Diskriminasi harga
menurut Ida Bagus Wyasa Putra, ada 3 alasan yaitu : pertama, mengembangkan
pasar, dengan cara memberikan insentif melalui pemberlakuan harga yang lebih
rendah kepada pembeli pasar yang dituju. Kedua, adanya peluang, pada kondisi
pasar yang memungkinkan penentuan harga secara lebih leluasa, baik didalam
pasar ekspor maupun impor. Ketiga, untuk mempersiapkan kesempatan bersaing
dan pertumbuhan jangka panjang yang lebih baik dengan cara memanfaatkan
strategi penetapan harga yang lebih baik dan progresif.
Umumnya motif suatu negara pengekspor yang melakukan dumping
adalah merebut pangsa pasar bagi produknya di negara-negara tujuan ekspor.
Ketika harga barang yang diekspor lebih rendah dar harga barang yang sama di
negara tujuan ekspor maka tentunya ini akan menguntungkan negara pengekspor
karena secara rasional produknya akan digemari dinegara luar negeri dan ini akan
memberikan multiplier yang positif dan besar bagi perekonomian negara
pengekspor.

Namum, praktek dumping merupakan praktek perdagangan yang


tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan
kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri. Dengan
terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah
daripada barang-barang didalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis yang
diproduksi didalam negeri kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan
mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya dampak
ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengangguran dan
bangkrutmya industri barang sejenis dalam negeri.

14
3.3 Praktek Anti Dumping

Karena dampak negatif bagi negara pengimpor dari praktek dumping yang
dilakukan negara pengekspor terhadap jenis barang yang sama, maka dibutuhkan
aturan dan pembatas serta pengendali tehadap [raktek dumping tersebut. Aturan
mengenai larangan dumping ( peraturan anti dumping ) bertujuan memberikan
proteksi terhadap industri dalam negeri dari praktek dumping yang diduga
dilakukan eksportir atau produsen luar negeri.

Praktek dumping dapat dikenakan tindakan anti dumping bila merugikan


industri atau produsen negara pengimpor. Hukuman bagi negara yang terbukti
melakukan praktek dumping dan merigikan industri atau produsen dalam negeri
akan dikenakan bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar marjin dumping
(selisih hargaekspor dengan harga di pasar asal eksportir ) yang ditemukan, guna
mengeliminir kerugian dari barang dumping sehingga industridalam negeri tetap
terlindungi dan dapat tetap bersaing dengan barang impor.

Pengenaan BMAD tentunya melalui beberapa tahap proses penyelidikan.


Ketika lembaga pemerintahan (komite anti dumping ) yang terkait menerima
laporan dari produsen bahwa terdapat dumping atas barang yang diimpor tersebut
maka komite tersebut barulah bisa melalui proses penyelidikan praktek dumping
negara pengekspor tersebut. Untuk mencegah kerugian selama penyelididkan,
komite dapat mengusulkan kepada departemen terkaituntuk melakukan tindakan
sementara seprti tindakan berupa pengenaan Bea Masuk anti Dumping Imbalan
Sementara (BMADS)

Pengenaan BMADS ditetapkan oleh menteri keuangan berupa pembayaran


jaminan dalam bentuk uang tunai, jaminan bank, atau jaminan dari perusahaan
asuransi paling besar sama dengan BMAD.

Selama proses penyelidikan terbukti negara pengekspor melakukan


praktek dumping maka negara pengekspor harus melakukan tindakan penyesuain
berupa penyesuain harga atau penhhebtian ekspor abrang tersebut. Tujuan dari
tindakan penyesuaian tersebut adalah untuk menghilangkan kerugian industri
negar pengimpor. Namun jika negara pengekspor terbukti melakukan dumping

15
dan tidak melakukan penyesuaian harga dari produsen negarapengekspor, mak
BMAD akan dikenakan sebesar marjin dumping terhadap barang tersebut.

3.4 Komite Anti Dumping

Untuk menangani masalah dumping dan imbalan, pemerintah dalam hal


ini mentri perindustrian dan perdagangan membentuk komite anti dumping
(KADI) yang beranggotakan unsur deperindag, depkeu dan depertemen atau
lembaga non depertemen terkait lainnya.

Komite tersebut bertugas :

1. Melakukan penyeledikan terhadap barang dumping dan barang


yang mengandung subsidi.
2. Mengupulkan, meneliti dan mengelola bukti dan informasi
3. Mengusulkan pengenaan bea  masuk anti dumping dan bea masuk imbalan
4. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh mentri perindustrian dan
perdagangan
5. Membuat laporan pelaksanaan tugas.

       Tahap pertama dari proses Anti Dumping adalah penyelidikan oleh Komite
Anti Dumping yang dilaksanakan oleh TIM OPERASIONAL ANTI DUMPING
(TOAD) atas barang impor yang diduga sebagai barang Dumping dan atau barang
mengandung subsidi yang menyebabkan kerugian. Bagi industri dalam negeri
inisiatif untuk melakukan penyelidikan tersebut dapat dilakukan atas inisiatif dari
komite sendiri atau karena permohonan industri dalam negeri.

Dalam hal adanya permohonan dari industri dalam negeri, komite harus
memberikan keputusan menolak atau menerima dan memulai penyelidikan atas
permohonan tersebut paling lama 30 hari sejak diterimanya permohonan tersebut.
Keputusan diambil berdasarkan penelitian atas bukti yang diajukan dan dianggap
memenuhi persyaratan. Penyelidikan harus diakhiri dalam waktu 12 bulan sejak
keputusan dimulainya penyelidikan, namun dalam hal tertentu dapat diperpanjang
menjadi selama-lamanya 18 bulan.

16
Dalam hal terbukti adanya dumping, komite menyampaikan besarnya
marjin dumping dan/atau subsidi netto dan mengusulkan pengenaan Bea Masuk
Antidumping atau Bea Masuk Imbalan kepada Menteri Perindustrian dan
Perdagangan. Menperindag memutuskan besarnya nilai tertentu untuk pengenaan
Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalanyang besarnya sama dengan
atau lebih kecil dari Marjin Dumping dan/atau Subsidi Netto.

Atas dasar keputusan Menperindag tersebut, Menteri Keuangan


menetapkan besarnya Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalan. Dalam
hal tidak terbukti, komite menghentikan penyelidikan dan melaporkan kepada
Menteri Perindustrian dan Perdagangan.

3.5 Penyelesaian Masalah

Dalam kasus ini, dengan melibatkan beberapa subyek hukum internasional


secara jelas menggambarkan bahwa kasus ini berada dalam cakupan internasional
yakni dua negara di Asia dan merupakan anggota badan internasional WTO
mengingat keduanya merupakan negara yang berdaulat. Dan kasus dumping yang
terjadi menjadi unsur ekonomi yang terbungkus dalam hubungan dagang
internasional kedua Negara dengan melibatkan unsur aktor-aktor non negara yang
berasal dari dalam negeri masing-masing negara yaitu perusahaan-perusahaan
yang disubsidi oleh pemerintah untuk memproduksi produk ekspor. Dumping
merupakan suatu tindakan menjual produk-produk impor dengan harga yang lebih
murah dari harga dan ini merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan WTO.
Indonesia meminta bantuan DSB WTO dan melalui panel meminta agar kebijakan
anti dumping yang dilakukan korea ditinjau kembali karena tidak konsisten
dengan beberapa point artikel kesepakatan seperti artikel 6.8 yang paling banyak
diabaikandan artikel lainnya dan Indonesia juga meminta Panel terkait dengan
artikel 19.1 dari Understanding on Rules and Procedures Governing the
Settlement of Disputes (DSU) untuk meminta Korea bertindak sesuai dengan
kesepakatan GATT dan membatalkan kebijakan anti dumping impor kertas yang
dikeluarkan oleh mentri keuangan dan ekonominya pada tanggal 7 november
2003.

17
Yang menjadi aspek legal disini adalah adanya pelanggaran terhadap
artikel kesepakatan WTO khususnya dalam kesepakatan perdagangan dan
penentuan tariff seperti yang tercakup dalam GATT dan dengan adanya
keterlibatan DSB WTO yang merupakan suatu badan peradilan bagi
permasalahan-permasalahan di bidang perdagangan. Ini menegaskan bahwa
masalah ini adalah masalah yang berada di cakupan Internasional, bersifat legal
dan bergerak dalam bidang ekonomi.

Sifat legal atau hukumnya terlihat juga dengan adanya tindakan Retaliasi
oleh pemerintah Indonesia karena Korea dinilai telah bertindak ‘curang’ dengan
tidak melaksanakan keputusan Panel Sementara DSB sebelumnya atas kasus
dumping kertas tersebut yang memenangkan Indonesia dimana retaliasi diijinkan
dalam WTO. Sekretaris Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan
Internasional Departemen Perdagangan mengatakan dalam putusan Panel DSB
pada November 2005 menyatakan Korsel harus melakukan rekalkulasi atau
menghitung ulang margin dumping untuk produk kertas asal Indonesia. Untuk itu,
Korsel diberikan waktu untuk melaksanakan paling lama delapan bulan setelah
keluarnya putusan atau berakhir pada Juli 2006.

Panel DSB menilai Korsel telah melakukan kesalahan dalam upaya


membuktikan adanya praktik dumping kertas dari Indonesia. Pengenaan tuduhan
dumping kertas melanggar ketentuan antidumping WTO. Korea harus menghitung
ulang margin dumping sesuai dengan hasil panel maka ekspor kertas Indonesia ke
Korsel kurang dari dua persen atau deminimis sehingga tidak bisa dikenakan bea
masuk antidumping.

Panel Permanen merupakan panel tertinggi di WTO jika putusan Panel


Permanen juga tidak ditaati oleh Korsel, Indonesia dapat melakukan retaliasi,
yaitu upaya pembalasan atas kerugian yang diderita. Dalam retaliasi, Indonesia
dapat mengenakan bea masuk atas produk tertentu dari Korsel dengan nilai
kerugian yang sama selama pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD).
Korean Trade Commision yang merupakan otoritas dumping Korsel mengenakan
BMAD 2,8-8,22 persen terhadap empat perusahaan kertas, seperti yang telah
disebutkan diatas yaitu PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, PT Pindo Deli Pulp &

18
Paper Mills, PT Indah Kiat Pulp & Paper, dan PT April Fine sejak 7 November
2003. Dalam membuat tuduhan dumping, KTC menetapkan margin dumping
kertas dari Indonesia mencapai 47,7 persen. Produk kertas yang dikenakan
BMAD adalah plain paper copier dan undercoated wood free printing paper
dengan nomor HS 4802.20.000; 4802.55; 4802.56; 4802.57; dan 4809.4816.

Dalam kasus ini, Indonesia telah melakukan upaya pendekatan sesuai


prosedur terhadap Korsel. Pada 26 Oktober 2006 Indonesia juga mengirim surat
pengajuan konsultasi. Selanjutnya, konsultasi dilakukan pada 15 November 2006
namun gagal. Korea masih belum melaksanakan rekalkulasi dan dalam pertemuan
Korea mengulur-ulur waktu. Tindakan Korsel tersebut sangat merugikan industri
kertas Indonesia. Ekspor kertas ke Korsel anjlok hingga 50 persen dari US$ 120
juta. Kerugian tersebut akan berkepanjangan sebab Panel juga menyita waktu
cukup lama, paling cepat tiga bulan dan paling lama enam bulan.

Kasus dumping Korea-Indonesia pada akhirnya dimenangkan oleh


Indonesia. Namun untuk menghadapi kasus-kasus dumping yang belum
terselesaikan sekarang maka indonesia perlu melakukkan antisipasi dengan
pembuatan Undang-Undang (UU) Anti Dumping untuk melindungi industri dalam
negeri dari kerugian akibat melonjaknya barang impor. Selain itu, diperlukan
penetapkan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) dalam rangka proses
investigasi praktek dumping (ekspor dengan harga lebih murah dari harga di
dalam negeri) yang diajukan industri dalam negeri. selama ini, Indonesia belum
pernah menerapkan BMADS dalam proses penyelidikan dumping apapun padahal
negara lain telah menerapkannya pada tuduhan dumping yang sedang diproses
termasuk kepada Indonesia. Padahal hal ini sangat diperlukan seperti dalam
rangka penyelidikan, negara yang mengajukan petisi boleh mengenakan BMADS
sesuai perhitungan injury (kerugian) sementara.

Jika negara eksportir terbukti melakukan dumping, maka dapat dikenakan


sanksi berupa BMAD sesuai hasil penyelidikan. Karenannya, pemerintah harus
mengefektifkan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang merupakan
institusi yang bertugas melaksanakan penyelidikan, pengumpulan bukti, penelitian

19
dan pengolahan bukti dan informasi mengenai barang impor dumping, barang
impor bersubsidi dan lonjakan impor.

Analisis Kasus

Salah satu kasus yang terjadi antar anggota WTO kasus antara Korea dan
Indonesia, dimana Korea menuduh Indonesia melakukan dumping woodfree copy
paper ke Korsel sehingga Indonesia mengalami kerugian yang cukup besar.
Tuduhan tersebut menyebabkan Pemerintah Korsel mengenakan bea masuk anti
dumping (BMAD) sebesar 2,8 persen hingga 8,22 persen terhitung 7 November
2003. dan akibat adanya tuduhan dumping itu ekspor produk itu mengalami
kerugian. Ekspor woodfree copy paper Indonesia ke Korsel yang tahun 2002
mencapai 102 juta dolar AS, turun tahun 2003 menjadi 67 juta dolar.

Karenanya, Indonesia harus melakukan yang terbaik untuk menghadapi


kasus dumping ini, kasus ini bermual ketika industri kertas Korea mengajukan
petisi anti dumping terhadap 16 jenis produk kertas Indonesia antara lain yang
tergolong dalam uncoated paper and paperboard used for writing dan printing or
other grafic purpose produk kertas Indonesia kepada Korean Trade Commision
(KTC) pada tanggal 30 september 2002 dan pada 9 mei 2003, KTC mengenai Bea
Masuk Anti Dumping (BMAD) sementara dengan besaran untuk PT pabrik kertas
Tjiwi Kimia Tbk sebesar 51,61%, PT Pindo Deli 11,65%, PT Indah Kiat 0,52%,
April Pine dan lainnya sebesar 2,80%. Namun, pada 7 November 2003 KTC
menurunkan BM anti dumping terhadap produk kertas Indonesia ke Korsel
dengan ketentuan PT Pabrik kertas Tjiwi Kimia Tbk, PT Pindo Deli dan PT Indah
Kiat diturunkan sebesar 8,22% dana untuk April Pine dan lainnya 2,80%. Dan
Indonesia mengadukan masalah ini ke WTO tanggal 4 Juni 2004 dan meminta
diadakan konsultasi bilateral, namun konsultasi yang dilakukan pada 7 Juli 2004
gagal mencapai kesepakatan.

Karenanya, Indonesia meminta Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute


Settlement Body/DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) membentuk Panel
dan setelah melalui proses-proses pemeriksaan, maka DSB WTO mengabulkan
dan menyetujui gugatan Indonesia terhadap pelanggaran terhadap penentuan

20
agreement on antidumping WTO dalam mengenakan tindakan antidumping
terhadap produk kertas Indonesia. Panel DSB menilai Korea telah melakukan
kesalahan dalam upaya membuktikan adanya praktek dumping produk kertas dari
Indonesia dan bahwa Korea telah melakukan kesalahan dalam menentukan bahwa
industri domestik Korea mengalami kerugian akibat praktek dumping dari produk
kertas Indonesia

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sebagai kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa tersebut diatas


maka praktik dumping merupakan bagian dari tanggung jawab Hukum
Perdagangan Internasional dibawah kendali WTO. Sanksi yang diberikan apabila
terbukti melakukan praktik dumping dikenakan sanksi berupa BMAD, apabila
pihak yang dikenai sanksi keberatan terhadap BMAD maka dapat mengajukan
keberatan ke panel WTO melalui Komisi Antidumping di DSB ( Dispute
Settlement Body ). Sementara menjual harga dibawah harga pasar seperti yang
dilakukan Negara tersebut dalam kacamata hukum persaingan akan menghambat
adanya persaingan sehat. Praktik dumping dalam jangka pendek menguntungkan
konsumen namun pada jangka panjang merugikan industri pesaing yang memiliki
industri barang yang sejenis. Jadi, jika ada Negara yang melakukan dumping
maka harus ditindak dengan memberi sanksi, sehingga Negara-negara lain tidak
akan berani mengikuti yang sererti yang dilakukan Negara yang melakukan
kebijakan itu.

4.2 Saran

Menurut saya, seharusnya kita sadar atas praktek politik dumping yang
sangat merugikan. Alangkah baiknya apabila kita lebih mengahargai,
membanggakan, dan membeli produk yang dihasilkan dari dalam negeri sendiri
dibandingkan dengan produk impor yang pada kenyataannya kualitas yang
diberikan tidak sesuai dengan standar keamanan, kesehatan, dan keawetannya.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Manusia dan Sumber
Daya Alamnya, tentunya hal itu dapat membuat negara ini menjadi negara yang
lebih baik lagi dalam mengembangkan perekonomian dan kesejahteraan
rakyatnya.Jangan langsung tergiur dengan harga barang yang murah hanya karena
ingin memuaskan hasrat konsumtif anda, perhatikanlah selalu kualitas dari produk
tersebut dan mari kita bangun negara ini agar potensi dalam negeri berkembang
dan dapat bersaing dalam perdagangan internasional, kemudian Lembaga yang

22
berfungsi untuk mengurus masalah-masalah dumping ini, harus lebih ketat lagi
melakukan pengawasan kepada barang-barang dari luar negeri yang masuk, jika
ada Negara atau perusahaan yang melakukan dumping maka harus langsung
diberi sanksi berupa BMAD atau BMI kepada Negara atau perusahaan itu, supaya
tidak membuat perusahaan dalam negeri rugi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Nangoi, Ronald. 1992. Bisnis Internasional dan Aspek pengembanganya.


Jakarta:CSIS

Griffin , W Ricky. 2005. Bisnis Internasional. Jakarta : Gramedia

Sukarni. 2002. Regulasi Antidumping dibawah bayang-bayang pasar bebas. Sinar


Grafika

Jefry.A.Freiden & David A Lake Internatiobal Political Economy Persective


Global Pover & Wealth

Santika, Ana Ahira. 2015. Politik Dumping. (online). Dapat di akses pada laman;
http://www.anneahira.com/politik-dumping.html. Diakses pada tanggal 25 Mei
2017.

Santika, Ana Ahira. 2015. Pengertian Dumping. (online). Dapat di akses pada
laman; http://www.anakunhas.com/2011/05/pengertian-dumping.html. Diakses
pada tanggal 27 Mei 2017.

Hasanah, Umi. 2011. Kebijakan Perdagangan Internasional. (online). Dapat di


akses pada laman; http://umihanasumi.blogspot.co.id/2011/03/kebijakan-
perdagangan-internasional.html. Diakses pada tanggal 28 Mei 2017.

Danny. 2012. Analisa Politik Dumping. (online). Dapat diakses pada laman;
http://makalah8.blogspot.com/2012/09/contoh-analisa-politik-dumping.html.
Diakses pada tanggal 28 Mei 2017.

24

Anda mungkin juga menyukai