Anda di halaman 1dari 18

1

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK Laporan Kasus


FAKULTAS KEDOKTERAN Juni , 2017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SELULITIS PRESEPTAL

Oleh :

AYU TRESNANING P., S.Ked


10542 0279 11

Pembimbing :
dr.Rahasia Taufik, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Selulitis preseptal adalah infeksi yang umum terjadi pada kelopak mata dan
jaringan lunak periorbital yang menimbulkan eritema kelopak mata akut dan edema.
Infeksi yang terjadi umumnya berasal dari persebaran dari infeksi lokal sekitar seperti
sinusitis, dari infeksi okular eksogen, atau mengikuti trauma terhadap kelopak mata.1

Selulitis preseptal dan selulitis orbita memiliki manifestasi klinis yang


mungkin mirip, akan tetapi kedua kondisi tersebut harus dibedakan. Selulitis
preseptal hanya melibatkan jaringan lunak di anterior septum orbital dan tidak
melibatkan struktur di dalam rongga orbita. 1

Selulitis preseptal dapat menyebar ke posterior septum orbita dan berprogresi


selulitis orbita dan abses orbital atau subperiosteal. Infeksi pada orbita sendiri dapat
menyebar secara posterior dan menyebabkan meningitis atau trombosis sinus
kavernosus. 1

Selulitis preseptal umumnya merupakan penyakit pediatrik dengan 80%


pasien berusia di bawah 10 tahun dan kebanyakan di antaranya berusia di bawah 5
tahun. Pasien dengan selulitis preseptal memiliki kecenderungan lebih muda
disbanding pasien yang menderita selulitis orbita. Selulitis orbita merupakan
penyebab tersering proptosis pada anak- anak sehingga perlu dilakukan pengobatan
segera.2

Mengingat selulitis preseptal dapat berkembang menjadi selulitis orbita jika


tidak ditangani dengan tepat, maka mengenal penyakit ini dan menatalaksana dengan
tepat merupakan suatu poin penting yang baik jika dimiliki oleh dokter. Untuk itu,
presentasi kasus mengenai selulitis preseptal ini diselenggarakan. 2

2
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identifikasi Pasien
Nama : Nn. R

Umur : 16 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Makassar

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal masuk rumah sakit : 14 juni 2017

B. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri dan bengkak pada mata sebelah kanan.

Anamnesis Terpimpin : Seorang pasien wanita usia 16 tahun datang ke poli


mata RS Syekh Yusuf dengan keluhan mata kanan bengkak sejak 1 hari yang
lalu. Awalnya kelopak mata kanan terasa sakit saat bangun tidur, sehari
kemudian bengkak makin membesar dan semakin nyeri. Pasien sulit untuk
membuka mata kanannya. Pasien pernah mengalami hal yang sama . Riwayat
sinusitis disangkal oleh pasien. Riwayat karies atau gigi berlubang di sangkal
oleh pasien.

Riwayat Penyakit Terdahulu :


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya (+). Pasien
pernah mengalami hal yang sama skitar bulan Juli tahun 2016.
Riwayat Pengobatan :
(-)

3
Riwayat Penyakit Keluarga dan sosial
(-)
C. Status General
Kepala : Bentuk bulat,simetris, rambut tidak mudah dicabut
Mata : Lihat status oftalmologis
Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan nyeri tekan (-)
Thoraks : Simetris kiri dan kanan
Pulmo : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal

D. Status Lokalisasi Oftalmologis


OD OS
Palpebra Edema (+) Edema (-)
Silia Normal, sekret (+) Normal, sekret (-)
Apparatus lakrimasi (+) lakrimasi (-)
lakrimalis
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis(-),
Bola mata Normal Normal
Kornea Normal Normal
Bilik Mata Normal Normal
Depan
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, Sentral, Bulat, Sentral, RC
RC(+) (+)
Lensa Jernih Jernih

4
Mekanisme Ke segala arah Ke segala arah
muscular

E. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi OD OS
Tensi Ukuler Tn Tn
Nyeri tekan (+) (-)
Massa tumor (-) (-)
Glandula Tidak ada Tidak ada
Preaurikuler Pembesaran pembesaran

F. Visus
VOD : 20/30 (tanpa dikoreksi)
VOS : 20/20 (tanpa dikoreksi)
G. Diagnosis Kerja
OD selulitis preseptal
H. Penatalaksanaan
LFX ed 4dd1 gtt OD
Xitrol salep 3dd1 qs OD
Dexametason 3dd1 OD tab
Cefadroxyl 2dd1 OD tab
Asam Mefenamat 3dd1 OD tab
I. Prognosis
- Ad vitam : bonam
- Ad functionam : bonam
- Ad sanationam : bonam

5
J. Resume
Seorang pasien wanita usia 16 tahun datang ke poli mata RS Syekh Yusuf
dengan keluhan mata kanan bengkak sejak 1 hari yang lalu. Awalnya kelopak
mata kanan terasa sakit saat bangun tidur, sehari kemudian bengkak makin
membesar dan semakin nyeri. Pasien sulit untuk membuka mata kanannya.
Pasien pernah mengalami hal yang sama . Riwayat sinusitis disangkal oleh
pasien, Riwayat karies atau gigi berlubang di sangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan palpebra superior dan inferior OD
udem (+), hiperemis (+), sekret (+), lakrimasi (+), nyeri tekan (+), visus
normal, pergerakan bola mata bebas ke segala arah.

Gambar 1. Pasien

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Orbita

Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang berada
diantara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran sekitar 40
mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang3:
- Os. Frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis

Gambar 2. Anatomi orbita

7
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:
1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid.
Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma.
Os ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial
merupakan salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales yang merupakan
salah satu penyebab tersering selulitis orbita.
2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.
Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian
posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat
dalam fraktur blowout.
5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita
6. Apeks orbita, merupakan bagian posterior orbita dimana keempat dinding
orbita bekonvergensi, memiliki dua orifisium yaitu kanal optikus dan fisura
orbital superior. 3

Septum orbital
Pada orbita terdapat suatu membran jaringan ikat yang tipis yang melapisi
berbagai struktur. Membran tersebut terdiri dari fascia bulbi, muscular sheats,
intermuscular septa, dan ligamen lockwood. Di dalam orbita terdapat struktur-
struktur sebagai berikut: bagian n. optikus, muskulus ekstraokular, kelenjar
lakrimalis, kantung lakrimalis, arteri oftalmika, nervus III, IV, dan VI, sebagian
nervus V, dan fascia serta lemak. 4
Inflamasi periorbital dapat diklasifikasikan menurut lokasi dan derajat
keparahan. Salah satu pertanda anatomis dalam menentukan lokasi penyakit adalah
septum orbital. Septum orbital adalah membran tipis yang berasal dari periosteum
orbital dan masuk ke permukaan anterior lempeng tarsal kelopak mata. Septum

8
memisahkan kelopak mata superfisial dari struktur dalam orbital dan membentuk
barier yang mencegah infeksi dari kelopak mata menuju rongga orbita.5
B. Fisiologi gejala2
Kakunya struktur tulang orbita menyebabkan lubang anterior menjadi satu-
satunya tempat ekspansi. Setiap penambahan isi orbita yang terjadi di samping atau
belakang bola mata akan mendorong organ tersebut ke depan, hal ini disebut dengan
proptosis. Penonjolan bola mata adalah tanda utama penyakit orbita. Proptosis dapat
disebabkan lesi- lesi ekspansif yang dapat bersifat jinak atau ganas, berasal dari
tulang, otot, saraf, pembuluh darah, atau jaringan ikat. Selain itu dapat juga terjadi
proptosis tanpa adanya penyakit orbita. Hal ini disebut dengan pseudoproptosis.
Pseudoproptosis dapat terjadi pada miopia tinggi, buftalmos, dan retraksi kelopak
mata. Proptosis sendiri tidak menimbulkan cedera kecuali membuat kelopak mata
tidak bisa ditutup, akan tetapi penyebab proptosis itu sendiri seringkali berbahaya. 3
Posisi mata ditentukan oleh lokasi massa. Ekspansi di dalam kerucut otot
mendorong mata lurus ke depan(proptosis aksialis), sedangkan massa yang tumbuh di
luar kerucut otot mendorong mata ke samping atau vertikal menjauhi masa
tersebut(proptosis non aksialis). Kelainan bilateral umumnya mengindikasikan
adanya penyakit sistemik misalanya penyakit graves. Istilah eksoftalmos sering
dipakai untuk menggambarkan proptosis pada graves. Proptosis pulsatil dapat
disebabkan oleh fistula karotiko kavernosa, malformasi pembuluh darah arteri orbita,
atau transmisi denyut otak akibat tidak adanya atap orbita superior. Proptosis yang
bertambah dengan penekukan kepala ke depan atau dengan perasat valsava
merupakan suatu tanda adanya malformasi vena orbita atau meningokel. 6
Pada perubahan posisi bola mata, terutama apabila terjadi dengan cepat,
mungkin timbul interferensi mekanis terhadap gerakan bola mata yang cukup untuk
membatasi pergerakan mata dan diplopia. Dapat timbul nyeri akibat ekspansi cepat,
peradangan, atau infiltrasi pada saraf sensoris. Penglihatan biasanya tidak
terpengaruh di awal ekcuali bila lesi berasal dari n. optikus atau langsung menekan
saraf tersebut. 6

9
Tanda lainnya dapat berupa edema kelopak mata dan periorbital, diskolorisasi
kulit, ptosis, kemosis, dan injeksi epibulbar. Selain itu dapat juga terjadi perubahan
fundus seperti pembengkakan cakram optik, atrofi optik, kolateral optikosiliaris, dan
lipatan koroid. 6

C. Inflamasi orbita
Penyakit inflamasi pada orbita dapat diklasifikasikan menjadi4:
1. Inflamasi orbita akut dan inflamasi terkait
a. Selulitis preseptal
b. Selulitis orbita dan abses intraorbital
c. Osteoperiostitis orbita
d. Tromboflebitis orbita
e. Tenonitis
f. Trombosis sinus kavernosus
2. Inflamasi orbita kronik
a. Inflamasi spesifik
i. Tuberkulosis
ii. Sifilis
iii. Actinomikosis
iv. Mukormikosis
v. Infestasi parasit
b. Inflamasi non spesifik
i. Penyakit inflamasi orbital idiopatik
ii. Sindroma tolosa hunt
iii. Periostitis orbital kronik

10
Gambar 3.berbagai inflamasi pada orbita

C.1. Selulitis preseptal


Selulitis preseptal adalah infeksi pada jaringan subkutan di anterior septum orbital.
Selulitis preseptal harus dibedakan dengan selulitis orbita karena meskipun memiliki
gejala yang hampir serupa, penatalaksanaan dan komplikasi yang mungkin terjadi
dari kedua keadaan tersebut berbeda. Perlu diingat bahwa selulitis preseptal
seringkali berkembang menjadi selulitis orbital karena vena- vena fasial tidak
memiliki katup sehingga proses peradangan seringkali meluas ke posterior. 6

11
Etiologi
Organisme terbanyak penyebab selulitis preseptal adalah staphylococcus aureus dan
streptococcus pyogenes. Selain itu, beberapa bakteri anaerob juga sering menjadi
etiologi dari selulitis preseptal. Pada tahun 1985, penyebab tersering adalah
haemophilus influenzae. Sebuah studi saat itu menunjukkan bahwa sekitar 40%
pasien memiliki hasil kultur darah positif. Seiring dengan peningkatan penggunaan
vaksin, tren ini menurun dan saat ini pada kultur darah, organisme penyebab selulitis
seringkali tidak ditemukan atau negatif yang belum jelas diketahui alasan dan
keterkaitannya dengan penurunan hasil positif dari h. influenzae.
Jalur masuk infeksi sendiri dapat dibagi menjadi:
- Infeksi eksogen, misalnya seperti trauma atau gigitan serangga
Gambar 4. Septum orbita

12
- Penyebaran infeksi jaringan sekitar seperti sinusitis, dakriosistisis, atau hordeolum
- Infeksi endogen, berasal dari penyebaran infeksi dari tempat yang jauh seperti
saluran napas atas melalui rute hematogen. 6

Manifestasi klinis
Selulitis preseptal bermanifestasi sebagai edema inflamasi pada kelopak mata dan
kulit periorbital tanpa melibatkan orbita dan struktur di dalamnya. Maka itu,
karakteristik dari penyakit ini adalah pembengkakan periorbital akut, eritema, dan
hiperemia pada kelopak mata tanpa adanya gejala- gejala proptosis, kemosis,
gangguan visus, dan gangguan gerakan bola mata. Mungkin juga terdapat demam dan
leukositosis. 6

C.2. Selulitis orbita dan abses intraorbita


Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang septum
orbita. Selulitis orbita dapat berkembang menjadi abses subperiosteal atau abses
orbital. 6

Etiologi
Orbita dapat terinfeksi melalui tiga jalur seperti pada selulitis preseptal
1. Infeksi eksogen, dapat berasal dari trauma tembus pada mata khususnya
terkait dengan retensi benda asing intraorbital dan kadang- kadang terkait
dengan tindakan bedah seperti eviserasi, enukleasi, dan orbitotomi.
2. Persebaran infeksi sekitar, seperti sinusitis, infeksi gigi, dan struktur
intraorbita. Merupakan rute infeksi tersering.
3. Infeksi endogen, jarang terjadi. Organisme penyebab hampir serupa dengan
selulitis preseptal, ditambah dengan keterlibatan streptococcus pneumoniae. 6

13
Patologi
Penampakan patologik selulitis orbital mirip seperti inflamasi supuratif secara umum
kecuali dalam beberapa aspek, yaitu:
1. Karena tidak terdapat sistem limfatik, agen protektif terbatas pada elemen
fagositik dari jaringan retikular orbital
2. Karena ruang terbatas, tekanan intraorbital meningkat sehingga
mengaugmentasi virulensi infeksi menyebabkan nekrosis dini dan ekstensif
terhadap jaringan
3. Umumnya, infeksi menyebar sebagai tromboflebitis dari struktur sekitar6

Manifestasi klinis

Gejala meliputi pembengkakan dan nyeri hebat yang meningkat dengan


gerakan bola mata atau pada penekanan. Gejala lainnya dapat berupa demam, mual,
muntah, prostrasi, dan terkadang kehilangan penglihatan. 6
Tanda yang sering dijumpai pada selulitis orbital adalah pembengkakan
kelopak mata yang kemerahan dan keras seperti kayu, kemosis konjungtiva yang
dapat mengalami protrusi dan menjadi nekrotik, dbola mata mengalami proptosis
aksial, terdapat restriksi dari gerakan okular, dan pada pemeriksaan fundus didapati
kongesti vena retinal dan tanda papilitis atau papiloedema. Dapat juga ditemui
disfungsi saraf optic. 3

Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila selulitis tidak ditangani dengan tepat. Komplikasi terdiri
dari komplikasi okular, orbital, dan komplikasi lainnya. 2
Komplikasi okular biasanya adalah kebutaan, keratopati, neuritis optik, dan
oklusi arteri retina sentral. 3
Komplikasi orbital adalah perkembangan selulitis orbital menjadi abses
subperiosteal dan abses orbita. Abses subperiosteal adalah penumpukan material
purulen antara dinding tulang orbital dengan periosteum, biasanya terdapat pada

14
dinding orbita media. Biasanya abses subperiosteal dicurigai bila terdapat manifestasi
selulitis orbita dengan proptosis eksentrik. Namun, diagnosis dipastikan dengan CT
scan. Abses orbita merupakan penumpukan material purulen di dalam jaringan lunak
orbital. Secara klinis dicurgai dengan tanda- tandan proptosis parah, kemosis,
oftalmoplegia komplit, dan pus di bawah konjungtiva. Komplikasi lainnya berupa
abses parotid atau temporal, komplikasi intrakranial, dan septicemia general atau
pyaemia. 5

D. Pemeriksaan penunjang
1. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. X-Ray PNS untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait
4. USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital
5. CT scan dan MRI untuk :
b) Membedakan selulitits preseptal dan post septal
c) Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital
d) Mendeteksi ekstensi intrakranial
e) Menentukan kapan dan darimana dilakukan drainase abses orbital
6. Punksi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan meningel dan serebral.
2,4,6

Gambar 4. CT-Scan selulitis orbital (kiri) selulitis preseptal (kanan)

15
Medikasi
Selulitis pre septal ditatalaksana dengan terapi medikamentosa sedangkan selulitis
orbital, terutama yang telah menunjukkan komplikasi- komplikasi berbahaya
membutuhkan tindakan bedah segera. 4
Pengobatan selulitis preseptal menggunakan co-amoxiclav 500/125mg setiap
8 jam. Infeksi yang parah membutuhkan antibiotik IV. Pengobatan harus dimulai
sebelum organisme penyebab teridentifikasi. Terapi antibiotik awal harus mengatasi
stafilokokus, H. influenzae, dan bakteri anaerob. Selulitis pascatrauma, khususnya
setelah gigitan hewan, harus diberikan antibiotik untuk mengatasi basil gram negative
dan gram positif. Dekongestan hidung dan vasokonstriktor dapat membantu drainase
PNS. Juga perlu diberikan analgesia dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam.
Konsultasi dengan otorlaringologis sejak dini bermanfaat. 4
Sebagian besar kasus berespon cepat dengan pemberian antibiotik. Kasus
yang tidak berespon mungkin membutuhkan tindakan bedah seperti drainase PNS
melalui pembedahan. Pada selulitis praseptal supuratif diindikasikan drainase melalui
pembedahan sejak dini. MRI bermanfaat untuk menentukan kapan dan dimana
drainase harus dilakukan. Indikasi pembedahan lainnya adalah terdapatnya abses
intracranial atau subperiosteal dan gambaran atipikal yang membutuhkan biopsy. 4

Prognosis
Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk sembuh total tanpa
komplikasi sangat baik. 5
Morbiditas terjadi dari penyebaran patogen ke orbita yang dapat mengancam
penglihatan dan berlanjut ke penyebaran CNS. Selulitis orbital dapat berlanjut
menjadi abses orbital dan menyebar secara posterior menyebabkan trombosis sinus
kavernosus. Penyebaran sistemik dapat menyebabkan meningitis dan sepsis. 4
Pada studi terhadap pasien pediatrik, faktor risiko tinggi adalah sebagai berikut:
1. Usia di atas 7 tahun
2. Abses subperiosteal
3. Nyeri kepala dan demam yang menetap setelah pemberian antibiotik IV.

16
Pasien yang mengalami imunokompromais atau diabetes memiliki kecenderungan
lebih tinggi untuk mengalami infeksi fungal. Manajemen agresif dengan foto polos
otak dan terapi IV diindikasikan pada pasien ini. 4

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata, Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa

Kedokteran. Ed Ke 2. Jakarta: Agung Seto.

2. Lubis RR. 2009. Aqueous Humour. Medan : Departemen Ilmu Kesehatan Mata,

Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

3. Guyton, A.C, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC

4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th

ed.Elsevier, 2011.

5. Vaughan, D, Asbury, T. 2009. Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC

6. Kwitko GM. Preseptal cellulitis. http://emedicine.medscape.com/article/1218009-

overview. 2012. Diakses: juni 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai