Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

A. Pengertian
Filsafat olahraga adalah cabang dari ilmu filsafat yang berupaya menganalisa konsep akan
olahraga sebagai kegiatan manusia. Beberapa isu yang dibahas dalam filsafat olahraga di
antaranya dari aspek metafisika, filsafat etika dan moral, filsafat hukum, filsafat politik, dan
estetika. Perspektif filosofis pada olahraga berawal di Yunani Kuno dan kemudian kembali
berkembang pada abad ke-20 berkat Paul Weiss dan Howard Slusher.
Perspektif filosofis olahraga juga melihat hubungan metafisika antara olahraga dengan
kesenian dan permainan, permasalahan etika terkait nilai-nilai dan keadilan, serta isu-isu
sosiopolitis pada umumnya.
Filsafat/filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan),
yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti
kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan
secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif. Filsafat adalah
pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau
metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah
suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal:
etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan,
ontology/tentang manusia, dll.
Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani,
Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata
Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikan
pengertian cinta kebijaksanaan. Di dalam Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan
sebagai berikut: “The creek word Sophia is ordinary translated as „wisdom‟, and the
compound philosophia, from wich philosophy derives, is translated as the „love of wisdom‟.”
Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu. Berdasarkan kutipan tersebut dapat di
ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau untuk
menjadi bijak. Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak
orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi retsebut :
• Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri
berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang
ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
•Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara
kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara
persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi
falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir, dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu
yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi
sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu
spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan
menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain
dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Istilah “olahraga” sebenarnya bukan terjemahan langsung dari istilah “sport” yang
berasal dari bahasa ingris. Olahraga berasal dari bahasa jawa “Olah” yang berarti berlatih atau
melakukan kegiatan; dan “Raga” yang berarti fisik atau jasmani. Berolahraga berarti melakukan
aktivitas fisik.
Dari perspektif elit-kompetitif, olahraga diartikan sebagai aktivitas yang melibatkan
power dan skil, kompetisi, strategi, dan atau keberuntungan, yang dilakukan dalam rangka
meraih kesenangan, kepuasan dan atau keuntungan pribadi seperti uang, dalam bentuk kegiatan
yang terorganisir.
Jadi olahraga didefinisikan sebagai segalah aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja
dan sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan
social budaya. Dengan batasan tersebut, kegiatan fisik seperti berjalan ke pasar, bersepeda ke
tempat kerja, mencangkul di dawah, dan sebagainya yang memang tidak di sengaja untuk
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial bukan termasuk olahraga.
Ruang Lingkup Filsafat Olahraga
Dalam bidang filsafat, upaya untuk mengisi pemikiran yang tidak atau belum dilakukan
oleh orang lain adalah biasa, upaya itu dilakukan dalam rangka mengisi ruang-ruang kosong agar
mencapai kesempurnaan. Upaya menjelaskan nilai dengan kondisi psikologis, dengan objek ideal
dan dengan status benda bukan berarti ingin mengurangi hakikat nilai, akan tetapi mencoba
mengisi relung-relung kosong yang belum tersentuh, sehingga dapat menjelaskan sisi nilai yang
lain. Yang menjadi persoalan, ketika relung-relung kosong itu diisi sering memperkecil makna
nilai yang dijelaskan, sehingga nilai itu seolah-olah hanya merupakan kondisi psikologis, atau
hanya merupakan objek idela dan/atau hanya status benda saja, sebenarnya nilai itu dapat dan
harus menyentuh seluruhnya, akan tetapi sudt padang yang berbeda akan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda pula. Oleh karena itulah pendefinisian nilai sangat bervariasi. Namun
ada yang dapat disimpulkan dari penjelasan di atas, nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai
itu dipandang dapat mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai
itu marik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih
dipandang sebagai kegiatan menilai.
Dalam hubungan ini pendidikan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar) tidak mempersoalkan
dari mana niali tersebut, tetapi lebih memperhatikan pentingnya nilai itu bagi manusia dalam
kehidupan oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan. Setiap individu harus
memahami nilai dan kebernilaian dirinya, sehingga dia akan menempatkan diri secara bijak
dalam pergaulan hidup serta akan mengakui dan bijak terhadap keberadaan nilai dan kebernilain
orang lain dalam pergaulan bermasyarakat. Yang penting dalam upaya pendidikan, keyakinan
individu pada nilai harus menyentuh sampai hierarki nilai tertinggi, sebab seperti yang
diungkapkan oleh Shaller dalam (Fondisi, 2001, hlm 129-130 bahwa :
1.    Nilai tertinggi menghasilkan kepuasan yang lebih mendalam.
2.    Kepuasan jangan dikatakan dengan kenikmatan (meskipun kenikmatan merupakan hasil
kepuasan).
3.    Semakin kurang kerelatifan nilai, semakin tinggi keberadaannya, nilai tertinggi dari semua nilai
adalah nilai mutlak.
Kontribusi Filsafat Olahraga dan Nilai Sportivitas Dalam Membangun Karakter
Seseorang dan Menyatukan Masyarakat
Filsafat Olahraga sangat penting sekali dalam membangun karakter seseorang, baik atlet
maupun non atlet. Olahraga sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak pihak telah disikapi
secara dinamis dari pemahaman terhadap yang dianggap sebagai aktivitas primitive untuk
mempertahankan hidup berubah menjadi proses sosial yang menghasilkan karakteristik perilaku
dalam bersaing dan bekerja sama membangun suatu permainan yang dinaungi oleh nilai, norma,
dan pranata lembaga serta budaya masyarakat.
Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Ada dua objek dalam filsafat
diantaranya:Objek Material, Objek material filsafat yaitu segala yang ada dan mungkin ada, jadi
luas sekali dan tidak terbatas. Objek material antara filsafat dengan sains (ilmu pengetahuan)
sama, yaitu sama-sama menyelidiki segala yang ada dan mungkin ada. Tapi ada dua hal yang
membedakan diantaranya:
1.        Sains menyelidiki objek material yang empiris. Sedangkan filsafat menyelidiki bagian yang
abstraknya.
2.        Ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains seperti tuhan, hari
akhir (hal-hal yang tidak empiris).
Jadi objek material filsafat lebih luas daripada sains. Objek Formal, (sikap penyelidikan)
Objek forma filsafat adalah penyelidikan yang mendalam atau ingin mengetahui bagian
dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Objek ini hanya
dimiliki oleh filsafat saja. Sains tidak mempunyai objek forma. Karena objek sains hanya
terbatas pada sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah saja, dan jika tidak dapat diselidiki maka
akan terhenti sampai disitu. Tetapi filsafat tidaklah demikian, filsafat akan terus bekerja hingga
permasalahannya dapat ditemukan sampai akar-akarnya.
Karena bervariasinya pengertian nilai, sulit untuk mencari kesimpulan yang komprehensif
agar mewakili setiap kepentingan dan berbagai sudut pandang, tetapi ada hal yang disepakati dari
semua pengertian nilai tersebut, bahwa nilai berhubungan dengan manusia, dan selanjutnya nilai
itu penting. Untuk melihat sejauh mana variasi pengertian nilai tersebut, terutama bagaimana
hubungan antara setiap pengertian itu dengan pendidikan, di bawah ini akan dikemukakakn
sebelas definisi yang diharapkan mewakili berbagai sudut pandang.
1.    Menurut Cheng (1955): Nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam arti terdapatnya
hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia,
sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharunya dimiliki. (dalam Lasyo, 1999,
hlm. 1)
2.    Menurut Dictionary of Sociology and Related Science; Value ……., the belived capacity of
ny object to satisfy human, desire, the quality of any object which causes it to be of interest to an
individual or a group. (Nilai adalah kemampuan yang diyakini terdapat pada suatu objek yang
menyebabkan tertariknya individu atau kelompok). (dalam Kaelan, 2002, hlm. 174).
B. Fenomena Olahraga
Dewasa ini olahraga menjadi suatu fenomena budaya yang tersohor dan kompleks,
mempunyai dua konsekuensi yaitu fositif dan negatif untuk individu dan masyarakat. Hal itu
mempunyai makna secara menyeluruh, jika tidak semuanya, tentu dikondisikan oleh institusi
sosial, termasuk pendidikan, ekonomi, seni, politik, hukum, komunikasi massa dan diplomasi
internasional. Mencakup beberapa penilaian, hampir setiap orang termasuk didalamnya, yang
mengambil bagian.
Pada ketentuan dari komitmen publik terhadap olahraga, saat ini, telah diterima dari
berbagai studi seperti fenomena sosial. Agaknya keberadaan ambikuitas olahraga cukup besar
untuk menjamin para ilmuan sosial dan berbagai penguraian yang jelas, untuk menjelaskan
sendiri, pentingnya desakan sosial yang bersifat non eksis pada olahraga.
Tanpa menyepelekan batasan studi olahraga, bahwa konsep suatu istilah ambikuitas
mempunyai perbedaan makna untuk berbagai ragam pemahaman masyarakat. Ambikuitas
merupakan upaya untuk menentukan cakupan topik pembahasan olahraga dari berbagai
pemberitaan lewat surat kabar setiap hari. Ditemukan ragam kompetisi olahraga, iklan atau
fashion olahraga, kebijakan-kebijakan mengenai perbaikan skill olahraga dalam penanganan
tertentu, yang mudah dinyatakan dalam organisasi olahraga termasuk permasalahan mengenai
rekrutmen atlet, keberhasilan dan kegagalan dalam pelaporan keuangan, kesenjangan politik dan
skandal berbagai event olahraga.
Adapun tinjauan batasan dari olahraga, agaknya memberikan suatu penilaian pada
berbagai media massa, suatu pemahaman yang kompleks dari ragam fenomena olahraga yang
memerlukan adanya suatu pendekatan konseptual secara sistimatik. Yang meliputi beberapa
tahapan arah dan pertimbangan dalam berbagai istilah yang menjelaskan tingkatan analisis dalam
olahraga yang ditinjau dari aspek akurasi, lembaga sosial, dan bentuk-bentuk cakupan social
1. Olahraga sebagai suatu akurasi permainan.
Mungkin sering memikirkan arti olahraga, secara khusus dari suatu analitik
prospektif, bagaimanapun olahraga menjadi tunggal yang ditinjau sebagai suatu akurasi
permainan aktual. Dalam paragraph tersebut terdapat karakteristik dasar dari permainan
yang diuraikan secara singkat, dan referensi secara kontinu dibuat untuk olahraga sebagai
suatu tipe khusus dari permainan. Dengan cara mendefenisikan suatu permainan dalam
berbagai bentuk persaingan permainan dapat ditangani dengan menentukan kemampuan
skill fisik, strategi atau perubahan, yang dikerjakan secara tunggal atau dalam berbagai
kombinasi.
a) Permainan
Permainan kompetisi adalah pemberian konteks yang mempunyai
satu atau lebih elemen-elemen permainan. Suatu permainan mempunyai
tujuan yang tidak dapat dipertimbangkan secara sederhana sebagai suatu
sub kelas permainan, sebab olahraga secara logis menjadi suatu kerangka
permainan yang menjadi pembenahan suatu olahraga professional yang
dipertimbangkan menurut kaidah defenisi yang saling terkait. Hal tersebut
memerlukan satu aspek atau lebih yang mempunyai peranan dasar sebagai
komponen-komponen permainan dan event-event bentuk organisasi yang
lebih tinggi dari suatu olahraga yang tidak hanya komplek memberikan
penilaian sesuai tingkat karakteristik permainan.
Pengembangan karakteristik formal memainkan peranan yang
disebut sebagai aktivitas bebas dalam mengembangkan suatgu kesadaran
yang berada yang sama penyerapan pemahamnan permainan terjadi secara
intensif dan beradaptasi suatu aktivitas yang berhubungan material, dan
nomn profit yang dapat memberi keuntungan terhadapnya. Proses dalam
memberikan aturan tetap dan pengem- bangan prilaku secara terdata.
Memajukan bentuk dari suatu pengelompokan sosial cenderung meliputi
tingkat tekanan yang dirasakan berbeda-beda dari suatu uraian umum
dalam berbagai perbedaan atau makna lainnya (Huizinga, 1995:13).
Caollois (1961) memberi batasan berbagai peranan secara aktif meliputi
kebebasan, penyebaran, ketidakpastian, tidak prodoktif terhadap
perubahan aturan dan karakteristik yang menumbuhkan suatu keyakinan.
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
b) Kebebasan
Kebebasan dalam permainan adalah suatu aktivitas sukarela, yaitu tidak
merasa tertekan untuk bermain, permainan dilakukan dalam suatu waktu
yang bebas, dan permainan dapat memberikan inisiatif dan pemenuhan
keinginan. Karakteristik dari permainan, termasuk beberapa bentuk dari
permainan olahraga amatir.
c) Penyebaran
Huizinga dan Coillois mengartikan penyebaran bermain secara
terbagai-bagi dan secara temporal terbatas. Kelayakan bermain ini secara
tertentu benar dalam olahraga. Contoh banyaknya bentuk olahraga yang
dapat dilakukan secara terbagi-bagi sesuai lingkup sosial millinium seperti
pada lapangan matador banteng, stadion sepak bola, lapangan golf, lomba
pacuan kuda dan kolam renang. Selanjutnya dengan beberapa
pengecualian bentuk olahraga yang mempunyai aturan yang secara khusus
dari durasi suatu konteks yang diberikan.
d) Ketidakpastian
Ketentuan atau hasil dari permainan tidak dapat ditentukan
sebelum menanganinya. Sama halnya melakukan suatu penentuan
karakteristik dari semua permainan yang dinyatakan dengan penanganan
yang tidak pasti. Mungkin itu adalah faktor yang lebih dari suatu desakan
atau tekanan dari konteks bermain. Ketentuan dari berbagai persaingan
yang tidak sesuai adalah bentuk rutinitas untuk konteks dan muatan
spectator terhadap upaya-upaya dalam meningkatkan keseimbangan antara
pihak oposisi yang tercatat sebagai menentang kelayakan olahraga.
Upaya-upaya secara bentuk berfokus pada permasalahan ukuran, skill dan
pengalaman. Contoh upaya-upaya pengembangan kesamaan berdasarkan
ukuran formasi dari bahasa atlet dan berbagai kaitan dengan kompensasi
organisasi sosial memberikan ukuran dan rancangan dari suatu bobot kelas
untuk permainan tinju dan gulat. Ilustarasi dari upaya dalam menentukan
tingkat kesamaan di antara konteks yang berbasis skill dan pengalaman
yang diterapkan menjadi pegangan untuk para pemain bolwing, golf,
sesuai ragam tingkat rancangan aturan dari persaingan dalam suatu
organisasi, termasuk berbagai tim pemain junior, kelas permainan atlet
sekolah dan pemain dari draf tim baru yang harus menggunakan aturan
liga professional.
e) Perubahan aturan
Semua tipe permainan dinyatakan berdasarkan aturan, yang
bersifat formal atau non formal. Hal itu menyarankan bahwa olahraga
dapat dibedakan dari permainan yang umum sesuai dengan pernyataan
yang biasanya mempunyai ragam aturan yang lebih besar dan mempunyai
jumlah norma formal yang absolut seperti uraian tertulis dan praturan
normal sama halnya, sangsi yang dikenakan dalam jumlah yang
bersesuaian dari berbagai pelanggaran permainan dalam olahraga. Contoh
pemain basket ball harus bermain secara konsisten dengan tetap mematuhi
aturan-aturan dan ketentuan permainan, pemain hoki harus mempunyai
aturan waktu tertentu, berbagai aturan main dalam kotak finalti setelah
permainan dilangsungkan, dan pemain sepak bola tidak dapat
meninggalkan permainan tanpa ditentukan oleh wasit.
Dengan respek terhadap tata normative permainan dan olahraga,
suatu kelayakan eksplisit biasanya membatasi kriteria definitip untuk
menentukan pemenang. Adapun aturan yang benar dari beberapa aturan
yang mengikat, banyak kontestan yang melakukan aturan ambivalent yang
sesuai dengan ketentuan batas waktu yang ditentukan final. Ragam makna
pemenang dalam olahraga disesuaikan berdasarkan kesepakatan. Adapun
yang relavan untuk diamati dalam berbagai persaingan olahraga adalah
tingkat kapasitas yang tinggi, suatu seri konteks pertandingan gelanggang
olahraga (seri dunia) dalam suatu upaya dalam suatu upaya dalam
menetapkan suatu aturan yang menjadi unsur-unsur perubahan dari suatu
kemenangan yang berbasis kesepakatan. Suatu tim disebut mendapatkan
suatu kemenangan apabila kemenangan tersebut diakui oleh lawan
bermain, bahkan diberikan suatu penghargaan lebih baik atau lebih unggul
sesuai yang diharapkan.
f) Membuat keyakinan
Huizinga dan Coillois mengistilahkan taraf signifikan terhadap
suatu keyakinan terhadap permainan yang dilakukan diluar ordinary atau
real dari suatu kelangsungan yang dapat dibedakan dengan suatu
penetapan kualitas. Sementara karakteristik ini memainkan peranan dalam
olahraga, yang menarik untuk dicatat bahwa pernyataan tersebut
dinyatakan Vablen bahwa cakupan olahraga mempunyai karakteristik
yang membuat keyakinan terhadap permainan dan eksploitasi kepada
anak, khususnya kepada anak laki-laki, secara terlingkupi didalamnya.
Membuat suatu keyakinan terhadap suatu proporsi yang sama dalam
semua olahraga, memberikan adanya suatu apresiasi taraf kepercayaan
secara menyeluruh (Vablen,1934:256) Huizinga (1955) telah mengamati
bahwa penetapan kualitas dari suatu permainan membutuhkan adanya
suatu kesadaran yang memainkan peranan terhadap keseriusan contoh,
kejadian menangani perbincangan professional yang menyatakan adanya
bentuk suatu tindakan “pekerjaan nyata”. Sama halnya, beberapa
penulisan yang menjadi penerapan dalam menentukan suatu esensi dari
suatu olahraga.
Ronger Kah nmemberikan contoh sebagai berikut:
Banyak hal penting yang dapat menjadi aspek pelaporan dari
olahraga Amerika yang secara diam-diam yang dapat diteliti suatu
pemahaman rasional. Termasuk upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengatasi berbagai kejadian penting dalam suatu permainan olahraga dan
berbagai permainan semi olahraga yang dapat dilalui berdasarkan
perjuangan untuk bersikap sesuai dengan tingkat jastifikasi dalam berbagai
konstribusi yang dapat dikembangkan dalam permainan olahraga (Kahm,
1957: 10).
C. PENUTUP
Olahraga merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang saling berkaitan
dengan hubungan antar manusia satu sama lain dan juga yang paling utama bertujuan untuk
menyehatkan serta kebugaran masing-masing individu, serta olahraga juga menjadi suatu sarana
untuk mencapai tujuan beberapa kelompok tertentu seperti halnya dalam tujuan untuk
memenangkan kompetisi dan berbagai lainnya, berbagai macam fenomena yang dapat dialami
saat kita berolahraga entah itu kepuasan secara pribadi maupun kelompok, meskipun terkadang
juga menimbulkan beberapa konflik dan hal yang negative seperti fenomena yang terjadi dalam
waktu dekat ini yang terjadi. Namun, olahraga sebenarnya memang diperuntukkan untuk
berbagai macam hal positif.
Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat olahraga
dengan fenomena olahraga saling berhubungan serta berkaitan erat satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai