Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGUMPULAN DATA

Disusun Oleh :
Muhammad Agus Dirga Pratama
1994041006

PENDIDIKAN EKONMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
A. TUJUAN PENGUMPULAN DATA

Secara umum tujuan pengumpulan data adalah:

1. Membantu dalam setiap pengambilan keputusan yang lebih baik.


2. Membantu melihat kemajuan dari kegiatan tertentu.

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Sebagai contoh, seseorang akan membeli sebuah pesawat televisi baru di sebuah
toko. Ada dua jenis data yang dibutuhkan yaitu, harga pesawat televisi dan jumlah uang
yang tersedia. Bahkan jika orang tersebut hati-hati tentu akan mengumpulkan data lain
seperti, harga pesawat sejenis di toko lain bahkan mungkin harga barang lain yang
diperlukan yang mungkin lebih penting manfaatnya dari pesawat TV. Jadi, orang
tersebut punya data-data untuk membantu dalam pengambilan keputusannya.

Tujuan pengumpulan data dalam audit kinerja adalah untuk memperoleh bukti audit
untuk mendukung temuan audit.

Dalam proses pengumpulan dan pengolahan data pada audit kinerja dibedakan antara:
bukti audit, bukti, informasi dan data. Istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai
berikut:

1. Data adalah kumpulan bahan keterangan yang dapat berwujud angka dan tidak
berwujud angka.
2. Informasi adalah data yang sudah diolah.
3. Bukti adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan
apakah informasi terukur yang diauditnya memang sesuai dengan kriteria (tolok
ukur) yang ditetapkan.
4. Bukti audit adalah bukti-bukti yang dikumpulkan auditor selama audit
berlangsung untuk mendukung simpulan audit.

Simpulan audit dan rekomendasi audit sangat tergantung kepada bukti-bukti audit yang
didapat. Bukti-bukti tersebut harus memenuhi sifat, kualitas dan jumlah yang memadai,
agar simpulan yang dibuat berdasarkan bukti-bukti tersebut valid.

Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk rnenjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan simpulan auditor. Suatu catatan mengenai pekerjaan auditor
harus dibuat dalam bentuk kertas kerja audit. Kertas kerja audit harus memuat informasi
yang cukup untuk memungkinkan auditor memastikan bahwa dari kertas kerja audit
tersebut diperoleh bukti yang mendukung simpulan dan penilaian audit. Hal tersebut
disyaratkan dalam standar audit kinerja.

B. PERENCANAAN PENGUMPULAN DATA

Perencanaan kegiatan pengumpulan data serta aspek-aspek yang terdapat di


dalamnya perlu dipahami secara baik. Setiap pengumpulan bukti haruslah direncanakan
menurut tujuannya secara beraturan. Namun, dalam kenyataannya tidak dapat
dihindarkan adanya tumpang tindih dan saling terkaitnya diantara tahap-tahap kegiatan.
Adanya saling ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, menuntut
kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara bersamaan.

Perencanaan atas bagaimana mengumpulkan data harus dilakukan berdasarkan "APA"


yang dilakukan, "BAGAIMANA" cara melakukannya, "SIAPA" yang akan
melaksanakan setiap aspek pekerjaan, "KAPAN" kegiatan dilakukan, dan "DI MANA"
akan dilakukan.

Dengan kata lain, pengumpulan bukti audit mencakup langkah-langkah berikut:

1. Menentukan tujuan kegiatan yang terdiri dari kegiatan (APA):


a. Tujuan pengumpulan data.
b. Ruang lingkup pengumpulan data.
c. Buat narasi dan tabel yang merupakan simpulan perencanaan kegiatan.
d. Pada Kegiatan Audit Kinerja, tahap-tahap perencanaan di atas ditetapkan
dalam program kerja audit.
2. Melaksanakan pengumpulan bukti sesuai prosedur audit yang telah ditetapkan.
3. Menganalisa bukti-bukti yang dikumpulkan dan membandingkan dengan informasi
lain yang ada (BAGAIMANA).
4. Memutuskan apakah masih perlu untuk mengumpulkan bukti-bukti lebih banyak lagi,
apakah bukti-bukti telah cukup dan memadai untuk mengukur kinerja (KAPAN DAN
DIMANA).

C. PROSES PENGUMPULAN DATA

Dalam audit kinerja yang meliputi beberapa tahap mulai dari tahap memahami
informasi kinerja klien, perencanaan, survai pendahuluan, tahap pekerjaan lapangan,
laporan audit, dan tindak lanjut. Di semua tahap itu diperlukan data-data pendukung yang
perlu dikumpulkan dari berbagai sumber untuk dianalisa. Untuk mempermudah
pengumpulan data auditor perlu memahami sumber data itu berasal.

1. Sumber Data

Sumber data merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam


penentuan metode pengumpulan data. Sumber data pada dasarnya terdiri dari Data
Primer dan Data Sekunder. Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya (tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa
opini atau persepsi orang secara individual dan kelompok serta hasil observasi
terhadap suatu benda atau kegiatan. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data primer, yaitu:

a. Metode survei
b. Metode observasi

Data Sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (dicatat oleh orang lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan yang disimpan (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak
dipublikasikan.

Metode yang umum digunakan untuk mengumpulkan data sekunder adalah melalui
revieuw dokumen ataupun penelitian arsip.

Data sekunder bisa berupa data internal maupun eksternal perusahaan. Data yang
bersumber dari internal dapat berupa ketentuan, kebijakan, data yang dihasilkan oleh
sistem informasi yang diterapkan oleh perusahaan.

Data dari hasil sistem informasi adalah data yang telah tersedia dalam bentuk
dokumen seperti laporan keuangan tahunan/triwulan/bulanan, RKAP, RJPP,
kebijakan direksi dan Iain-Iain. Data dari sumber eksternal berupa dokumen yang
diterbitkan oleh pihak eksternal dan hasil kuesioner/wawancara yang diajukan oleh
auditor kepada pihak eksternal perusahaan.

Disamping sumber data, jenis data juga dipertimbangkan dalam penentuan metode
pengumpulan data.

2. Jenis Data

Dari jenisnya, data yang menjadi bukti audit dapat dibedakan menjadi bukti
fisik, dokumenter, dan kesaksian (testimonial).

a. Bukti fisik adalah bukti yang berasal dari data yang berupa objek atau benda-
benda fisik, yaitu:
1) Bukti-bukti audit yang berupa foto yang dibuat oleh auditor dianggap
sebagai bukti audit yang lebih meyakinkan daripada penjelasan tertulis.
2) Apabila pengamatan terhadap kondisi-kondisi fisik akan sangat
mempengaruhi pencapaian tujuan audit, maka bukti-bukti audit harus bisa
dikonfirmasikan. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan pengamatan
oleh dua orang auditor, dan apabila mungkin didampingi oleh wakil dari
auditan.
3) Pembicaraan melalui telepon yang direkam dengan persetujuan pembicara
dapat dimasukkan ke dalam kelompok bukti fisik.

b. Bukti dokumen adalah bukti yang berasal dari data yang memuat apa, kapan,
serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian, yaitu:
1) Bukti-bukti audit berupa dokumen, baik dalam bentuk foto maupun
elektronik yang dibuat oleh auditan adalah bentuk bukti-bukti audit yang
paling umum. Bukti-bukti audit, dapat berasal dari dalam atau luar auditan.
2) Bukti audit berupa dokumen yang berasal dari luar, bisa berupa surat atau
memorandum yang diterima oleh entitas, seperti faktur-faktur, kontrak-
kontrak, laporan-laporan audit dan laporan-laporan lainnya yang berasal
dari pihak ketiga.
3) Bukti-bukti audit berupa dokumen yang berasal dari dalam, dapat berupa
catatan-catatan akuntansi, salinan surat-surat keluar, uraian kerja (Job
descriptions), rencana-rencana kerja, anggaran, laporan audit oleh Satuan
Auditor Intern, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedur yang
ada, dan sebagainya.

c. Bukti Subjek atau Testimonial adalah bukti yang datanya berupa opini, sikap,
pengalaman, dari seseorang ataupun kelompok yang menjadi subjek.

Bukti Subjek bisa diperoleh dari pernyataan-pernyataan yang biasanya sebagai


jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau interviu. Pernyataan-pernyataan
tersebut bisa berasal dari pegawai auditan, para ahli, konsultan dan pihak-pihak
lain yang dihubungi untuk memberikan bukti-bukti audit tersebut. Konfirmasi
terhadap bukti-bukti kesaksian sangat diperlukan, antara lain dengan:

1) menentukan pernyataan tertulis dari orang yang diwawancarai.


2) menilai bukti audit yang sama oleh sumber-sumber atau orang-orang yang
berbeda.
3) melakukan cek ulang terhadap catatan-catatan yang ada.

Data Subyek

Data Primer

Data Fisik
Sumber Data

Internal
Sumber Sekunder Data Dokumenter
Sumber D Sumber D

Eksternal
Sumber Data
3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sebagaimana telah dikemukakan di atas dapat dijelaskan


sebagai berikut:

a. Review Dokumen.

Metode ini banyak digunakan dalam tahap-tahap Audit Kinerja. Hasil reviu
dokumen diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana suatu kondisi
atau fakta dalam perusahaan memenuhi kriteria yang ada. Beberapa kriteria
dapat langsung terpenuhi dari ada atau tidaknya suatu dokumen, namun ada
beberapa kriteria yang hanya dapat terpenuhi melalui analisis lebih lanjut. Untuk
topik yang belum/tidak terdukung oleh dokumen karena ketiadaan dokumen
atau ketidakcukupan dokumen harus dilakukan teknik lain misal kuesioner,
wawancara, atau observasi.

b. Survai melalui Kuesioner.

Metode survai observasi seperti yang disebutkan sebelumnya adalah metode


pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.
Metode survai merupakan metode yang menggunakan pertanyaan lisan dan
tertulis, Metode tertulis mengunakan kuesioner sebagai alat bantunya. Kuesioner
adalah seperangkat pertanyaan/pernyataan yang telah disusun sebelumnya.
Kuesioner bertujuan mengumpulkan informasi guna menjawab kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan. Kuesioner merupakan mekanisme pengumpulan data yang
efisien apabila auditor mengetahui dengan tepat variabel atau data penting apa
yang ingin di peroleh dan bagaimana cara mengukurnya. Namun demikian,
meskipun perancangan kuesioner telah disusun dengan sangat hati-hati, jelas dan
tidak bias, kurangnya pengetahuan responden mengenai permasalahan yang
dipertanyakan akan sangat berpengaruh pada hasil akhir kuesioner. Dengan
memahami bahwa perancangan kuesioner merupakan hal yang kritis dalam
perolehan informasi, diharapkan kesalahan dalam perancangannya dapat
diminimalisir.

Sehubungan dengan evaluasi Kinerja, kuesioner merupakan bagian dari


metodologi evaluasi kinerja yang dipakai mulai dari penilaian SPM (berupa
check list) sampai penilaian capaian kinerja. Adapun informasi yang ingin
diperoleh melalui kuesioner adalah:
1) Informasi yang tidak dapat diperoleh melalui reviu dokumen ataupun
observasi
2) Pendalaman dan/atau validasi, serta uji silang dari informasi lain yang
sudah diperoleh sebelumnya. Mempertimbangkan manfaat, kelebihan,
dan kekurangan dari kuesioner, sangatlah penting untuk memperhatikan
langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner sehingga tujuan
pengumpulan informasi dapat diperoleh semaksimal mungkin.
c. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survai yang


menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek pemeriksaan. Teknik
wawancara dilakukan jika memerlukan komunikasi atau hubungan dengan
responden. Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang
bersifat kompleks, sensitif atau kontrovesial, sehingga kemungkinan jika
dilakukan dengan teknik kuesioner akan kurang memperoleh tanggapan
responden. Teknik wawancara dilakukan terutama untuk responden yang tidak
dapat membaca dan menulis, atau pertanyaan yang memerlukan pernjelasan dari
pewawancara atau memerlukan penerjemaahan. Hasil wawancara selanjutnya
dicatat oleh pewawancara sebagai data penelitan untuk bahan evaluasi.

Teknik wawancara dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau melalui telepon.
Wawancara tatap muka dilakukan antara pewawancara yang mengajukan
pertanyaan secara lisan dengan responden yang menjawab pertanyaan secara
lisan. Teknik ini memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan dan
memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan wawancara melalui telepon.

Pertanyaan peneliti dan jawaban-jawaban dapat pula melalui telepon. Teknik ini
dapat mengatasi kelemahan wawancara tatap muka karena dapat mengumpulkan
data dari responden yang letak geografisnya terpencar dengan biaya relatif lebih
murah dan diperoleh dengan waktu yang relatif lebih cepat. Jumlah tenaga
pengumpul data relatif lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga yang
diperlukan dalam wawancara tatap muka. Namun kelemahan yang paling utama
dari metode ini adalah masalah validitas bukti apabila responden berbohong.
(untuk rincian lengkap kelebihan dan kekurangan metode di atas lihat lampiran
2)

d. Observasi

Metode pengumpulan data lainnya adalah observasi, yaitu proses pencatatan pola
perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematis tanpa
adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu sebagai narasumber.

Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode survai bahwa data yang
dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat, dan menghasilkan data
lebih rinci mengenai objek tertentu.

Metode observasi, meskipun demikian, tidak bebas dari kesalahan-kesalahan.


Pengamat kemungkinan memberikan catatan tambahan yang bersifat subjektif,
seperti halnya terjadinya bias karena pengaruh peran wawancara dalam metode
survai.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, kualitas riset sangat tergantung pada kualitas dan
kelengkapan data yang dihasilkan. Pertanyaan yang selalu diperhatikan dalam
pengumpulan data adalah apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Penelitian kualitatif
bertumpu pada triangulation data yang dihasilkan dari tigametode : interview, participan
to bservation, dan telaah catatan organisasi (document records).

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data lazimnya menggunakan metode


observasi, dokumentasi dan wawancara. Juga tidak diabaikan kemungkinan
menggunakan sumbersumber non-manusia (non-human source of information), seperti
dokumen, dan rekaman (record) yang tersedia. Pelaksanaan pengumpulan data ini juga
melibatkan berbagai aktivitas pendukung lainnya, seperti menciptakan rapport, pemilihan
informan, pencatatan data/informasi hasil pengumpulan data. Karena itu dalam bagian ini
akan dibahas secara berturut-turut; Penciptaan rapport, Pemilihan informan,
Pengumpulan data dengan metode observasi, dokumentasi, wawancara, Pengumpulan
data dari sumber non-manusia dan Pencatatan data informasi hasil pengumpulan data.

a. Penciptaan Rapport
Menurut Faisal (1990) penciptaan rapport ini merupakan prasyarat yang amat
penting. Peneliti tidak akan dapat berharap untuk memperoleh informasi
secara produktif dari informan apabila tidak tercipta hubungan harmonis yang
saling mempercayai antara pihak peneliti dengan pihak yang
diteliti.Terciptanya hubungan harmonis satu dengan yang lain saling
mempercayai, tanpa kecurigaan apapun untuk saling membuka diri,
merupakan permasalahan yang berkaitan dengan penciptaan rapport. Untuk
mencapai tingkat rapport yang membuat informan bisa menjadi semacam co-
reseacher (sejawat atau pasangan bagi seorang peneliti), menurut Faisal,
lazimnya ia mengalami proses 4 (empat) tahap, yaitu; (1) apprehension (2)
exploration (3) cooperation, dan (4) participation.

b. Pemilihan Informan
Pemilihan informan dengan sendirinya perlu dilakukan secara purposif (bukan
secara acak) yaitu atas dasar apa yang diketahui tentang variasi-variasi yang
ada atau elemenelemen yang ada atau sesuai kebutuhan penelitian. Dengan
kata lain jika suatu penelitian sudah tidak ada informasi yang dibutuhkan lagi
(data yang diperoleh sudak dianggap cukup) maka peneliti tak perlu lagi
melanjutkannya dengan mencari informasi atau informan lain (sample baru).
Artinya jumlah sample/ informan bisa sangat sedikit, tetapi bisa juga sangat
banyak. Itu sangat tergantung pada; (1) memilihan informannya itu sendiri,
dan (2) kompleksitas/keragaman fenomena yang di kaji (pokok masalah
penelitian). Jadi yang penting dalam penelitian kualitatif adalah tuntasnya
perolehan informasi bukan jumlah sample atau informannya. Oleh karena itu
terdapat tiga tahap yang biasa dilakukan dalam pemilihan sample/informan,
yaitu: (1) pemilihan sample/informan awal, apakah informan (untuk
diwawancarai) ataukah suatu situasisosial (untuk diobservasi). (2) pemilihan
sample/informan lanjutan, guna memperluas informasi dan melacak seganap
variasi informasi yang mungkin ada, dan (3) menghentikan pemilihan
sample/informan lanjutan sekiranya sudah tidak muncul lagi informasi-
informsi baru (Subadi, 2006).

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data-data penelitian dari sumber data (subyek maupun sampel
penelitian). Teknik pengumpulan data merupakan suatu kewajiban, karena
teknik pengumpulan data ini nantinya digunakan sebagai dasar untuk
menyusun instrumen penelitian. Instrument penelitian merupakan seperangkat
peralatan yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data
penelitian (Kristanto, 2018). Pengumpulan data merupakan tahapan yang
sangat penting dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar
akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya.
Oleh karena itu, tahapan ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan
cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif. Sebab, kesalahan atau
ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal,
yakni berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa
dipertanggung jawabkan.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting


(kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperan serta(participant observaction),
wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi (Sugiono, 2017).
Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai
dasar yang objektif didalam proses pembuatan keputusan–keputusan/
kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka ntuk memecahkan persoalan oleh
pengambil keputusan (Situmorang, 2010).

Misalnya, jika peneliti ingin memperoleh informasi mengenai persepsi guru


terhadap kurikulum yang baru, maka teknik yang di pakai ialah wawancara,
bukan observasi. Sedangkan, jika peneliti ingin mengetahui bagaimana guru
menciptakan suasana kelas yang hidup, maka teknik yang dipakai adalah
observasi. Begitu juga jika, ingin diketahui mengenai kompetensi siswa dalam
mata pelajaran tertentu, maka teknik yang dipakai adalah tes, atau bisa juga
dokumen berupa hasil ujian. Dengan demikian, informasi yang inin di peroleh
menentukan jenis teknik yang di pakai (materials determine a means)
(Rahardjo, 2011).

Namun, masih di perlukan kecakapan peneliti menggunakan teknik-teknik


tersebut. Karena bisa jadi jika belum berpengalaman atau belum memiliki
pengetahuan yang memadai, peneliti tidak berhasil menggali informasi yang
dalam, sebagaimana karakteristik data dalam penelitian kualitatif, karena
kurang cakap menggunakan teknik tersebut, walaupun teknik yang dipilih
sudah tepat. Solusinya terus belajar dan membaca hasil-hasil penelitian
sebelumnya yang sejenis akan sangat membantu menambah kecakapan
peneliti.

Penggunaan istilah „data‟ sebenarnya meminjam istilah yang lazim dipakai


dalam metode penelitian kualitatif yang biasanya berupa tabel angka. Namun,
dalam metode penelitian kualitatif yang dimaksudkan dengan data adalah
segala informasi baik lisan maupun tulis, bahkan bisa berupa gambar atau
foto, yang berkontribusi untuk menjawab masalah penelitian sebagaimana
dinyatakan di dalam rumusan masalah atau focus penelitian.

Dalam bahasa teknik pengumpulan data untuk penelitian kualitatif akan dibagi
menjadi dua kegiatan belajar belajar yakni : kegiatan belajar 1) tentang teknik
wawancara dan observasi, kegiatan belajar 2) tentang teknik dokumentasi dan
trialungasi (Suwendra, 2018). Dan di dalam metode penelitian kualitatif juga
lazimnya data di kumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data
kualitatif, yaitu ; 1) wawancara, 2) observasi, 3) dokumentasi, dan 4) diskusi
terfokus (Focus Group Discussion). Sebelum masing-masing teknik tersebut
diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang
harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing
teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian
focus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang
memerlukan teknik observasi, dst. Pilihan teknik tergntung pada jenis
informasi yang di peroleh.

Keberhasilan dalam pengumpulan data banyak ditentukan oleh kemampua n


peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus penelitian. Ia dapat
melakukan wawancara dengan subjek yang ia teliti, ia harus mampu
mengamati situasi sosial, yang terjadi dalam konteks yang sesungguhnya, ia
dapat memfoto fenomena, symbol, dan tanda yang terjadi, ia mungkin pula
merekam dialog yang terjadi. Peneliti tidak akan mengakhiri fase
pengumpulan data, sebelum ia yakin bahwa data yang terkumpul dari berbagai
sumber yang berbeda dan terfokus pada situasi sosial yang di teliti telah
mampu menjawab tujuan penelitian. Dalam konteks ini validitas, reabilitas,
dan triangulasi (triangulation) telah dilakukan dengan benar, sehingga
ketepatan (accuracy) dan kredibilitas (credibility) tidak diragukan lagi oleh
siapapun (yusuf, 2014).

Data penelitian kualitatif biasanya berbentuk teks, foto, cerita, gambar,


artifacts, dan bukan berupa angka-angka hitung-hitungan. Data dikumpulkan
bilamana arah dan tujuan penelitian sudah jelas dan juga bila sumber data
yaitu informan atau partisipan sudah diidentifikasi, dihubungi serta sudah
mendapatkan persetujuan atas keinginan mereka untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan. Jadi, data penelitian kualitatif diperoleh dengan berbagai
macam cara : wawancara, observasi, dan dokumen. Perolehan data dengan
berbagai macam cara ini disebut triangulasi (triangulation). Alasan
menggunakan trangulasi adalah bahwa tidak ada metode pengumpulan data
tunggal yang sanga cocok dan dapat benar-benar sempurna. Dalam banyak
penelitian kualitatif, peneliti umumya menggunakan teknik triangulasi dalam
arti menggunakan interview dan observasi (Semiawan, 2010).
Daftar Pustaka
Indriantono, Nur dan Supomo (1999), Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, BPFE, Yogyakarta.

Singarimbun, Masri dan Efendi (1989), Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.

Tarigan, Josep R dan Suparmoko (1999), Metode Pengumpulan Data Edisi 1 (Untuk llmu-
ilmu sosial dan ekonomi), BPFE, Yogyakarta , Discover Secrets Your Spreadsheet
Can't Tell You , SPSS Inc, USA.

Afiyanti, Y. (2008). Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode
Pengumpulan Dataa Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia .

Chairi, A. (2009). Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. Discussion Paper

Dimyati, J. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan Anak

Anda mungkin juga menyukai