Anda di halaman 1dari 29

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Struktur Hewan dengan judul “Jaringan


Saraf” dibuat oleh:
nama : Nur Fadila Harifa
NIM : 220108502006
kelas : Biologi Sains A
kelompok : 2 (Dua)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, April 2023


Koordinator Asisten Asisten

Suhardi Aldi, S.Pd. M.Pd. Husnaeni .


NIM. 1814442013

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Prof. Dr. Adnan, M.S.


NIP. 19650201 198803 1 003
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf perifer melibatkan saraf-saraf yang terkait dengan sistem
saraf sentral. Saraf aferen mengantarkan sinyal sensorik ke sistem saraf sentral,
sementara saraf eferen mengirimkan sinyal dari sistem saraf sentral ke otot dan
kelenjar. Sinyal ini dikenal sebagai impuls saraf atau potensial akson. Sel-sel
saraf, atau neuron, mempunyai tonjolan panjang dari badan sel yang
membedakannya dari sel-sel jaringan lain. Seluruh jaringan memiliki kemampuan
beradaptasi dengan situasi baru sepanjang hidup mereka. Khususnya, jaringan
saraf menunjukkan spesialisasi dalam kemampuan belajar dan mengingat yang
belum sepenuhnya dipahami. Walaupun sifat-sifat tertentu dari sistem saraf telah
ditetapkan secara genetik, rincian kontak seluler dan pembentukan sirkuit
fungsional tampaknya dipengaruhi oleh kondisi sel-sel saat pertama kali
terhubung.
Setiap fungsi dalam organisme diatur dan disesuaikan secara hati-hati,
sejalan dengan fungsi organ lain, dan terintegrasi sesuai kebutuhan tubuh. Sistem
saraf (neural) dan sistem endokrin (hormonal) bertugas dalam koordinasi dan
integrasi fungsi organ tubuh. Sistem saraf umumnya mengatur aktivitas tubuh
yang cepat seperti kontraksi otot dan sekresi kelenjar, sementara sistem endokrin
mengatur fungsi organ target lebih lambat, seperti proses metabolisme. Hubungan
antara dua neuron disebut sinapsis. Dua neuron ini biasanya tidak berhubungan
langsung satu sama lain, tetapi dipisahkan oleh celah kecil yang disebut celah
sinapsis.
Jaringan saraf merupakan salah satu jaringan dasar dalam tubuh manusia
yang berfungsi mengatur semua aspek fungsi tubuh untuk menjalankan aktivitas
sehari-hari. Melalui jaringan saraf, kita dapat melakukan berbagai kegiatan, mulai
dari yang sederhana hingga yang kompleks, seperti membuka mata, proses
berpikir, analisis, sintesis, dan pengambilan keputusan. Selain itu, kita juga bisa
merasakan dan mengungkapkan perasaan seperti cinta, kasih sayang, kesedihan,
empati, kebencian, ketakutan, dan kecemasan, serta berpikir secara abstrak tinggi
dan menyelesaikan masalah sehari-hari.
Jaringan saraf terdiri dari tiga komponen utama, yaitu sel saraf yang
berwarna abu-abu, serabut saraf berwarna putih, dan neuroglia, sebuah jenis sel
pendukung yang hanya ditemukan di sistem saraf. Neuroglia bertugas untuk
mendukung dan menjaga sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf terdiri dari
protoplasma berbulir dengan inti besar dan dinding sel seperti sel pada umumnya.
Sel saraf memiliki berbagai macam juluran, yang dikenal sebagai prosesus, yang
berfungsi untuk mengirimkan sinyal saraf ke dan dari sel saraf.
Fungsi-fungsi tersebut termasuk fungsi yang mulia dan khusus dimiliki
oleh manusia. Fungsi-fungsi tersebut terdapat di korteks serebri, sementara
perasaan seperti lapar, haus, hasrat seksual, kantuk, lelah, dan kemarahan
dikendalikan oleh bagian otak yang letaknya lebih rendah. Jaringan saraf memiliki
beberapa fungsi, seperti menerima impuls dari luar tubuh dan memberikan respon,
menyadari kejadian dan perubahan di sekitar melalui indera, mengontrol respons
atau reaksi terhadap situasi sekitar, dan mengendalikan fungsi fisiologi organ-
organ tubuh.
Sistem saraf pada vertebrata dan invertebrata memiliki unit fungsional
yang terdiri dari neuron, yaitu sel yang sangat spesialis. Neuron mengandung
berbagai organel khas yang juga ditemukan pada sebagian besar sel eukariotik,
dan penjuluran-penjulurannya memungkinkan komunikasi antar sel. Salah satu
penjuluran pada neuron yang disebut dendrit seringkali bercabang seperti pohon
dan membawa impuls menuju badan sel pusat. Di sisi lain, badan sel merupakan
area yang lebih tebal pada neuron dan berisi inti serta sebagian besar sitoplasma.
Ada juga penjuluran lain yang disebut akson, yang biasanya sangat panjang dan
membawa impuls menjauhi badan sel. Selain neuron, sistem saraf juga melibatkan
sel-sel glia seperti sel Schwann, oligodendrosit, mikroglia, ependim, astrosit, dan
sel-sel satelit, serta jaringan ikat asli.
Jaringan saraf berperan sebagai perantara antara rangsangan yang diterima
tubuh dan respons yang dihasilkan tubuh. Neuron adalah unit fungsional jaringan
saraf, yang secara khusus dirancang untuk menghantarkan sinyal yang disebut
impuls saraf. Setiap neuron terdiri dari badan sel dan penjuluran yang disebut
dendrit dan akson, di mana panjang akson pada manusia bisa mencapai satu
meter. Dendrit mengantarkan impuls dari ujungnya ke bagian neuron lain,
sedangkan akson mengirimkan impuls ke neuron lain atau ke efektor.
B. Tujuan
Praktikum ini terdiri atas dua bagian, yaitu praktikum dalam bentuk
pengamatan langsung dan praktikum dengan menggunakan preparat jadi. Setelah
melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan ciri struktural sel-sel pada jaringan
saraf diantaranya sel saraf dan sel oligodendrosit.
2. Membandingkan dan membedakan ciri struktural sel-sel pada jaringan
saraf diantaranya sel saraf dan sel oligodendrosit.
3. Membandingkan dan membedakan gambar sel-sel pada jaringan saraf dari
hasil pengamatan langsung dengan gambar hasil fotomikrograf.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum yaitu;
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan ciri struktural sel-
sel pada jaringan saraf diantaranya sel saraf dan sel oligodendrosit.
2. Mahasiswa dapat membandingkan dan membedakan ciri struktural sel-sel
pada jaringan saraf diantaranya sel saraf dan sel oligodendrosit.
3. Mahasiswa dapat membandingkan dan membedakan gambar sel-sel pada
jaringan saraf dari hasil pengamatan langsung dengan gambar hasil
fotomikrograf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan Saraf Tiruan (JST) adalah sistem pengolahan informasi yang


didasarkan pada jaringan saraf biologis dan diperkenalkan oleh McCulloch dan
Pitts pada tahun 1943. JST berusaha meniru proses belajar dalam otak manusia
melalui program komputer yang dapat melakukan perhitungan selama proses
belajar. JST menggunakan elemen perhitungan non-linear yang disebut neuron
dan diatur dalam jaringan yang saling terhubung, menyerupai jaringan saraf
manusia. Metode ini digunakan untuk mengatasi masalah seperti pengenalan pola
atau klasifikasi karena proses belajarnya (Ayu, 2019).
Jaringan Saraf Tiruan adalah salah satu model matematis yang diciptakan
untuk meniru proses belajar dalam otak manusia. Meskipun disebut "tiruan",
jaringan saraf ini menggunakan program komputer untuk melakukan sejumlah
perhitungan selama proses belajar, sehingga dapat meniru cara kerja otak manusia
secara efisien (Andrijasa & Mistianingsih, 2016).
Jaringan saraf tiruan (JST) adalah suatu paradigma pemrosesan informasi
yang terinspirasi oleh sistem saraf biologi, seperti otak manusia yang memproses
informasi. Sama seperti manusia, JST belajar dari contoh untuk menyelesaikan
masalah dengan pola yang sama. Metode JST dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan bernilai diskrit (Sukarno & Adhy, 2015).
Jaringan saraf tiruan (JST) diaplikasikan untuk mengatasi masalah yang
kompleks dan sulit dipahami, di mana terdapat banyak data yang terkait dengan
masalah tersebut. JST mampu menemukan pola dan hubungan dalam data yang
kompleks dan sulit dianalisis oleh manusia dengan menggunakan perangkat keras
dan perangkat lunak yang meniru pola pemrosesan otak manusia. Proses
pembelajaran JST melibatkan penyaringan data, pencarian hubungan, pembuatan
model, dan koreksi kesalahan model secara berulang-ulang. JST terdiri dari
banyak node dan proses pemrosesan kontinu yang saling berinteraksi. Salah satu
jenis JST melibatkan tiga jenis lapisan, yaitu lapisan masukan, lapisan keluaran,
dan lapisan proses tersembunyi. Untuk melatih JST, manusia memberikan
kelompok data latihan yang menghasilkan keluaran atau kesimpulan yang telah
diketahui (Kenneth dkk, 2008).
Secara umum, jaringan saraf tiruan (JST) terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
masukan dan lapisan keluaran. Namun, saat ini sudah ada jaringan saraf tiruan
(JST) yang memiliki lapisan tersembunyi yang terletak di antara lapisan masukan
dan keluaran. Lapisan tersembunyi ini memungkinkan jaringan saraf tiruan untuk
meniru cara kerja neuron dalam sistem saraf biologi dengan fokus pada proses
kerja otak. Jaringan saraf tiruan (JST), adalah jaringan dari sekelompok unit
pemroses kecil yang dimodelkan untuk berdasarkan sistem saraf manusia.
Jaringan saraf tiruan (JST) merupakan sistem adaptif yang dapat mengubah di
strukturnya untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan informasi eksternal
maupun internal yang akan mengalir melalui pada jaringan (Sifaunajah, 2019).
Dalam jaringan saraf, neuron dikelompokkan dalam lapisan-lapisan yang
dikenal sebagai lapisan neuron. Biasanya, setiap neuron dalam satu lapisan akan
terhubung dengan lapisan sebelumnya atau sesudahnya, kecuali pada lapisan input
dan output. Informasi dalam jaringan saraf bergerak dari lapisan ke lapisan, mulai
dari lapisan input, melewati lapisan tersembunyi (Sudarsono, 2016).
Jaringan saraf merupakan komponen penting dalam sistem saraf yang
mengendalikan dan mengatur fungsi serta aktivitas tubuh. Sistem saraf terbagi
menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat yang mencakup otak dan sumsum
tulang belakang, serta cabang saraf perifer yang termasuk dalam sistem saraf tepi.
Jaringan Saraf Tiruan (JST) adalah teknologi pemodelan data yang sangat efektif
dalam mengatasi beragam masalah. JST mampu merepresentasikan hubungan
input-output yang kompleks dan dengan mudah menangani berbagai masalah. JST
juga memiliki kecepatan dalam memproses data dan kemampuan untuk
menginisiasi sistem yang kompleks. Salah satu keunggulan utama JST adalah
metode JST Backpropagation, yang memungkinkan pembelajaran berulang-ulang,
membuat sistem lebih tahan terhadap kerusakan dan dapat berfungsi secara
konsisten dengan baik (Sudarsono, 2016).
Jaringan Saraf Tiruan (JST) adalah sistem pengolahan informasi yang meniru
karakteristik jaringan saraf biologis. JST dirancang sebagai generalisasi model
matematis dari pemahaman manusia (human cognition). Mirip dengan otak
manusia, JST terdiri dari beberapa neuron dan terdapat koneksi antar neuron.
Neuron-neuron dalam JST mengubah informasi yang diterima melalui koneksinya
ke neuron lain. Koneksi ini disebut bobot dalam JST (Sudarsono, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Mikroskop (1 buah)
b. Kaca Preparat (2 buah)
c. Kaca Penutup (2 buah)
d. Alat Tulis (1 buah)
2. Bahan
a. Preparat Oligodendrocytes (1 buah)
b. Preparat Jaringan Saraf (1 buah)

B. Prosedur Kerja
1. Lakukan pengamatan preparat jaringan.
2. Amati gambar hasil foto mikroskop pada setiap unit kegiatan. Hasil foto
mikroskop menunjukkan bagian-bagian yang harus anda amati.
3. beri keterangan gambar hasil foto mikroskop dengan cara memilih
jawaban yang telah disediakan. Gunakan Keterangan tersebut untuk
memberikan nama bagian pada hasil pengamatan Anda.
4. Pada setiap unit kegiatan dilengkapi dengan pertanyaan/deskripsi objek
tersebut untuk melatih kemampuan Anda melaporkan hasil pengamatan.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Pengamatan Oligodendrocytes
G. Pengamatan Foto Pengamatan G. Pembanding Keterangan

1. Dendrit
2. Badan Sel
3. Sitoplasma

Tabel 4.2 Pengamatan Jaringan Saraf


G. Pengamatan Foto G. Pembanding Keterangan
Pengamatan
1. Sitoplasma
2. Inti sel
3. Dendrit

B. Pembahasan
Oligodendrosit adalah sel glial yang hanya terdapat pada sistem saraf
pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sel-sel ini membentuk lapisan
mielin yang melapisi akson neuron, mengisolasi akson tersebut dan
meningkatkan kecepatan transmisi impuls elektrokimia yang melalui jalur
tersebut.
1. Dendrit
Dendrit memiliki bentuk yang bercabang dengan variasi bentuk dan
ukuran. Fungsinya adalah untuk menerima rangsangan yang datang dari
reseptor dan mengirimkannya ke badan sel saraf. Selain itu, terdapat juga
bagian panjang yang kebanyakan tidak bercabang pada badan sel, yang
disebut akson atau neurit. Akson berfungsi menghantarkan rangsangan dari
badan sel menuju efektor, seperti otot dan kelenjar. Akson yang memiliki
diameter kecil ini dilindungi oleh lapisan mielin yang dihasilkan oleh sel-sel
pendukung yang dikenal sebagai oligodendrosit. Pada akson juga terdapat
bagian yang tidak dilindungi oleh lapisan mielin, yang dikenal sebagai nodus
Ranvier, berfungsi untuk menguatkan impuls saraf atau mempercepat
perjalanannya.
2. Badan sel
Badan sel adalah bagian sel saraf yang mengandung inti, kadang-kadang
disebut juga sebagai perikaryon. Bentuk dan ukuran badan sel ini beragam,
tergantung pada fungsi dan letaknya. Inti sel biasanya terletak di tengah,
meskipun kadang-kadang bisa terletak di pinggir. Di dalam inti sel terdapat
butir-butir khromatin halus yang tersebar. Nukleolusnya cukup besar sehingga
kadang-kadang dapat disangka sebagai inti sel itu sendiri.
3. Sitoplasma
Sitoplasma berisi berbagai organel dan granula (badan inklusi) yang
tersusun di sekitar inti. Organel merupakan struktur yang ditemukan di dalam
sitoplasma yang dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan dan
menjalankan fungsi sel secara keseluruhan. Badan inklusi adalah struktur yang
terdapat di dalam sitoplasma yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
zat-zat atau substansi tertentu.
Jaringan saraf berfungsi untuk menghantarkan rangsangan dan terdiri dari
sel-sel saraf (neuron). Jaringan ini mengirimkan rangsangan dari panca indera
ke saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) dan dari saraf pusat ke
organ lainnya.
1. Sitoplasma
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sitoplasma diisi dengan
berbagai organel dan granula (badan inklusi) yang tersusun di sekitar inti.
Organel merupakan struktur yang ditemukan di dalam sitoplasma yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan dan menjalankan fungsi sel
secara keseluruhan.
2. Inti sel
Inti sel umumnya berukuran besar, berbentuk bulat atau agak lonjong,
berwarna pucat, dan biasanya terletak di tengah perikarion. Nukleolusnya
biasanya hanya ada satu dan terlihat jelas di bawah mikroskop cahaya. Di
dalam inti sel terdapat rantai double helix DNA yang berfungsi sebagai
pembawa informasi genetik. Inti sel yang besar, pucat, vesikular dengan
nukleolus yang menonjol seringkali memberi kesan seperti mata burung hantu
(Owl eyes). Inti sel biasanya berada di posisi sentral, meskipun kadang-
kadang bisa berada di pinggir. Biasanya berbentuk bulat dan berukuran besar.
Di dalamnya, terdapat butir-butir khromatin halus yang tersebar. Nukleolus
biasanya cukup besar sehingga kadang-kadang bisa disangka sebagai inti sel
itu sendiri. Penampilan inti sel ini merupakan ciri khas sel saraf, karena erat
kaitannya dengan kegiatan sel saraf. Di dalam nukleolus, terdapat banyak
molekul RNA yang penting untuk kegiatan sel, terutama dalam sintesis
protein, sehingga mengikat warna basofil. Sitoplasma sel saraf mengandung
berbagai macam organela seperti pada jenis sel lain.
3. Dendrit
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dendrit memiliki struktur yang
bercabang (mirip pohon) dengan variasi bentuk dan ukuran. Fungsi dendrit
adalah menerima rangsangan yang datang dari reseptor dan mengirimkannya
ke badan sel saraf. Selain itu, pada badan sel terdapat bagian panjang yang
kebanyakan tidak bercabang, yang disebut akson atau neurit.
Dalam menjalankan fungsinya, sel-sel saraf bekerja secara bersama-sama.
Ketika rangsangan datang, impuls mengalir dari satu sel saraf ke sel saraf
penghubung, kemudian ke pusat saraf atau sebaliknya, dari pusat saraf ke sel
saraf dan selanjutnya ke efektor. Hubungan antara dua sel saraf disebut
sinapsis. Ujung neurit bercabang, dan ujung cabang yang berhubungan dengan
sel saraf lain membesar disebut bongkol sinapsis. Pada hubungan dua sel saraf
yang disebut sinaps tersebut, hubungan dilakukan melalui pelekatan neurit
dengan dendrit atau dinding sel.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Ciri struktural sel saraf memiliki juluran sitoplasma yang panjang yang
disusun oleh sel neurolgia dan menyebar ke seluruh tubuh hewan, terdiri
dari neuron yang mengandung ribosom, badan golgi, retikulum
endoplasma, dan mitokondria, sedangkan neoron sendiri tersusun dari
badan sel, dendrit dan akson. Sel oligodendrosit berperan sebagai
pembentuk selubung mieling dari neuron di sistem saraf pusat. Sel schwan
merupakan sel penyokong pada akson untuk menyediakan suplai makanan
bagi metabolisme akson dan regenerasi akson.
2. Ketiga bagian jaringan saraf tersebut yakni sel saraf, sel oligodendrosit,d
an sel schwan memiliki perbedaan yang terletak pada fungsinya masing-
masing, letak dan penyusun utamanya.
3. Gambar hasil fotomikroskopis dan hasil pengamatan langsung mengalami
perbedaan. Hal ini dikarenakan kurang telitinya praktikan dalam
mengamati objek.
B. Saran
1. Untuk praktikan, agar tetap konsentrasi ketika melaksanakan praktikum.
Sebaiknya lebih memperhatikan aturan – aturan yang berlaku di dalam
laboratorium serta memahami dengan baik penggunaan mikroskop agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti rusaknya mikroskop atau
pecahnya alat-alat optik.
2. Untuk asisten, sebaiknya lebih sabar mendampingi praktikan selama
praktikum berlangsung serta senantiasa selalu memberikan arahan kepada
praktikan.
3. Untuk laboran, sebaiknya memberikan arahan dan batasan dalam setiap
kegiatan praktikum untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan selama praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, A. (2016). Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Laju


Pertumbuhan Penduduk Menggunakan Metode Bacpropagation (Studi
Kasus Di Kota Bengkulu). Jurnal Media Infotama, 12(1).
Ayu, F. (2019). Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Untuk Menentukan
Kelayakan Proposal Tugas Akhir. IT Journal Research and Development,
3(2), 44-53.
Andrijasa, M. F., & Mistianingsih, M. (2016). Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan
Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur
Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran Backpropagation.
Informatika Mulawarman: Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 5(1), 50-54.
Sukarno, N. M., Wirawan, P. W., & Adhy, S. (2015). Perancangan Dan
Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Untuk Mendiagnosa
Penyakit Kulit. Jurnal Masyarakat Informatika, 5(10), 9-18.
Kenneth dkk. 2008. Sistem Informasi manajemen. Salempa empat. Jakarta.
Permatasari, Z & Sifaunajah, A. 2019. Jaringan saraf tiruan propagasi balik
untuk klasifikasi data. Lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat
(LPPM). Jawa timur.
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai