Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BAKTERIOGI III

“BAKTERI PERTUSSIS”

DISUSUN OLEH :

HENI RESINTA AGUSTIN


(51120012)

DOSEN PEMBIMBING
BASTIAN S.Si.T,M.BIOMED

PRODI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN & TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.karena telah melimpahkan
kita rahmat kesempatan dan pengetahuan sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah bakteriologi ini dengan baik dan tepat waktu.Makalah ini disusun
berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah kami terima.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menjadi penambah pengetahuan
para pembaca.Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami mengarapkan kritik serta saran yang membangun demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata,kami ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang telah
membantu terciptanya makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Palembang,20 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Klasifikasi Bakteri Pertuassis............................................. 6

2.2 Bakteri Yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Pertuassis.................................7

2.3 Mengisolasi dan Mengidentifikasi Bakteri Pertuassis............................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 11

3.2 Saran.................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 12

LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan makhluk-


makhluk hidup yang berukuran mikroskopis (mikroorganisme).Tidak hanya itu
bakteriologi juga mengkaji tentang virus, fungi, protozoa, dan alga. Bakteri
merupakan organisme yang memiliki dinding sel dan berukuran
mikroskopik.Bordetella pertussis adalah bakteri gram negatif berbentuk batang
kokus dan patogen yang menyerang saluran pernapasan dan sangat mudah
menular. Organisme ini menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran
pernapasan dan memberikan efek sistemik berupa sindrom yang terdiri dari
batuk spasmodik dan paroksismal disertai mengi karena pasien berupaya keras
untuk menarik napas, sehingga pada akhir batuk disertai bunyi yang khas.
Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah dan dapat berlangsung berbulan-
bulan. Organisme ini dapat menyerang segala usia, tetapi jika bayi yang terkena
akan berakibat serius. Manusia sampai saat ini adalah satu satunya pejamu
bakteri pertusis dan penularannya melalui udara dan kontak langsung dengan
droplet penderita selama batuk. Pertusis salah satu penyakit paling menular yang
dapat menimbulkan attack rate sebesar 80-100% pada penduduk yang
rentan.Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut lainnya, pertusis
sangat mudah dan cepat penularannya.Tindakan penanggulangan penyakit ini
antara lain dilakukan dengan pemberian imunisasi. WHO menyarankan
sebaiknya anak pada usia satu tahun telah mendapatkan imunisasi dasar DPT
sebanyak 3 dosis dengan interval sekurang-kurangnya 4 minggu dan booster
diberikan pada usia 15 - 18 bulan dan 4 - 6 tahun untuk mempertahankan nilai
proteksinya.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Definisi dan Klasifikasi Bakteri Pertuassis?

2. Apakah Bakteri Yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Pertuassis ?

3. Bagaimana Mengisolasi dan Mengidentifikasi Bakteri Pertuassis ?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi dan Klasifikasi Bakteri Pertuassis

2. Unuk Mengetahui Bakteri Yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Pertuassis

3. Untuk Mengetahui Cara Mengisolasi dan Mengidentifikasi Bakteri Pertuassis

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Taksonomi Bakteri Pertuassis


Klasifikasi Bakteri Bordetella pertusi
Kingdom : Eubacterium
Filum : Coccobacillus
Kelas : Bacillus
Ordo : Coccobacillus
Famili : Alcaligenaceae
Genus : Bordetella
Spesies : Bordetella pertussis

Bordetella pertussis adalah bakteri gram negatif berbentuk batang kokus


dan patogen yang menyerang saluran pernapasan dan sangat mudah menular.
Organisme ini menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran pernapasan dan
memberikan efek sistemik berupa sindrom yang terdiri dari batuk spasmodik
dan paroksismal disertai mengi karena pasien berupaya keras untuk menarik
napas, sehingga pada akhir batuk disertai bunyi yang khas. Serangan batuk
seringkali diikuti oleh muntah dan dapat berlangsung berbulan-bulan.
Organisme ini dapat menyerang segala usia, tetapi jika bayi yang terkena akan
berakibat serius. Manusia sampai saat ini adalah satu satunya pejamu bakteri
pertusis dan penularannya melalui udara dan kontak langsung dengan droplet
penderita selama batuk. Pertusis salah satu penyakit paling menular yang dapat

6
menimbulkan attack rate sebesar 80-100% pada penduduk yang rentan.
Bordetella pertussis berbentuk coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri,
berpasangan, atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer,
bentuk kuman biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat
pleomorfik.Bentuk koloni pada biakan agar yaitu smooth, cembung, mengkilap,
dan tembus cahaya. Bentuk-bentuk filamen dan batang-batang tebal umum
dijumpai. Simpai dibentuk tapi hanya dapat dilihat dengan pewarnaan khusus,
dan tidak dengan penggabungan simpai. Kuman ini hidup aerob, tidak
membentuk H2S, indole serta asetil metil karbinol. Bakteri ini merupakan gram
negatif dan dengan pewarnaan toluidin biru dapat terlihat granula bipolar
metakromatik. Pada Bordetella pertussis ditemukan dua macam toksin yaitu:

1. Endotoksin yang sifatnya termostabil dan terdapat dalam dinding sel kuman.
Sifat endotoksin ini mirip dengan sifat endotoksin-endotoksin yang dihasilkan
oleh kuman negatif gram lainnya.
2. Protein yang bersifat termolabil dan dermonekrotik. Toksin ini dibentuk di
dalam protoplasma dan dapat dilepaskan dari sel dengan jalan memecah sel
tersebut atau dengan jalan ekstraksi memakai NaCl. Baik endotoksin maupun
toksin yang termolabil tersebut tidak dapat memancing timbulnya proteksi
terhadap infeksi Bordetella pertussis. Peranan yang pasti daripada kedua toksin
ini dalam patogenesis pertusis belum diketahui. Pertusis adalah suatu penyakit
akut saluran pernapasan yang banyak menyerang anak balita dengan kematian
yang tertinggi pada anak usia di bawah satu tahun yang disebabkan infeksi
Bordetella pertusis. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut
lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya.Tindakan
penanggulangan penyakit ini antara lain dilakukan dengan pemberian imunisasi.
WHO menyarankan sebaiknya anak pada usia satu tahun telah mendapatkan
imunisasi dasar DPT sebanyak 3 dosis dengan interval sekurang-kurangnya 4
minggu dan booster diberikan pada usia 15 - 18 bulan dan 4 - 6 tahun untuk
mempertahankan nilai proteksinya.

2.2 Bakteri Yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Pertuassis


Batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis di saluran
pernapasan. Infeksi atau penyakit bakteri ini akan menyebabkan pelepasan racun
dan membuat saluran napas meradang. Tubuh merespons hal tersebut dengan

7
memproduksi banyak lendir untuk menangkap bakteri yang selanjutnya
dikeluarkan dengan batuk. Kombinasi peradangan dan penumpukan lendir bisa
membuat penderita sulit bernapas. Oleh karena itu, penderita harus berusaha
menarik napas lebih kuat, yang kadang memunculkan bunyi lengking (whoop)
tepat sebelum batuk-batuk. Semua orang bisa terkena batuk rejan. Namun, risiko
terkena penyakit ini lebih tinggi pada orang-orang dengan kondisi di bawah ini:

1. Bayi berusia di bawah 12 bulan atau lansia

2. Belum menjalani atau melengkapi vaksinasi pertussis

3. Berada di area wabah pertussis

4. Sedang hamil

5. Sering melakukan kontak dengan penderita pertussis

6. Menderita obesitas

7. Memiliki riwayat asma

2.3 Mengisolasi dan Mengidentifikasi Bakteri Pertuassis

1. Pemeriksaan fisik Pada pasien dengan Pertusis tanpa komorbid/komplikasi


penyakit lain, pemeriksaan fisik tidak berkontribusi banyak untuk diagnosis,
namun hal yang dapat diperhatikan antara lain:

a. Demam (jarang ditemukan, kebanyakan pasien tidak memiliki infeksi


saluran pernapasan bawah).

b. Dehidrasi

c. Perdarahan konjungtiva, petekie pada wajah/kepala/leher, dan ronki pada


paru dapat ditemukan (fase konvalescens)

d. Hipoksia

e. Whooping saat inspirasi (anak usia 6 bulan hingga 5 tahun).Di bawah 6


bulan dan di atas 5 tahun hal tersebut jarang ditemukan (kecuali pada orang
dewasa yang belum tervaksinasi).

2. Diagnosis banding Secara umum, diagnosis banding Pertusis sangat luas,


namun dapat dipersempit dengan menimbang durasi penyakit. Batuk berdurasi
di bawah 3 minggu termasuk akut, batuk antara 3 – 8 minggu termasuk subakut,
sementara batuk lebih dari 8 minggu termasuk kronik. Beberapa penyakit
memiliki batuk persisten dan subakut sehingga dapat menyerupai Pertusis.
Berikut penyakit yang gejala klinisnya mirip Pertusis:
8
a. Infeksi pernapasan karena adenoviral gejala awal mirip berupa demam,
konjungtivitis, terkadang nyeri tenggorokan.

b. Pneumonia pada pasien yang kecil dapat menunjukkan gejala batuk staccato
(inspirasi di antara setiap batuk).

c. Infeksi pernapasan virus syncytial (Respiratory syncytial


virus)/RSV.umumnya pada saluran pernapasan bawah, sering ditemukan ronki
basah dan mengi.

3. Pemeriksaan penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan untuk menunjang diagnosis pertusis adalah :

a. diagnosis laboratorium Beberapa penunjang diagnosis Pertusis antara lain


kultur, polymerase chain reaction (PCR), dan serologi.

1) Kultur gold standard diagnosis Pertussis, umumnya sampel diambil dari


nasofaring posterior (bukan tenggorok) : Idealnya bakteri terisolasi pada 2
minggu pertama (fase catarrhal / awal paroksismal), padahal pasien baru
muncul setelah > 2 minggu sehingga kultur sering tidak dapat digunakan.
Bakteri B. pertussis sulit dikultur, dapat memakan waktu hingga 2 minggu,
dan kemungkinan positifnya bervariasi (30-50%). Media kultur dapat berupa
Bordet Gengou (potato-blood-glycerol agar) dan medium yang mengandung
charcoal (Regan Lowe).

2) Polymerase Chain Reaction (PCR) Dapat mengkonfirmasi Pertusis pada


outbreak, sangat sensitif

3) Serologi :

a. Dapat mengonfirmasi penyakit pada tahap akhir infeksi setelah tidak


terdeteksi kultur. Idealnya dilakukan 2- 8 minggu setelah onset batuk

b. Radiologi X-ray dada dapat menunjukkan infiltrat perihiler atau edema


yang derajatnya bervariasi, serta atelektasis. Jika ditemukan konsolidasi, hal
tersebut indikatif terhadap infeksi bakterial sekunder, atau pertussis
pneumonia (jarang). Pada beberapa kasus, pneumotoraks,
pneumomediastinum, atau terperangkapnya udara pada jaringan lunak dapat
ditemukan

c. Pemeriksaan darah Leukositosis (15.000 – 50.000/uL) denganlimfositosis


absolut terjadi pada akhir fase catarrhal dan paroksismal.

9
Temuan ini non-spesifik namun berkorelasi dengan tingkat keparahan
penyakit. Sebuah studi menunjukkan bahwa pada bayiyang dicurigai
mengalami Pertusis, hitung leukosit absolut di bawah 9400/uL dapat
mengeksklusi Pertusis. Namun, pada orang dewasa (khususnya yang telah
divaksinasi), jarang ditemukan limfositosis. ada bayi berusia 3 bulan atau
lebih muda, monitoring sel darah putih serial sangat penting dalam
mengidentifikasi risiko dan menentukan prognosis pasien dengan Pertusis.
Hitung sel darah putih >30.000/uL (dalam 5,1 hari setelah onset batuk), laju
jantung yang cepat, dan hiperventilasi merupakan indikator infeksi Pertusis
yang parah.2 Infeksi yang parah juga akan menyebabkan sel darah putih
mencapai puncak lebih tinggi daripada kasus yang lebih ringan (rata-rata
puncak leukositosis 74.200/uL, dibandingkan 24.200/uL pada kasus yang
lebih ringan)

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bordetella pertussis adalah bakteri gram negatif berbentuk batang


kokus dan patogen yang menyerang saluran pernapasan dan sangat mudah
menular. Organisme ini menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran
pernapasan dan memberikan efek sistemik berupa sindrom yang terdiri dari
batuk spasmodik dan paroksismal disertai mengi karena pasien berupaya
keras untuk menarik napas, sehingga pada akhir batuk disertai bunyi yang
khas. Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah dan dapat berlangsung
berbulan-bulan. Organisme ini dapat menyerang segala usia, tetapi jika bayi
yang terkena akan berakibat serius. Manusia sampai saat ini adalah satu
satunya pejamu bakteri pertusis dan penularannya melalui udara dan kontak
langsung dengan droplet penderita selama batuk. Pertusis salah satu
penyakit paling menular yang dapat menimbulkan attack rate sebesar 80-
100% pada penduduk yang rentan. Bordetella pertussis berbentuk
coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri, berpasangan, atau
membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk kuman
biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik.

3.2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari sempurna.Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asyabah Aidin. dkk. 2018. Pemodelan Sir Untuk Penyebaran Penyakit Pertusis Dengan
Vaksinasi Pada Populasi Manusia Konstan. Unnes Journal of Mathematics 7
(1).
Sariadji Kambang,dkk.2016.Studi Kasus Bordetella Pertuassis pada Kejadian
Dikabupaten Kapuas Kalimantan Tengah Yang Dideteksi dengan
PCR.Jurnal Biotek Medisiana Indonesia,Vol 5(1):Hal 51-56
Sariadji Kambang, dkk. 2016. Studi Kasus Bordetella Pertussis Pada Kejadian Luar
Biasa Di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah Yang Dideteksi Dengan
PCR. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia
Nofriansyah Dicky. dkk. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Pertusis (Batuk
Rejan) Dengan Menggunakan Metode Teorema Bayes. Jurnal Teknologi
Sistem Informasi Dan Sistem Komputer TGD
Susilo Herman. 2018. Sistem Pakar Metode Forward Chaining Certainty Factor
Untuk Mengidentifikasi Penyakit Pertusis Pada Anak. Jurnal Rang Teknik

12
LAMPIRAN

13
14
15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai