Anda di halaman 1dari 18

Perbedaan Pajak Indonesia dan Thailand

Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Taxation II

Dosen:
Kosasih, S.E., M.M

Disusun oleh:
Abdan M. Adani
NPM. 1610631020002
Kelas 4-MA9

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Singaperbangsa Karawang
2018
Kata Pengantar

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmatnya
sehingga makalah yang berjudul “Perbedaan Pajak Indonesia dan Thailand“ ini bisa
diselesaikan dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Taxtation II.

Makalah ini berisi tentang perbedaan sistem dan tarif pajak di Indonesia dan di
Thailand. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Bangkok, 3 April 2018

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .........................................................................................................i


Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II: PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
2.1 Kebijakan Pajak Indonesia .................................................................... 3
2.1.1 Kebijakan pada tahun 2015: PTKP (Penghasilan Tidak Kena
Pajak) .................................................................................................. 3
2.1.2 Kebijakan Pajak Tahun 2016: Tax Amnesty ( Pajak Amnesti) .. 4
2.2 Kebijakan Pajak Thailand ...................................................................... 6
2.3 Tarif Pajak Indonesia ............................................................................ 7
2.3.1 Tarif Pajak Penghasilan Pph Pasal 21 ....................................... 8
2.3.2 Dasar Pengenaan PPh Pasal 21 ................................................ 8
2.3.3 Dasar Pemotongan PPh Pasal 21 .............................................. 9
2.4 Tarif Pajak Thailand .............................................................................. 9
2.4.1 Tarif Pajak Perorangan ............................................................. 9
2.4.2 Tarif Pajak Perusahaan ........................................................... 10
2.4.3 Dasar Pengenaan Pajak .......................................................... 11
2.4.4 Dasar Pemotongan Pajak ....................................................... 13
BAB III: PENUTUP.................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 15

ii
BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak (dari bahasa Latin taxo; "rate") adalah iuran rakyat kepada negara
berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat
balas jasa secara langsung. Menurut Charles E.McLure, pajak adalah kewajiban
finansial atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib pajak (orang pribadi atau
Badan) oleh Negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara yang
digunakan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran publik. Pajak dipungut
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Penolakan untuk membayar,
penghindaran, atau perlawanan terhadap pajak pada umumnya termasuk
pelanggaran hukum. Pajak terdiri dari pajak langsung atau pajak tidak langsung dan
dapat dibayarkan dengan uang ataupun kerja yang nilainya setara. Beberapa negara
sama sekali tidak mengenakan pajak, misalnya Uni Emirat Arab. Lembaga Pemerintah
yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan


kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Indonesia yang merupakan negara
berkembang sudah mulai melihat pajak sebagai sumber penerimaan yang tidak dapat
di hindarkan lagi. Pembangunan yang sedang digencar-gencarkan pemerintah tidak
luput dari sumbangsih penerimaan pajak. Maka dari itu, pajak menjadi salah satu
sumber penghidupan negara (berkembang) untuk bisa mensejahterakan warga
negaranya. Pada triwulan pertama tahun 2009 pemasukan pajak di Indonesia
mencapai Rp 113,75 triliun (Media Indonesia: April 2009). Itu membuktikan bahwa
pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan

1
Thailand yang juga merupakan negara berkembang, tidak luput dari sistem
perpajakan di negaranya. Perbadingan antara sistem perpajakan untuk orang pribadi
di Indonesia dengan Thailand sebenarnya tidak begitu jauh. Sistem perpajakan
Thailand untuk orang pribadi memiliki sistem perhitungan yang hampir sama dengan
Indonesia. Mulai dari perhitungan gaji, pengurangan ataupun PTKP (Penghasilan
Tidak Kena Pajak) dan juga lapisan tarif pajak, dan juga pengisian SPT (Surat Putusan
Pajak) setara mandiri melalui situs resmi yang telah disediakan. Bahkan bisa dikatakan
memiliki sistem yang sama. Hang berbeda hanyalah jumlah penghasilan untuk lapisan
tarif pajak dan laipasan tarif pajak Thailand yang mencapai 30% sedangkan Indonesia
35%.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan penulis ambil pada makalah ini adalah:

1. Bagaimana perbedaan kebijakan pajak Indoenesia dan Thailand;


2. Bagaimana perbedaan tarif pajak Indonesia dan Thailand.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan makalah ini disusun adalah;

1. Mengetahui perbedaan kebijakan pajak Indoenesia dan Thailand;


2. Mengetahui perbedaan tarif pajak Indonesia dan Thailand.

2
BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Pajak Indonesia


Indonesia pada 2 tahun terakhir menetapkan kebijakan pajak yang mengubah
kebijakan-kebijakan sebelumnya, antara lain sebagai berikut:

2.1.1 Kebijakan pada tahun 2015: PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Kebijakan ini merupakan kebijakan fiskal yang mempengaruhi
jalannya perekonomian agar arahnya sesuai dengan yang diharapkan
Pemerintah. Dari sisi Pemerintah melalui instrumen perpajakan.
Pemerintah juga telah memberikan beberapa kebijakan insentif
perpajakan yang diharapkan dapat memberikan stimulus bagi dinamika
perekonomian nasional. Yang paling mutakhir, pemerintah meluncurkan
kebijakan ini berdasarkan penyesuaian besaran pendapatan tidak kena
pajak dari sebelumnya sebesar 24,3 juta menjadi sebesar 36 juta untuk
diri wajib pajak orang pribadi. Ketentuan mengenai PTKP ini sendiri diatur
dalam pasal 7 Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Penghasilan
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang No.36 Tahun 2008 (UU PPh). Pertimbangan diadakan PTKP yaitu
:

• Untuk menjaga daya beli masyarakat dikarenakan terjadi


pergerakan harga kebutuhan pokok yang cukup signifikan di
tahun 2013-2014 sebagai dampak dari kebijakan penyesuaian
harga BBM.
• Dalam beberapa tahun terakhir terjadi penyesuaian upah
minimum provinsi (UMP) dan upah minimum kabupaten/kota
(UMK) di hampir semua daerah.
• Terkait kondisi perekonomian terakhir yang menunjukkan trend
perlambatan ekonomi khususnya terlihat pada Q1 2015 yang
hanya tumbuh sebesar 4,7%terutama akibat dampak

3
perlambatan ekonomi global khususnya mitra dagang utama
Indonesia.
• Revolusi Aktiva Tetap Insentif
Kebijakan ini bermaksud pada perpajakan yang bersifat
ramah . Kebijakan ini diluncurkan sejak tanggal 15 Oktober 2015
melalui peraturan menteri keuangan bernomor 191
PMK.10/2015 tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk
tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada 2015
dan 2016. Secara garis besar, kebijakan ini adalah bentuk insentif
perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak. Kebijakan
Revaluasi Aktiva Tetap bukan instrumen baru karena Menteri
Keuangan pernah meluncurkan instrumen yang sama pada tahun
2008 yaitu melalui PMK Nomor : 79/PMK.03/2008 tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan
Perpajakan (PMK 79/2008).

Tarif yang diberikan bagi insentif revaluas aktiva tetap ini terbagi
menjadi 3 macam dan ketiganya bersifat final, tarif tersebut adalah :

• 3 % untuk permohonan sampai dengan 31 Desember 2015 dan


penilaian kembali selesai paling lambat 31 Desember 2016
• 4% untuk permohonan periode 1 Januari 2016 s.d 30 Juni 2016
dan penilaian kembali selesai paling lambat 30 Juni 2017
• 6 % untuk permohonan periode 1 Juli 2016 s.d 31 Desember 2016
dan penilaian kembali selesai paling lambat 31 Desember 2017

Terbitnya peraturan ini diharapkan dapat menjadi insentif untuk


menjaga stabilitas ekonomi makro, mendorong pertumbuhan ekonomi,
serta memperhatikan kebutuhan wajib pajak berniat meningkatkan nilai
perusahaannya.

2.1.2 Kebijakan Pajak Tahun 2016: Tax Amnesty ( Pajak Amnesti)


Adalah program pengampunan yang diberikan oleh pemerintah
kepada wajib pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya

4
terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan serta
penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang
diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan
dalam SPT , dengan melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan
membayar uang tebusan. Yang dapat memanfaatkan kebijakan tax
amnesty :

• Wajib pajak orang pribadi


• Wajib pajak badan
• Wajib pajak yang bergerak di bidang usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM)
• Orang pribadi atau badan yang belum menjadi wajib pajak

Persyaratan wajib pajak yang dapat dimanfaatkan tax amnesty :

• Memiliki nomor wajib pajak


• Membayar uang tebusan
• Melunasi seluruh tunggakan pajak
• Melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar yang seharusnya
tidak dikembalikan bagi wajib pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan dan atau penyidikan
• Menyampaikan SPT PPh terakhir bagi wajib pajak yang telah
memiliki kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan
tahunan pajak penghasilan
• Mencabut permohonan
Untuk mengajukan amnesty pajak dapat dilakukan di kantor
pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar atau tempat lain
yang ditentukan menteri dengan membawa surat pernyataan
untuk meminta penjelasan mengenai pengisian dan pemenuhan
kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan. Tax amnesty ini
berlaku sejak disahkan hingga 31 Maret 2017, dan terbagi dalam
3 periode :
• Periode 1 dari tanggal diundang s.d 30 September 2016

5
• Periode 2 dari tanggal 1 0ktober 2016 s.d 31 Desember
2016
• Periode 3 dari tanggal 1 Januari 2017 s.d 31Maret 2017

Kebijakan pajak amnesty adalah terobosan kebijakan yang didorong


oleh semakin kecilnya kemungkinan untuk menyembunyikan kekayaan di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena semakin
transparannya sektor keuangan global dan meningkatnya intensitas
pertukaran informasi antarnegara. Ikut serta dalam amnesty pajak juga
membantu Pemerintah mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi
ekonomi melalui pengalihan harta yang akan berdampak terhadap
peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar rupiah, penurunan
suku bunga dan peningkatan investasi.

2.2 Kebijakan Pajak Thailand


Tax ratio Thailand tergolong tinggi di kawasan, 17%. Tarif PPh badannya bersaing,
20%, dengan tarif PPh orang pribadi 0%-37%. Daya saing tarif pajak ini, ditambah
dukungan infratruktur tadi, membuat Thailand menjadi salah satu negara penerima
investasi langsung asing (foreign direct investment/ FDI) terbesar di kawasan. Negara
yang dipimpin Raja Bhumibol Adulyadej ini juga telah memberlakukan aturan-aturan
transfer pricing sesuai dengan pedoman Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD), antara lain dengan memberlakukan arm’s length basis.
Perusahaan di Thailand harus memastikan bahwa harga dari transaksi yang mereka
lakukan dengan pihak terafiliasinya sudah sesuai dengan metodologi yang dijadikan
pedoman dan melakukan transfer pricing documentation (TP Doc). Sejalan dengan
itu, Thailand telah menjalin perjanjian penghindaran pajak berganda dengan 56
negara, di antaranya Armenia, Finlandia, Malaysia, Slovenia, Australia, Prancis,
Mauritius,Afrika Selatan, Austria, Jerman, Myanmar, Spanyol, dan Bahrain. (Sumber:
IMF & World Bank-2016/ Bsi).

6
Data Perpajakan Thailand

Uraian Keterangan

Sistem pemerintahan Monarki

PDB nominal US$395 juta (2015)

Pertumbuhan ekonomi 2,8% (2015)

Populasi 68 juta jiwa (2014)

Tax Ratio 17% (2015)

Otoritas Pajak The Revenue Department

Sistem Perpajakan Self assessment

Tarif PPh Badan 20%

Tarif PPh Orang Pribadi 0%-37%

Tarif PPN 10%

Tarif pajak dividen 10%

Tarif pajak royalti 15%

Tarif bunga 10%-15%

Tax Treaty 56 negara

2.3 Tarif Pajak Indonesia


Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri.

7
2.3.1 Tarif Pajak Penghasilan Pph Pasal 21
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008,
tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan menggunakan
tarif progresif sebagai berikut:

Penghasilan Netto Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan 50 juta 5%

50 juta sampai dengan 250 juta 15%

250 juta sampai dengan 500 juta 25%

Diatas 500 juta 30%

2.3.2 Dasar Pengenaan PPh Pasal 21


1) Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai
berikut:

a. Penghasilan Kena Pajak yang berlaku bagi:


• Pegawai Tetap;
• penerima pensiun berkala;
• Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara
bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima
dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp4.500.000,00
(empat juta lima ratus ribu rupiah); dan
• Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c
yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.
b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000,00 (empat ratus
lima puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak
Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang menerima upah harian, upah
mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang
penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan

8
kalender belum melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus
ribu rupiah);
c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang
berlaku bagi Bukan Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 huruf c yang menerima imbalan yang tidak bersifat
berkesinambungan.
d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima
penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, b, dan huruf c.
2) Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 26 adalah jumlah
penghasilan bruto.

2.3.3 Dasar Pemotongan PPh Pasal 21


1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.
2) Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah
3) Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) dan badan-badan lainnya;
4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain
kepada jasa tenaga ahli, orang pribadi dengan status subjek pajak luar
negeri, peserta pendidikan, pelatihan dan magang;
5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi
yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi
serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan;

2.4 Tarif Pajak Thailand

2.4.1 Tarif Pajak Perorangan


Tingkat pendapatan individu Thailand pajak bersifat progresif
menjadi 37%. Penghasilan (Baht) Pajak Jumlah Tingkat Kena Pajak
Akumulasi Pajak

9
Penghasilan Netto Kena Pajak Tarif Pajak

0 - 150.000 Dibebaskan -

150.001 - 500.000 10% 35.000 35.000

500.001 - 1.000.000 20% 100.000 135.000

1.000.001 - 4.000.000 30% 900.000 1.035.000

4.000.001 dan lebih dari 37%

Untuk ekspatriat kualifikasi sebagai karyawan dari kantor pusat


operasi daerah, pajak penghasilan dengan tarif flat 15% dapat
mengajukan sampai dengan 4 tahun. Dasar - Thailand penduduk dan
nonresidents dikenai pajak atas Thailand-sumber pendapatan mereka.
Warga Thailand yang dikenakan pajak atas penghasilan foreignsource
mereka hanya jika pendapatan dibawa ke Thailand pada tahun itu
berasal (repatriasi dalam tahun kemudian dibebaskan dari pajak
penghasilan pribadi).

2.4.2 Tarif Pajak Perusahaan


Tingkat Thailand pajak perusahaan adalah 30% untuk laba fiskal
bersih. Beberapa perseroan terbatas dan perusahaan terbatas kecil dan
menengah dikenakan untuk menurunkan tarif progresif sampai jumlah
tertentu dari laba kena pajak bersih:

1) Pajak perusahaan tingkat kecil:


• Laba bersih tidak melebihi 1 juta baht 15%
• Laba bersih lebih dari 1 juta baht tetapi tidak melebihi 3 juta
baht 25%
• Laba bersih melebihi 3 juta baht 30%
2) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Thailand (SET)
• Laba bersih untuk pertama% 300 juta baht 25
• Laba bersih untuk jumlah melebihi 300 juta baht 30%

10
3) Perusahaan baru yang terdaftar di Bursa Efek Thailand (SET)
• Laba Bersih 25%
4) Perusahaan yang baru terdaftar di Pasar Investasi Alternatif
(MAI)
• Laba Bersih untuk pertama% 5 20 akuntansi
• Laba Bersih setelah pertama 5 periode akuntansi 30%
5) Bank berasal dari keuntungan Fasilitas Perbankan Internasional
(IBF)
• Laba Bersih 10%
6) Perusahaan asing terlibat dalam transportasi internasional
• Gross penerimaan 3%
7) Perusahaan asing tidak melakukan usaha di Thailand menerima
dividen dari Thailand
• Gross penerimaan 10%
8) Perusahaan asing tidak melakukan usaha di Thailand menerima
jenis pendapatan lain selain dari dividen dari Thailand
• Gross penerimaan 15%
9) Perusahaan asing membuang keuntungan dari Thailand
• Jumlah dibuang 10%
10) Menguntungkan asosiasi dan yayasan
• Bruto penerimaan 2% atau 10%

2.4.3 Dasar Pengenaan Pajak


1) Dasar
Thailand penduduk dan nonresidents dikenai pajak atas
Thailand-sumber pendapatan mereka. Warga Thailand yang
dikenakan pajak atas penghasilan foreignsource mereka hanya jika
pendapatan dibawa ke Thailand pada tahun itu berasal (repatriasi
dalam tahun kemudian dibebaskan dari pajak penghasilan pribadi).

11
2) Residence
Seorang individu merupakan penduduk di Thailand untuk
keperluan pajak penghasilan pribadi jika ada selama 180 hari atau
lebih dalam satu tahun (kalender) pajak yang diberikan.
3) Pajak Status Filing
Pasangan suami-istri dapat memilih untuk penilaian bersama
atau terpisah atas penghasilan kerja. Jika istri memperoleh
penghasilan pasif, harus dimasukkan dalam kembalinya suami
bahkan jika pasangan memilih untuk mengajukan secara terpisah.
4) Laba Kena Pajak
Pekerjaan pendapatan, termasuk sebagian besar terkait dengan
ketenagakerjaan manfaat, dikenakan pajak penghasilan pribadi. Laba
yang berasal dari membawa pada suatu perdagangan atau profesi
umumnya dikenakan pajak di bawah rezim pajak penghasilan pribadi.
Dividen dan bunga yang dikenakan pajak pada sumber pada tingkat
10% dan 15%, masing-masing. Seorang individu dapat memilih untuk
tidak melaporkan pendapatan investasi seperti pada pengembalian
pajak penghasilan tahunan pribadi untuk tahun pajak.
5) Pajak Capital Gain
Keuntungan modal dibebaskan dari pajak penghasilan pribadi
jika saham yang dijual adalah perusahaan publik yang terdaftar di
bursa efek Thailand. Jika tidak, keuntungan tunduk pada progresif
harga normal pajak penghasilan pribadi.
6) Pajak Pengurangan dan Tunjangan
Tunduk pada pembatasan tertentu, pemotongan diberikan
untuk asuransi, pensiun bunga kredit, atau rencana ekuitas jangka
panjang, kontribusi amal, dll tunjangan pribadi yang tersedia untuk
pembayar pajak, suami / istri, anak-anak dan orang tua.

12
2.4.4 Dasar Pemotongan Pajak
1) Dividen
Dividen yang dibayarkan kepada perusahaan lain Thailand akan
dikenakan pemotongan pajak 10% atau dikecualikan jika persyaratan
tertentu dipenuhi. Dividen yang dibayarkan kepada perusahaan
bukan penduduk akan dikenakan pemotongan pajak 10%. Dividen
yang dibayarkan kepada individu penduduk atau bukan penduduk
dikenakan pajak pada tingkat 10% yang dapat dianggap final. Individu
penduduk dapat memperoleh kredit pajak dividen, sehingga mereka
dapat memilih untuk menyertakan dividen dalam penghasilan kena
pajak mereka untuk tahun pajak yang bersangkutan.
2) Bunga
Bunga yang dibayarkan kepada perusahaan lain di Thailand yang
tidak dianggap sebagai lembaga keuangan dikenakan pemotongan
pajak muka 1%, yang dapat digunakan sebagai kredit terhadap pajak
penghasilan badan karena untuk periode akuntansi. Bunga yang
dibayarkan kepada perusahaan bukan penduduk dikenakan
pemotongan pajak 15% final kecuali tingkat berkurang di bawah
perjanjian pajak yang berlaku.
Bunga yang dibayarkan kepada individu penduduk atau bukan
penduduk dikenakan pemotongan pajak 15% dan dapat dianggap
sebagai pajak final dalam kedua kasus.
3) Royalti
Royalti yang dibayarkan kepada perusahaan lain Thailand akan
dikenakan pemotongan pajak muka 3%, yang dapat digunakan
sebagai kredit terhadap pajak penghasilan badan karena untuk
periode akuntansi. Royalti dibayarkan kepada bukan penduduk akan
dikenakan pemotongan pajak 15% final kecuali tingkat berkurang di
bawah perjanjian pajak.
4) Cabang Pajak Remittance
Tingkat adalah 10% pada laba setelah pajak dibayar atau
dianggap dibayarkan kepada kantor pusat.

13
BAB III: PENUTUP

Kesimpulan dari makalah ini adalah Pajak yang wajib dibayar rakyat untuk negara
akan digunakan salah satunya sebagai sumber dana pemerintah untuk melakukan
pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan masyarakat
umum. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-
undang. Tanggung jawab atas pembayaran pajak sebagai pencerminan kewajiban
kenegaraan di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri.

Negara Thailand pada tahun 2016 politiknya kurang stabil dan kebijakan perpajakan
di Thailand tax rationya tergolong tinggi yaitu 17%. Infrastruktur berkembang baik
terbukti dengan mempercepat pemulian ekonominya dan menjadi salah satu negara
penerima investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) terbesar.

Penduduk dan nonresidents dikenai pajak atas Thailand dari sumber pendapatan
mereka yang bekerja di Thailand atau memiliki penghasilan kena pajak harus mengajukan
permohonan untuk nomor identifikasi wajib pajak yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendapatan pada presentasi dari kartu identitas atau paspor asing Thailand dan bukti dari
kebutuhan untuk nomor tersebut. Ada tarif pajak yang lebih rendah untuk perusahaan
UKM dan kemitraan hukum.

14
Daftar Pustaka

Hadi Wiadrdo, Chocho (2017). Tarif Pajak Di Thailand. Dari:


https://www.scribd.com/doc/143790982/tarif-pajak-di-thailand. Diakses 1
April 2018.

Khairani, Dienda (2016). Politik Kurang Stabil, Tax Ratio Tetap Tinggi. Dari:
http://news.ddtc.co.id/artikel/6551/profil-perpajakan-thailand politik-kurang-
stabil-tax-ratio-tetap-tinggi/. Diakses 1 April 2018.

_______. (2016). 7 Kebijakan Pajak yang Akan Diterapkan pada Tahun 2017. Dari
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57bc4fb95cc1e/7-kebijakan-
pajak-yang-akan-diterapkan-tahun-2017. Diakses 1 April 2018

_______. (2018). Pajak. Dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak. Diakses 1 April 2018

_______. (2014). Personal Income Tax. Dari: http://www.rd.go.th/publish/6045.0.html.


Diakses 1 April 2018

_______. (2018). Thailand dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Dari:
https://www.wikipedia.org/wiki/thailand. Diakses 1 April 2018.

15

Anda mungkin juga menyukai