Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 1


BLOK HEMATOPOIETIN DAN IMUNOLOGI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Elin Nur Almida (019.06.0026)
Elza Febriani Kusuma (019.06.0027)
Fitri Dwianti (019.06.0028)
Firmansyah Akbar (019.06.0029)
Gentani Mayang Sari (019.06.0030)
Putu PaniDamayanthi (019.06.0080)
SyaviraWidyanasari (019.06.0086)
SitiLutfiahZulfa (019.06.0087)
Sri Lia Alni (019.06.0088)
Syilvia Saswati (019.06.0089)

Tutor : dr. Aulia Mahdaniyati, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM 2020/2021
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL …..........................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 SKENARIO LBM

2
PUCAT

Ny. S, perempuan, berusia 23 tahun, sedang dalam kondisi hamil 2 bulan,


datang ke Puskesmas mengeluhkan wajah terlihat pucat sejak DI bulan yang lalu.
Selain itu, ia merasakan badan lemah, pusing, dan dada berdebar-debar. Selama
kehamilan ini, pasien senang meminum teh dan jarang makan daging merah maupun
sayur. Pasien saat ini memiliki kebiasaan senang memakan es batu. Ini merupakan
kehamilan pertama pasien Riwayat keguguran disangkal.

Dokter menyampaikan hasil pemeriksaan dan memberikan tatalaksana yang


tepat pada Ny: S. la berharap agar segera sembuh dan kondisinya tidak berpengaruh
pada janinnya.

Hasil pemeriksaan diberikan di sesi ke-2:

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Tanda Vital TD 100/80, N 120x/m, RR


22 x/m, T 36,5. Konjungtiva anemis (+/+). Pemeriksaan fisik yang lain masih dalam
batas normal. Dokter kemudian mengusulkan melakukan pemeriksaan penunjang
laboratorium didapatkan hasil HB: 8,2 gr/dl, Leukosit: 12500/mm3, Trombosit:
275000/UL.

Dari skenario tersebut, kami mengajukan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Apa yang menyebabkan Ny. S mengeluhkan wajah pucat, jantung berdebar


debar, lelah, dan pusing?
2. Apa yang terjadi jika Ny. S suka mengkonsumsi teh serta jarang memakan
sayur dan daging merah?
3. Apa efek dari Ny. S yang sering memakan es batu pada kehamilan?
4. Bagaimana pengaruh kondisi kehamilan Ny S dengan gejala yang dialaminya?

1. Apa yang menyebabkan Ny. S mengeluhkan wajah pucat, jantung berdebar


debar, lelah, dan pusing?
Jawab:

3
Pusing saat hamil umumnya bisa terjadi pada beberapa orang. Tak
jarang, rasa pusing yang berlebihan membuat seorang wanita hamil
merasakan ketidaknyamanan. Pusing didefinisikan sebagai perasaan melayang
maupun tidak seimbang. Keluhan pusing sering dikeluhkan oleh wanita hamil,
terutama pada trimester pertama hingga kedua. Kondisi ini pada wanita hamil
wajar terjadi karena adanya peningkatan hormone progesteron yang
menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Pada kehamilan trimester pertama,
adanya rasa mual yang berlebihan tak jarang membuat seorang wanita malas
untuk makan. Kurangnya asupan makanan membuat kadar gula di dalam
tubuh menjadi lebih rendah dibandingkan biasanya, mengingat dibutuhkan
energi lebih untuk perkembangan janin di dalam rahim. Kadar gula darah
yang rendah dalam tubuh sering menimbulkan rasa pusing, lemas, hingga
pingsan. Selain kurang asupan, kadar gula rendah dapat terjadi apabila
seorang wanita hamil memiliki penyakit diabetes gestasional. Sama seperti
penyakit diabetes pada umumnya, kondisi kadar gula yang rendah dapat
terjadi sewaktu-waktu, terutama jika terlambat mengonsumsi obat diabetes
dan telat makan. Selain itu, kondisi yang cukup sering terjadi pada wanita
hamil adalah anemia. Kondisi ini berbahaya karena dapat memberikan
komplikasi pada ibu maupun janin yang sedang dikandung. Anemia pada
wanita hamil didefinisikan apabila kadar hemoglobin di dalam darah kurang
dari 11 gr/dL. Gejala anemia cukup mudah untuk diketahui, selain pucat dan
sering mengeluhkan pusing, biasanya muncul keluhan jantung berdebar-debar,
mudah lelah, dan sulit untuk berkonsentrasi. Keadaan hemoglobin yang
normal dan sehat memiliki peranan penting untuk mengangkut oksigen dan
nutrisi di dalam tubuh ibu hamil dan juga janin yang dikandung. Namun,
kadar hemoglobin rendah menjadi penyebab anemia pada ibu hamil karena
penderitanya akan mengalami kekurangan darah. Orang yang mengalami
anemia sering mengeluh sakit kepala secara terus-menerus. Kekurangan darah
merah membuat otak kekurangan oksigen. Ketika tubuh mengalami
kekurangan oksigen, denyut jantung meningkat, hal ini menyebabkan jantung
berdebar tidak teratur dan cepat.

2. Apa yang terjadi jika Ny. S suka mengkonsumsi teh serta jarang
memakan sayur dan daging merah?
Jawab:
Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap
terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang
kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin. Salah satu masalah
gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan

4
masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. Teh
merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Teh dibuat dari
pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis). Teh telah menjadi salah
satu minuman yang cukup sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Namun kebiasaan minum teh ini tidak hanya sekedar tradisi di Indonesia,
melainkan juga gaya hidup. Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan
tanaman yang memiliki kandungan tanin alami yang tinggi. Daun teh yang
direndam dalam air panas akan memiliki rasa khas yang menjadi ciri dari
tanin. Senyawa tanin apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan
menghambat penyerapan mineral misalnya besi. Hal ini karena sifat tanin
yang merupakan inhibitor potensial karena dapat mengikat zat besi secara
kuat membentuk Fe-tanat yang bersifat tidak larut. Cara mencegah masalah
ini, disarankan untuk minum teh dan kopi tidak saat waktu makan. Namum
oleh karena bahan makanan tersebut mengandung bahan yang dapat
menghambat absorpsi dalam usus, maka sebagian besar besi tidak akan
diabsorpsi dan dibuang bersama feses. Daging termasuk makanan penambah
darah untuk ibu hamil karena bisa membantu mendapatkan zat besi yang
cukup. Namun, untuk ibu hamil sebaiknya memilih jenis daging yang tidak
mengandung lemak. Pasalnya, daging mengandung lemak tinggi bisa
meningkatkan resiko penyakit jantung dan obesitas pada ibu hamil.
Kekurangan zat besi ketika hamil merupakan salah satu penyebab anemia
pada ibu hamil. Jika seorang wanita kekurangan asupan zat besi, besar
kemungkinan masa kehamilan akan berjalan tidak normal. Untuk itu,
makanan yang mengandung zat besi harus banyak dikonsumsi wanita untuk
terhindar dari penyakit ini. Pasalnya, zat besi sangat diperlukan oleh tubuh
untuk pembentukkan sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh
tubuh. Padahal, ibu hamil membutuhkan zat besi ekstra sebanyak 14,8 mg per
hari. Contoh makanan yang mengandung zat besi adalah bayam, daging sapi,
kacang merah, tomat, tiram, dan banyak lainnya.

3. Apa efek dari Ny. S yang sering memakan es batu pada kehamilan?
Jawab:
Pada dasarnya, es batu bukanlah suatu zat yang berbahaya, selama dibuat
dari air yang matang. Namum memang, risiko seperti timbulnya kerusakan
gigi, sakit gusi, dan sakit tenggorokan bisa saja terjadi. Artinya, es batu
sebenarnya tidak menimbulkan masalah serius bagi ibu hamil. Hanya saja,
apabila ibu hamil makan es batu secara berlebihan tentu saja tidak baik
mengingat es batu tidak memiliki nutrisi yang bisa bermanfaat untuk

5
kesehatan janin. ibu hamil yang kekurangan nutrisi akan mengalami
kekurangan gizi dan bisa menghambat tumbuh kembang bayi. Maka dari itu,
jika memang ingin mengonsumsi es batu, juga harus perhatikan asupan
makanan sehari-hari lainnya.
4. Bagaimana pengaruh kondisi kehamilan Ny S dengan gejala yang
dialaminya?
Jawab:
Anemia pada ibu hamil cukup sering terjadi. Khususnya pada ibu hamil
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik selama hamil. Dari
penelitian didapatkan 90% anemia pada ibu hamil berkaitan dengan
kekurangan zat besi, selain itu penyebab lainnya biasanya berkaitan dengan
kurangnya asupan asam folat, mineral dan adanya faktor penyakit lain yang
diderita oleh ibu hamil. Kejadian dari anemia pada ibu hamil selain
meningkatkan risiko kematian pada ibu juga dapat berdampak pada janin.
Diantaranya yang sering dilaporkan adalah pada kasus anemia ibu hamil
adalah kematian janin saat lahir, bayi lahir prematur, dan berat badan lahir
rendah. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko yang berbahaya
bagi janin. Setiap ibu hamil perlu mengetahui bahayanya, berikut adalah yang
berkaitan dengan masalah anemia pada ibu hamil yang berdampak pada janin:
Berat badan lahir rendah
Kondisi anemia pada ibu hamil berdampak pada berat badan lahir rendah.
Selin itu kondisi anemia pada ibu hamil juga dapat mengganggu nutrisi pada
janin, dimana dengan adanya penurunan sel darah merah atau hemoglobin,
sehingga dapat mengakibatkan janin tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat
melalui placenta. Untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (<2000 g) atau
berat badan lahir sangat rendah (<1.500g) biasanya berkaitan dengan asupan
zat besi dan asam folat yang kurang secara bersama-sama. Bayi dengan berat
badan lahir rendah akan meningkatkan risiko kematian. Kejadian berat badan
lahir rendah juga dapat berdampak dikemudian hari diantaranya adalah
malnutrisi pada anak, anak mudah terkena infeksi penyakit, dan meningkatkan
kematian bayi. Pada beberapa penelitian lain juga didapatkan bahwa dengan
berat badan lahir rendah yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil
adalah adanya penurunan fungsi otak dan kemampuan anak dalam
berinteraksi dan menggangu kecerdasan kognitif anak saat sekolah. Termasuk
juga dengan perkembangan mental dan kemampuan daya tangkap anak.
Kelahiran prematur

6
Kondisi anemia pada ibu hamil mencetuskan sel darah merah atau
hemoglobin akan menurun, sehingga menyebabkan peningkatkan volume
plasma dan mengakibatkan kontraksi pada rahim. Ditambah dengan kondisi
janin yang tidak sesuai perkembangan bayi berdasarkan usia kehamilan ibu,
biasanya kehamilan prematur juga menyebabkan kematian pada saat
dilahirkan.
Kematian janin
Biasanya diakibatkan oleh banyak faktor, dimulai dari kondisi janin, kondisi
ibu dan proses persalinan yang terjadi. Untuk kasus anemia pada ibu hamil
terdapat risiko peningkatan kejadian hipoksia janin pada saat proses
persalinan, dimana ini akan meningkatkan kematian pada janin. Anemia pada
ibu hamil perlu dilakukan penanganan yang baik. Pemberian suplemen
diberikan jika memang tidak dapat dicukupi oleh ibu dari konsumsi makanan
sehari hari. Kunjungan antenatal saat kehamilan berperan penting untuk dapat
memenuhi kesehatan ibu dan janin.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DATA TUTORIAL

7
Hari/tanggal Sesi I : Senin, 9 November 2020
Hari/tanggal Sesi II : Rabu, 11 November 2020
Tutor : dr. Aulia Mahdaniyati, S.Ked
Moderator : Putu PaniDamayanthi
Sekretaris : Fitri Dwianti

2.2 PEMBAHASAN
 Fisiologi Pembentukan Sel Darah Merah
Eritrosit baru diproduksi oleh tubuh setiap hari melalui proses eritropoiesis yang
kompleks. Eritropoiesis berjalan dari sel induk melalui sel progenitor CFUGEMM
(colony-forming unit granulocyte, erythroid, monocyte and megakariocyte / unit
pembentuk koloni granulosit, eritroid, monosit dan megakariosit), BFUE(burst-
forming unit erythroid / unit pembentuk letusan eritroid) dan CFU eritroid (CFUU)
menjadi prekusor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu
pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti
di tengah dan nukleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal.
Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin
kecil melalui sejumlah pembelahan sel (basofilik eritroblas – polikromatik eritroblas
– ortokromatik eritroblas). Normoblas ini juga mengandung hemoglobin yang
semakin banyak (berwarna merah muda) dalam sitoplasma; warna sitoplasma makin
biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan aparatus yang mensintesis protein,
sedangkan kromatin inti menjadi semakin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari
normoblas lanjut (ortokromatik eritroblas) di sumsum tulang dan menghasilkan
stadium Retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu
mensintesis hemoglobin.

Sel retikulosit sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1 – 2 hari
sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya.
Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya, bentuknya adalah cakram bikonkaf
tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah
merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi di luar
sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada penyakit sumsum
tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
(Setiawan, L, 2005)

8
Terjadi mekanisme stimulasi yang kuat pada kasus-kasus anemia berat oleh
eritropoetin terhadap sumsum tulang untuk meningkatkan produksi dan pelepasan
retikulosit lebih dini. Hal ini akan menyebabkan waktu pematangan retikulosit
menjadi eritrosit di dalam darah tepi bertambah lama, dari 1 – 2 hari menjadi 2 – 3
hari. Maka untuk mendapatkan gambaran kemampuan yang sebenarnya dari sumsum
tulang untuk memproduksi eritrosit, maka hitung retikulosit pada kasus-kasus seperti
ini perlu dilakukan koreksi lebih lanjut (koreksi kedua), yaitu koreksi dengan lama
waktu pematangan yang dibutuhkan dibagi dua.
Nilai normal retikulosit dalam hitung jumlah (%) yaitu 0,5 – 2,0 % dari jumlah
eritrosit, sehingga didapatkan nilai normal yang mutlak adalah 25 – 85 x 103 /mm3
atau 109 sel/L.

 Jelaskan klasifikasi dari anemia!

Secara umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi:

a. Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi merupakan suatu kondisi kekurangan zat besi.
Kurangnya zat besi yang masuk ke dalam tubuh dapat disebabkan oleh
gangguan penyerapan, gangguan penggunaan atau terlalu banyak zat besi
yang dikeluarkan oleh tubuh (perdarahan). Zat besi yang dibutuhkan oleh
ibu hamil meningkat seiring usia dari kehamilan. Asupan yang kurang
dapat mempengaruhi ketersediaan zat besi di dalam tubuh.

9
b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang dapat disebabkan oleh
kekurangan vitamin B9 (asam folat) dan vitamin B12.
c. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik merupakan anemia yang disebabkan oleh sumsum
tulang kurang mampu dalam memproduksi sel darah yang baru.
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah lebih cepat daripada pembuatannya.

Pengelompokan anemia berdasarkan buku Sherwood

1. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi suatu faktor dalam makanan yang
dibutuhkan untuk eritropoiesis. Pembentukan SDM bergantung pada pasokan
adekuat bahan-bahan dasar esensial sebagian di antaranya tidak disintesis di
tubuh tetapi harus disediakan melalui makanan. Sebagai contoh, anemia
defisiensi besi terjadi jika tidak cukup banyak besi tersedia untuk membentuk
hemoglobin.
2. Anemia pernisiosa disebabkan oleh ketidak mampuan ubuh menyerap
vitamin B12, yang masuk melalui makanan, dari saluran cerna. Vitamin B12
esensial untuk pembentukan dan pematangan normal SDM. Vitamin ini
banyak terdapat di berbagai makanan sehingga jarang terjadi defisiensi dalam
diet. Masalahnya adalah defisiensi faktor intrinsik, suatu bahan khusus yang
disekresikan oleh lapisan lambung. Vitamin B12 dapat diserap dari saluran
usus hanya jika nutrien ini terikat ke faktor intrinsik.
3. Anemia aplastik disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang menghasilkan
cukup SDM meskipun semua bahan yang dibutuhkan untuk eritropoiesis
tersedia. Berkurangnya kemampuan eritropoiesis dapat disebabkan oleh
destruksi sumsum merah oleh bahan kimia toksik (misalnya benzena), pajanan

10
berlebihan ke radiasi (jatuhan dari ledakan born nuklir, sebagai contoh, atau
pajanan berlebihan ke sinar-X), invasi sumsum oleh sel kanker, atau
kemoterapi untuk kanker. Proses destruktif dapat secara selektif mengurangi
produksi eritrosit oleh sumsum tulang atau mungkin juga menurunkan
kemampuan sumsum menghasilkan leukosit dan trombosit. Keparahan anemia
bergantung pada luas kerusakan jaringan eritropoietik; kerusakan yang luas
dapat mematikan.
4. Anemia ginjal dapat terjadi akibat penyakit ginjal. Karena eritropoietin dari
ginjal adalah rangsangan utama yang mendorong eritropoiesis, kurang
adekuatnya sekresi eritropoietin oleh ginjal yang sakit menyebabkan
berkurangnya produksi SDM.
5. Anemia perdarahan disebabkan oleh darah yang banyak kehilangan.
Kehilangan darah dapat bersifat akut, misalnya karena perdarahan pada luka,
atau kronik, misalnya darah haid yang berlebihan.
6. Anemia hemolitik disebabkan oleh pecahnya eritrosit dalam sirkulasi secara
berlebihan. Hemolisis, atau ruptur SDM, terjadi akibat sel normal dipicu
untuk pecah oleh faktor eksternal, seperti pada invasi SDM oleh parasit
malaria, atau akibat sel tersebut memang cacat, seperti pada penyakit sel sabit.

 Diagnosis kerja dan DD?


Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal. Seperti berikut ini ,anemia bila konsentrasi
hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang
dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct
kurang dari 36% pada perempuan.Berdasarkan skenario mengalami anemia
defisiensi besi.Belum dapat dipastikan dengan jelas anemia jenis apa yang
dialami.Untuk dapat memastikannya dibutuhkan pemeriksaan laboratorium
yang lengkap.

11
Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara maju
maupun Negara yang sedang berkembang. Hal ini disebabkan tubuh manusia
mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh
mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan.
(Hoffbrand.AV, et al, 2005).Dalam menjelaskan definisi anemia, diperlukan adanya
batas batas kadar hemoglobin dan hematokrit sehingga bisa dianggap telah terjadi
anemia. Batasan (cut off point) ini sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut,
dan lain lain. Batasan yang umumnya digunakan adalah cutt off point kriteria WHO
1968, yang selanjutnya membagi derajat keparahan anemia berdasarkan nilai
hemoglobinnya. Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang
tepat. Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi. Tahap pertama adalah
menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar hemoglobin atau hematokrit.
Cut off point anemia tergantung kriteria WHO atau kriteria klinik. Tahap kedua
adalah memastikan adanya defisiensi besi, sedangkan tahap ketiga adalah
menentukan penyebab dari defisiensi besi yang terjadi. Namun untuk memudahkan
dalam melakukan tindakan sesuai diagnosis anemia, pada praktiknya kriteria anemia

14
pada rumah sakit dan klinik di Indonesia adalah:

1. Hemoglobin < 10 g/dl


2. Hematokrit < 30%
6/
3. Eritrosit < 2,8 x 10 mm

12
 Apa pemeriksaan lab yang dilakukan untuk mendiagnosis anemia?
Pada pemeriksaan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat
dijumpai yaitu :
Pengukuran kadar hemoglobin dan indeks eritrosit didapatkan anemia
hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan
sampai berat. 14 MCV dan MCH menurun. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada
anemia defisiensi besi dan thalasemia major. MCHC menurun pada defisiensi
yang lebih berat dan berlangsung lama. RDW (red cell distribution witdh)
meningkat yang menandakan adanya anisositosis. Anisositosis merupakan tanda
awal defisiensi besi. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa

13
menimbulkan gejala anemia yang menyolok karena anemia timbul perlahan-
lahan.
1. Hapusan darah mennunjukan anemia hipokromik mikrositer,
anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel target dan sel pensil. Leukosit dan
trombosit normal. Pada kasus ankilostomiasis sering disertai eosinofilia.
2. Pemeriksaan penyaring : pengukuran hb, indeks eritrosit, dan hapusan
darah tepi
3. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, retikulosit
(jumlah sdm yg belum matang dlm darah), laju endap darah
4. Pemeriksaan sumsum tulang : keadaan sistem hematopoiesis, untuk
mengetahui anemia jenis aplastic
5. Pemeriksaan khusus : atas indikasi khusus (anemia def. besi, anemia
megaloblastik, anemia aplastic)
 Etiologi dari anemia
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi,

gannguan absorpsi serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun :

1. Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan menahun berasal dari :


- Saluran cerna : akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID,

kanker lambung, kanker colon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing

tambang.

- Saluran genitalia perempuan : menorrhagia, atau metrorhagia

- Saluran kemih : hematuria

- Saluran nafas : hemoptoe

14
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kual
itas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, renda
h vitamin C , dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.

4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

Pada orang dewasa anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir indent
ik dengan pendarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jara
ng sebagai penyebab utama. Penyebab pendarahan paling sering pada laki-laki ialah
pendarahan gastrointestinal,. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi pal
ing sering karena meno-metrorhgia. Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada
banyak keadaan klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari
makanan terganggu, terutama akibat peningkatan motilitas dan by pass usus halus pr
oximal, yang menjadi tempat utama absorpsi zat besi.

 Epidemiologi dari anemia def. Besi


Prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak
diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh
masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena
penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang. Selain itu ADB juga banyak
ditemukan pada masa remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak
adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri.
Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian anemia
defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survai
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturutturut sebesar 61,3%, 64,8%

15
dan 48,1%.1 Insidensi defisiensi besi terkait dengan aspek mendasar dari
metabolisme besi dan nutrisi. Tubuh dari neonatus cukup bulan mengandung 0,5
gram besi, pada tubuh dewasa terkandung 5 gram besi. Perubahan kuantitas besi dari
lahir ke dewasa berarti bahwa sekitar 0,8 mg besi harus diabsorbsi tiap harinya
selama 15 tahun kehidupan seorang anak. Sejumlah kecil besi dibutuhkan untuk
menggantikan jumlah yang hilang pada proses kerusakan sel. Sehingga perlu untuk
dilakukan absorbs kurang lebih 1 mg tiap harinya untuk menjaga jumlah positif pada
usia anak. Karena hanya kurang dari 10 % jumlah besi yang diserap setiap harinya,
asupan gizi 8-10 mg besi per hari dibutuhkan untuk menjaga jumlah besi dalam
tubuh. Selama usia bayi, ketika pertumbuhan paling pesat, kurang lebih 1 mg/L besi
dari susu sapi dan ASI menyebabkan sulitnya mempertahankan kadar besi dalam
tubuh. Bayi yang mendapatkan ASI memiliki keuntungan karena jumlah besi yang
diserap 2-3 kali lebih efisien dibandingkan dari bayi yang mendapat asupan susu
sapi.2 Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan sistem saraf
yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan
metabolisme saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif,
tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energi bagi
otot sehingga mempengaruhi Jurnal Averrous Vol.4 No.2 2018 ketahanan fisik dan
kemampuan bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada
masa kehamilan maka akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.

 Patofisiologi dari anemia

Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi,


hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta
kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap
oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan
duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian
besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin
atau ke tempat penyimpanan di jaringan.

16
Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan
besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah
dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu
sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau
menurun mengakibatkan hemoglobin menurun sehingga transportasi oksigen dan
nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini mengakibatkan metabolisme tubuh
menurun (Price, 1995)

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga


kelompok:

1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal

Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau
sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi
akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan
vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan
normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle
cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat
besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.

2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah

Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui atara lain:

a) Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia


b) Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis
makanan
c) Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
d) Autoimun
e) Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis
f) Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah merah
dan menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.

3. Anemia akibat kehilangan darah

17
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan
yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul
akibat gangguan gastrointestinal ( misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker
saluran pencernaan ), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau
gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.

 Bagaimana manifestasi klinis dari anemia

1. Gejala Umum Anemia

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai
pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini
berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga
mendenging. Anemia bersifat simptomatik jika hemoglobin < 7 gr/dl, maka gejala-gejala
dan tanda-tanda anemia akan jelas. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat,
terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.

2. Gejala Khas Defisiensi Besi

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis
lain adalah :
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris- garis vertikal
dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.

3. Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi
penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia akibat cacing tambang
dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telpak tangan berwarna kuning seperti
jerami. Pada anemia karena pendarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala
gangguan kebiasaan buang besar atau gejala lain tergantung dari lokasi tersebut.

Pengobatan anemia defisiensi besi terdiri atas:


a) Non farmako
 Transfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai risiko
terjadinya gagal jantung yaitu pada kadar Hb 5-8g/dL. Komponen
darah yang diberikan berupa suspensi eritrosit (PRC) diberikan secara
serial dengan tetesan lambat.

18
 Pasien harus terpenuhi nutrisi zat besi, asam folat, vitamin B12, dan
mengkomsumsi berbagai macam sumber zat besi seperti daging
merah, telur, susu, dan sebagainya.
b) Farmako
 Diberikan obat dengan dengan dosis tertentu dan tergantung anemia
yang dideritasnya.
 Dan melakukan beberapa terapi untk anemia.
 Terapi zat besi intramuscular atau intravena dapat dipertimbangkan
bila respon pengobatan oral tidak berjalan baik, efek samping dapat
berupa demam, mual, urtikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas,
artragia, bronkospasme sampai relaksi anafilaktik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal. Secara umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi
Anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia
hemolitik. Anemia defisiensi besi merupakan suatu kondisi kekurangan zat besi.
Anemia megaloblastik adalah anemia yang dapat disebabkan oleh kekurangan
vitamin B9 (asam folat) dan vitamin B12. Anemia hipoplastik merupakan anemia
yang disebabkan oleh sumsum tulang kurang mampu dalam memproduksi sel darah
yang baru. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah lebih cepat daripada pembuatannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K. 2015. Basic Pathology Robbins. 9th Ed. Canada: Elsevier.

Ganong, W. F. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 24. Jakarta: EGC.

Guyton and Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Ed-11. Jakarta: EGC

National Health Institute Office of Dietary Supplements. Iron: dietary supplement


fact sheet. NIH. 2016. Diunduh dari: https://ods.od.nih.gov/factsheets/Iron-
HealthProfessional/ Diakses tanggal November 2020
Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia. Ed-8. Jakarta: EGC

Sudoyo, A; Setiyohadi, S; Alwi, I; Setiati, S; Simadibrata, M (Eds.). 2014. Buku

Ajar Penyakit Dalam. Edisi VI Jilid II. Jakarta: Internal Publishing.

Jurnal Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung yang


ditulis oleh Ajeng Amalia , Agustyas Tjiptaningrum

20

Anda mungkin juga menyukai