Anda di halaman 1dari 12

Materi 2

INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN


A. Definisi
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan
efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil
penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal.

B. Indikator mutu asuhan keperawatan


Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik,
No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 telah menetapkan "Standar Asuhan Keperawatan di
Rumah Sakit". Standar Asuhan Keperawatan menurut Departemen Kesehatan meliputi enam
standar yaitu:

1. Pengkajian keperawatan,
2. Diagnosa keperawatan,
3. Perencanaan keperawatan,
4. Intervensi keperawatan,
5. Evaluasi keperawatan, dan
6. Catatan asuhan keperawatan.
Dalam melaksanakan intervensi keperawatan terdapat 14 kebutuhan pasien yang harus
mendapat perhatian perawat yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan oksigen


b. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan keseimbangan cairan serta elektrolit
c. Memenuhi kebutuhan eliminasi
d. Memenuhi kebutuhan keamanan
e. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan
f. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
h. Memenuhi kebutuhan spiritual
i. Memenuhi kebutuhan emosional
j. Memenuhi kebutuhan komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
l. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m. Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses
dan outcome system pelayanan rumah sakit tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat
dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan
tingkat efisiensi RS.

a. Aspek struktur (input)


Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi
1) M1 (tenaga),
2) M2 (sarana prasarana),
3) M3 (metode asuhan keperawatan),
4) M4 (dana),
5) M5 (pemasaran), dan lainnya.
Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur system RS tertata dengan
baik akan lebih menjamin mutu pelyanaan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat
kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing komponen
struktur

b. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang mengadakan
interkasi secara profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan,
indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.

c. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain terhdaap
pasien. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:
1. Angka infeki nosokomial : 1-2%
2. Angka kematian kasar: 3-4%
3. Kematian pasca bedah: 1-2%
4. Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5. Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6. NDR (Net Death Rate): 2,5%
7. ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal 1/5000
8. PODR (Post-Operation Death Rate): 1%
9. POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
1. Biaya per unit untuk rawat jalan
2. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
3. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
4. BOR (Bed Occupancy Ratio) : 70-85%
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
5. BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/tahun
6. TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
7. LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosokomial; gawat
darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan
pasien)
8. Normal tissue removal rate: 10%
MATERI 4
PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN KEPERAWATAN RUANG RAWAT
Pengertian Mutu
Mutu atau kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau taraf
(kepandaian, kecakapan). Mutu ini digunakan sebagai pengukur yang membedakan suatu
benda dengan yang lainnya. Beberapa ahli telah mendefinisikan mutu sebagaimana di bawah
ini:
1. Joseph Juran (1989), memiliki pendapat bahwa quality is fitness for use. Secara bebas mutu
di sini diartikan sebagai kesesuaian atau enaknya barang itu digunakan (mutu produk).
Contoh sederhana dari mutu seperti ini adalah ketika kita membeli suatu produk dan
produk itu sesuai dengan yang kita inginkan maka kita menilai produk itu bagus atau baik.
Misalnya baju yang kita beli memiliki mutu jika ketika kita memakai baju tersebut merasa
puas karena terlihat baik dan bagus sesuai keinginan kita meskipun mahal. Berbeda
dengan sebaliknya, apabila baju yang kita beli tidak cocok maka kita akan menilai baju
atau produk tersebut tidak bermutu.
2. Philip B. Crosby (1990) mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan apa yang
disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement). Secara sederhana sebuah
produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut sesuai dengan standar kualitas yang
telah ditentukan yang meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Dari definisi
ini, mutu itu diartikan sebagai kesesuaian dengan standar yang ada. Sebagai contoh dalam
sebuah organisasi memproduksi sebuah produk atau barang akan dikatakan bermutu jika
barang atau produk tersebut sudah sesuai dengan standar yang ada. Dalam organisasi
nonprofit misalhnya, di dunia pendidikan memiliki beberapa standar. Organisasi
pendidikan itu dikatakan bermutu jika organisasi tersebut telah memenuhi standar-standar
yang ada.
1. Kegiatan Menjaga Mutu
a. Kegiatan persiapan
1) Menumbuhkan & meningkatkan Menumbuhkan & meningkatkan komitmen
pimpinan & penyelenggara komitmen pimpinan & penyelenggara yan. kes u/
program yan. kes u/ program
2) Membentuk tim yg bertanggung jwb Membentuk tim yg bertanggung
3) Mengadakan pelatihan program Mengadakan pelatihan program
4) Mengadakan pelatihan program Mengadakan pelatihan program menjaga mutu
menjaga mutu Menetapkan batas, wewenang, Menetapkan batas, wewenang,
tanggung jwb, mekanisme kerja tim tanggung jwb, mekanisme kerja tim
5) Menetapkan jenis & ruang lingkup yan Menetapkan jenis & ruang lingkup yan
yg diprioritaskan yg diprioritaskan
6) Menyosialisasikan standar & indikator yg Menyosialisasikan standar &
indikator yg digunakan digunakan
b. Kegiatan Pelaksanaan(Palmer, 1979, Vouri
1) Menetapkan masalah mutu yan kes Menetapkan masalah mutu yan kes
2) Menetapkan penyebab masalah mutu yan. Kes Menetapkan penyebab masalah
mutu yan. Kes
3) Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu yan Menetapkan cara
penyelesaian masalah mutu yan kesehatan
4) Melaksanakan cara penyelesaian mslh Melaksanakan cara penyelesaian mslh
5) Menilai hasil yg dicapai Menilai hasil yg dicapai
6) Menyusun saran tindak lanjut
2. Karakteristik Kegiatan Program Menjaga Mutu Karakteristik Kegiatan Program
Menjaga Mutu
a. Berkesinambungan/continous Quality Berkesinambungan/continous Quality
Improvement program Improvement program
b. Sistematis Sistematis
c. Terpadu:pelaksanaanya secara terpadu Terpadu:pelaksanaanya secara terpadu dengan
pengelolaam pelayanana lain secara dengan pengelolaam pelayanana lain secara
keseluruhan/total Quality Management
3. Sasaran progarm menjaga mutu:
Lingkungan:Kebijakan, organisasi, manajemen
4. Standar program penjaga mutu
a. Standar persyaratan minimal/minimum requirement standard: keadaan minimal yg
requirement standard: keadaan minimal yg hares dipenuhi u/ntuk
menyelenggarakan yan. hares dipenuhi untuk menyelenggarakan yan. Kes/kep
1) Standar masukan
2) Standar lingkungan
3) Standar proses
b. Standar penampilan minimal
Menunjukan penampilan pelayanan keperawatan yang masih diterima
5. Bentuk Program Menjaga Mutu
a. Program menjaga mutu prosfektif diselenggarakan sebelum pelayanan:
Standarisasi :menjamin terselenggaranya pelayanan yang bermutu ,ditetapkan
standarisasi pelayanan kesehatan / keperawatan
b. Program menjaga mutu Konkuren ,program dilaksanakan bersamaan dengan
pelayanan kesehatan / keperawatan dan lebih mengutamakan standar proses
c. Program restrospektif , program dilaksanakan setelah selesainyapelayanan .contoh :
review rekam medis
6. Pelaksanaan Program Menjaga Mutu
a. Menetapkan masalah mutu
b. Menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan keperawatan
c. Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu
d. Melaksanakan cara penyelesaian masalah mutu
e. Menilai hasil dan menyusun saran tindak lanjut
7. Manfaat.
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan
diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:
a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.
Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat
diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar.
Karena dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan
pemilihan masalah telah dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara
penyelesaian masalah telah dilakukan secara benar.
b. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.
Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar.
Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi
berbagai efek samping karena pelayanan yang dibawah standar akan dapat dicegah.
c. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai
pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan,
pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam turut meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
d. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya
gugatan hukum
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan perlindungan publik, tampak kesadaran
hukum masyarakat
Program mutu pelayanan di Rawat inap
Menurut Crosby ,1997 (dalam Nasution ,2005 ) rawa inap adalah kegiatan penderita yang
berkelanjutan ke Rumah sakit untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berlangsung lebih
ddari 24 jam .secara khusus pelayanan rawat inap ditunjukan untuk penederita atau pasien
yang memerlukan asuhan keperawatan secara terus menerus (Continous Nursing Care )
hingga terjadi penyeembuhan .Khusus pelayanan rawat ini adalah adanya tempat
tidur .Tempat tidur ini dikelompokan menjadi ruang perawatan yang merupakan inti dari
sebuah rumah sakit .Pengelolaan ruang perawatan ini secara umum diserahkan kepada
seorang perawat yang juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan medic, serta
instruksi dari dokter yang ditunjukan pada penderita misalnya penggunaan alat bantu
pernafasan , alat pacu jantung.
Dengan kualitas pelayanan rawat inap yang memuaskan ,akan mendorong pasien untuktetap
memilih rumah sakit tersebut apabila membutuhkan lagi fasilitas pelayanan kesehatan
Ciri Mutu Asuhan Keperawatan
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik adalah
1. memenuhi standar profesi yang ditetapkan
2. sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien dan
efektif
3. aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan
4. memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
5. aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati (Standar Asuhan Keperawatan, 1998).
Menurut Muninjaya (2011), sebagai bagian dari sistem pelayanan publik, pelayanan
kesehatan disuatu wilayah harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Availability. Pelayanan kesehatan harus tersedia untuk melayani seluruh masyarakat
disuatu wilayah dan dilaksanakan secara komprehensif mulai dari upaya pelayanan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Appropriateness. Pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat di suatu
wilayah. Kebutuhan masyarakat diukur dari pola penyakit yang berkembang di wilayah
tersebut.
3. Continuity-sustainability. Pelayanan kesehatan di suatu daerah harus berlangsung untuk
jangka lama dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
4. Acceptability. Pelayanan kesehatan harus diterima oleh masyarakat dan memperhatikan
aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
5. Affordable. Biaya atau tarif pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh masyarakat umum.
6. Efficient. Pelayanan kesehatan harus dikelola (manajemen) secara efisien.
Quality. Pelayanan kesehatan yang diakses masyarakat harus terjaga mutunya

2.4 Strategi Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
Menurut Wijono (2000), Quality Assurance dalam pelayanan keperawatan adalah kegiatan
menjamin mutu yang berfokus pada proses agar mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan standar. Dimana metode yang digunakan adalah :
a. Audit internal dan surveilan untuk memastikan apakah proses pengerjaannya (pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien) telah sesuai dengan standar operating
procedure (SOP).
b. Evaluasi proses.
c. Mengelola mutu.
d. Penyelesaian masalah. Sehingga sebagai suatu system (input, proses, outcome), menjaga
mutu pelayanan keperawatan difokuskan hanya pada satu sisi yaitu pada proses
pemberian pelayanan keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
2. Continuous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Berkelanjutan)
Menurut Wijono (2000) Continuous Quality Improvement dalam keperawatan adalah
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara terus menerus yang
memfokuskan mutu pada perbaikan mutu secara keseluruhan dan kepuasan pasien. Oleh
karena itu perlu dipahami mengenai karakteristik-karakteristik yang dapat mempengaruhi
mutu dari outcome yang ditandai dengan kepuasan pasien.
3. Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara
meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses,
dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber
daya manusia dan modal yang tersedia dan berfokus pada kepuasan pasien dan perbaikan
mutu menyeluruh.

2.7 Standar Mutu Pelayanan Keperawatan


Standar Mutu Pelayanan Keperawatan ,secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:
1. Standar Pelayanan Minimal
Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar persyaratan
minimal terdiri dari :
a. Standar Masukan (stuktur)
Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terdiri
dari :
1) Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana;
2) Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana;
3) Jumlah dana (modal);
Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut dengan nama standar
ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan jika standar masukan merujuk pada
sarana dikenal dengan nama standar sarana (standard of facilities). Untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, standar masukan
tersebut haruslah dapat ditetapkan.
b. Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang
diperlukan untuk dapat meyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri
dari :
1) Garis-garis besar kebijakan (policy);
2) Pola organisasi (organization);
3) Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana
pelayanan kesehatan;
Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar organisasi dan manajemen
(standard organization and management). Sama halnya dengan masukan, untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, maka standar
lingkungan harus ditetapkan.
c. Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus
dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri
dari :
1) Tindakan medis;
2) Tindakan non medis;
Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar of conduct). Pada
dasarnya baik tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kesesuaian
tindakan dengan standar proses, maka haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar
proses.
2. Standar Penampilan Minimal
Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan layanan kesehatan yang masih
dapat diterima. Standar ini, karena merujuk pada unsur keluaran, disebut dengan
nama standar keluaran, atau populer dengan sebutan standar penampilan (standar of
performance). Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan.
Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasi atau gagal.
Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan
kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.
Standar keluaran berupa penampilan aspek medis dan penampilan aspek non medis.
Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari indikator yang sesuai, yang secara
umum dapat dibedakan pula atas empat macam yaitu indikator masukan, proses,
lingkungan serta keluaran. Dalam praktik sehari-hari, sekalipun indikator mutu pelayanan
kesehatan sebenarnya hanya merujuk pada indikator keluaran, namun karena pelayanan
kesehatan pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari unsur masukan dengan unsur
lingkungan dan proses, menyebabkan ukuran pelayanan kesehaatan bermutu sering
dikaitkan pula dengan ketiga indikator tersebut. Dengan perkataan lain, indikator masukan,
proses, serta lingkungan yng sebenarnya lebih merujuk pada faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan, turut diperhitungkan pada waktu membicarakan
mutu pelayanan kesehatan.
Program pengendalian mutu yang menunjang tercapainya pelayanan keperawatan
yang efisien dan efektif di sarana kesehatan . Sehingga diperlukan standar mutu dalam
pelayanan keperawatan yang terdiri dari :
a. Struktur
1) Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan di sarana
kesehatan.
2) Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
3) Adanya standar pelayanan keperawatan.
4) Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu.
5) Adanya tim pengendalian mutu dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan.
6) Adanya sumber daya yang menandai dalam jumlah dan kualitas.
b. Proses
1) Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metoda yang dipilih.
2) Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit keperawatan/ supervise
keperawatan, Gugus Kendali Mutu, survey kepuasan pasien, keluarga/petugas,
presentasi kasusdan ronde keperawatan.
3) Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi pengendalian mutu.
4) Menyusun upaya tindak lanjut.
c. Hasil
1) Adanya dokumen hasil pengendalian mutu.
2) Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut.
3) Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga dan petugas.
4) Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar pelayanan
keperawatan.
5) Menurunya angka kejadian komplikasi sebagai akibat pmberian asuhan
keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh, pneumia, pneumia orthostatic, infeksi
nasokomial, drop foot.

Anda mungkin juga menyukai