SKRIPSI
Oleh:
i
8. Seluruh Bapak Ibu Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh yang
telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.
9. Terkhusus untuk cinta pertama saya bapak Suparman dan surgaku Ibu
Mince Elmina Ria yang tak hentinya berdoa dan memberikan kasih
sayang yang tulus serta dukungan sehingga mampu menyelesaikan
proposal skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT terus memberikan
kesehatan dan dilimpahkan rezeki kepada kalian.
10. Abang kandung saya Elfan Pradana yang telah memberikan semangat
untuk terus belajar dan terus meraih cita-cita, dan untuk adik-adik kandung
saya Triska Anggrini, Rangga Patmaja, Regas Panmuhar dan Cakra
Six Pranata yang membuat saya harus terus bangkit demi masa depan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan
ilmu.
Lhokseumawe,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................
1.4.2 Manfaat Praktis...............................................................
iii
2.4 Kerangka Kosenptual................................................................
2.5 Hipotesis Penelitian...................................................................
iv
BAB V PENUTUP.......................................................................................
5.1 Kesimpulan...............................................................................
5.2 Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
tiap negara untuk bersaing dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, dan
sosial budaya dengan negara-negara lain. Salah satu bentuk persaingan sehat
mengenai Teori Keunggulan Absolut yang mana suatu negara harus memiliki
lain.
1
2
mencapai sebuah standar hidup yang lebih tinggi. Sedangkan dari perspektif
oleh sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian tersebut adalah perkebunan.
Secara umum perkebunan mempunyai peranan yang sangat besar dalam penyedia
kemajuan yang sangat pesat, seperti komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kopi,
ekspor Indonesia di pasaran dunia, Sehingga untuk mencapai hasil ekspor yang
negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia berturut-turut adalah China, india,
Peringkat Amerika naik dari peringkat kelima pada 2020 menjadi peringkat ketiga
sisi yang beragam dari berbagai sudut pandang. Seperti pada penelitian Risma,
tingkat suku bunga kredit, PDRB dan nilai tukar. Kemudian pada penelitian
Ridho, (2022) mengkhususkan pada pengaruh harga, nilai tukar, tarif bea keluar,
dana perkebunan sawit dan jumlah produksi terhadap nilai ekspor Crude Palm
internasional dalam variabel independentnya selain produksi, nilai tukar dan suku
minyak mentah yang tentu telah memberikan kontribusi yang berbeda. Penelitian
internasional dan nilai tukar terhadap volume ekspor. Dan pada penelitian
selain harga internasional yang pasti akan berpengaruh terhadap ekspor minyak
kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup
penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Indonesia
merupakan negara produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar dunia
(Badan Pusat Statistik 2016). Dilihat dari sisi komparatif sebenarnya memiliki
prospek yang baik, karena iklim serta cuaca Indonesia yang cocok untuk budidaya
Indonesia pada tahun 2008 Indonesia adalah negara yang jumlah produksi dan
ekspornya memiliki tingkat terbesar kedua setelah Malaysia. Akan tetapi pada
mengekspor minyak kelapa sawit tertinggi dan pada Malaysia namun karena
25000000.00
20000000.00
15000000.00
10000000.00
5000000.00
0.00
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Volume Ekspor
Sumber: Food and Agriculture Organization (FAO)
Gambar 1.1 Ekspor Minyak Kelapa Sawit di Indonesia 2016-2022
Pada gambar 1.1 diatas volume ekspor minyak kelapa sawit di tahun 2020
turun sebesar 0,12% menjadi 26,22 juta ton. Padahal di tahun 2019 sebesar 27,50
juta ton. Dalam 6 tahun terakhir data volume ekspor minyak kelapa sawit tersebut
angka paling tinggi ditunjukkan pada tahun 2018 dengan nilai 27,90 juta ton.
volume ekspor ini disebabkan ada kebijakan pemerintah yang melarang ekspor
minyak sawit pada 28 April 2020 hingga 22 Mei 2021. Pelarangan ekspor ini
buah sawit tidak dipanen. Pada tahun 2020 di Indonesia diwarnai dengan
kejadian-kejadian tidak biasa antara lain cuaca yang ekstrem basah, lonjakan
kasus Covid-19 dan dimulainya perang Ukraina-Rusia pada Februari. Selain itu,
harga minyak nabati juga termasuk minyak sawit yang sangat tinggi, harga
minyak bumi yang sangat tinggi, harga pupuk yang tinggi, dan sangat rendahnya
ekstrem basah serta pupuk yang mahal dan sulit diperoleh juga mengganggu
minyak kelapa sawit Indonesia, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah
bisnis minyak kelapa sawit. Ketika harga minyak kelapa sawit di pasar
internasional lebih tinggi daripada harga domestik, maka para eksportir lebih
(Mulki,2019).
menjadi mahal, hal yang demikian akan memperlemah daya saing ekspor di pasar
dunia sehingga dapat membuat dunia usaha tidak bergairah melakukan investasi
dalam negeri, produksi akan turun dan pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan
dalam (Wulansari dkk, 2016). Maka dari itu Bank Indonesia sebagai pihak yang
adanya penurunan tingkat suku bunga BI dapat pula menurunkan tingkat bunga
0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020
-20
-40
-60
-80
-100
-120
Sumber: World Bank
Gambar 1.2 Tingkat Suku Bunga Rill 1990-2022
Dapat dilihat dari gambar 1.2 tingkat suku bunga rill diatas dalam suku
bunga rill Indonesia tercatat di world bank tersebut adalah rumusan dari tingkat
suku bunga di kurangi dengan tingkat inflasi hasilnya mengalami naik turun dari
tahun ke tahun dimana, pada tahun 1998 tingkat suku bunga rill mengalami
penurunan yang drastis sampai pada angka -102,2% hal ini dikarenakan adanya
krisis moneter di tahun 1998. Sedangkan pada tahun 2020 meningkat lagi dengan
angka sebesar 8,77%. Penurunan suku bunga acuan tersebut diharapkan akan
Akan tetapi pada tahun 2014-2016, dimana tingkat suku bunga mengalami
dengan teori yang ada. Berdasarkan teori klasik dimana tabungan masyarakat
adalah fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi suku bunga makin tinggi pula
keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang
disebabkan adanya kebijakan moneter oleh bank sentral, dimana bank sentral
menjual obligasi yang merek miliki melalui transaksi pasar terbuka. Disisi lain
dikarenakan beban bunga dari pengajuan pinjaman yang akan semakin tinggi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kenaikan tingkat suku bunga bagi pengusaha adalah
kenaikan beban, sebaliknya jika suku bunga rendah maka pengusaha di sektor rill
yang akan bermuara pada kenaikan ekspor karena kenaikan output produksi
(Rajagukguk, F. 2020).
Tabel 1.1
Jumlah Produksi Minyak Kelapa Sawit 2016-2022
Tahun Produksi/Ton
2016 319.652,24
2017 349.402,89
2018 365.948,13
2019 47.120,25
2020 45.741,84
2021 46.854,45
2022 48.235,40
Berdasarkan tabel 1.1 diatas pada tahun 2019 produksi minyak kelapa
sawit menurun drastis daripada di tahun 2018 yang sebesar 365,94 juta ton,
sedangkan di tahun 2019 menurun sebesar 47,12 juta ton. Berdasarkan produksi
minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia sebesar 48,23 juta ton
sebelumnya yang sebesar 46,85 juta ton. Sesuai dengan bunyi hukum permintaan,
semakin rendah harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut
semakin tinggi, demikian sebaliknya jika semakin tinggi harga suatu barang, maka
permintaan akan barang tersebut semakin rendah, dengan asumsi cateris paribus.
data tersebut pada saat pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020
dibanding tahun 2019 menjadi 47,12 juta ton. Produksi minyak sawit (CPO)
terbesar tahun 2020 diperkirakan berasal dari Provinsi Riau dengan produksi
sebesar 8,96 juta ton atau sekitar 19,55% dari total produksi Indonesia. Produksi
sebesar 7,28 juta ton atau 12,47 persen. Namun berdasarkan tabel produksi CPO
akan diikuti oleh kenaikan harga minyak kelapa sawit di 5 tahun terakhir dimana
pada tahun 2016 sebesar 736 US$/Ton dan menurun drastis di tahun 2022 yaitu
sebesar 201 US$/Ton. Kenaikan harga minyak diesel, dan terdepresiasinya nilai
Rupiah terhadap Dollar yang dapat mempengaruhi kenaikan harga CPO dunia di
masa depan. Industri sawit nasional dapat mengambil langkah strategis dalam
menghasilkan produk-produk baru seperti green gasoline, green diesel, dan green
avtur.
Dari data yang terlihat bahwa harga minyak kelapa sawit (CPO) dunia
cenderung penurunan dari waktu ke waktu, penurunan ini merupakan dampak dari
beberapa faktor yang sedang terjadi di dunia. Hingga pada tahun 2015, beberapa
kelapa sawit (CPO). Hal itu diakibatkan oleh melemahnya permintaan negara
harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani sehingga penurunan yang
signifikan pada harga CPO dunia akan menyebabkan penurunan harga TBS.
maka penurunan harga CPO dunia ini patut diwaspadai pemerintah. Dalam
ekonomi terbuka, harga CPO dunia merupakan salah satu variabel yang
dan Malaysia. Harga CPO dunia yang tinggi akan menjadi insentif bagi produsen
juga akan mempengaruhi harga CPO di pasar domestik (Abdullah & Wahid
2010).
Indonesia”.
1. Apakah suku bunga rill berpengaruh terhadap ekspor minyak kelapa sawit
berikut:
pendek?
ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka
pendek?
pihak lain yang membutuhkan. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat
dan wawasan untuk memahami suku bunga rill, produksi dan harga
2. Hasil penelitian ini akan menjadi literature ilmiah yang berguna untuk
ini adalah
penerapanya.
TINJAUAN PUSTAKA
pernyataan atau teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan ruang lingkup
2.1.1 Ekspor
Daerah Pabean. Keluar dari daerah pabean artinya keluar dari daerah yuridikasi
suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Proses
negara adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di negara tersebut
namun ditawarkan atau dijual ke pasar luar negeri. Setiap negara melakukan
kegiatan ekspor atas permintaan dari negara lain. Tentu hal ini memberikan
lain yang ke mudian disebut dengan salah satu sumber pendapatan negara.
13
14
Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara dapat didasarkan pada
keunggulan absolut. Ketika suatu negara lebih efisien daripada (atau memiliki
keunggulan absolut atas) yang lain dalam produksisatu komoditas tetapi kurang
memiliki keunggulan absolut dan bertukar hasil dengan negara lain untuk
komoditas yang memiliki kelemahan absolut. Dengan proses ini, sumber daya
digunakan dengan cara yang paling efisien dan hasil dari kedua komoditas akan
keuntungan dari spesialisasi dalam produksi yang tersedia untuk dibagi antara
keunggulan komparatif. Ini adalah salah satu hukum yang paling penting dan
masih tak tertandingi dalam bidang ekonomi dan bisa di publikasikan. Salvatore
negara lain dalam produksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk
diri dalam produksi dan ekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut
yang lebih kecil (ini yang akan menjadi komoditas yang merupakan keunggulan
lebih besar (ini yang akan menjadi komoditas dengan kerugian komparatif).
faktor produksi yaitu : tenaga kerja, tanah (termasuk keadaan dan kekayaan alam),
lebih banyak atau lebih sedikit masing-masing faktor ini dibanding dengan negara
lain. Bila hal ini terjadi, maka akan timbul keunggulan komparatif negara tersebut
lebih banyak faktor produksi yang tersedia dalam jumlah yang relatif lebih
banyak. Perbedaan dalam kekayaan alam merupakan contoh yang paling jelas.
Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai itukar
riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sementara dari sisi penawaran,
ekspor di perngauhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil,
kapasitas produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku,
asing yang dapat diperolehnya. Ada dua jenis ekspor di Indonesia, yaitu
ekspor migas dan ekspor nonmigas. Produk ekspor migas seperti migas.
mengekspor produk dari satu negara ke negara lain ketika negara lain
bisa.
Faktor yang lebih penting lagi yakni kemampuan dari negara negara
luar negeri itu harus paling sedikit sama baiknya dengan yang di
perjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Makin banyak jenis barang yang
negara, makin besar pula ekspor yang dapat dilakukanya (Sukirno, 2011).
ketiga) di jalan, dan kelompok negara ini tertinggal dalam hal inisiasi
ketiga berada di masa lalu atau karena keadaan lain. Tentu saja, untuk
maju (dunia pertama) dengan pertumbuhan dan basis ekonomi yang tinggi.
pasar perdagangan internasional. Namun dari segi ekonomi nasional bahwa sektor
dilakukan tidak didukung oleh struktur ekonomi dalam negeri yang kuat (Syofya,
2017).
di hasilkan.
perdagangan luar negeri (dalam hal ini yakni ekspor impor), anatara lain:
Tingkat suku bunga rill adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang
sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang
tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di
menyatakan tingkat suku bunga nominal, r tingkat suku bunga riil dan π e tingkat
infasi harapan, maka hubungan diantara ketiga variabel ini dapat ditulis sebagai
berikut:
ί = r + πe
r = ί – πe
Dimana:
πe = Tingkat inflasi
Pada saat tingkat suku bunga riil rendah, maka borrowing cost juga
menjadi rendah, sehingga insentif untuk meminjam lebih besar jika dibandingkan
Suku bunga adalah tingkat bunga yang dinyatakan dalam persen dengan
tingkat suku bunga dapat dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal
(nominal interest rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku
bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni tingkat
bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhitungkan inflasi. Sedangkan,
tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga dengan
kepentingan, dan hak) merupakan: (1) beban atas penggunaan uang dalam suatu
periode, dan (2) suatu pemilikan atau bagian kenyataan dalam suatu perusahaan,
pasar itu menurut tingkat bunga sama dengan persediaannya yang tampil pada
tingkat itu”. Tingkat bunga ditetapkan pada titik 20 dimana tabungan yang
dasar dari teori tingkat suku bunga (secara makro) yaitu harga dari penggunaan
2. Teori klasik
Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari loanable funds
(dana investasi) dengan demikian bunga adalah harga yang terjadi di pasar dan
investasi. Suku bunga adalah harga dana yang dapat dipinjamkan besarnya
pasar.
3. Teori Keynes
Menurut teori Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter.
Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang
preferensi para pelaku ekonomi dalam hal pinjaman dan pemberian pinjaman
tetapi dipengaruhi perubahan daya beli uang, suku bunga pasar atau suku bunga
bunga simpanan yang diberikan lebih tinggi dari yang di informasikan secara
resmi melalui media massa dengan harapan tingkat suku bunga yang dinaikkan
akan menyebabkan jumlah uang yang beredar akan berkurang karena orang lebih
atau menyimpannya dalam bentuk kas dirumah. Sebaliknya, jika tingkat suku
bunga terlalu rendah, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah
karena orang akan lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang
dinilai produktif. Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk
produksi atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan
demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga
(Terayana, 2018).
tingkat bunga sangat tergantung kepada berapa besar pasar uang domestik
mengalami keterbukaan sistem dana suatu negara, dalam artian penentuan besar
tingkat bunga di luar negeri dan depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata
uang asing yang diperkirakan akan terjadi. Namun demikian, dalam sebuah bank
dengan bunga pinjaman yang keduanya saling mempengaruhi satu sama lain dan
yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah: (Kasmir, 2010)
a. Kebutuhan dana
c. Kebijaksanaan pemerintah
d. Jangka waktu
2.1.3 Produksi
Produksi merupakan salah satu kegiatan suatu hasil baik berupa barang
maupun yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Produksi diperoleh dari
kegiatan mengkombinasikan faktor faktor seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan
satu kegiatan dalam menciptakan nilai tambah dari masukan atau input sehingga
memperoleh output atau keluaran berupa barang yang sudah jadi yang didapatkan
dapat menciptakan suatu produksi yang berkualitas lebih baik serta efisien yang
Teori produksi di pertama sekali bahas oleh kaum klasik. Hal ini
dikarenakan kaum klasik percaya bahwa “supply creates its own demand”.
produksi oleh produsen (sektor swasta) akan mampu diserap atau dikonsumsi
oleh rumah tangga. Teori produksi adalah suatu teori yang mengatur dan
berikut
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan
analisis hal ini dimisalkan bahwa faktor produksi lainnya adalah dengan tetap
Suatu analisis yang telah dilakukan yakni misalkan terindiksi dua jenis
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Kita misalkan yang dapat
dirubah yaitu tenaga kerja dan modal. Misalkan pula bahwa kedua faktor
Dimana:
bahwa tingkat kualitas produksi tergantung pada biaya modal, biaya tenaga
tertentu.
Dalam konteks ini, Y adalah dependent variabel atau variabel dependen, yaitu
variabel yang nilainya ditentukan oleh faktor lainnya, dalam hal ini proses dan
input yang digunakan. Sebagai variabel dependen, nilai Y ini berada di luar
mengelola aktivitas produksi, fokus perhatian terletak pada input X dan proses f,
bukan berfokus pada output Y yang berada di luar kendali (Murdifin, 2014).
Dalam bahasa inggris, faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor
produksi atau input ini, berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh
seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka
(output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan “factor
Dimana:
dan X dapat berupa lahan pertanian, tenaga kerja, modal dan manajemen. Setiap
proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut
faktor produksi. Faktor produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang
Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu faktor produksi untuk
“pabriknya”.
Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari
fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua
produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut : The Law of
Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input
yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit yang ditambahkan tadi mulamula
menaik tetapi kemudian setelah mencapai suatu titik tertentu akan semakin
The Law of Diminishing Returns dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu:
cepat.
3. Tahap ketiga, produksi total semakin lama semakin berkurang. (Al Arif,
2016)
produksi. Faktor produksi dalam bahasa Inggris sering disebut output. Seorang
produsen dalam menghasilkan suatu produk harus mengetahui jenis atau macam-
sebagai berikut.
1. Produksi Barang
dan nonkonsumsi/barang modal. Barang konsumsi yaitu barang yang siap untuk
di konsumsi oleh masyarakat atau barang barang yang diproduksi tidak memakan
waktu yang lama seperti mie, aneka pakaian, dan lain-lain. Sedangkan barang
modal yaiutu yang digunakan untuk menghasilkan barang baru seperti mesin,
komputer, dll.
2. Produksi Jasa
Jasa dibagi menjadi dua yaitu jasa langsung dan jasa tidak langsung.
Contoh jasa langsung yaitu seperti dokter, bengkel, guru dan lain-lain. Sedangkan
mendapatkan jasa atau produk yang konsumen butuhkan. Menurut Kotler (2012)
Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga internasional ini
kemudian akan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada volume
dan nilai ekspor kelapa sawit Indonesia yang nantinya kemudian akan
berpengaruh pada daya saing ekspor kelapa sawit Indonesia di pasar Internasional.
ditangani oleh para manajer divisi maupun manajer lini produk. Menurut Philip
Kotler dan Gary Armstrong (2015), harga merupakan sejumlah uang yang
ditagihkan atas suatu produk 12 maupun jasa, dan jumlah dari nilai yang ditukar
oleh konsumen untuk mendapatkan utilitas atau manfaat dari memiliki atau
1. Faktor internal
sebagai faktor utama yang menentukan harga adalah tujuan perusahaan itu
2. Faktor eksternal
hendaknya memperhatikan dan memahami dengan baik sifat suatu pasar dan
permintaan pasar yang dihadapi atas produk yang dihasilkan. apakah pasar tersbut
sebagainya.
Harga memiliki fungsi sebagai alat ukur nilai suatu barang, cara
membedakan suatu barang, menentukan jumlah barang yang akan diproduksi dan
dijelaskan, berikut ini adalah beberapa fungsi harga secara umum (Prawiro, 2018)
1. Menjadi acuan dalam memperhitungkan nilai jual suatu barang atau jasa.
atau produsen.
4. Menjadi salah satu acuan bagi konsumen dalam menilai kualitas suatu
(ARDL). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tidak memiliki
Berdasarkan uji wald didapat bahwa untuk jangka pendek dan jangka panjang
produk dosmetik bruto, nilai tukar dan suku bunga kredit berpengaruh secara
variabel (y) yaitu terhadap ekspor di Indonesia dan dalam penelitian ini juga sama
ini tidak ada menggunakan variabel suku bunga rill, produksi dan harga
tarif bea keluar, dana perkebunan sawit dan jumlah produksi terhadap nilai ekspor
Crude palm oil”. Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 2011-
2019, sumber data yang digunakan berdasar dari Direktorat Jenderal Bea Cuka,
Badan Pusat Statistik dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Serta
Hasilnya, ditemukan bahwa harga CPO, nilai tukar dan tarif bea keluar
menggunakan variable harga internasional juga dalam penelitian ini tidak ada
variabel tarif bea keluar dan dana perkebunan sawit. Penelitian Hadiyan dan
Harga Internasional, Nilai Tukar dan Tingkat Suku Bunga terhadap tingkat Daya
sekunder, metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif atau analisis regresi
produksi dan nilai tukar terhadap volume ekspor kelapa sawit ke Jepang, tidak
ekspor kelapa sawit Indonesia ke Jepang dan terdapat pengaruh secara parsial
antara variabel nilai tukar dengan volume ekspor kelapa sawit Indonesia ke
Jepang.
menggunakan tingkat suku bunga rill dan tidak terdapat variabel nilai tukar dan
tingkat daya saing. Penelitian ini menggunakan model dinamis ARDL, sedangkan
Internasional”. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data time series.
Model analisis yang digunakan adalah alat analisis ekonometrika model koreksi
positif dan signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia. Bagi produsen CPO
perkembangan harga minyak mentah dunia dan pergerakan kurs rupiah terhadap
Dolar Amerika.
Persamaannya ialah pada varibel (x) yaitu produksi CPO dan variable (y)
yaitu ekspor. sedangkan perbedaannya, dalam penelitian ini tidak ada varibel kurs
Harga Internasional dan Nilai Tukar terhadap Volume Ekspor”. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang menggunakan deret waktu (time series) selama
periode 2010 hingga 2013 per bulan. Metode analisis data adalah analisis regresi
linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh secara
terhadap volume ekspor, tidak terdapat pengaruh parsial antara variabel produksi
dan harga internasional terhadap volume ekspor, dan terdapat pengaruh parsial
dan variable ekspor. Sedangkan perbedannya pada penelitian ini tidak ada variable
nilai tukar, dan pada penelitian ini menggunakan model analisis ARDL.
Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) dimulai
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019. Adapun metode analisis data yang
digunakan yaitu regresi linier berganda (ordinary Least Square). Hasil dari
penelitian ini diperoleh informasi bahwa secara simultan harga dan nilai tukar
Indonesia. Selanjutnya, secara parsial diperoleh hasil yaitu untuk variabel harga
Indonesia, sedangkan untuk variabel nilai tukar (kurs) berpengaruh positif dan
variable ekspor. Perbedaanya penelitian ini tida ada menggunakan variable nilai
analisis ARDL.
variables on the crude palm oil export: Malaysian evidence based on ARDL
approach”. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data bulanan
selama kurun waktu 18 tahun yang terhitung sejak bulan januari 1997. Data yang
tukar variabel yang paling eksogen mempunyai pengaruh yang signifikan. Tingkat
inflasi dan tingkat suku bunga mempunyai dampak tidak langsung terhadap
inflasi dan suku bunga dan untuk lokasi pada penelitian Mukrim yaitu di
Malaysia.
Investasi, Inflasi, Kurs Dollar dan Suku Bunga Kredit terhadap Ekspor Indonesia
Tahun 1992-2012”. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 1992-
2012. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak investasi,
inflasi, kurs dollar Amerika Serikat dan suku bunga kredit berpengaruh terhadap
ekspor Indonesia tahun 1992-2012. Secara parsial, kurs dollar Amerika Serikat
dan suku bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap ekspor Indonesia tahun
tahun 1992-2012.
kurs dollar dan suku bunga kredit. Penelitian Mahendra menggunakan analisis
menunjukan bahwa, nilai tukar mempunyai dampak yang lemah terhadap ekspor
CPO di Indonesia.
hubungan antara keunggulan komparatif yang diukur dengan indeks RSCA dan
variabel ekonomi terpilih untuk ekspor minyak sawit mentah Indonesia, Malaysia,
distribution lag (ARDL) menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, tingkat suku
yang tertinggal satu periode dan harga minyak kedelai dunia menunjukkan
dampak positif.
minyak kelapa sawit, tingkat suku bunga rill dan harga internasional dan
mengunakan variabel RSCA sebagai variabel dependen, variabel nilai tukar dan
dan komoditi pada penelitian Saeyang ada dua jenis yaitu minyak mentah dan
minyak kedelai.
Pada dasarnya suku bunga rill yang diartikan sebagai pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman atau harga dari pinjaman. Konsep suku bunga rill ini
yaitu mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah suku bunga nominal
dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan. Dengan demikian hubungan suku
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chen & Wang (2015), yang
mengatakan bahwa tingkat bunga dan perubahan tingkat suku bunga tidak terlalu
berpengaruh terhadap ekspor. Dari hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa
barang dan jasa yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Produksi juga bias diartikan sebagai hasil akhir dari proses ekonomi dengan
ekspor, semakin banyak jumlah produksi yang dihasilkan maka semakin banyak
penawaran akan ekspor yang meningkat volume ekspor dan sebaliknya. Jika
jumlah produksi pun akan ikut meningkat, sehingga negara tersebut dapat
saing ekspor kelapa sawit pun akan meningkat jika dibandingkan dengan keadaan
dunia. Jika harga Internasional lebih tinggi dari pada harga domestik. Maka ketika
Para produsen dinegara tersebut tertarik untuk memanfaatkan harga yang lebih
tinggi dipasar dunia dan mulai menjual produknya pada pembeli dinegara lain.
Sebaliknya ketika harga internasional lebih rendah dari pada harga domestik,
maka ketika hubungan perdagangan mulai dilakukan, negara tersebut akan tertarik
untuk memanfaatkan harga yang lebih rendah yang dilakukan oleh negara lain
(Listiyana,2021).
alur dalam penelitian ini yang terdiri dari tiga variabel bebas yaitu suku bunga rill,
produksi dan harga internasional akan diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat
Distributed Lag) agar dilihat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari
model penelitian ini. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai
berikut.
H2 Ekspor Minyak
Produksi (X2) Kelapa Sawit (Y)
H3
Harga Internasional
(X3)
Ekspor Minyak Kelapa Sawit di Indenesia dalam jangka pendek dan jangka
panjang
Minyak Kelapa Sawit di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang
panjang.
METODE PENELITIAN
Objek yang dipakai dalam peneltian ini adalah suku bunga rill, produksi, harga
internasional dan ekspor kelapa sawit. Lokasi adalah tempat dimana suatu
Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif, data kuantitatif adalah
data yang bersifat angka. Jenis data kuantitatif dalam penelitian bersifat data time
Sumber data adalah darimana data tersebut berasal, dalam penelitian ini
sumber data berasal dari data sekunder dimana data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari bantuan pihak kedua yang bisa dilihat atau diambil di website yang
tersedia. Guna memperoleh data yang akurat dan terjamin untuk memperkuat
dalam mencari pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat maka dengan
itu peneliti mengambil data yang bersumber dari database Badan Pusat Statistik
(BPS), yaitu produksi, harga internasional. Sedangkan World Bank dan Bank
Imdonesia yaitu suku bunga rill dan untuk data ekspor minyak kelapa sawit
40
41
suatu teknik pengumpulan data dengan mengutip langsung data tersebut dari
oleh suatu instansi secara resmi dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
menyusun dalam bentuk tabulasi data dari hasil pencarian data yang didapat pada
sumber data yang telah di tentukan, kemudian nantinya akan diuji dengan alat
atau sebutan yang ditunjukan kepada variabel atau struktur dengan memberi
opersional variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang telah dipengaruhi oleh
1. Ekspor (Y)
Suku bunga rill merupakan tingkat bunnga nominal yang dikurangi dengan
2. Produksi (X2)
Produksi merupakan salah satu kegiatan suatu hasil baik berupa barang
penelitian ini adalah produksi minyak kelapa sawit dalam periode 1990-
2022 yang diukur menggunakan satuan ton dan bersumber dari BPS
data dalam penelitian ini. Model ARDL merupakan gabungan antara model Auto
Regressive (AR) dan Distributed Lag (DL). Model AR adalah model yang
menggunakan satu atau lebih data masa lampau dari variabel terikat. Sedangkan,
model DL adalah model regresi yang melibatkan data pada waktu sekarang dan
diartikan sebagai sebuah model yang menggunakan waktu data pada waktu masa
lampau dan masa sekarang yang terdiri dari variabel bebas dan variabel
pengaruh waktu jangka panjang dan jangka pendek dari variabel terikat terhadap
satu unit perubahan dalam nilai variabel penjelas (Gujarati & Porter, 2012). Ada
variabel berada pada tingkat stasioner yang berbeda baik itu pada tingkat
terintegrasi pada ordo yang sama. Model ARDL tetap dapat digunakan
sedangkan pada pengujian yang lain jumlah sampel yang panjang adalah
dan demikian pula sebaliknya, dapat diketahui dengan cara membandingkan nilai
t-tabel. Jika nilai t-statistik lebih besar pada nilai t-tabel, maka dapat dikatakan
adalah mengubah data nonstasioner menjadi data stasioner. Uji stasioner dapat
dilakukan dengan uji akar-akar unit (unit root test) untuk menentukan
stasionernya suatu variabel. Jika ternyata belum stasioner juga maka harus
dilanjutkan melalui uji derajat integrasi (integration test). Pada penelitian ini
digunakan uji unit root test dengan Augmented Dicky Fuller (ADF). Hipotesis
Jika nilai dari | t | > nilai mutlak dari nilai kritik Mackinnon, maka tolak
𝐻0. Artinya data tidak terdapat unit root (data stasioner) atau dapat juga
membandingkan p-value dengan nilai α, jika p-value < nilai α maka tolak 𝐻0
Menentukan lag dalam model ARDL sangat penting dan jika lag yang
ditentukan terlalu kecil, model tidak akan secara akurat memperkirakan kesalahan
yang sebenarnya dan tidak akan dapat memperkirakan kesalahan standar dengan
benar. Di sisi lain, jika lag yang ditentukan terlalu banyak, maka derajat
(HQ) dan Likehood Ratio (LR). Dalam penelitian ini, penentuan panjang lag akan
tidak stasioner pada data level terkointegrasi antara satu variabel dengan variabel
𝑦𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1 + 𝑒𝑡
𝑒𝑡 = 𝑦𝑡 − 𝛽0 − 𝛽1𝑋
Keterangan:
𝛽0 : Konstan
𝑦𝑡 : Variabel terikat
tahun 1994 mensyaratkan bahwa 𝑒𝑡 haruslah stasioner pada I (0) untuk dapat
statistik hitung dengan nilai krisis. Apabila nilai F-statistik berada dibawah lower
bound, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kointegrasi. Apabila nilai F-
statistik berada di atas upper bound, maka dapat disimpulkan terjadi kointegrasi.
Namun, apabila F-statistik berada di antara lower bound dan upper bound, maka
pada regresi. Asumsi adalah sebuah perkiraan yang biasa dibuat oleh manusia
dan Widarjono (2017), salah satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya
dan Uji Lagrange Multiplier (LM test). Ketentuan dari Uji Autokorelasi yaitu:
2. Apabila Obs*R-square > Chi-Square tabel pada α: 5%, maka dalam model
model regresi, terjadi ketidaksamaan varians atau residual dari suatu pengamatan
gangguan mempunyai varian yang tidak konstan (Gujarati & Porter, 2012).
heteroskedastisitas.
2. Apabila nilai dari probabilitas chi-square < 0,05 (α = 5%), dapat dikatakan
termasuk pengaruh variabel Y dari masa lampau terhadap nilai Y masa sekarang
Distributed Lag (ARDL). Adapun model umum dari ARDL dinyatakan dalam
Keterangan:
α : Konstanta
β i γ i φi ∅ i : Koefisien regresi
ϵt : Error term
Keterangan:
∆ : First difference
Ln : Logaritma Natural
α : Konstanta
β i γ i φi ∅ i : Koefisien regresi
Model ARDL dalam persamaan jangka panjang dalam penelitian ini dapat
Keterangan:
Ln : Logaritma Natural
α : Konstanta
β i γ i φi ∅ i : Koefisien regresi
ϵt : Error term
pendek. Dalam model umum ARDL pada persamaan (1) merupakan persamaan
∑ δ1 β 1 Δ Y t −i+∑ δ1 Δ X t−i
i−1 i−0
Keterangan:
n : Ukuran Sampel
δ1 : Matriks Regresi
yt : Second Difference y
xt : Second Difference x
φ 1 y t −1 + φ2 y t −1+ μ t
φ : Koefisien Regresi
yt : Variabel Terikat
mampu melihat pengaruh Y dan X dari waktu ke waktu, berikut juga pengaruh
Uji Stabilitas Model ARDL Uji stabilitas model ARDL dalam penelitian
ini menggunakan uji CUSUM dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji
CUSUM untuk model ARDL dalam penelitian ini Stabililitas model ditentukan
dari posisi CUSUM line yang berwarna biru berada di antara dua significance line
5% yang berwarna merah. Untuk model ARDL CUSUM line berada diantara
Indonesia yaitu negara gugusan pulau paling besar di dunia terdiri atas
17.504 pulau tropis besar & kecil yang dibatasi oleh pantai berpasir putih. Posisi
geografis Indonesia berada di antara Benua Australia dan Asia, serta di antara
Secara astronomis, Indonesia yang berada di antara Benua Asia dan Benua
Australia ini terletak di antara 6°LU – 11°08’LS dan dari 95°’BT – 141°45’BT.
Selain dikelilingi dua benua, Indonesia pun berada di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia serta melintasi garis Khatulistiwa. Batas darat Indonesia yaitu
negara Papua Nugini, Malaysia di pulau Kalimantan dan Timor Leste, sedangkan
batas laut dengan Indonesia adalah Singapura, Filipina, Australia dan India
(Sumardiman, 2020).
Variabel dalam penelitian ini adalah ekspor minyak kelapa sawit sebagai
variabel terikat serta suku bunga rill, produksi dan harga internasional sebagai
52
53
Pabean. Keluar dari daerah pabean artinya keluar dari daerah yuridikasi negara
republik Indonesia Ekspor (export) suatu negara adalah berbagai macam barang
dan jasa yang diproduksi di negara tersebut namun ditawarkan atau dijual ke pasar
luar negeri. Setiap negara melakukan kegiatan ekspor atas permintaan dari negara
lain (Sihotang, 2013). Tentu hal ini memberikan keuntungan bagi negara- negara
minyak kelapa sawit yang kemudian disebut dengan salah satu sumber pendapatan
Negara. Berikut perkembangan ekspor minyak kelapa sawit pada periode tahun
1990-2022.
30000000.00
25000000.00
Ekspor Minyak Kelapa Sawit (Ton)
20000000.00
15000000.00
10000000.00
5000000.00
0.00
90 992 994 996 998 000 002 004 006 008 010 012 014 016 018 020 022
19 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Tahun
kelapa sawit Indonesia berfluktuatif. Pada tahun 1990 ekspor minyak kelapa sawit
sebanyak 1,09 juta ton kemudian meningkat di tahun 1991 menjadi 1,43 juta ton.
Namun, pada 1992 terjadi penurunan yakni sebesar 1,27 juta ton. Di tahun 1993
dan 1994 terjadi peningkatan, namun tahun 1995 mengalami penurunan kembali.
Tahun 1996 sampai 2004 ekspor minyak kelapa sawit terus mengalami fluktuasi.
Terjadi peningkatan yang cukup besar pada tahun 2006 sebesar 12,1 juta ton.
Tahun 2013 sampai 2022 ekspor berada diangka 20-27 juta ton. Dimana ekspor
tertinggi yaitu pada tahun 2018 sebesar 27,9 juta ton, tentunya peningkatan ekspor
yang cukup besar ini sangat berguna dalam penambahan pendapatan Negara.
dimana angkanya berkisaran pada 25 juta ton dan kemudian berhasil meningkat
Tingkat suku bunga rill adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang
sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang
tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di
pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi (Mankiw, 2013).
20
9 90 992 994 996 998 000 002 004 006 008 010 012 014 016 018 020 022
-201 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Suku Bunga Rill (%)
-40
-60
-80
-100
-120
Tahun
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa suku bunga rill di
Indonesia selama 30 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Suku bunga rill tertinggi
yaitu pada tahun 1992 sebesar 10,7 persen. Dan terendah yaitu pada tahun 1998
dimana angkanya mengalami penurunan yang sangat tajam mencapai angka minus
sebesar -102,2 persen. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi krisis
moneter di Indonesia yang berpengaruh terhadap suku bunga rill. Pada tahun 1999
suku bunga rill meningkat sebesar 9,79 persen. Namun, ditahun-tahun berikutnya
2013 sampai 2014 suku bunga rill Indonesia angkanya negatif dan kembali positif
pada tahun 2015-2021, namun pada tahun 2022 kembali menurun dan angkanya
Produksi merupakan salah satu kegiatan suatu hasil baik berupa barang
maupun yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Produksi diperoleh dari
kegiatan mengkombinasikan faktor faktor seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan
60000000
50000000
40000000
Produksi (Ton)
30000000
20000000
10000000
0
90 992 994 996 998 000 002 004 006 008 010 012 014 016 018 020 022
19 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Tahun
angkanya berada pada kisaran 2-9 juta ton. Dan kemudian pada tahun 2003-2009
angkanya berada dikisaran 10-19 juta ton. Tahun 2010-2016 produksi berada pada
angka 21-31 juta ton yang kemudian ditahun berikutnya terus mengalami
peningkatan dengan angka yang cukup besar yaitu tahun 2017-2022 berada pada
angka 42-48 juta ton. Dimana tahun 2022 merupakan angka produksi paling
tinggi.
Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau
jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga internasional ini
kemudian akan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada volume
dan nilai ekspor kelapa sawit Indonesia yang nantinya kemudian akan
berpengaruh pada daya saing ekspor kelapa sawit Indonesia di pasar Internasional
1400
1200
Harga Internasional (USD/Ton)
1000
800
600
400
200
0
90 992 994 996 998 000 002 004 006 008 010 012 014 016 018 020 022
19 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Tahun
selama 30 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Dimana harga tertinggi yaitu pada
tahun 1995 sebesar 628 USD/Ton dan terendah yaitu pada tahun 2021 yakni
sebesar 107 USD/Ton. Tahun 1990-2007 angka harga internasional berada pada
penurunan kembali dimana angka 741 USD/Ton pada tahun 2009 dan 933
USD/Ton tahun 2010. Tahun 2011 harga internasional kembali meningkat sebesar
1.193 USD/Ton. Kemudian ditahun berikutnya yaitu tahun 2012 sampai 2016
terus mengalami penurunan disetiap tahunnya. Tahun 2017 sampai 2022 harga
Stasioneritas data adalah keadaan suatu data runtut waktu memiliki nilai
yang cendurung mendekati rata-rata. Uji stasioneritas ini penting dalam analisa
data time series karena jika terjadi kondisi data tidak stasioner dan dilakukan
estimasi mengunakan data yang tidak stasioner maka akan memberikan hasil
regresi yang palsu atau disebut dengan spurious regression, di mana hasil estimasi
tinggi tetapi kenyataannya tidak ada hubungan antar variabel (Gujarati, 2004).
Untuk menguji stasioneritas data digunakan Phillip Perrons unit root test. Hasil
Tabel 4.1
Hasil Uji Stasioner
PP T- Critical Probabilty
Variabel Unit Root Keterangan
Statistic Value (5%) PP
Tidak
Level -1.620632 -2.957110 0.4608
Stasioner
Ekspor
1st
-9.735673 -2.960411 0.0000 Stasioner
Difference
Level -5.942322 -2.957110 0.0000 Stasioner
Suku Bunga
Rill 1st
-21.68647 -2.960411 0.0001 Stasioner
Difference
Tidak
Level -1.047249 -2.957110 0.7239
Stasioner
Produksi
1st
-5.488519 -2.960411 0.0001 Stasioner
Difference
Tidak
Level -2.321381 -2.957110 0.1717
Harga Stasioner
Internasional 1st
-6.964260 -2.960411 0.0000 Stasioner
Difference
Sumber: Hasil Penelitian, 2023 (Data Diolah)
minyak kelapa sawit, produksi dan harga internasional tidak stasioner ditingkat
level, akan tetapi stasioner di tingkat 1st difference hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas dibawah 0,05. Kemudian untuk variabel suku bunga rill stasioner
pada tingkat level dan 1st difference. Maka dapat disimpulkan data dalam
penelitian ini menggunakan tingkat stasioner level dan 1st difference untuk proses
Tabel 4.2
Deskriptif Statistik
Variabel Mean Max Min Std.Dev Observation
Ekspor 1.587117 1.714391 1.390785 1.130385 33
1,587 %, nilai maksimum sebesar 1,714 % dan minimum sebesar 1,391 % serta
Std.Dev sebesar 1,130 %. Dilihat dari nilai rata-rata dengan nilai Std.Dev adalah
1.130¿ 1.587 berarti sebaran data volume ekspor dalam kasus ini sudah merata
nilai maksimum sebesar 1,066 % dan minimum sebesar -1,022 % serta Std.Dev
sebesar 1,897 %. Dilihat dari nilai Std.Dev dengan nilai rata-rata adalah 1,897 ¿-
3,530, berarti sebaran data suku bunga rill dalam kasus ini belum merata dengan
sebesar 1,823 ¿1,577. Berarti sebaran data produksi dalam kasus ini belum merata
%, nilai maksimum sebesar 7,084 % dan nilai minimum sebesar 4,668 % serta
nilai Std.Dev sebesar 0,058 %. Dilihat dari nilai Std.Dev dengan nilai rata-rata
adalah 0,058¿ 6,279berarti sebaran data harga internasional dalam kasus ini sudah
merata dengan baik dari observasi sebanyak 33 observasi. Di mana nilai Std.Dev
suatu ablee terhadap ablee lainnya dan juga penentuan lag optimum berguna unuk
Tabel 4.3
Hasil Uji Panjang Lag
terkecil pada lag ke-1. Nilai lag yang disarankan oleh masing-masing kriteria
kebaikan berupa nilai terkecil, ditandai dengan adanya bintang (*) setelah nilai
kriteria masing-masing lag. Karena semua kriteria menunjukkan lag yang tepat
untuk penelitian ini berada pada lag ke-1, maka penelitian ini menggunakan lag
Pengujian kointegrasi bisa dilakukan dengan long run form and bound
persamaan jangka panjang yang stasioner. Hasil bound test dapat dilihat pada
Tabel 4.4
Hasil Kointegrasi Bound Test
F-Bounds Test Null Hypothesis: No levels relationship
Asymptotic:
n=1000
F-statistic 5.844702 10% 2.37 3.2
K 3 5% 2.79 3.67
2.5% 3.15 4.08
1% 3.65 4.66
Finite
Actual Sample Size 28 Sample: n=35
10% 2.618 3.532
5% 3.164 4.194
1% 4.428 5.816
Finite
Sample: n=30
10% 2.676 3.586
5% 3.272 4.306
1% 4.614 5.966
pada penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-stastistic sebesar 5,845 lebih
besar dari I (0) dan I (1) pada tingkat signifikansi 1%, 5% dan 10%.
dengan metode Akaike Information Criterion (top 20 model) dapat dilihat pada
metode Akaike Information Criterion (top 20 models) yang dipilih pada ARDL
(4,3,3,2) karena dilihat pada gambar 4.6 garis putus-putus paling rendah berada
regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran,
dalam penelitian ini digunakan dua uji asumsi klasik yaitu uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas.
Data yang digunakan untuk estimasi model regresi linear merupakan data
time series, maka diperlukan asumsi bebas autokorelasi guna memastikan apakah
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
dan Chi-Square (1) tabel pada 𝛼: 5% adalah sebesar 3,841 Jadi, 0,284 ¿ 3,841
maka dalam model ini sudah terbebas dari indikasi autokorelasi. Hal ini juga bisa
model regresi terjadi ketidaksamaan varians atau residual dari suatu pengamatan
gangguan mempunyai varian yang tidak konstan (Gujarati & Porter, 2012).
3. Apabila nilai dari probabilitas dari chi-square> 0,05 (α = 5%), dapat dikatakan
4. Apabila nilai dari probabilitas chi-square < 0,05 (α = 5%), dapat dikatakan
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
11,628 dan Chi-Square (17) tabel pada 𝛼: 5% adalah sebesar 27,587. Jadi, 11,628
¿ 27,587 maka dalam model ini sudah terbebas dari indikasi hetroskedastisitas.
Hal ini juga bisa dilihat dari prob Chi-Squared sebesar 0,8221¿ 0,05.
variabel X dan Y dari waktu ke waktu termasuk tiga pengaruh variabel Y dari
masa lampau terhadap nilai Y masa sekarang atau dengan kata lain dapat melihat
pengolahan data dengan analisis ARDL. Pengolahan data dibagi menjadi dua
bagian, yaitu: pengolahan jangka pendek dan pengolahan jangka panjang. Hasil
pengolahan data jangka pendek dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Estimasi ARDL Jangka Pendek
ECM Regression
Case 2: Restricted Constant and No Trend
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LN_EKS(-1), 2) -1.236360 0.120287 -10.27841 0.0000
D(LN_EKS(-2), 2) -1.292080 0.143830 -8.983403 0.0000
D(LN_EKS(-3), 2) -0.694491 0.111099 -6.251085 0.0001
D(SBR) 0.000709 0.001345 0.527276 0.6095
D(SBR(-1)) 0.011548 0.002318 4.982109 0.0006
D(SBR(-2)) 0.007803 0.001489 5.240853 0.0004
D(SBR(-3)) 0.006414 0.001472 4.358325 0.0014
D(LN_PR, 2) 0.027900 0.016348 1.706604 0.1187
D(LN_PR(-1), 2) -1.158897 0.200307 -5.785616 0.0002
D(LN_PR(-2), 2) -1.087395 0.193241 -5.627134 0.0002
D(LN_HI, 2) -0.398829 0.145554 -2.740080 0.0208
D(LN_HI(-1), 2) -0.245561 0.113131 -2.170582 0.0551
D(LN_HI(-2), 2) -0.419662 0.127811 -3.283456 0.0082
CointEq(-1)* -0.825143 0.129003 -6.396320 0.0001
∆ EKS t =0,001 ∆ SBR t +0,011 ∆ SBR t−1 +0,008 ∆ SBR t−2 +0,006 ∆ SBR t −3+ 0.028 ∆ PRt +
1) sebesar -0,825 dan signifikan pada level 5 % yang berarti terjadi kointegrasi
Suku bunga rill pada tahun berjalan memiliki nilai koefisien sebesar 0,001.
Artinya, kenaikan suku bunga rill pada tahun berjalan akan meningkatkan ekspor
minyak kelapa sawit di Indonesia sebesar 0,001 % dan variabel ini tidak
signifikan pada level 5 % karena nilai probabilitas 0,6095 ¿ 0,05. Artinya, suku
bunga rill tidak berpengaruh terhadap ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia.
Suku bunga rill pada 1 tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien sebesar
0,011. Artinya, kenaikan suku bunga rill pada 1 tahun sebelumnya akan
sebesar 0,011 % dan variabel ini signifikan pada level 5% karena nilai probabilitas
0,0006 ¿ 0,05, artinya suku bunga rill pada lag 1 berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada level 5%.
Suku bunga rill pada 2 tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien sebesar
0,008. Artinya, kenaikan suku bunga rill pada 2 tahun sebelumnya akan
sebesar 0,008 % dan variabel ini signifikan pada level 5 % karena nilai
probabilitas 0,0004 ¿ 0,05. Artinya, suku bunga rill pada lag 2 berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada level 5 %.
Suku bunga rill pada 3 tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien sebesar
0,006. Artinya, kenaikan suku bunga rill pada 3 tahun sebelumnya akan
sebesar 0,006 % dan variabel ini signifikan pada level 5 % karena nilai
probabilitas 0,0014 ¿ 0,05. Artinya, suku bunga rill pada lag 3 berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada level 5 %.
minyak kelapa sawit di Indonesia pada tahun berjalan sebesar 0,028 %. Variabel
ini tidak signifikan pada level 5 % karena nilai probabilitas 0,1187 ¿ 0,05.
Artinya, variabel produksi pada lag ini tidak berpengaruh terhadap ekspor minyak
ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada 2 tahun berjalan sebesar 1,159 %.
Variabel ini signifikan pada level 5 % karena nilai probabilitas 0,0002 ¿ 0,05.
Artinya, variabel produksi pada lag 1 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada 2 tahun berjalan sebesar 1,087 %.
Variabel ini signifikan pada level 5 % karena nilai probabilitas 0,0002 ¿ 0,05.
Artinya, variabel produksi pada lag 2 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada 2 tahun berjalan sebesar 1,159 %.
Variabel ini signifikan pada level 5 % karena nilai probabilitas 0,0002 ¿ 0,05.
Artinya, variabel produksi pada lag 1 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
akan menurunkan ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada tahun berjalan
nilai probabilitasnya 0,0208 ¿ 0,05. Artinya, variabel harga internasional pada lag
ini berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit di
tahun berjalan sebesar 0,245 %. Variabel harga internasional tidak signifikan pada
0,10. Artinya, variabel harga internasional pada lag 1 berpengaruh negatif dan
tahun berjalan sebesar 0,419 %. Variabel harga internasional signifikan pada level
telah terjadi keseimbangan jangka panjang antara variabel suku bunga rill,
produksi dan harga CPO terhadap Volume Ekspor minyak kelapa sawit di
Tabel 4.8
Hasil Estimasi ARDL Jangka Panjang
Levels Equation
Case 2: Restricted Constant and No Trend
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
SBR -0.016288 0.011743 -1.387093 0.1955
D(LN_PR) 1.551122 1.517953 1.021851 0.3309
D(LN_HI) -0.765080 0.866805 -0.882644 0.3981
C -0.152835 0.216416 -0.706209 0.4962
EC = D(LN_EKS) - (-0.0163*SBR + 1.5511*D(LN_PR) -0.7651*D(LN_HI)
-0.1528 )
Nilai konstanta sebesar -0,153 artinya apabila suku bunga rill, produksi
dan harga internasional bernilai konstan atau tetap dalam jangka panjang, maka
Nilai koefisien suku bunga rill adalah -0,016 artinya apabila suku bunga
rill dalam jangka panjang meningkat sebesar 1%, maka ekspor minyak kelapa
sawit di Indonesia dalam jangka panjang akan menurun sebesar 0,0016 %. Suku
bunga rill tidak berpengaruh terhadap eskpor minyak kelapa sawit di Indonesia
Indonesia dalam jangka panjang akan meningkat sebesar 1,551 %. Produksi tidak
kelapa sawit di Indonesia dalam jangka panjang akan meningkat sebesar 0,765 %.
Sum of Square of Recursive Residual). Berikut ini yaitu hasil pengujian CUSUM:
Berdasarkan Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 di atas, hasil pengujian CUSUM
Test dapat dijelaskan yaitu plot kuantitas Wr tidak menyentuh garis batas pada
garis merah putus-putus pada level 5%. Begitu juga dengan hasil pengujian
CUSUMQ dapat dijelaskan yaitu plot kuantitas Wr juga tidak menyentuh garis
batas pada garis merah putus-putus. Artinya, hasil Cusum test sudah stabil pada
level 5%, dan hasil CUSUMQ juga stabil pada level 5%.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Suku Bunga Rill Terhadap Volume Ekspor Minyak Kelapa
Sawit di Indonesia
Variabel suku bunga rill dalam jangka pendek berpengaruh positif dan
dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Artinya, apabila suku bunga rill
Sedangkan dalam jangka panjang suku bunga rill tidak berpengaruh terhadap
ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada level 5 % dengan nilai probabilitas
lebih besar dari 0,05. Artinya, dalam jangka panjang apabila suku bunga rill
penelitian ini sejalan dengan penelitian Risma (2018) dimana menurut penelitian
ini suku bunga dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap ekspor.
Namun, hasil penelitian Risma (2018) dalam jangka panjang tidak sejalan dengan
penelitian ini, karena hasil penelitiannya menunjukkan dalam jangka panjang suku
dengan nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Artinya, apabila dalam jangka
tidak berpengaruh terhadap ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia pada level 5
% dengan nilai probabilitas yang lebih besar dari 5 %. Artinya, dalam jangka
Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulansari (2013) dimana
menurut penelitian ini dalam jangka panjang jumlah produksi tidak berpengaruh
signifikan terhadap ekspor kelapa sawit Indonesia ke Jepang. Dan juga penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian Radifan (2014) dimana menurut penelitian ini
dalam jangka panjang produksi berpengaruh terhadap ekspor crude palm oil.
dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Artinya, apabila dalam jangka
sawit di Indonesia pada level 5 % dengan nilai probabilitasnya lebih besar dari
penurunan ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Ridho (2022) dan Wahyuni (2021) dimana menurut penelitian
ini dalam jangka pendek harga internasional berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ekspor CPO. Kemudian penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Saleh, Mejaya (2016) dimana menurut penelitian ini dalam jangka pendek harga
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam jangka pendek suku bunga rill berpengaruh positif dan signifikan
sawit di Indonesia.
76
77
sawit di Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengolahan data dari pengaruh suku bunga rill, produksi
dan harga internasional terhadap ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia dalam
data.
Abdullah, R., & Wahid, M. B. (2010). World palm oil supply, demand, price and
prospects: focus on Malaysian and Indonesian palm oil industry. Malaysian
Palm Oil Board Press, Malaysia.
Adi Sumardiman, 2020, Aspek Yuridis Dalam Penentuan Batas Negara, Dalam
Pandang Wilayah Perbatasan Indonesia, Pusat Pemetaan Batas Wilayah
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Jakarta.
Dewi. 2013. “Pengaruh Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat, Dan Luas
Lahan Terhadap Ekspor Karet Indonesia Tahun 1993-2013.” : 80–89.
Gustina, Putri Adela. 2020. “Analisis Pengaruh Produksi Dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Ekspor Komoditas Minyak Kelapa Sawit (CPO) 1988 - 2018.”
Skripsi: 1–100.
Komang Amelia Sri Pramana, and Luh Gede Meydianawathi. 2013. “Variabel-
Variabel Yang Mempengaruhi Ekspor Nonmigas Indonesia Ke Amerika
Serikat.” Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan 6(2): 98–105.
Kotler, Philip. 2012. Manajemen Pemasaran Edisi 13, Bahasa Indonesia Jilid 1
dan 3 Cetakan. Jakarta: Rajawali.
78
79
Kotler, Philip dan Armstrong, Garry. 2015. Menejmen Pemasaran. Jilid 1 jakarta :
Penerbit ERlangga.
Mukrim, A., & Masih, M. (2017). The impact of macroeconomic variables on the
crude palm oil export: Malaysian evidence based on ARDL approach.
Noviantoro, B., Emilia, E., & Amzar, Y. V. (2017). Pengaruh harga CPO, harga
minyak mentah dunia, harga karet dunia dan kurs terhadap defisit neraca
transaksi berjalan Indonesia. Jurnal Paradigma Ekonomika, 12(1), 31-40.
Prasetyo, A., & Marwanti, S. (2017). The influence of exchange rate on CPO
exports of Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah
Ekonomi Dan Pembangunan, 18(2), 159-174.
Risma, Okta Rabiana, T. Zulham, and Taufiq C. Dawood. 2019. “Pengaruh Suku
Bunga, Produk Domestik Bruto Dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor Di
Indonesia.” Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam 4(2): 300–317.
Saleh Mejaya, Amirus, Dahlan Fanani, and M.Kholid Mawardi. 2016. “Pengaruh
Produksi, Harga Internasional, Dan Nilai Tukar Terhadap Volume Ekspor.”
Jurnal Administrasi Bisnis 35(2): 20–29.
Surahman, E., Satrio, A., & Sofyan, H. (2020). Kajian Teori Dalam Penelitian.
JKTP: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 3(1), 49–58.
https://doi.org/10.17977/um038v3i12019p049.
Terayana, I Made Bayu, and Nyoman Triaryati. 2018. “Pengaruh Nilai Tukar Riil
Dan Tingkat Suku Bunga Riil Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.” E-
Jurnal Manajemen Universitas Udayana 8(2): 903.
Wahyuni, Pingki, Sri Wahyuni Mustafa, and Rahmad Solling Hamid. 2021.
“Pengaruh Harga Internasional Dan Nilai Tukar Terhadap Permintaan
Ekspor Minyak Sawit Di Indonesia.” Jesya (Jurnal Ekonomi & Ekonomi
Syariah) 4(2): 1104–16.
Wulansari, E., Yulianto, E., & Pangestuti, E. (2016). Pengaruh Jumlah Produksi,
Harga Internasional, Nilai Tukar Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Tingkat Daya Saing Ekspor Kelapa Sawit Indonesia (Studi pada Tahun
2009-2013) (Doctoral dissertation, Brawijaya University).
82
83
- Variabel Produksi
84
Observations 33 33 33 33
Asymptotic:
n=1000
F-statistic 5.844702 10% 2.37 3.2
K 3 5% 2.79 3.67
2.5% 3.15 4.08
1% 3.65 4.66
Finite
Actual Sample Size 28 Sample: n=35
10% 2.618 3.532
5% 3.164 4.194
1% 4.428 5.816
Finite
Sample: n=30
10% 2.676 3.586
5% 3.272 4.306
1% 4.614 5.966
Levels Equation
Case 2: Restricted Constant and No Trend
87
ECM Regression
Case 2: Restricted Constant and No Trend
- CUSUM Q